BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

RUJUKAN. Ditetapkan Oleh Ka.Puskesmas SOP. Sambungmacan II. Kab. Sragen. Puskesmas. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii v viii ix x xi xii xiii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kasus Diabetes Mellitus (DM) (Depkes RI, 2008). International Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama.di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2025,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal kronis, penurunan kognitif dan kematian dini. Secara global, kematian akibat penyakit kardiovaskuler adalah 17 juta jiwa pertahun dimana jumlah ini hampir mendekati sepertiga dari total kematian. Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler, kematian dengan komplikasi penyakit hipertensi terhitung 9,4 juta jiwa (WHO, 2013). Pada tahun 2007 penyakit hipertensi merupakan faktor penyebab kematian peringkat ke 3 di Thailand (Sookaneknun et al., 2010).Penyakit hipertensi dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi. Pada tahun 2008 sekitar 40% orang dewasa dengan usia kurang lebih 25 tahun telah didiagnosis menderita hipertensi (WHO, 2013). Berdasarkan laporan Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 25,8%. Angka tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi penyakit kronis tidak menular lainnya seperti diabetes dengan prevalensi 2,1% dan hipertiroid dengan prevalensi 0,4% (Riskesdas 2013). Hipertensi juga termasuk dalam peringkat 10 besar penyakit tidak menular pada pasien rawat inap di rumah sakit Indonesia pada tahun 2009 dan 2010, dan menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 4,19%pada tahun 2009 dan 4,39% pada tahun 2010 (Kemenkes RI, 2011). Hipertensi juga termasuk dalam peringkat 10 besar kematian akibat penyakit tidak menular pada pasien rawat inap di rumah sakit, pada tahun 2010 persentase penyakit hipertensi adalah 6,69% seperti terlihat pada gambar sebagai berikut : 1

2 Gambar 1.Peringkat 10 besar penyakit tidak menular penyebab kematian pasien rawat inap di rumah sakit Indonesia tahun 2009 dan 2010 Berdasarkan data dari pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan tahun 2011 hipertensi merupakan masalah kesehatan yang dapat menyerang berbagai kelompok umur, dimanaa hipertensi termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan pada kelompok umur 15-49 tahun dan menduduki peringkat tertinggi pada kelompok umur >50 tahun pada pemberi pelayanan kesehatan (PPK) tingkat lanjutan (Kemenkes RI, 2011). Pada kasus tingkat kefatalan yang menyebabkan kematian atau case fatality rate (CFR) untuk penyakit tidak menular, hipertensi termasuk dalam 10 peringkat terbesar dimana angka kasus kematian hipertensi menunjukkan peningkatan dari tahun 2009 yaitu sebesar 3% dan tahun 2010 menjadi 3,5% seperti pada gambar 2.

3 Gambar 2.Case fatality rate penyakit tidak menular pasien rawat inap di Rumah Sakit Indonesia tahun 2009 dan 2010 Yogyakarta menduduki peringkat kelima untuk penyakit hipertensi di Indonesia, dimana hipertensi menduduki peringkat ke 3 pada distribusi 10 besar penyakit pada puskesmas mulai Januari sampai Desember 2012, dan menduduki peringkat ke 5 pada distribusi penyakit rawat jalan serta peringkat ke 2 pada distribusi 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit pada tahun 2011 (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2012). Mengingat hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk penyakit kardiovaskuler maka perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian yang membutuhkan campur tangan pekerja kesehatan,komunitas riset akademis,masyarakat sipil, sektor swasta, keluarga dan individu (WHO, 2013). Adapun upaya pemerintah untuk mengelola penyakit hipertensi adalah dengan gatekeeperconcept yaitu semua pelayanan di penyedia pelayanan kesehatan lain harus mendapatkan persetujuan dari dokter pelayanan primer sebelum pelayanan itu diberikan kecuali untuk kasus gawat darurat (Kongstvedt, 2009). Gatekeeper concept digunakan oleh badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) Kesehatan sebagai pengelola Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai konsep dasar pada pelayanan kesehatan primer dalam rangka kendali mutu kendali biaya.gatekeeper concept dapat terlaksana dengan baik apabila memiliki sistem rujukan yang baik.

4 Untuk mensukseskan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional melalui pengendalian mutu dan pengendalian biaya, maka diberlakukan sistem rujukan berjenjang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 001 tahun 2012 tentang sistem pelayanan kesehatan perorangan. Sistem rujukan yang dimaksud dalam hal ini adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik secara vertikal maupun horizontal, dimana fasilitas kesehatan primer merupakan gate keeper yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar dan berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan medik (BPJS, 2013). Namun salah satu permasalahan pada sistem rujukan selama ini adalah belum adanya pedoman rujukan dan pembagian wewenang yang jelas serta batasan yang terperinci tentang kasus atau kondisi pasien yang bisa dirujuk dan dirujuk balik yang menyebabkan pelayanan pasien belum berjalan dengan baik. Hal ini berdasarkan dengan hasil penelitian Susiyanti(2009) yang menunjukkan bahwa tidak adanya pedoman untuk merujuk pasien merupakan faktor penghambat dalam penatalaksanaan sistem rujukan. Tidak adanya kriteria khusus bagi dokter layanan primer untuk merujuk pasien, merupakan penyebab keputusan untuk merujuk masih bervariasi sesuai toleransi dokter layanan primer, misalnya untuk mendapat nasihat dari praktisi lain atau karena permintaan pasien (Forrest et al., 2002). Maka untuk memutuskan merujuk pasien diperlukan sebuah pedoman rujukan (Mehrotra et al., 2011).Pedoman merupakan alat untuk mengatasi masalah antara kualitas dan biaya kesehatan. Pedoman harus disebarkan dan diperkenalkan kepada dokter layanan primer agar bisa digunakan (Hill dan Wong, 2000). Menurut Sola et al. (2014), penggunaan pedoman dalam pengelolaan penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain persepsi dokter. Sebagian dokter memiliki persepsi yang baik terhadap perlunya pedoman klinis sebagai standar praktik kedokteran dan membuat sebuah keputusan dalam pelayanan kedokteran. Namun sebagian dokter memiliki persepsi yang berbeda, bahwa

5 pedoman klinis dianggap sebagai suatu hambatan karena tidak bisa diterapkan kepada semua pasien. Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah menyusun pedoman rujukan penyakit hipertensi, pedoman rujukan ini disusun berdasarkan PMK No 5 tahun 2014 tentang panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer yang dikombinasikan dengan indikasi rujukan. Pedoman rujukan ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai acuan oleh fasilitas pelayanan kesehatan primer. Menurut Robbins ( 2007) perilaku seseorang didasarkan pada persepsi bukan kenyataan, apabila persepsi seseorang negatif terhadap sesuatu maka menimbulkan sikap yang negatif pula terhadap pekerjaan atau organisasinya. Untuk mengetahui apakah pedoman rujukan tersebut dapat direkomendasikan untuk digunakan oleh dokter layanan primer di Kota Yogyakarta, maka perlu diketahui bagaimana persepsi dokter layanan primer terhadap pedoman rujukan penyakit hipertensi tersebut. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian "Bagaimana persepsi dokter layanan primer terhadap pedoman rujukan penyakit hipertensi di Daerah Istimewa Yogyakarta". C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan persepsi dokter layanan primer terhadap pedoman rujukan penyakit hipertensi. 2. Tujuan Khusus a Untuk mendeskripsikan pengetahuan dokter layanan primer terhadap pedoman rujukan penyakit hipertensi b Untuk mendeskripsikan sikap dokter layanan primer terhadap pedoman rujukan penyakit hipertensi c Untuk mendeskripsikan pengalaman dokter yang menjadi pertimbangan bagi dokter dalam merujuk pasien hipertensi

6 d Untuk mendeskripsikan harapan dokter layanan primer terhadap pedoman rujukan penyakit hipertensi D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah Bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan uji coba untuk pedoman rujukan dan rujuk balik pasien hipertensi, dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi peneliti berikutnya dalam mengembangkan penelitian ini. 2. Manfaat bagi Pemerintah Daerah Menyempurnaan kebijakan manajerial dalam melakukan evaluasi kegiatan pelayanan serta mengoptimalkan kualitas pelayanan bagi peserta BPJS 3. Manfaat bagi puskesmas dan rumah sakit Menjadi masukan bagi para dokter di puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan rujukan dan rujukan balik penyakit hipertensi E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang pernah melakukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Susianti (2009), yang meneliti tentang Evaluasi rujukan pasien pensiunan pertamina dengan penyakit jantung koroner, hipertensi, dam diabetes mellitus di pertamedika centre, jenis penelitian analitik action research dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di PMC dengan menggunakan data primer dari wawancara 26 dokter. Dimana belum adanya pedoman rujukan pasien yang dipakai pada pelaksanaan rujukan pasien di PMC. Hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan di PMC yaitu keinginan dokter spesialis, keinginan pasien, faktor penyakit pasien, perlu diagnosa lebih lanjut, perlu pemeriksaan penunjang, keterbatasan kemampuan dokter, keterbatasan alat, keterbatasan obat, advis spesialis dan pasien perlu perawatan lebih lanjut. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti tentang persepsi dokter layanan primer terhadap pedoman rujukan penyakit hipertensi di Kota Yogyakarta, jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

7 2. Zuhrawardi (2007), yang meneliti tentang Analisis pelaksanaan rujukan pada palayanan rawat jalan tingkat pertama pada peserta wajib PT. Askes di Kota Banda Aceh, menggunakan rancangan penelitian deskriptif ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan situationanalysis study. Informan dalam penelitian ini ada 12 orang yaitu kepala PT Askes, 3 orang kepala puskesmas, 3 orang stafpuskesmas dan 5 orang pasien peserta wajib PT. Askes. Hasil penelitian menunjukan bahwa 75% rujukan tingkat pertama karena keinginan pasien bukan karena indikasi medis, para dokter puskesmas telah mengetahui tentang kapitasi, perlengkapan dan obat yang ada dipuskesmas telah memadai atau sangat baik.perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti tentang persepsi dokter layanan primer terhadap pedoman rujukan penyakit hipertensi di Kota Yogyakarta, jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. 3. Wulandari (2012), yang meneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi rujukan balik pasien penderita DM tipe 2 peserta Askes Sosial dari Rumah Sakit ke Dokter Keluarga di Kabupaten Kudus, menggunakan rancangan penelitiandeskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan diskusi kelompok terarah. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 8 dokter spesialis penyakit dalam di 3 RS di Kabupaten Kudus yang bekerjasama dengan PT Askes (Persero) Cabang Kudus dan 2 orang dokter keluarga.bahwa pelaksanaan rujukan balik dipengaruhi oleh beban kerja di RS,persepsi terhadap kompetensi dokter keluarga, kurangnya komunikasi dan koordinasi antara dokter spesialis penyakit dalam dengan dokter keluarga serta adanya tuntutan pasien dan masih adanya pasien yang selalu berorientasi pada pelayanan spesialis.perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti tentang persepsi dokter layanan primer terhadap pedoman rujukan penyakit hipertensi di Kota Yogyakarta, jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.