Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam. Abstrak. Abstract

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

Buletin Peternakan Vol. 39 (3): , Oktober 2015 ISSN E-ISSN X

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah semen kambing yang berasal 5 ekor kambing

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

Indonesia Medicus Veterinus Juni (3) : pissn : ; eissn :

2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10%

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

Spermatogenesis dan sperma ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

Pengaruh Krioprotektan dan Waktu Ekuilibrasi Terhadap Kualitas dan Fertilitas Spermatozoa Itik dan Entog

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

PENGARUH PENCUCIAN SPERMA DENGAN LAMA WAKTU SENTRIFUGASI YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS SPERMA KAMBING BLIGON

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

PROPORSI X DAN Y, VIABILITAS DAN MOTILITAS SPERMATOZOA DOMBA SESUDAH PEMISAHAN DENGAN PUTIH TELUR

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

Transkripsi:

Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam Yosephine Laura Raynardia Fakultas Pertanian; Univesitas Tidar Magelang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level DMA yang paling efektif untuk pembekuan sperma ayam. Penelitian ini menggunakan 4 ekor pejantan ayam Bangkok berumur 12 sampai 18 bulan sebagai sumber sperma. Sperma dari 4 ekor pejantan ditampung setiap tujuh hari sekali dan dibekukan dalam kontainer nitrogen cair -196 C dengan menggunakan krioprotektan DMA dengan konsentrasi 1% (P1), 14% (P2), dan 18% (P3). Thawing menggunakan air es dengan suhu 4 C selama detik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sperma turun setelah pembekuan yang terlihat pada motilitas akhir pada P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah 15±5%, 7,24±2,54%, dan %; viabilitas 22±4,43%, %, dan %; serta abnormalitas 67,2±4,9%, 75,2±19,38%, 61,8±22,55%. Kesimpulan yang diperoleh adalah konsentrasi krioprotektan DMA pada level 1 % memperlihatkan penurunan yang besar pada kualitas sperma, sebaiknya konsentrasi DMA yang digunakan di bawah 1%. Kata kunci: DMA, Pembekuan sperma, Kualitas sperma Abstract The objective of this study was to determine the most effective DMA level in frozen sperm chickens. Sperm was collected from 4 roosters native chicken (Bangkok) aged 12 to 18 months for sperm donors. Sperm was collected once a week and cryopreserved 24 h in liquid nitrogen containers -196 C with Dimethylacetamide (DMA) concentration 1% (P1), 14% (P2), and 18% (P3). Frozen thawed sperm quality was observed after thawing at 4 C s. The results showed that sperm quality decerased while freezing process. Motility P1, P2, and P3 after thawed were 15±5%, 7,24±2,54%, dan % respectively; viability 22±4,43%, %, dan % respectively; and abnormality 67,2±4,9%, 75,2±19,38%, 61,8±22,55% respectively. The conclusion is usage of DMA as cryoprectant on 1% concentration showed a great decrease on sperm quality. Usage of DMA as cryoprotectant is better than below 1% in freezing sperm. (Key words: DMA, Frozen thawed chicken sperm, Sperm quality) Pendahuluan Karakteristik sperma ayam berbeda dengan sperma sapi, yaitu memiliki ejakulat yang sedikit dengan konsentrasi spermatozoa yang tinggi, sehingga sperma ayam layak untuk diolah menjadi produk komersil seperti sperma beku. Sperma beku menggunakan krioprotektan sebagai zat pelindung dinding spermatozoa saat pembekuan. Krioprotektan berfungsi untuk melindungi dari keadaan cold shock dan kerusakan sel akibat terbentuknya kristal es. Krioprotektan dimethylacetamide (DMA) adalah krioprotektan yang memberikan kualitas baik pada sperma ayam setelah thawing. Pemanfaatan DMA dalam dunia industri adalah sebagai zat tambahan yang digunakan dalam sintesis membran. Level penambahan DMA masih sangat bervariasi, namun level 6% adalah yang paling umum digunakan (Partyka et al., 1). Level penambahan DMA berbeda pada setiap jenis unggas karena sifat membran spermatozoa yang berbeda pada setiap jenis unggas. Ayam memiliki membran sel sperma yang lebih elastis dibanding jenis unggas lain, hal ini berkaitan dengan komponen fosfolipid di dalamnya (Seigneurin et al., 13). Studi tentang pengaruh krioprotektan DMA terhadap pembekuan sperma masih sedikit dilakukan, oleh karena itu dilaksanakan penelitian mengenai pengaruh perbedaan level krioprotektan DMA pada pembekuan sperma ayam Bangkok. Materi dan Metode Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada selama 3 bulan, mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei 15. Edisi September 17 15

Materi Ternak. Materi ternak yang digunakan adalah ayam keturunan Bangkok jantan dari peternakan rakyat khusus ayam keturunan Bangkok di kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul dan peternakan rakyat khusus ayam aduan di Kabuaten Bantul yang seluruhnya berjumlah 4 ekor yang berumur sekitar 1 tahun sebagai sumber sperma. Ayam kampung betina fase produksi berjumlah 3 ekor yang berasal dari peternakan rakyat di Kabupaten Sleman. Ayam jantan diberi pakan AD2 yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed. Pakan pejantan diberikan sebanyak 1 gr/ekor/hari. Ayam kampung betina diberi pakan campuran dari jagung menir, bekatul, dan konsentrat ayam petelur PT.Japfa Comfeed dengan perbandingan 4:3:3 secara ad libitum. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Alat. Materi alat yang digunakan untuk penampungan sperma, pemeriksaan sperma, dan proses permbekuan sperma adalah sebagai berikut: tabung penampung sperma, termos tempat tabung sperma, alumunium foil, rak gabus tabung sperma, dan pipet; alat ini digunakan saat menapung sperma. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan sperma antara lain mikroskop merk Nikon tipe 1 buatan Jepang, kaca objek, gelas ukur, kertas ph merk Universal, mikropipet, kamar hitung Neubauer dan pipet Haemocytometer merk Asisstent buatan Jerman, dan handtally counter. Alat yang digunakan untuk proses pengenceran adalah gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, mikro pipet,5 ml dan,1 ml. Alat yang digunakan untuk pembekuan sperma antara lain kontainer berisi Nitrogen cair merk Taylor-Wharton buatan USA, straw,25 ml, modifikasi spuit 1 ml, pinset, gunting, lampu spiritus, dan aluminium foil. Alat yang digunakan untuk thawing sperma beku adalah gelas beaker 1 ml, pinset, termometer, dan termos. Bahan. Bahan yang digunakan saat penampungan sperma adalah air keran suhu 25 sampai 27 C dan tisu. Bahan yang digunakan saat pemeriksaan sperma adalah larutan hayem untuk pemeriksaan konsentrasi sperma, spiritus, dan larutan pewarna eosin untuk pembuatan preparat apus. Pengenceran sperma menggunakan larutan pengencer BPSE berdasarkan komposisi Sexton (1977) lalu diberi antibiotik Gentamicin dengan dosis 5 μg/ml. Bahan yang digunakan saat pembekuan sperma adalah krioprotektan Dimethylacetamide (DMA) merk Germany dan air dingin. Bahan yang digunakan saat thawing adalah air es suhu 4 C. Metode Penampungan sperma dilakukan dengan metode pengurutan sesuai metode Blesbois et al. (5). Penampungan dilakukan setiap satu minggu pada pagi hari pukul 7. sampai 8. sebanyak lima kali penampungan. Penilaian kualitas sperma dilakukan saat sperma segar meliputi kualitas makroskopis dan kualitas mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis dilakukan secara visual meliputi ph, warna, volume, dan konsistensi. Pemeriksaan mikroskopis meliputi motilitas, konsentrasi, viabilitas, dan abnormalitas. Motilitas spermatozoa dinilai sesuai penilaian Ismaya (14). Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan rumus seperti yang digunakan Dethan et al., (1). Viabilitas atau persen spermatozoa hidup dan mati diamati dengan membuat preparat apus sesuai metode yang digunakan oleh Layla dan Siti, (2). Abnormalitas spermatozoa dapat dihitung dengan pembuatan preparat apus sesuai metode Rusmiati (7). Banyaknya jumlah bahan pengencer yang ditambahkan dihitung dengan rumus seperti yang digunakan Mumu (9). Pembekuan sperma dilakukan dengan pembuatan bahan pengencer ditambah dengan tiga macam level krioprotektan DMA yaitu 1 (P1), 14 (P2), dan 18% (P3). Larutan kemudian ditambahkan pada sperma secukupnya hingga diperoleh konsentrasi 5.1 8 per ml, dikemas ke dalam straw,25 ml dengan alat spuit. Pembekuan yang dilakukan adalah dengan metode lambat seperti yang dilakukan Mumu (9). Ekuilibrasi dilakukan selama menit pada suhu 5 C kemudian dilakukan fitrifikasi. Straw yang sudah siap dimasukkan ke dalam kontainer yang berisi nitrogen cair dengan suhu - 196 C. Edisi September 17 16

Analisis data Hasil dan Pembahasan Kualitas sperma segar dianalisis Sperma segar dikoleksi dan dengan rerata dan standar deviasi. dicampur untuk mendapatkan volume Pengaruh perbedaan konsentrasi sperma yang sesuai. Hasil yang diperoleh krioprotektan 1,14 dan 18% terhadap untuk sperma segar dari 5 replikasi adalah kualitas spermatozoa setelah pembekuan volume 4,16±,63 ml dengan motilitas meliputi motilitas, viabilitas, dan 86±5,47%, viabilitas,±,%, dan abnormalitas dianalisis menggunakan abnormalitas 27±4,47%. Hasil menunjukkan analisis variansi rancangan acak lengkap. penurunan yang besar pada kualitas sperma Hasil signifikan dilanjutkan dengan uji setelah pembekuan. Berikut adalah grafik perbandingan mean Duncan s Multiple penurunan kualitas sperma dilihat saat Range Test (DMRT). proses pengenceran, ekuilibrasi, dan setelah thawing dapat dilihat pada Grafik 1, 2, dan 3. Grafik 1. Penurunan kualitas sperma setelah pengenceran 1 1 86, a ±5,47%, a ±,% 63, b ±13,4% 69, b ±2,74% 86, a ±9,62%, b ±17,17% 53, c ±3,13% 27,c±4,47% 21,5 d ±,% 3, c ±7,12% 18, d ±14,2% 1, d ±1,87% 1 Grafik 2. Penurunan kualitas sperma setelah ekuilibrasi 86, a ±5,47% 87, a ±7,85%, a ±,% 7, b ±,%, b ±16,68% 61, b ±2,88% 55, c ±5,% 27, cd ±4,47% 25,1 c ±4,83% 14, d ±5,48%, c ±,%, c ±,% Edisi September 17 17

1 Grafik 3. Penurunan kualitas sperma setelah thawing 86, a ±5,47% 75,±19,38%, a ±,% 61,±22,55% 67,±4,9% 27,±4,47% 22, b ±4,43% 15, b ±5,% 7, c ±2,74%, d ±,%, c ±,%, c ±,% Berdasarkan kualitas sperma segar yang diperoleh memiliki kualitas yang baik dan layak untuk proses pembekuan. Kualitas sperma segar yang dihasilkan menunjukkan bahwa ayam jantan mampu bereproduksi dengan baik dan dalam keadaan sehat. Hasil uji kualitas sperma setelah pengenceran menunjukkan bahwa terlihat mulai ada penurunan kualitas yang cukup besar seperti tertera pada Grafik 1. Pengenceran sperma dengan perlakuan P1, P2, dan P3 berpengaruh sangat nyata (P,1) pada motilitas, viabilitas, dan abnormalitas. Proses ekuilibrasi juga menunjukkan penurunan kualitas sperma. Proses ekuilibrasi dengan perlakuan P1, P2, dan P3 berpengaruh sangat nyata (P,1) pada motilitas, viabilitas, dan abnormalitas. Pada proses setelah thawing diperoleh kualitas sperma yang sangat menurun. Thawing dengan perlakuan P1, P2, dan P3 berpengaruh sangat nyata (P,1) pada motilitas dan viabilitas tetapi tidak berpengaruh pada abnormalitas. Pada perlakuan P3 menunjukkan hasil paling rendah. Konsentrasi krioprotektan DMA yang digunakan harus sesuai. Pada dasarnya penambahan DMA meningkatkan tekanan osmotik pengencer, sehingga banyak terjadi pengeluaran air dari dalam sel sperma untuk menyeimbangkan tekanan, oleh karena itu banyak spermatozoa mati setelah berinteraksi dengan DMA. Ketidakseimbangan cairan dalam sel sperma menyebabkan sel mengalami dehidrasi tinggi selama pembekuan sehingga diperoleh banyak spermatozoa mati setelah mengalami thawing. Dehidrasi sel sperma meningkat pada lingkungan hiperosmotik sehingga substansi sel berdifusi keluar dan mengganggu metabolisme spermatozoa (Blesbois et al., 5). Bahan pengencer yang digunakan seharusnya lebih cair tetapi penambahan kriopretektan harus sesuai. Abnormalitas meningkat pada penambahan DMA 14% tetapi turun pada penamahan 18%, hal ini dapat disebabkan DMA mampu melindung membran sel dari coldshock selama pembekuan sehingga pada konsentrasi lebih tinggi morfologi spermatozoa terlihat normal walaupun sudah mati. Menurut Tsetulin et al. (1999), DMA adalah krioprotektan paling baik untuk pembekuan sperma ayam. Simpulan Penggunaan DMA sebagai krioprotektan tidak boleh lebih dari 1% karena sangat menurunkan kualitas sperma selama pembekuan, tetapi penggunaan DMA mampu mempertahankan morfologi spermatozoa. Edisi September 17 18

Daftar Pustaka Blesbois, E., I. Grasseau,and F. Seigneurin. 5. Membran Fluidity and the Ability of Domestic Bird Spermatozoa to Survive Cryopreservation. J.Soc.for Rep.and Fert.129:371-378. Dethan, A. A., Kustono, dan H. Hari. 1. Kualitas dan Kuantitas Sperma Kambing Bligon Jantan yang diberi Pakan Rumput Gajah dengan Suplementasi Tepung Darah. Buletin Peternakan 34(3):145-153. Institute, Agricultural Research Service pp. 1443-1446. Tsetulin, K.,F. Seignneurin, and E. Blesbois. 1999. Comparison of Cryoprotectants and Methods of Cryopreservation of Fowl Spermatozoa. Journal Poultry Science 78:586-59. Ismaya. 14. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Layla, Z.Dan A. Siti.2. Uji Kualitas Sperma dan PenghitunganJumlah Pengencer dalam Upaya Menentukan Keberhasilan Inseminasi Buatan. Temu Teknis Fungsional non Peneliti Balitnak pp 128-132. Mumu, M.I., 9. Viabilitas Semen Sapi Simental yang Dibekukan menggunakan Krioprotektan Gliserol. J. Agroland 16 (2): 172-179. Partyka, A., W. Nizanski, and E. Lukaszewics. 1. Evaluation of Fresh and Frozen-Thawed Fowl Semen by Flow Cytometry. Theorigenology 74:119-127. Rusmiati. 7. Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) terhadap Viabilitas SpermatozoaMencit Jantan (Mus musculus L). Bioscientiae 4:63-7. Seigneurin, F., I. Grasseau, E. Blesbois, and H. Chapuis. 13. An Efficient Method of Guinea Fowl Sperm Cryopreservation. Poultry Science 92:2988-96. Sexton, T.J. 1977. A New Poultry Semen Extender 1. Effect of Extension on the Fertility of Chicken Semen. Animal Physiology and Genetics Edisi September 17 19