PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SEPTIAN NUR IKA TRISNAWATI A

PEMANFAATAN RUMPUT GAJAH (PENNISETUM PURPUREUM) UNTUK PEMBUATAN KERTAS MELALUI CHEMICAL PULPING MENGGUNAKAN. NaOH dan Na 2 CO 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemberian tekanan yang tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Di pasaran,

KUALITAS KERTAS SENI BERBAHAN BAKU PELEPAH TANAMAN SALAK DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI NaOH DAN KONSENTRASI LEM PVAc

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka yang sangat tinggi. Ada beberapa jenis kertas antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUALITAS KERTAS SENI BERBAHAN BAKU PELEPAH TANAMAN SALAK DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI NaOH DAN LAMA PEMASAKAN

Pengaruh Komposisi Bahan Baku dan Lama Waktu Pemasakan terhadap Kekuatan Tarik pada Pembuatan Kertas Seni dari Limbah Batang Jagung dan Kertas Bekas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN BATANG GENJER (Limnocharis Flava) dan BATANG TALAS (Colocasia esculenta) DALAM PEMBUATAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN NaOH DAN CaO

PEMANFAATAN KULIT KACANG DAN BULU AYAM SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF PEMBUATAN KERTAS MELALUI CHEMICAL PULPING DENGAN MENGGUNAKAN NaOH DAN CaO

PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT SINGKONG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI. DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ENGGAR ROSMITA SANASTRI A

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kertas seni atau biasa disebut kertas daur ulang merupakan kertas yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan

LIA ASTRI ANGGA RIYANTI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI ALANG - ALANG DENGAN KONSENTRASI PELARUT NaOH DAN LAMA PEMASAKAN YANG BERBEDA

UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI ALANG-ALANG MELALUI PROSES ORGANOSOLV DENGAN KONSENTRASI PELARUT DAN LAMA PEMASAKAN YANG BERBEDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT SINGKONG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI. DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI SKRIPSI

UJI KINERJA DIGESTER PADA PROSES PULPING KULIT JAGUNG DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

LAPORAN AKHIR PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PEMBUATAN KERTAS DARI KOMBINASI LIMBAH AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN PROSES SODA

Ketahanan Tarik Kertas Seni dari Serat Pelepah Nipah (Nypa fruticans) (Kajian Proporsi Bahan Baku dan Perekat) ABSTRAK

II. DESKRIPSI PROSES

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

= 2 hours) and factor 2 is a incubation duration (L 1

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

KUALITAS KERTAS SENI BERBAHAN DASAR AMPAS TEBU DAN KULIT KACANG TANAH MENGGUNAKAN METODE ORGANOSOLV. oleh : NUGROHO LUHURING PAMBUDI A

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

BAHAN DASAR PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM HIDROKSIDA

KARAKTERISTIK KERTAS BERBAHAN BAKU GEDEBOK PISANG (Musa Parasidiaca ) DAN SAMPAH KERTAS

PEMANFAATAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SEBAGAI BAHAN BAKU KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRASI Na 2 CO 3 DAN PEWARNA YANG BERBEDA

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN SINGKONG KARET UNTUK PEMBUATAN BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL DAN KITOSAN YANG BERBEDA

KARAKTERISTIK KERTAS BERBAHAN BAKU KULIT DURIAN DAN SAMPAH KERTAS PERKANTORAN

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

PENELITIAN BAHAN BAKU KERTAS DARI JERAMI PADI DENGAN SUHU PEMASAKAN 140 C

PENGARUH KOMPOSISI SEKAM PADI DAN AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK KERTAS DENGAN PROSES SODA

BAB III METODE PENELITIAN

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

I. PENDAHULUAN. terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikannya diperkirakan

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

Pengolahan Limbah Pabrik Kertas

KERTAS SENI DARI PELEPAH TANAMAN SALAK MELALUI BIOCHEMICAL PULPING KULTUR CAMPURAN JPP

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

D BOG BANANA PAPER PULP AND PAPER GREEN INCUBATOR

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

YUWIDA KUSUMAWATI A

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia serta Amerika. Pisang merupakan salah satu buah tropik yang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KERTAS DARI SELULOSA NATA BERBAHAN BAKU TAPIOKA

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

TUGAS AKHIR Pembuatan Pulp. dari Pelepah Pisang dengan Alat Digester. ( Making Of Pulp From Musa Paradiciasa with a Digester )

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PENINGKATAN KUANTITAS, KUALITAS DAN KONTINUITAS INDUSTRI KERTAS HANDMADE

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

Mulai. Pembersihan batang pisang. Pencacahan batang pisang. Penimbangan. pemasakan serat batang pisang. Penambahan NaOH 10%

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III METODE PENELITIAN

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran No. 1-4 Malang, Telp Fax

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

The Optimization of NaOH and Cassava Starch Concentration on The Quality of Art Paper from Banana Leaves

KARAKTERISTIK KERTAS BERBAHAN BAKU AMPAS TEBU DAN SAMPAH KERTAS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 Metodologi Penelitian

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transkripsi:

PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Oleh : RINDA CAHYA PRATIWI A420110067 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2015 0

PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI Rinda Cahya Pratiwi, A 420110067, Program studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015, 13 halaman. ABSTRAK Kulit Jagung dan bulu ayam merupakan contoh limbah hasil pertanian dan peternakan yang jumlahnya sangat melimpah dan masih jarang dimanfaatkan. Kulit jagung mengandung selulosa sebagai bahan dalam pembuatan kertas sedangkan bulu ayam mengandung keratin yang memiliki sifat kuat, kaku dan fleksibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan tarik, ketahanan sobek dan sifat sensoris kertas seni dari bahan baku bulu ayam dan kulit jagung dengan pewarna alami. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor 1: perbandingan bahan baku yaitu kulit jagung dan bulu ayam (P), P1 (50:50), P2 (60:40), P3 (70:30). Faktor 2: zat warna (J), J0 ( tanpa warna), J1 (daun jati) dan J2 (daun papaya) masing-masing perlakuan dua kali ulangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ketahanan tarik tertinggi adalah pada perlakuan P3J0 (perbandingan kulit Jagung dengan bulu ayam 70:30 dan tanpa pewarna) dengan rata-rata ketahanan tarik 8,2389 Mpa, ketahanan sobek kertas tertinggi pada perlakuan P1J2 (perbandingan kulit jagung dan bulu ayam 50:50 dengan pewarna daun papaya) dengan rata-rata ketahanan sobek 1,8310 Mpa. Hasil uji sifat sensoris terhadap tekstur paling tinggi pada P3J1 (perbandingan kulit jagung dengan bulu ayam 70:30 dan pewarna daun jati), kenampakan serat paling tinggi pada P3J1 (perbandingan kulit jagung dengan bulu ayam 70:30 dan pewarna daun jati), warna paling tinggi pada P3J1 (perbandingan kulit jagung dengan bulu ayam 70:30 dan pewarna daun jati), dan kesukaan masyarakat penilaian tertinggi yaitu pada kertas kulit jagung dan bulu ayam dengan pewarna daun papaya (P3J2). Ada perbedaan ketahanan tarik, ketahanan sobek dan sifat sensoris disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan kertas. Kata Kunci : kulit jagung, bulu ayam, NaOH, ketahanan tarik dan ketahanan sobek, sifat sensoris. 1

A. Pendahuluan Kulit Jagung dan bulu ayam merupakan contoh limbah hasil pertanian dan peternakan yang jumlahnya sangat melimpah. Pemanfaatan limbah tanaman jagung berupa kulit atau klobot jagung sampai saat ini kurang maksimal. Limbah jagung sebagian besar adalah bahan berlignoselulosa. Kandungan kulit jagung terdiri dari selulosa 36,81%, abu 6,04%, lignin 15,7%, dan hemiselulosa 27,01% (Ningsih,2012). Bulu merupakan salah satu hasil samping ternak ayam yang dapat menimbulkan bau tidak sedap dan merupakan sumber penyebaran penyakit. Hal ini menjadi permasalahan lingkungan yang perlu segera ditangani supaya tidak menimbulkan pencemaran. Menurut Savitha (2007) bulu ayam mengandung 80% protein dengan komponen beta-keratin, fibrous dan struktur protein yang kokoh dari disulfide. Komponen tersebut sangat sulit terdegradasi di lingkungan. Kandungan selulosa yang terdapat pada kulit jagung dan kandungan keratin pada bulu ayam memiliki potensi untuk bahan alternatif pembuatan kertas. Kertas adalah bahan tipis dan rata yang dihasilkan dari kompresi serat alami yang mengandung selulosa dan hemiselulosa (Paskawati,2010). Kertas merupakan sarana yang tergolong vital dalam kehidupan manusia yang kebutuhannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan kertas yang berjumlah besar selain mendorong produksi industri kertas, ternyata juga menimbulkan masalah-masalah lain seperti masalah lingkungan, yang di dalamnya mencakup masalah penebangan pohon di hutan. Dengan memanfaatkan limbah kulit jagung dan bulu ayam sebagai alternatif bahan pembuatan kertas maka akan mengurangi masalah tersebut. Ada beberapa jenis kertas yang ada di pasaran, antara lain kertas tissue, kertas minyak, kertas HVS, kertas merang, alumunium foil dan kertas seni (art paper). Kertas seni memiliki penampilan estetik yang kaya akan nuansa alami dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi. Wijana (2000) membuat kertas seni dari pulp pelepah daun nipah dan pulp kertas koran 2

diperoleh hasil bahwa, perlakuan terbaik untuk membuat kertas seni yaitu pada campuran pulp pelepah daun nipah dan pulp kertas koran dengan presentase 50%:50%, yaitu memiliki gramatur sebesar 131,26 (g/m 2 ), ketahanan tarik sebesar 2,30 (kn/m), ketahanan sobek 879 (mn) serta daya terima masyarakat yang baik. Menurut Prabawati dan Wijaya (2008) bahwa merang dan pelepah pohon pisang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pembuat kertas. Campuran pulp merang dan pulp pelepah pohon pisang dengan perbandingan 50%:50% menghasilkan kertas berwarna kuning tua, kertas yang terbuat dari 100% pulp merang berwarna kuning, dan kertas yang terbuat dari 100% pulp pohon pisang berwarna coklat. Bahan baku untuk membuat kertas yaitu Pulp atau disebut bubur kertas. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan yang berserat. Proses pembuatan pulp ada dua yaitu secara kimia (chemical pulping) dan proses mekanikal (mechanical pulping). Proses kimia yang akan digunakan untuk pulping bulu ayam dan kulit jagung yaitu proses soda dengan bahan kimia NaOH. Penambahan NaOH berfungsi untuk melarutkan lignin saat proses pulping sehingga mempercepat pemisahan dan pemutusan serat (Sucipto,2009). Semakin besar konsentrasi larutan pemasak, maka akan semakin besar jumlah larutan pemasak (NaOH) yang bereaksi dengan lignin. Tetapi, pemakaian larutan pemasak yang berlebihan tidak menguntungkan karena akan menyebabkan selulosa terdegradasi. Konsentrasi NaOH dibatasi maksimum 15% (Paskawati, 2010). Penampilan suatu produk akan lebih menarik apabila diberi zat pewarna. Contoh tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai zat warna yaitu daun Pepaya dan daun Jati.Daun pepaya dipilih sebagai pewarna alami karena mengandung pigmen klorofil yang cukup tinggi sedangkan pada daun Jati mengandung pigmen antosianin yang dapat memberikan warna merah. Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana ketahanan tarik dan ketahanan sobek kertas seni dari bahan baku bulu ayam dan kulit jagung dengan penambahan NaOH dan pewarna alami? 2). Bagaimana sifat sensoris kertas 3

seni dari bahan baku bulu ayam dan kulit jagung dengan penambahan NaOH dan pewarna alami? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk: 1). Mengetahui ketahanan tarik dan ketahanan sobek kertas seni dari bahan baku bulu ayam dan kulit jagung dengan penambahan NaOH dan pewarna alami. 2). Mengetahui sifat sensoris kertas seni dari bahan baku bulu ayam dan kulit jagung dengan penambahan NaOH dan pewarna alami. B. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Januari 2015. Penelitian ini dilakukan untuk pembuatan kertas dengan proses kimia dan Pengujian karakteristik kertas dilakukan di Laboratorium Rekayasa, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada. Pengujian sifat sensoris dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental. Rancangan lingkungan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial dan dua ulangan. Penelitian menggunakan dua faktor dan dua kali ulangan. Faktor pertama yaitu perbandingan bahan baku yaitu kulit jagung dan bulu ayam dengan tiga taraf yaitu 50:50 (P1), 60:40 (P2), 70:30 (P3). Faktor kedua yaitu zat warna dengan tiga taraf yaitu tanpa warna (J0), daun jati (J1) dan daun papaya (J2). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menguji ketahanan tarik dan ketahanan sobek kertas menggunakan alat Universal testing mechine, dan uji sifat sensoris dilakukan oleh 20 orang panelis dengan memberikan sampel masing-masing perlakuan yang diujikan pada lembar angket yang telah disediakan. Analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu dilakukan dengan menganalisis hasil penghitungan dari nilai ketahanan tarik dan sobek, serta kualitas kertas dengan uji sifat sensoris yang meliputi tekstur, kenampakan serat, warna dan daya terima masyarakat. 4

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian tentang karakteristik kertas seni dengan bahan baku bulu ayam dan kulit jagung diperoleh data hasil pengujian ketahanan tarik, ketahanan sobek, dan sifat sensoris. Table 1. Data Hasil Pengujian Ketahanan Tarik, Ketahanan Sobek Kertas dari Bulu Ayam dan kulit Jagung dengan penambahan NaOH dan Pewarna Alami. Perlakuan Ketahanan Tarik (MPa) Ketahanan Sobek (MPa) P1J0 6,7594 1.7901 P2J0 3,8933 1,8199 P3J0 8,2389 ^ 1,5047 P1J1 5,9206 1,6626 P2J1 3,3387 ^^ 1,1035^^^^ P3J1 4,6225 1,5117 P1J2 5,3136 1,8310 ^^^ P2J2 4,4395 1,3745 P3J2 3.3940 1.7873 Keterangan : ^ : Ketahanan Tarik Paling Kuat ^^ : Ketahanan Tarik Paling Lemah ^^^ : Ketahanan Sobek paling Kuat ^^^^ : Ketahanan Sobek Paling Lemah Berdasarkan data hasil penelitian uji ketahanan tarik dan ketahanan sobek kertas dari bulu ayam dan kulit jagung adalah sebagai berikut : 1. Ketahanan Tarik Kertas Adapun hasil rata-rata ketahanan tarik dapat dilihat pada diagram 1 berikut : 10 Ketahanan Tarik 5 Ketahanan Tarik 0 P1J0 P2J0 P3J0 P1J2 P2J2 P3J2 P1J3 P2J3 P3J3 Diagram 1. Uji Ketahanan Tarik kertas 5

Ketahanan Tarik merupakan gaya tahan lembaran kertas terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujungnya. Berdasarkan hasil penelitian pada uji ketahanan tarik kertas diketahui bahwa ketahanan tarik paling tinggi adalah pada perlakuan P3J0 (perbandingan kulit jagung dengan bulu ayam 70:30 dan tanpa pewarna) dengan rata-rata ketahanan tarik 8,2389 MPa, diikuti dengan P1J0 (6,7594MPa), P1J2 (5,9206 MPa), P1J3 (5,3136 MPa), P3J2 (4,6225 MPa), P2J3 (4,4395 MPa), P2J0 (3,8933 MPa), P3J3 (3,394 MPa), P2J2 (3,3387 MPa). Perlakuan P3J0 (perbandingan kulit jagung dengan bulu ayam 70:30 dan tanpa pewarna) memiliki ketahanan tarik yang paling tinggi. Komposisi bahan kertas pada perlakuan P3J0 terdiri dari 70% kulit jagung dan 30% bulu ayam. Kulit jagung mengandung selulosa 36,81%, sehingga jika perbandingan kulit jagung lebih banyak dari pada bulu ayam, serat yang dihasilkan akan lebih banyak. Serat-serat tersebut akan saling berikatan sehingga kekuatan tarik kertas akan menjadi tinggi. Waktu penggilingan dan homogenitas perekat juga mempengaruhi ketahanan tarik karena pulp yang digiling dengan waktu yang lebih lama akan menghasilkan pulp yang lebih halus dan juga perekat lebih homogen. Semakin pulp dan perekat tergiling secara homogen, maka ikatan antar serat semakin tinggi karena lem PVAc yang tercampur secara homogen akan mengisi ruang antar serat, sehingga ketahanan tarik kertas semakin tinggi. Perbedaan ketahanan tarik dapat disebabkan karena tidak ratanya ketebalan kertas, karena pencetakan yang dilakukan secara manual. Kertas yang terlalu tebal akan lebih mudah patah ketika ditarik. Panjang serat yang terbentuk pada saat pulping juga akan mempengaruhi ikatan antar serat. Serat yang pendek memiliki daya ikat yang lebih tinggi dari pada serat yang panjang, sehingga serat yang pendek memiliki ketahanan tarik yang lebih tinggi daripada serat yang panjang. Menurut Monica (2009) bahwa faktor yang mempengaruhi ketahanan tarik adalah kekuatan individu serat yang lemah, panjang serat, 6

kemampuan pengikatan serat bergantung pada proses penekanan atau pengepressan, dan struktur permukaan kertas. 2. Ketahanan Sobek Adapun hasil rata-rata ketahanan sobek kertas dapat dilihat pada diagram 2 Ketahanan Sobek 2 1,5 1 0,5 0 P1J0 P2J0 P3J0 P1J1 P2J1 P3J1 P1J2 P2J2 P3J2 Ketahanan Sobek Berdasarkan hasil penelitian pada uji ketahanan sobek kertas diketahui bahwa ketahanan sobek paling tinggi pada perlakuan P1J2 (perbandingan kulit jagung dan bulu ayam 50:50 dengan pewarna daun papaya) dengan rata-rata ketahanan sobek 1,8310 MPa. Urutan ketahanan sobek dari yang paling tinggi yaitu perlakuan P1J2 (1,8310 MPa), P2J0 (1,8199 MPa), P1J0 (1,7901 MPa), P3J2 (1,7873 MPa), P1J1 (1,6626 MPa), P3J1 (1,5117 MPa), P3J0 (1,5047 MPa), P2J2 (1,3745 MPa), P2J1 (1,1035 MPa). Perlakuan P1J2, memiliki ketahanan sobek paling baik karena komposisi kertas tersebut terdiri dari 50% kulit jagung dan 50% bulu ayam. Bulu ayam mengandung 80% keratin yang menyebabkan kertas menjadi kuat, fleksibel dan kaku sehingga ketahanan sobeknya tinggi. Lignin yang ada di dalam kulit jagung terdegradasi oleh NaOH sedangkan selulosa akan berikatan satu sama lain, semakin banyak jumlah selulosa yang berikatan maka ketahanan sobeknya tinggi. Panjang serat yang terbentuk pada saat pulping akan mempengaruhi ketahanan sobek kertas. Serat yang pendek akan memiliki ketahanan sobek yang tinggi daripada serat yang panjang, karena serat yang pendek akan memiliki ikatan antar serat yang lebih tinggi dibandingkan serat yang 7

panjang. Perlakuan P1J2 memiliki serat yang lebih pendek sehingga ketahanan sobeknya paling tinggi daripada perlakuan lain. Homogenitas perekat mempengaruhi ketahanan sobek kertas karena perekat akan mengisi ruangan ikatan antar serat. Apabila perekat yang ditambahkan homogen maka, kertas akan menjadi kuat dan tidak mudah sobek. Menurut Wijana (2012) bahwa faktor yang mempengaruhi ketahanan sobek kertas adalah jumlah selulosa yang terdapat pada bahan baku dan penggunaan perekat 3. Sifat Sensoris Setelah pengujian ketahanan tarik dan ketahanan sobek, selanjutnya dilakukan pengujian sifat sensoris kertas dan memperoleh hasil sebagai berikut : Table 2. Data Hasil Pengujian Sifat Sensoris Kertas dari Bulu Ayam dan kulit Jagung dengan penambahan NaOH dan Pewarna Alami. Sifat Sensoris Perlakuan Daya Terima Tekstur Kenampakan Serat Warna Masyarakat P1J0 Halus Tidak Tampak Putih Kurang Suka P2J0 Sangat Halus Kurang Tampak Putih Kekuningan Kurang Suka P3J0 Halus Tidak Tampak Putih Kekuningan Kurang Suka P1J1 Sangat Halus Kurang Tampak Merah Keunguan Kurang Suka P2J1 Halus Tidak Tampak Merah Keunguan Kurang Suka P3J1 Kasar * Kurang Tampak ** Ungu *** Suka P1J2 Sangat Halus Kurang Tampak Hijau Kekuningan Kurang Suka P2J2 Halus Kurang Tampak Hijau Kekuningan Kurang Suka P3J2 Halus Kurang Tampak Hijau Kekuningan Suka **** Keterangan : * : Nilai tekstur tertinggi ** : Nilai kenampakan serat tertinggi *** : Nilai warna tertinggi **** : Nilai kesukaan tertinggi kalangan Uji Sifat Sensoris dilakukan kepada 20 orang panelis dengan berbagai pekerjaan. Berdasarkan data hasil pengujian organoleptik yang dilakukan diperoleh analisis: 8

a. Tekstur Nilai rata-rata tertinggi panelis terhadap tekstur permukaan kertas seni adalah 2,6 (kasar) yaitu pada perlakuan P3J1 (perbandingan kulit jagung dengan bulu ayam 70:30 dan pewarna daun jati). Kertas seni yang memiliki tekstur yang kasar lebih disukai konsumen karena lebih unik dan memiliki nilai seni yang tinggi. Tekstur permukaan sangat dipengaruhi oleh teknik pencetakan dan ukuran serat. Ukuran serat pendek akan menghasilkan tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan serat yang panjang, sedangkan dalam proses pencetakan kertas seni hasil penelitian menggunakan cetakan manual yaitu screen sablon sehingga permukaan kertas yang terbentuk menjadi tidak rata. b. Kenampakan Serat Berdasarkan hasil penilaian panelis dapat diketahui bahwa panelis paling menyukai kenampakan serat pada produk kertas seni dengan perbandingan bahan baku kulit jagung dan bulu ayam 70:30 dengan pewarna daun jati (perlakuan P3J1), ditunjukkan dengan skor yang paling tinggi yaitu 2,15 (kurang tampak). Kenampakan serat pada kertas dipengaruhi oleh NaOH yang berperan dalam pemisahan dan pemutusan serat. Waktu perebusan juga berpengaruh terhadap kenampakan serat. Waktu perebusan yang terlalu lama tidak hanya mendegradasi lignin tetapi juga akan merusak selulosa sehingga serat-serat selulosa menjadi tidak tampak. c. Warna Berdasarkan uji sifat sensoris terhadap warna diketahui bahwa panelis paling menyukai warna kertas seni dengan perbandingan kulit jagung dan bulu ayam 70:30 menggunakan pewarna daun jati, ditunjukkan dengan nilai 2,6 (Ungu). Kertas dari kulit jagung dan bulu ayam tanpa menggunakan pewarna menghasilkan warna putih, putih kecoklatan atau putih kekuningan. Kertas dengan pewarna daun jati menghasilkan warna kemerahan, merah keunguan hingga ungu karena adanya antosianin. Antosianin bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). 9

Perbedaan warna pada kertas dengan pewarna daun jati disebabkan karena ph yang berbeda sehingga warna yang muncul berbeda pula. Kertas dengan daun papaya menghasilkan kertas yang berwarna hijau kekuningan hingga hijau muda atau hijau karena adanya kandungan klorofil. Perbedaan warna ini disebabkan klorofil yang mengalami denaturasi karena panas yang ditimbulkan dari proses perebusan pulp dengan pewarna dan penjemuran kertas. Kertas kulit jagung dan bulu ayam tanpa daun jati dan daun papaya memiliki warna putih yang berbeda-beda disebabkan pada saat proses pencucian. Kertas yang berwarna putih kecoklatan atau putih kekuningan karena masih adanya NaOH sisa perebusan sedangkan jika dicuci dengan bersih kertas yang dihasilkan akan berwarna lebih putih. d. Daya terima masyarakat Penilaian panelis terhadap produk kertas seni dari kulit jagung dan bulu ayam dengan pewarna alami sangat bervariatif tergantung dari selera konsumen. Penilaian rata-rata tertinggi yaitu pada kertas kulit jagung dan bulu ayam dengan pewarna daun papaya yaitu perlakuan P3J2 dengan nilai 2,65 (suka). Faktor yang mempengaruhi kesukaan atau daya terima masyarakat terhadap kertas seni kulit jagung dan bulu ayam dengan pewarna alami yaitu tekstur, warna, serta kenampakan serat. D. Simpulan a. Ada perbedaan hasil ketahanan tarik kertas seni dari bulu ayam dan kulit jagung dengan penambahan NaOH dan pewarna alami. Perlakuan tertinggi ketahanan tarik adalah P3J0 (perbandingan kulit jagung dan bulu ayam 70:30 tanpa pewarna) dengan rata-rata ketahanan tarik 8,2389 MPa. b. Ada perbedaan hasil ketahanaan sobek kertas seni dari bulu ayam dan kulit jagung dengan penambahan NaOH dan pewarna alami. Perlakuan tertinggi ketahanan sobek adalah P1J2 ( perbandingan kulit jagung dan bulu ayam 50:50 menggunakan pewarna daun papaya) dengan rata-rata ketahanan sobek 1,8310 MPa. 10

c. Ada perbedaan hasil sifat sensoris kertas seni dari bulu ayam dan kulit jagung dengan penambahan NaOH dan pewarna alami. Nilai rata-rata tertinggi yang diberikan panelis pada tekstur kertas seni yaitu 2,6 (kasar) yaitu pada perlakuan P3J1, penilaian pada kenampakan serat 2,15 (kurang tampak) yaitu perlakuan P3J1, penilaian terhadap warna adalah 2,6 (ungu) yaitu perlakuan P3J1 dan penilaian panelis terhadap kesukaan yaitu 2,6 (suka) pada perlakuan P3J2. 11

DAFTAR PUSTAKA Monica. 2009. Pulp and Paper Technology. Paper Products Physic and Technology Journal. Vol 2 No: 2. Ningsih, Eva. 2012. Skripsi (non publish). Uji Kinerja Digester pada Proses Pulping Kulit Jagung dengan Variable Suhu dan Waktu Pemasakan. Semarang: UNDIP. Paskawati,Y.A., Susyana.,Antaresti., Retnoningtyas. Pemanfaatan Sabut Kelapa sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas Komposit Alternatif. Jurnal Widya teknik.vol.9 No: 1. Prabawati, Yunita dan Abdul Gani Wijaya. 2008. Pemanfaatan Sekam Padi dan Pelepah Pohon Pisang sebagai Bahan Alternatif Pembuat Kertas berkualitas. Jurnal aplikasi ilmu agama Vol 9 No:1. Savitha.2007. Isolation Identification and characterization of a Feather Degrading Bacterium.international Journal of Poultry Science.Vol. 6 Issue: 9. Sucipto,S., Wijana., dan E. Wahyuningtyas. 2009. Optimasi Penggunaan NaOH dan Tapioka pada Produksi Kertas Seni dari Pelepah Pisang.Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No:1. Wijana, susinggih. 2012. Pemanfaatan Serat Pelepah Nipah (Nypa fruticans) Sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan Kertas Seni (Kajian Proporsi Bahan Baku Dan Perekat). Malang: Universitas Brawijaya press. 12