DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS TELAGA BIRU DAN PUSKESMAS MONGOLATO KABUPATEN GORONTALO PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012 DETERMINANT OF EXCLUSIVE BREAST FEEDING IN THE TELAGA BIRU AND MONGOLATO PUBLIC HEALTH CENTER WORKING AREA GORONTALO REGENCY IN GORONTALO PROVINCE IN 2012 Yulien adam, 1 Tahir Abdullah, 2 Furqaan Naiem 3 1 Puskesmas Telaga Biru, Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, 2 Bagian Biostatistik/KKBK, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, 3 Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Alamat Korespondensi : Yulien Adam, SST (Puskesmas Telaga Biru, Kab.Gorontalo) Jl. Limboto Raya Kabupaten Gorontalo,96116 Hp. 085298624000 Email :yulienadam@yahoo.co.id
Abstract Data coverage exclusive breastfeeding at Blue Lake Regional Occupational Health Center during the year 2010 amounted to 40.22% of 411, 2011 of 29.79% from 492 in 2012 and by 30% from 346. For PHC Mongolato number of infants 7-12 months of 2010 as many as 134 babies, babies in 2011 were 108 and in 2012 as many as 225 babies. The purpose of this study to determine the relationship of the implementation of the health law, the behavior of midwives and infrastructure facilities with exclusive breastfeeding in the health center and health center Telaga Biru Mongolato Gorontalo regency in 2012. This type of research is analytic survey with crosssectional design. Population is sampled mothers are breastfeeding and mothers who had babies between the ages of 7-12 months either exclusive breastfeeding or not. The sampling technique used is proportional stratified random sampling with sample size 209. Statistical test used was chi square and independent sample t test. The results showed that in Pukesmas Telaga Biru: application of the health care legislation with a value of x2 = 0.379 and p = 0.574, Behavior midwife with value x2 = 1.528 and p = 0.216, ASI-care facilities with a value of x2 = 0.461 and p = 0.497. For Mongolato health center: application of the health care legislation with a value of x2 = 0.286 and p = 0.423, Behavior midwife with value x2 = 1.157 and p = 0.282, ASI-care facilities with a value of x2 = 0.529 and p = 0.467. With the t test, the application of health care legislation to the value t = 11.475 and p = 0.001, t value = midwife behavior 0.687 and p = 0.439, t care facilities ASI value = 0.595 and p = 0.552. It can be concluded that there is no relationship between the implementation of the health law, the behavior of midwives and facilities by means of exclusive breastfeeding. There are differences in the implementation of the health law, while the behavior of midwives and facilities means there is no difference between the health center and health center Telaga Biru and Mongolato. Keywords: Mother breastfeeding, exclusive breastfeeding. Abstrak Data cakupan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru selama tahun 2010 sebesar 40,22% dari 411, 2011 sebesar 29,79% dari 492 dan pada tahun 2012 sebesar 30% dari 346. Untuk Puskesmas Mongolato jumlah bayi 7-12 bulan tahun 2010 sebanyak 134 bayi, tahun 2011 sebanyak 108 bayi dan tahun 2012 sebanyak 225 bayi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penerapan undang undang kesehatan, perilaku bidan dan fasilitas sarana dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah ibu menyusui dan sampel adalah ibu yang memiliki bayi antara umur 7-12 bulan baik yang memberikan ASI Eksklusif maupun tidak. Teknik sampling yang digunakan adalah proportional stratified random sampling dengan besar sampel 209. Uji statistik yang digunakan adalah chi square dan Independent Sample t Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Pukesmas Telaga Biru : penerapan undang-undang kesehatan dengan nilai x 2 = 0,379 dan nilai p = 0,574, Perilaku bidan dengan nilai x 2 = 1,528 dan nilai p = 0,216, sarana pelayanan ASI dengan nilai x 2 =0,461 dan nilai p = 0,497. Untuk Puskesmas Mongolato: penerapan undang-undang kesehatan dengan nilai x 2 = 0,286 dan nilai p = 0,423, Perilaku bidan dengan nilai x 2 = 1,157 dan nilai p = 0,282, sarana pelayanan ASI dengan nilai x 2 =0,529 dan nilai p = 0,467. Dengan uji t, penerapan undang-undang kesehatan dengan nilai t=11,475 dan p=0,001, perilaku bidan nilai t=0,687 dan nilai p=0,439, sarana pelayanan ASI nilai t=0,595 dan p=0,552. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penerapan undang undang kesehatan, perilaku bidan dan fasilitas sarana dengan pemberian ASI eksklusif. Ada perbedaan penerapan undang undang kesehatan, sedangkan perilaku bidan dan fasilitas sarana tidak ada perbedaan antara Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato. Kata kunci : Ibu menyusui, ASI eksklusif.
PENDAHULUAN Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, risiko kematian bayi (AKB) bisa berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI ekslusif dan menyusui sampai 2 tahun. Khusus untuk kematian neonatus dapat ditekan hingga 55% - 87% jika setiap bayi lahir dilakukan IMD dan diberikan ASI eksklusif. Selain itu kasus kurang gizi pada anak di bawah usia dua tahun juga dapat atasi melalui pemberian ASI eksklusif. WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat ASI untuk mengatasi masalah gizi dan mencegah penyakit infeksi. Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh dari pemberian ASI adalah hemat dan mudah dalam pemberiannya serta manfaat jangka panjang adalah meningkatkan kualitas generasi penerus karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional anak.(sandra, 2010) Di Indonesia persentase menyusui masih rendah yaitu 36% dan jumlah ibu yang memberikan ASI pada usia 0-3 bulan 47% di perkotaan dan 53% di pedesaan. Persentase pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya untuk bayi berusia 0-6 bulan) di Indonesia masih jauh dari harapan. Hal ini bisa mengancam pencapaian tujuan pembangunan milenium (MDGs), untuk menekan angka tingkat kematian anak. Seperti diketahui, pada 2015, angka kematian anak ditargetkan turun dari kondisi terakhir yakni 41 per 1000 kelahiran hidup (Soetjiningsih, 1997) Kenyataan rendahnya pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh 2 (dua) faktor (Baskoro, 2008), yakni faktor internal yang meliputi rendahnya pengetahuan serta sikap ibu tentang kesehatan secara umum dan ASI Eksklusif secara khususnya dan faktor eksternal yang meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan terhadap pemberian ASI Eksklusif, gencarnya promosi susu formula, adanya faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak Suradi (2008), menyatakan bahwa pemberian ASI masih rendah, disebabkan pelaksanaan tatalaksana pelayanan kesehatan yang salah. Beberapa pelayanan kesehatan memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal itu menyebabkan bayi tidak terbiasa mendapatkan ASI dari ibunya, dan akhirnya tidak mau lagi mengonsumsi ASI. Hal lain yang lebih memengaruhi dalam pemberian ASI pada bayi adalah adanya anggapan yang salah dari para ibu yang menggangap bahwa dengan
pemberian ASI maka akan menyebabkan bayi mereka tidak mandiri, bayi cepat lapar, dan pertumbuhan bayi kurang cepat. Kurangnya dukungan dari keluarga juga merupakan faktor terhambatnya pemberian ASI. Ini sejalan dengan pendapat Roesli (2000) Pada Ibu yang menyusui, pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor sikap dan perilaku ibu, tingkat pendidikan, dan pengetahuan, sosial ekonomi dan budaya, ibu merasa ASI yang dimiliki Ibu kurang, ibu yang bekerja, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Purwanti pada tahun (2004) yang menyatakan faktor penghambat ibu untuk menyusui secara eksklusif adalah sikap yang tidak setuju dengan ASI eksklusif, motivasi kurang, banyak ibu mengalami bengkak payudara, informasi yang kurang, orang terdekat subjek dan masyarakat yang kurang mendukung, dan program PP-ASI eksklusif yang bukan prioritas puskesmas Di Kabupaten Gorontalo, dari data profil kesehatan Kabupaten Gorontalo cakupan ASI Eksklusif selama tiga tahun terakhir jumlah masing-masing sebesar 28% dari 9.315 bayi tahun 2009, 16,97% dari 6.611 bayi dan 56,35% dari 5.820 bayi (Profil Kesehatan Kabupaten Gorontalo,2011). Berarti dapat dirata-ratakan ada sekitar separuh dari bayi di Kabupaten Gorontalo yang terancam masalah gizi. Jika dilihat lagi dari tingkat kecamatan, data cakupan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru selama tahun 2010 sebesar 40,22% dari 411 bayi, 2011 sebesar 29,79% dari 492 bayi dan pada tahun 2012 sebesar 30% dari 346 bayi. Untuk Puskesmas Mongolato jumlah bayi 7-12 bulan tahun 2010 sebanyak 134 bayi, tahun 2011 sebanyak 108 bayi dan tahun 2012 sebanyak 225 bayi. Dengan demikan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan pemberian ASI di Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo tahun 2012. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo dari bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Februari 2013 Desain dan Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang merupakan salah satu jenis rancangan penelitian yang sifatnya analitik dan termasuk dalam jenis rancangan penelitian observasional yang dimaksudkan untuk mempelajari dinamika dan variasi yang termuat dalam penelitian. Variabel independen adalah penerapan undang-undang kesehatan, perilaku bidan dan sarana pelayanan ASI, sedangkan variabel dependennya adalah pemberian ASI.
Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan di wilayah Puskesmas Telaga Biru sebanyak 234 dan Puskesmas Mongolato, sebanyak 225. Jadi total populasi sebanyak 459. Berdasarkan rumus Stanley Lemeshow (1997) didapatkan sampel sebanyak 107 di wilayah Puskesmas Telaga Biru dan sebanyak 102 di Puskesmas Mongolato, dengan total sampel menjadi 209. Tehnik penarikan sampel dilakukan dengan cara Stratified Propotional Random. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato dan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. Data primer diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan responden yang terpilih dengan menggunakan kuesioner langsung ke rumah responden. Analisis Data Analisis data menggunakan program SPSS 16.00. Untuk mendapatkan gambaran umum responden digunakan analisis univariat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Untuk analisis bivariat dilakukan tabulasi silang antara faktor deteminan dengan produksi ASI, dengan penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi persentase baris untuk menjelaskan nilai prediksi faktor determinan dengan produksi ASI. Analisis multivariat dimaksudkan untuk menilai pengaruh faktor determinan secara simultan terhadap pemberian ASI eksklusif untuk masing-masing determinan terhadap variable pemberian ASI eksklusif. HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel Tabel 1, menunjukkan karakteristik umum responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Karakteristik kelompok umur berdasarkan puskesmas, dimana kelompok umur tertinggi di puskesmas Telaga Biru yaitu pada kelompok umur 20-24 tahun (34,6%) dan kelompok umur terendah pada yaitu < 20 tahun dan > 40 tahun, masing-masing 4,7%. Sedangkan kelompok umur tertinggi, di puskesmas Mongolato yaitu pada kelompok umur 25-29 tahun (29,4%), dan terendah pada kelompok umur > 40 tahun (5,3%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden, dimana di puskesmas Telaga Biru tertinggi dengan pendidikan SD (43%), dan terendah tidak sekolah (4,7%). Sedangkan di puskesmas Mongolato tertinggi pada pendidikan SMA (37,3%) dan terendah tidak sekolah (0%). Berdasarkan jenis pekerjaan dimana di puskesmas Telaga Biru tertinggi dengan jenis pekerjaan IRT (80,4%) dan terendah sebagai petani (2,8%), sedangkan di Puskesmas Mongolato tertinggi dengan jenis pekerjaan
IRT (77,4%) dan terendah sebagai wiraswasta (2%). Berdasarkan jumlah anak, dimana di puskesmas Telaga Biru tertinggi dengan jumlah anak 1 (42,0%)), dan terendah dengan jumlah anak 0 (0,0%). Sedangkan di puskesmas Mongolato tertinggi juga dengan jumlah anak 1 (41,1%) dan terendah dengan jumlah anak 5 dan 6 (1%). Tabel 2, menunjukkan karakteristik khusus Pemberian ASI di Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato. Berdasarkan pemberian ASI antara Puskesmas Telaga Biru dengan Puskesmas Mongolato, dimana pemberian ASI Ekslusif di puskesmas Telaga Biru lebih rendah (30,4%) dibandingkan dengan pemberian ASI Ekslusif di puskesmas Mongolato (69,6%), sedangkan pemberian ASI tidak ekslusif lebih tinggi di puskesmas Telaga Biru (58,8%) dibandingkan dengan pemberian ASI tidak ekslusif di puskesmas Mongolato (41,2%). Berdasarkan penerapan UU Kesehatan antara puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato, dimana penerapan UU Kesehatan yang baik lebih tinggi di puskesmas Telaga Biru (91,1%) dibandingkan dengan puskesmas Mongolato (8,9%), sedangkan penerapan UU Kesehatan yang kurang lebih rendah di Puskesmas Telaga Biru (26,9%) dibandingkan dengan Puskesmas Mongolato (73,1%). Berdasarkan perilaku bidan antara Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato, dimana perilaku bidan yang baik, lebih tinggi (52,4%) di Puskesmas Telaga Biru dibandingkan dengan Puskesmas Mongolato (47,6%), sedangkan perilaku bidan yang kurang, lebih rendah (46,5%) di Puskesmas Telaga Biru dibandingkan dengan Puskesmas Mongolato (53,5%). Berdasarkan sarana pelayanan ASI antara puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato, dimana sarana pelayanan ASI yang baik, lebih tinggi (55,9%) di Puskesmas Telaga Biru dibandingkan dengan Puskesmas Mongolato (44,1%) sedangkan sarana pelayanan kesehatan kurang, lebih tinggi (50,3%) di Puskesmas Telaga Biru dibandingkan dengan Puskesmas Mongolato (49,7%). Analisis Bivariat Pada tahap ini dilakukan analisis tabulasi silang antara variabel yang termasuk faktor determinan dengan variabel pemberian ASI eksklusif sepeti pada tabel 3. Analisis hubungan antara penerapan UU Kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif. DI Puskesmas Telaga Biru. Dimana responden dengan penerapan UU Kesehatan yang baik, lebih sedikit dengan ASI ekslusif (18,1%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (81,9%). Sedangkan responden dengan penerapan UU Kesehatan yang kurang juga lebih sedikit dengan ASI ekslusif (11,4%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (88,6%). Hasil uji dengan Chi-Square test ditemukan hasil x 2 = 0,379 dan nilai p = 0,574, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penerapan UU Kesehatan dengan pemberian ASI di wilayah Puskesmas
Telaga Biru. Analisis hubungan antara penerapan UU Kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif DI Puskesmas Mongolato. Dimana responden dengan penerapan UU Kesehatan yang baik, lebih banyak dengan ASI ekslusif (57,1%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (42,9%). Sedangkan responden dengan penerapan UU Kesehatan yang kurang lebih sedikit dengan ASI ekslusif (36,8%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (63,2%). Hasil uji dengan Chi-Square test ditemukan hasil x 2 = 0,286 dan nilai p = 0,423, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penerapan UU Kesehatan dengan pemberian ASI di wilayah Puskesmas Mongolato. Analisis hubungan antara perilaku bidan dengan pemberian ASI ekslusif di Puskesmas Telaga Biru.. Dimana responden dengan perilaku bidan yang baik, lebih sedikit dengan ASI ekslusif (13,8%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (86,2%). Sedangkan responden dengan perilaku bidan yang kurang juga lebih sedikit dengan ASI ekslusif (25,0%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (75,0%). Hasil uji dengan Chi-Square test ditemukan hasil x 2 = 1,528 dan nilai p = 0,216, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku bidan dengan pemberian ASI di wilayah Puskesmas Telaga Biru. Analisis hubungan antara perilaku bidan dengan pemberian ASI ekslusif di Puskesmas Mongolato. Dimana responden dengan perilaku bidan yang baik, lebih sedikit dengan ASI ekslusif (35,4%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (64,6%). Sedangkan responden dengan perilaku bidan yang kurang juga lebih sedikit dengan ASI ekslusif (47,8%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (52,2%). Hasil uji dengan Chi-Square test ditemukan hasil x 2 = 1,157 dan nilai p = 0,282, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku bidan dengan pemberian ASI di wilayah Puskesmas Mongolato. Analisis hubungan antara sarana pelayanan kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif di Puskesmas Telaga Biru. Dimana responden dengan pelayanan kesehatan yang baik, lebih sedikit dengan ASI ekslusif (14,8%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (85,2%). Sedangkan responden dengan sarana pelayanan kesehatan yang kurang juga lebih sedikit dengan ASI ekslusif (21,1%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (78,9%). Hasil uji dengan Chi-Square test ditemukan hasil x 2 = 0,461 dan nilai p = 0,497, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sarana pelayanan kesehatan dengan pemberian ASI di wilayah Puskesmas Telaga Biru. Analisis hubungan antara sarana pelayanan kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif di Puskesmas Mongolato. Dimana responden dengan pelayanan kesehatan yang baik, lebih sedikit dengan ASI ekslusif (36,8%) dibandingkan dengan yang tidak ekslusif (63,2%). Sedangkan responden dengan sarana pelayanan kesehatan yang kurang juga lebih sedikit dengan ASI ekslusif (46,7%) dibandingkan dengan
yang tidak ekslusif (53,3%). Hasil uji dengan Chi-Square test ditemukan hasil x 2 = 0,529 dan nilai p = 0,467, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sarana pelayanan kesehatan dengan pemberian ASI di wilayah Puskesmas Mongolato. Analisis Multivariat Dilakukan untuk menganalisis perbedaan pemberian ASI eksklusif sebelum dan setelah penerapan Undang-undang kesehatan. Pada tahap ini dilakukan analisis perbedaan pemberian ASI eksklusif menurut variabel penerapan undang-undang kesehatan, Perilaku bidan dan sarana pelayanan ASI. Tabel 4 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji t independen ditemukan bahwa ada perbedaan variabel penerapan undang-undang kesehatan antara Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), sedangkan untuk variabel perilaku bidan dan sarana pelayanan ASI baik uji F maupun uji t independen menunjukkan tidak ada perbedaan antara Puskesmas Telaga Biru dengan Puskesmas Mongolato dengan nilai p = 0,493 (Puskesmas Telaga Biru) dan p = 0,552 (Puskesmas Mongolato). PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara penerapan undangundang kesehatan dengan pemberian ASI di Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato dengan masing-masing nilai p > 0,05. Hasil uji F maupun t independen menunjukkan nilai p < 0,05, artinya ada perbedaan antara penerapan undang-undang kesehatan di puskesmas Telaga Biru dengan penerapan undang-undang kesehatan di Puskesmas Mongolato. Untuk mendukung pemberian ASI eksklusif di Indonesia, pada tahun 1990 pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai dengan berumur 4 bulan. Pada tahun 2004, sesuai dengan anjuran badan kesehatan dunia (WHO), pemberian ASI Eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tahun 2004.(Depkes RI, 2009) Bahkan, berdasarkan UU Kesehatan ini, selama program ASI Eksklusif, para elemen masyarakat harus mendukung ibu dengan memberikan waktu dan fasilitas khusus, bila hal ini tidak dilaksanakan maka para pihak yang menghalangi para ibu memberikan ASI Eksklusif dapat dipidana sesuai dengan ketentuan Pasal 200 UU Kesehatan. Regulasi pemerintah tentang ASI eksklusif memiliki kekuatan besar untuk meningkatkan ibu-ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif.
Peran pemerintah sebagai regulator, selfregulation sebagai user dan kerangka kerja hukum umum dapat menghadapi kekuatan regulasi mekanisme pasar dan tekanan masyarakat umum, meningkatkan ibu-ibu menyusui melakukan inisiasi menyusui dini, memberikan ASI eksklusif dan memberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun. Sebaliknya, pengaruh gencarnya promosi susu formula melalui media massa dan melalui institusi pelayanan kesehatan ataupun tenaga kesehatan tidak menghambat pemberian ASI eksklusif. Analisis hubungan perilaku bidan dengan pemberian ASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku bidan dengan pemberian ASI di Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato dengan masing-masing nilai p > 0,05. Hasil uji F maupun uji t independen menunjukkan nilai p > 0,05, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara perilaku bidan di puskesmas Telaga Biru dan dengan perilaku bidan di Puskesmas Mongolato. Bidan sebagai orang pertama yang melakukan pertolongan pertama pada persalinan mempunyai tanggung jawab pokok terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak, harus mampu menerapkan pemberian ASI Eksklusif (Wuryanti, 2013). Peran bidan sebagai pelaksana dalam pemberian ASI Eksklusif antara lain mengajarkan ibu cara menyusui yang benar, pemberian ASI segera setelah lahir, menghindari penggunan dot, kebutuhan nutrisi saat menyusui dan managemen laktasi. Sedangkan peran bidan sebagai pendidik dalam pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah bidan mampu memberikan penyuluhan dan pemahaman terhadap ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif sehingga ibu menyadari dan merasakan bangga dan bahagia serta prospek dalam menyusui bayinya. Hasil penelitian yang dilakukan Ambarwati (2008) tentang pengaruh konseling laktasi intensif terhadap pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai 3 bulan meenunjukkan bahwa Kelompok yang tidak mendapat konseling laktasi intensif menunjukkan tidak ada perubahan skor pengetahuan, sikap terhadap Inisiasi Menyusu Dini, ASI eksklusif, ASI, menyusui dan tidak ada peningkatan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai 3 bulan pada anak sebelum dan selama penelitian. Kelompok yang mendapat konseling laktasi yang intensif menunjukkan ada perubahan skor pengetahuan, sikap terhadap Inisiasi Menyusu Dini, ASI eksklusif, ASI, menyusui dan peningkatan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai 3 bulan pada anak yang dilahirkan sebelum dan selama penelitian Analisis hubungan Sarana Pelayanan ASI dengan pemberian ASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sarana pelayanan asi dengan pemberian ASI di Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato dengan masing-masing nilai p > 0,05. Hasil uji F maupun uji t independen menunjukkan nilai p > 0,05, artinya tidak ada perbedaan
yang signifikan antara perilaku bidan di puskesmas Telaga Biru dan dengan perilaku bidan di Puskesmas Mongolato. Untuk menjamin agar hak ibu menyusui terlaksana, negarapun memberikan kewajiban kepada elemen masyarakat agar mendukung ibu menyusui. Bentuk dukungan tersebut dengan memberikan waktu dan fasilitas yang layak bagi ibu untuk menyusui bayinya. Masih banyaknya tempat kerja yang belum memiliki fasilitas khusus bagi ibu menyusui.banyak perusahaan yang tidak memiliki ruangan khusus menyusui. Beberapa kantor ada yang memang menyiapkan ruangan yang bisa digunakan untuk menyusui, namun bukan ruangan khusus bagi ibu menyusui. Karena tak memiliki ruangan khusus menyusui, tak jarang para ibu ini harus menempati gudang, ruang arsip, musholla, toilet, bahkan ruang ganti satpam untuk sekedar menyusui bayinya.tentu ruangan ini jauh dari nyaman dan memiliki privasi.di ruangan-ruangan tersebut, menyusui bayi harus dilakukan cepat-cepat karena khawatir ada orang yang sedang mengantri atau bisa saja tiba-tiba ada orang yang masuk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alifah (2012) tentang sistem manajemen program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Candilama Kota Semarang menunjukkan bahwa sarana yang ada di Puskesmas hanya berupa laktasi kit untuk ibu menyusui, yang baru didapatkan dari DKK Semarang, namun jarang digunakan ketika pelaksanaan program. Secara umum sarana dalam program ASI eksklusif belum dapat mendukung pelayanan maupun penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu menyusui secara optimal karena tidak adanya poster, leaflet, ruangan laktasi.upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana menunggu realisasi dari DKK. Pelaksanaan program ASI eksklusif di Puskesmas belum dilaksanakan dengan baik yang dibuktikan oleh pernyataan semua informan menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang ada belum lengkap.sarana Prasarana yang tersedia belum mendukung pelaksanaan program ASI eksklusif.sarana dan prasarana seperti tempat untuk melaksanakan pelayanan konseling laktasi atau ruangan laktasi belum tersedia di Puskesmas.Keterbatasan ruangan di Puskesmas menjadi kendala sehingga tidak bisa untuk menyediakan ruangan laktasi.selama ini yang tersedia hanya alat peraga namun jarang digunakan ketika melaksanakan program pemberian ASI eksklusif. KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penerapan undang-undang kesehatan, perilaku bidan serta sarana pelayanan ASI dengan pemberian ASI di Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolatro. Dan ada perbedaan antara penerapan undang-undang
kesehatan di Puskesmas Telaga Biru dengan Puskesmas Mongolato, tidak ada perbedaan perilaku bidan dan sarana pelayanan ASI di Puskesmas Telaga Biru dengan Puskesmas Mongolato. Oleh karena itu perlunya sosialisasi regulasi tentang ASI eksklusif melalui upaya KIE dran pemberian sanksi yang tegas bagi institusi terutama sarana kesehatan yang belum menerapkannya, peningkatan sarana pemberian ASI melalui penyediaan anggaran khusus program ASI eksklusif dan upaya peningkatan kapabilitas petugas melalui peningkatan tugas pokok dan fungsi serta pemahaman tentang standar operasional prosedur, serta perlunya peningkatan kinerja bidan dalam hal menyukseskan program ASI Ekslusif dengan tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI ekslusif.
DAFTAR PUSTAKA Alifah Nur (2012), Sistem Manajemen Program ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candilama Kota Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012,Online dihttp://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm 1, (diakses tanggal 11 Maret 2013) Ambarwati Ria, (2008), Pengaruh Konseling Laktasi Intensif Terhadap Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Eksklusif Sampai 3 Bulan, Magister Gizi Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Baskoro, Anton (2008). ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Banyu Media, Jakarta. Depkes RI, (2004), Undang-Undang Pemberian ASI Eksklusif, www.depkes.go.id/artikel/kes/html. (diakses 5 September 2012) Hidayat, A, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. : Salemba Medika, Jakarta. Lemeshow,S., Hosmer,D.W,(1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Notoatmojo,( 2002), Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, Notoatmodjo, Soekidjo,( 2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Purwanti (2005), Konsep Penerapan ASI Eksklusif, EGC, Jakarta. Roesli, Utami. (2000), Mengenal ASI Eksklusif Seri 1, PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Sandra, Fikawati (2010). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini Di Indonesia, MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, Nomor.1, Juni 2010. Pusat Kajian dan Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Suradi (2008), Manfaat ASI dan menyusui, Fakultas Ilmu Kedokteran UI, Jakarta. Soetjiningsih (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. EGC, Jakarta. Susilowati (2012) Determinan Sosial Budaya pada pemberian ASI eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Padang dan PB Selayang II Medan.www.google,com. Wuryanti (2013). Pengaruh Konseling ASI eksklusif terhadap peningkatan pengetahuan, motivasi, sikap, dan perilaku pemberian ASI ekslusif pada ibu menyusui di Puskesmas Wuryantoro. Tesis Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelasc Maret Surakarta. World Health Organization, (2003), Community-Based strategies for Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries
Tabel 1. Karakteristik umum ibu menyusui di Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato. Jenis Variabel PKM Telaga Biru PKM Mongolato Jumlah Umur (tahun) < 19 20-24 25-29 30-34 35-39 >40 5 37 35 15 10 5 n % n % n % 4,7 34,6 32,7 14,0 9,3 4,7 11 21 30 18 16 6 10,8 20,6 29,4 17,6 15,7 5,9 16 58 65 23 26 11 7,7 27,7 31,1 15,8 12,4 Jumlah 107 102 209 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA D3 PT 5 46 14 29 7 6 4,7 43,0 13,1 27,1 6,5 6,5 0 23 20 38 4 17 0 22,5 19,6 37,3 3,9 16,7 5 69 34 67 11 23 5,3 2,4 33,0 16,3 32,0 5,3 11,0 Jumlah 107 102 209 Jenis Pekerjaan IRT Petani Wiraswasta Honor Karyawan PNS Jumlah Anak 86 3 0 9 1 8 80,4 2,8 0,0 8,4 0,9 7,5 79 0 2 5 3 13 77,4 0,0 2,0 5,0 2,9 12,7 165 3 2 14 4 21 78,9 1,4 1,0 6,7 1,9 10,0 Jumlah 107 102 209 1 (satu) 2 (dua) 3 (tiga) 4 (empat) 5 (lima) 45 37 16 4 5 42,0 34,6 15,0 3,7 4,7 42 37 14 7 1 41,1 36,3 13,7 6,9 1,0 87 64 30 11 6 41,6 35,4 14,3 5,3 2,9
6 (enam) 0 0,0 1 1,0 1 0,5 Jumlah 107 102 209 Tabel 2. Karakteristik khusus Pemberian ASI di Puskesmas Telaga Biru dan Puskesmas Mongolato. Jenis Variabel PKM Telaga Biru PKM Mongolato Jumlah Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif n % n % n % 17 90 30,4 58,8 39 63 69,6 41,2 56 153 Jumlah 107 51,2 102 48,8 209 Pnerapan UU Kesehatan Baik Kurang Perilaku Bidan 72 35 91,1 26,9 7 95 8,9 72,1 79 130 Jumlah 107 51,2 102 48,8 209 Baik Kurang 87 20 52,4 46,5 79 23 47,6 53,5 166 43 Jumlah 107 51,2 102 48,8 209 Sarana Pelayanan ASI Baik Kurang 19 88 55,9 50,3 15 87 44,1 49,7 34 175 Jumlah 107 51,2 102 48,8 209
Tabel 3 Analisis bivariat faktor determinan pemberian ASI. Faktor Pemberian ASI Total Ekslusif Tidak Ekslusif n % n % n % Hasil Uji Chi Square Puskesmas Telaga Biru Penerapan Undang- Undang - Baik - Kurang 13 4 18,1 11,4 59 31 81,9 88,6 72 35 Jumah 17 15,9 90 84,1 107 Perilaku Bidan - Baik - Kurang 12 5 13,8 15,9 75 15 86,2 75,0 87 20 Jumlah 17 15,9 90 84,1 107 Sarana Pelayanan ASI - Baik - Kurang 13 4 14,8 31,1 75 15 85,2 78,9 88 19 Jumlah 17 15,9 90 84,1 107 Puskesmas Mongolato Penerapan Undang- Undang Kesehatan - Baik - Kurang 4 35 57,1 36,8 3 60 42,9 63,2 7 95 Jumah Perilaku Bidan - Baik 28 35,4 51 64,6 79 - Kurang 11 47,8 12 52,2 23 Jumlah 39 38,2 63 61,8 102 Sarana Pelayanan ASI - Baik - Kurang 32 7 36,8 46,7 55 8 63,2 53,3 87 15 Jumlah 39 38,2 63 61,8 102 X² = 0,379 p = 0,574 X² = 1,528 p = 0,216 X² = 0,461 p = 0,216 X² = 0,379 p = 0,574 X² = 1,528 p = 0,216 X² = 0,529 p = 0,467 Tabel 4 Perbedaan Nilai Rata-Rata Penerapan UU Kesehatan, Perilaku Bidan, dan Sarana pelayanan ASI t test for equality of mean 95% Confidence of interval of the VARIABEL t p different Lower Upper Penerapan UU Kes. 11,457 0,001-0,708-0,500
Perilaku Bidan 0,687 0,493-0,149 0,072 Sarana pelay. ASI 0,595 0,552-0,132 0,071