BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh

II. TINJAUAN PUSTAKA

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamun Deskripsi lamun

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lamun ( Seagrass Deskripsi Lamun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

II. Tinjauan Pustaka A. Defenisi Padang lamun

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Wilayah pesisir desa Sitardas memiliki panjang garis pantai sekitar 6 km dan

3. mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembangbaik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

Struktur Komunitas Padang Lamun. Perairan Teluk Siantan. Kabupaten Kepulauan Anambas

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RIESNA APRAMILDA SKRIPSI

BAB II STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LAMUN

JENIS DAN KERAPATAN PADANG LAMUN DI PANTAI SANUR BALI I Wayan Arthana Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrass) adalah tanaman air yang berbunga (Angiospermae) dan

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

KOMPOSISI DAN KERAPATAN JENIS SERTA POLA PENYEBARAN LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI DESA WONGGARASI TIMUR KECAMATAN WANGGARASI KABUPATEN POHUWATO

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

2. TINJAUAN PUSTAKA. hidup di pesisir, seluruh hidupnya berada dalam air dengan salinitas cukup tinggi,

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN:

VARIASI MORFOMETRIK PADA BEBERAPA LAMUN DI PERAIRAN SEMENANJUNG MINAHASA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI DAERAH INTERTIDAL PANTAI LITIANAK DAN PANTAI OESELI KABUPATEN ROTE NDAO NUSA TENGGARA TENGGARA TIMUR

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

AHMAD WIRA MUNAWAR KHOTIB SKRIPSI

Sumber : Mckenzie (2009) Gambar 2. Morfologi Lamun

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIOMASSA DAUN Thalassia hemprichii PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA SEBONG PEREH, BINTAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Muhammad Andi Gunawan, Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERBANDINGAN JENIS LAMUN DI PERAIRAN MALANG RAPAT DAN BERAKIT KABUPATEN BINTAN

VARIASI MORFOMETRIK BEBERAPA JENIS LAMUN DI PERAIRAN KELURAHAN TONGKEINA KECAMATAN BUNAKEN

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di Padang Lamun di Perairan Teluk Awur dan Pantai Prawean Jepara

Struktur Komunitas Lamun Di Perairan Pantai Kampung Enggros Distrik Abepura Kota Jayapura Provinsi Papua

SIMPANAN KARBON PADANG LAMUN DI KAWASAN PANTAI SANUR, KOTA DENPASAR

Identifikasi Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PANTAI SAKERA KECAMATAN BINTAN UTARA KABUPATEN BINTAN

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Biomass Of Sea grass At Selat Mie Village Coastal Water, Moro District, Karimun Regency, Riau Archipelago ABSTRACT

OLEH : S U P R I A D I

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

2.2. Struktur Komunitas

PRODUKTIVITAS BIOMASSA VEGETASI LAMUN DIPERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPELAUAN RIAU

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN LAMUN (SEAGRASS) PADA ZONA INTERTIDAL DAN SUBTIDAL DI PERAIAN PANTAI DESA SULI. Prelly. M. J.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Umum Tumbuhan Lamun Menurut Azkab (2006), lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berimpang (rhizome), berakar, dan berkembang biak secara generatif (biji) dan vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruasruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam substrat pasir, lumpur dan pecahan karang. Padang lamun (seagrass bed) adalah hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area pesisir/laut dangkal yang terbentuk oleh satu jenis lamun (monospecific) atau lebih (mixed vegetation) dengan kerapatan tanaman yang padat (dense) atau jarang (sparse). Komponen dasar morfologi tumbuhan lamun terdiri dari rhizoma, daun, akar, bunga dan buah dapat di lihat pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi Lamun (Mckenzie, 2009 dalam Apramilda, 2011) 5

Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbukubuku. Pada bukubuku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga, serta tumbuh akar. Dengan rhizome dan akar inilah tumbuhan tersebut menampakan diri dengan kokoh di dasar laut sehingga tahan terhadap hempasan ombak dan arus. Lamun sebagian besar berumah dua, yaitu dalam satu tumbuhan hanya ada satu bunga jantan saja atau satu bunga betina saja. Lamun mempunyai saluran udara yang berkembang di daun dan tangkainya, sehingga tidak menjadi masalah dalam mendapatkan oksigen meskipun lamun berada di bawah permukaan air (Setyobudiandi, dkk, 2009). Tumbuhan ini memiliki beberapa sifat yang memungkinkan hidup di lingkungan laut, yaitu mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam, mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang dengan baik, mempunyai kemampuan untuk berkembang biak secara generatif dalam keadaan terbenam, dan dapat berkompetisi dengan organisme lain dalam keadaan stabil ataupun tidak stabil pada lingkungan laut (Azkab, 2006). Kebanyakan spesies lamun mempunyai morfologi luar yang secara kasar hampir serupa. Mereka mempunyai daun daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai saluran saluran air, serta bentuk pertumbuhanya monopodial. Tumbuhan ini dari rhizoma yang merambat (Fachrul, 2007). B. Klasifikasi Lamun Klasifikasi lamun dapat dilakukan berdasarkan karakter tumbuhan. Di daerah tropis genera lamun memiliki morfologi yang berbeda, sehingga dapat 6

dijadikan pembeda antar spesies dengan berdasar pada gambaran morfologi dan anatominya. Secara rinci klasifikasi lamun menurut Den Hartog (1970) dalam Ira (2011) sebagai berikut : Divisi : Anthophyta Kelas : Angiospermae Famili : Potamogetonacea Subfamili : Zosteroideae Genus : Zostera, Phyllospadix, Heterozostera Subfamili : Posidonioideae Genus : Posidonia Subfamili : Cymodoceoideae Genus : Halodule, Cymodoceae, Syringodium, Amphibolis, Thalassodendrom Famili : Hydrocharitacea Subfamili : Hydrocharitaceae Genus : Enhalus, Halophila, Thalassia 7

Menurut Den Hartog (1967) dalam Azkab (2006) karakteristik pertumbuhan lamun dapat dibagi enam kategori yaitu; 1) Parvozosterids, dengan daun memanjang dan sempit: Halodule, Zostera submarga Zosterella. 2) Magnozosterids, dengan daun memanjang dan agak lebar: Zostera submarga Zostera, Cymodocea dan Thalassia. 3) Syringodiids, dengan daun bulat seperti lidi dengan ujung runcing: Syringodium 4) Enhalids, dengan daun panjang dan kaku seperti kulit atau berbentuk ikat pinggang yang kasar Enhalus, Posidoniq, Phyllospadix. 5) Halophilids; dengan daun bulat telur, dips, berbentuk tombak atau panjang, rapuh dan tanpa saluran udara: Halophila 6) Amphibolids, daun tumbuh teratur pada kiri dan kanan: Amphibolis, Thalassodendron, dan Heterozostera. C. Sebaran Lamun di Indonesia Penyebaran lamun hampir di seluruh perairan pantai di dunia yang bersubstrat serta kedalaman yang cocok bagi pertumbuhanya, kecuali di peraiaran daerah kutub utara, daerah kutub selatan, dan amerika latin (Abbot, et. al., 1981 dalam Alhanif, 1996). Untuk perairan tropis seperti Indonesia padang lamun lebih dominan tumbuh dengan koloni yang terdiri dari beberapa jenis (mix species) pada suatu kawasan tertentu. Berbeda dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan di dominasi satu jenis lamun (single species). 8

Penyebaran lamun memang sangat bervariasi tergantung pada topografi pantai dan pola pasang surut (Azkab, 2006). Menurut Kiswara (1997) dalam Nainggolan (2011) Berdasarkan genangan air dan kedalaman, sebaran lamun secara vertikal dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, sebagai berikut: 1. Jenis lamun yang tumbuh di daerah dangkal dan selalu terbuka saat air surut yang mencapai kedalaman kurang dari 1 m saat surut terendah. Contoh: Holodule pinifola, Holodule uninervis, Halophila minor, Halophilla ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodoceae rodunata, Cymodoceae serrulata, Syringodinium isotifolium dan Enhalus acoroides. 2. Jenis lamun yang tumbuh di daerah dengan kedalaman sedang atau daerah pasang surut dengan kedalaman perairan berkisar 15 m. Contoh: Holodule uninervis, Halophilla ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodoceae rodunata, Cymodoceae serrulata, Syringodinium isotifolium, Enhalus acoroides dan Thalassodendron ciliatum. 3. Jenis lamun yang tumbuh pada perairan dalam dengan kedalaman mulai dari 535 m. Contoh: Halophila ovalis, Halophila decipiens, Halophila spinulosa, Thalassia hemprichii, Syringodinium isotifolium dan Thalassodendron ciliatum. 9

Dalam studi penelitian di pantai Sanur Bali spesies lamun yang ditemukan ada tujuh yang tergolong ke dalam dua famili dan empat marga yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Halodule pinifolia dan Syringodium isoetifolium (Arthana, 2004). Menurut laporan penelitian jenis lamun Thallassia hemprichii yang paling dominan dan luas sebarannya. Jenis ini ditemukan hampir di seluruh perairan Indonesia, seringkali mendominasi vegetasi campuran dengan sebaran vertikal dapat mencapai 25 m serta dapat tumbuh pada berbagai jenis substrat mulai dari pasir lumpur, pasir berukuran sedang dan kasar sampai pecahan pecahan karang (Hutomo, et. al., 1988 dalam Takaendengan, 2009). Di perairan pantai Karang Tirta ditemukan dua jenis lamun yaitu Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Jenis ini merupakan jenis yang sering dijumpai di perairan Indonesia. Penelitian sebelumnya pada beberapa wilayah di perairan Indonesia seperti di Perairan Teluk Bintan kepulauan Riau, Lembeh Bitung Sulawesi Utara, Perairan Derawan Kalimantan Timur, Teluk ToliToli Sulawesi Utara, juga menemukan lamun dari jenis Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides (Purnama, 2011). 10

Tabel 1. Jenis dan Sebaran Lamun di Indonesia Sebaran Jenis 1 2 3 4 5 Potamogetonacea Halodule universis H. pinifolia Cymodocea rotundata C. serulata Syringodium isoetifolium Thalassodenron ciliatum Hydrocharitaceae Enhalus acoroide Halophila decipiens H.minor H.ovalis H.spinolusa Thallassia hemprichii Sumber (Azkab, 1999). Keterangan: = ada, = tidak ada 1 = Sumatera, 2 = Jawa, Bali, Kalimantan, 3 = Sulawesi, 4 = Maluku dan Nusa Tenggara, 5 = Irian Jaya D. Peranan Lamun Ekosistem lamun berhubungan erat dan berinteraksi dengan mangrove dan terumbu karang serta sebagai mata rantai dan penyangga (buffer) bagi kedua ekosistem tersebut. Interaksi ketiga kelompok ini yaitu, interaksi fisik, nutrien dan zat organik melayang, ruaya hewan dan dampak kegiatan manusia (Bengen, 2001 dalam Takaendengan, 2009). Fungsi ekologis padang lamun adalah : 11

a. Sumber utama produktivitas primer b. Sumber makan bagi organisme dalam bentuk detritus, c. Menstabilkan dasar perairan dengan sistem perakarannya yang dapat menangkap sedimen d. Tempat berlindung bagi biota laut, e. Tempat pemijahan bagi biota biota perairan laut, f. Pelindung pantai dengan cara meredam arus, dan g. Penghasil oksigen dan mereduksi CO₂ di dasar perairan. Secara ekologis dan ekonomi, lamun berperan penting bagi perikanan karena berbagai jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi memanfaatkan padang lamun sebagai tempat berlindung dan mencari makan. Selain ikan, biota yang juga bernilai ekonomis lainya dapat hidup di padang lamun, seperti teripang, keong lola, udang dan kerangkerangan. Jenis hewan herbivora yang terancam punah dapat memakan langsung daun lamun seperti penyu dan Dugong dugon (Tuwo, 2011). Ekosistem padang lamun berfungsi sebagai penyuplai energi baik pada zona bentik maupun pelagis. Detritus daun lamun yang tua didekomposisi oleh sekumpulan jasad bentik, sehingga dihasilkan bahan organik yang tersuspensi maupun terlarut dalam bentuk nutrien. Nutrien tersebut bermanfaat bagi tumbuhan lamun, selain itu juga bermanfaat bagi pertumbuhan fitoplankton, zooplankton, serta juvenil ikan dan udang (Dahuri, 2003). 12

E. Kerapatan dan Tingkat kemerataan Feryatun (2012) melaporkan bahwa di Perairan Pantai Pulau Pramuka telah dilakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui komunitas lamun (jenis, kelimpahan, penutupan). Pada tiga stasiun, yakni stasiun 1 (zona alami), stasiun 2 (zona pemukiman) dan stasiun 3 (zona resort wisatawan) menggunakan kuadran transek. Hasil yang didapatkan 7 jenis lamun yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium. Kerapatan lamun yang tertinggi diperoleh di stasiun 1 yaitu 1.620 individu/15m². Rappe (2010) melaporkan bahwa dalam penelitian kelimpahan ikan ditemukan lebih tinggi pada padang lamun dengan kerapatan yang tinggi baik itu tersusun oleh satu spesies lamun (monospesifik) maupun oleh lebih dari satu spesies lamun (multispesific), dibandingkan pada padang lamun dengan kerapatan rendah dan pada daerah tidak bervegetasi. Ira (2011) melaporkan bahwa lamun yang memiliki kerapatan yang tinggi ternyata mampu memerangkap total bahan organik yang tinggi di substrat. Kerapatan dan total bahan organik yang tinggi ternyata memiliki makrozoobentos yang melimpah dibandingkan dengan kerapatan dan bahan organik yang rendah. Short dan Coles (2001) dalam Hartati, dkk, (2012) menyatakan bahwa kerapatan tegakan lamun dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis lamun, kondisi substrat, musim, pasang surut, kekuatan energi gelombang, kandungan bahan organik dalam sedimen serta faktor lingkungan lainnya. 13

Tingkat kemerataan menggambarkan penyebaran jumlah jenis lamun dalam suatu komunitas, semakin tinggi tingkat kemerataan menunujukkan penyebaran semakin merata (Argadi,2003). Tingkat kemerataan biasanya berbanding terbalik dengan tingkat dominansi, dimana bila kemerataan tinggi diikuti dengan dominansi yang rendah dan bila kemerataan rendah biasanya memiliki dominansi yang tinggi. F. Parameter FisikaKimia Faktor parameter lingkungan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup lamun. Parameter lingkungan tersebut antara lain : 1) Suhu Ekosistem padang lamun dapat hidup pada daerah dingin dan tropis karena memiliki toleransi yang cukup luas terhadap perubahan suhu. Lamun yang hidup di daerah tropis dapat tumbuh optimal pada 28 0 C 30 0 C. Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis lamun yang dapat menurun jika temperatur berada diluar kisaran suhu optimal tersebut (Tuwo, 2011). 2) Oksigen terlarut Gas oksigen terlarut adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air dan diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan turbulensi air. Kadar oksigen terlarut berkurang 14

dengan semakin meningkatnya suhu dan berkurangnya tekanan atmosfer (Effendi, 2000 dalam Putri, 2004). 3) Salinitas Kisaran salinitas yang dapat ditolerir oleh tumbuhan lamun adalah 10 0 / 00 40 0 / 00, dimana nilai optimalnya adalah 35 0 / 00. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi menurut jenis dan umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun, dan kecepatan pulih (Tuwo, 2011). 4) Kecerahan Tumbuhan lamun umumnya membentuk ekosistem padang lamun yang luas di dasar perairan pantai yang masih dapat ditembus cahaya matahari. Keberadaan tumbuhan lamun sangat dipengaruhi penetrasi cahaya matahari, karena cahaya tersebut diperlukan untuk proses fotosintesis. Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang cukup tinggi untuk berlangsungnya proses fotosintesa. Oleh karena itu peningkatan sedimen tersuspensi dapat berdampak buruk terhadap proses fotosintesis (Tuwo, 2011). 5) Kedalaman Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal. Selain itu, kedalaman perairan juga berpengaruh terhadap kerapatan dan pertumbuhan lamun. Kedalaman perairan di mana lamun dapat tumbuh 15

sangat tergantung pada kecerahan, semakin jernih perairan, maka semakin dalam daerah yang dapat ditumbuhi lamun (Tuwo, 2011). 6) Substrat Hampir semua tipe substrat atau dasar perairan dapat ditumbuhi oleh tumbuhan lamun, dari substrat berlumpur samapi berbatu, namun ekosistem padang lamun yang luas umumnya dijumpai pada substrat lumpur berpasir yang tebal. Substrat seperti ini umumnya berada di antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Tumbuhan lamun dapat hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai karang. Syarat utama dari substrat yang dikehendaki oleh lamun adalah kedalaman sedimen atau substrat yang cukup dalam. Ada dua manfaat dari sedimen yang dalam, yaitu dasar perairan lebih stabil, dan dapat menjamin pasokan nutrien ke tumbuhan lamun (Tuwo, 2011) 16