RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan

dokumen-dokumen yang mirip
KADAR APOPROTEIN A DAN APOPROTEIN B SERUM DARAH TIKUS PUTIH Sprague Dawley HIPERLIPIDEMIA SETELAH DIBERI CANGKANG UDANG LAUT (Penaeus monodon F.

Potensi Cangkang Udang Laut (Penaeus monodon F.) Terhadap Profil Lipid Tikus Putih Hiperlipidemia

Ratio Kadar Ldl/Hdl Tikus Putih Sprague Dawley Hiperlipidemia Setelah Diberi Cangkang Udang Laut (Penaeus monodon F.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. jantung yang dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan rancangan penelitian. pretest postest randomized controlled group design. Dua kelompok penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

BAB I PENDAHULUAN. lama kelamaan plak kolesterol tersebut akan menyebabkan penyempitan

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan

I. PENDAHULUAN. kadar kolesterol total terutama Low Density Lipoprotein (LDL) dan diikuti

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemberian sediaan poliherbal menurunkan tekanan darah tikus model

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB 4 METODE PENELITIAN. diekspose sebagai variabel independen dan diberi post test. Nilai-nilai posttest

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi

repository.unimus.ac.id

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan kolesterol berpotensi menimbulkan plak dipembuluh darah, lama

PENGARUH DIET ATEROGENIK, ENDOTOKSIN LIPOPOLISAKARIDA DAN VITAMIN E TERHADAP KEJADIAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Sampel penelitian ini berjumlah 30, dimana masing-masing kelompok terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXIII, Nomor 1, Maret 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Endotelium Arteria Coronaria Tikus Putih Sprague Dawley Hiperlipidemia setelah diberi Chitosan Cangkang Udang Laut (Penaeus monodon F.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

5. Rancangan perlakuan hewan uji.. 6. Metode Analisa Kadar HDL dan LDL C. Analisis Hasil...

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lemak yang seimbang adalah satu banding satu antara asupan lemak jenuh

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

Transkripsi:

95 RINGKASAN Aterosklerosis merupakan penyebab kematian utama di negara berkembang dan melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan berbagai tipe sel yang saling berpengaruh satu dengan yang lain. Diduga, lesi aterosklerotik diawali oleh adanya kerusakan sel-sel endotelia pembuluh darah, maka banyak penelitian dilakukan sebagai upaya mengetahui mekanisme yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya lesi awal tersebut. Konsumsi makanan lemak jenuh dalam jumlah tinggi secara terus menerus merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam plasma yang menyebabkan hiperlipidemia. Hiperlipidemia dalam jangka panjang akan menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakit arterial yang ditandai dengan penebalan secara parsial atau menyeluruh dinding pembuluh darah karena akumulasi lipid yang disertai dengan pembentukan jaringan fibrosa, kalsifikasi yang berhubungan dengan perubahan tunika intima. Penelitian terdahulu telah menjelaskan bahwa aterosklerosis berhubungan dengan peningkatan LDL. Senyawa CRP merupakan suatu protein fase akut utama, telah dihubung-hubungkan dengan kejadian dan beratnya aterosklerosis. Protein CRP ini juga telah digunakan untuk memprediksi kejadian penyakit kardiovaskuler dalam beberapa studi. Sampai saat ini para ahli dan peneliti masih terus berusaha mencari cara untuk mengurangi atau menormalkan kadar kolesterol dalam darah. Salah satu cara alternatif yang digunakan yaitu menambah konsumsi makanan yang mengandung serat kasar yaitu chitosan. Hal ini 95

96 dikarenakan pada bagian cangkang (karapaks) udang banyak terkandung senyawa chitosan yang efektif menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Dua puluh ekor tikus putih Sprague Dawley jantan, umur 1,5 bulan dipergunakan sebagai hewan coba. Tikus putih diadaptasikan selama 1 minggu dalam 1 kandang 1 ekor tikus percobaan dengan diberi pakan stándar (mengandung lemak normal 4,5%) dan minum secara ad libitum. Tikus putih kemudian dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing kelompok terdiri 5 ekor. Kelompok I adalah kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan mengandung lemak normal (4,5%) selama 3 bulan. Kelompok II adalah kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi (mengandung lemak 20%) selama 3 bulan. Kelompok III adalah kelompok tikus putih yang diberi pakan mengandung lemak tinggi (mengandung lemak 20%) dan diberi chitosan 180 mg/ kg BB/ hari dalam 2 ml aquades selama 3 bulan. Kelompok IV adalah tikus putih diberi pakan lemak tinggi (mengandung lemak 20%) selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan 180 mg/ kg BB/ hari dalam 2 ml aquades selama 2 bulan. Pemberian chitosan dilakukan per oral dengan bantuan spuit injeksi 2,5 ml berkanula. Pada hari terakhir perlakuan, setiap tikus dipuasakan 12-14 jam. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata menggunakan pipet kapiler hematokrit sebanyak 2 ml (untuk analisis profil lipoprotein). Selanjutnya hewan dikorbankan dan di ambil organ jantung beserta aorta kemudian dimasukkan dalam botol film yang berisi 10% neutral buffered formalin untuk pembuatan preparat histopatologis dan imunohistokimia. Pengukuran profil lipoprotein ditentukan dengan metode colorimetric enzymatic 96

97 dengan menggunakan cobas c reagents kits dan Roche/Hitachi cobas c systems automatically calculate. Jaringan aorta dan arteria koronaria diwarnai dengan Hematoksilin-Eosin untuk pemeriksaan plak ateroma. Pengamatan ekspresi CRP dalam aorta dan arteria koronaria dilakukan dengan metode imunohistokimia streptavidin-biotin, dengan menggunakan antibodi primer Rabbit polyclonal Anti-C Reactive Protein antibody Aminoterminal end-ab65842 dan Invitrogen Histostain- SP kits. Pada penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: Rerata kadar kolesterol total masing-masing adalah: 1. Kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan lemak normal selama 3 bulan sebesar 77,6 7,02 mg/dl, 2. Kelompok tikus putih (P1) yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan sebesar 147,2 2,77 mg/dl, 3. Kelompok tikus putih (P2) yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan sebesar 72,6 3,44 mg/dl, 4. Kelompok tikus putih (P3) yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan selama 2 bulan sebesar 74,4 3,78 mg/dl. Rerata kadar HDL masing-masing adalah: 1. Kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan lemak normal selama 3 bulan sebesar 16,4 1,14 mg/dl, 2. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan sebesar 12,8 0,84 mg/dl, 3. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan selama 3 bulan sebesar 24,8 0,84 mg/dl, 4. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan 97

98 perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan selama 2 bulan sebesar 19,2 0,84 mg/dl. Rerata kadar LDL masing-masing adalah: 1. Kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan lemak normal selama 3 bulan sebesar 53,2 0,84 mg/dl, 2. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan sebesar 116,2 0,84 mg/dl, 3. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + diberi chitosan secara simultan selama 3 bulan sebesar 33,4 1,14 mg/dl, 4. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan selama 2 bulan sebesar 48,6 1,14 mg/dl. Rerata rasio kadar LDL/HDL masing-masing adalah: 1. Kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan lemak normal selama 3 bulan sebesar 3,25 0,17, 2. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan sebesar 9,11 0,48, 3. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan selama 3 bulan sebesar 1,35 0,038, 4. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan selama 2 bulan sebesar 2,53 0,057. Rerata konsentrasi apoprotein A masing-masing adalah: 1. Kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan lemak normal selama 3 bulan sebesar 8,24 0,63 mg/dl, 2. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan sebesar 2,64 0,53 mg/dl, 3. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak 98

99 tinggi + chitosan secara simultan selama 3 bulan sebesar 6 0,51 mg/dl, 4. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan selama 2 bulan sebesar 6,1 0,27 mg/dl. Rerata konsentrasi apoprotein B masing-masing adalah: 1. Kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan lemak normal selama 3 bulan sebesar 3,92 0,54 mg/dl, 2. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan sebesar 6,94 0,48 mg/dl, 3. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan selama 3 bulan sebesar 2,96 0,20 mg/dl, 4. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan selama 2 bulan sebesar 3 0,16 mg/dl. Rerata rasio konsentrasi apoprotein B/apoprotein A masing-masing adalah: 1. Kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan lemak normal selama 3 bulan sebesar 0,47 0,04, 2. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan sebesar 2,71 0,51, 3. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan selama 3 bulan sebesar 0,49 0,03, 4. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan selama 2 bulan sebesar 0,49 0,06. 99

100 Rerata tebal dinding arteri koronaria masing-masing adalah: 1. Kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan lemak normal selama 3 bulan sebesar 18,94 2,16 µm, 2. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan sebesar 31,02 2,59 µm, 3. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan selama 3 bulan sebesar 19,76 0,42 µm, 4. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan selama 2 bulan sebesar 20,9 2,37 µm. Rerata diameter lumen arteria koronaria masing-masing adalah: 1. Kelompok kontrol, yaitu tikus putih yang diberi pakan lemak normal selama 3 bulan sebesar 89,87 4,85 µm, 2. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan sebesar 82,28 6,11 µm, 3. Kelompok tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan selama 3 bulan sebesar 110,6 8,25 µm, 4. Kelompok tikus putih diberi pakan lemak tinggi selama 3 bulan, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan selama 2 bulan sebesar 86,86 4,23 µm. Pengamatan preparat histopatologis aorta dengan pewarnaan hematoksilineosin, yaitu: 1. Aorta tikus putih yang diberi pakan normal (K) menunjukkan gambaran normal, 2. Aorta tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi (P1) menunjukkan gambaran plak ateroma, 3. Aorta tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan (P2) menunjukkan gambaran normal, hampir sama 100

101 dengan aorta tikus putih yang diberi pakan normal (K), 4. Aorta tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan (P3) ada beberapa yang menunjukkan gambaran normal dan gambaran plak ateroma. Pengamatan preparat histopatologis arteria koronaria dengan pewarnaan hematoksilin-eosin, yaitu: 1. Arteria koronaria tikus putih yang diberi pakan normal (K) menunjukkan gambaran normal, 2. Arteria koronaria tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi (P1) menunjukkan gambaran normal, 3. Arteria koronaria tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan (P2) menunjukkan gambaran normal, hampir sama dengan arteria koronaria tikus putih yang diberi pakan normal (K), 4. Arteria koronaria tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan (P3) menunjukkan gambaran normal. Hasil uji imunohistokimia dengan streptavidin-biotin terhadap ekspresi CRP aorta adalah negatif untuk semua perlakuan. Uji imunohistokimia Arteria koronaria tikus putih yang diberi pakan normal (K) adalah negatif. Gambaran imunohistokimia arteria koronaria tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi (P1) adalah positif. Uji imunohistokimia arteria koronaria tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi + chitosan secara simultan (P2) adalah negatif. Uji imunohistokimia arteria koronaria tikus putih yang diberi pakan lemak tinggi, kemudian setelah 1 bulan perlakuan, hewan tersebut juga diberi chitosan (P3) adalah positif. Uji imunohistokimia positif yaitu dengan terbentuknya warna coklat tua, hal ini berarti perlakuan pakan lemak 101

102 tinggi yang diberikan sudah menyebabkan peradangan pada arteria koronaria yang menghasilkan CRP. Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa pakan lemak tinggi adalah faktor utama penyebab aterosklerosis, CRP beraksi dalam kejadian awal terjadinya aterosklerosis, chitosan mampu mencegah terjadinya plak ateroma. 102