Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

dokumen-dokumen yang mirip
II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

Pengeringan Untuk Pengawetan

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. bentuk, yaitu segar dan olahan; yang meliputi olahan tradisional dan olahan

Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MENGOLAH PRODUK PERIKANAN SECARA TRADISIONAL

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

PASCA PANEN BAWANG MERAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI MENGGUNAKAN HEATER TENAGA SURYA LAPORAN TUGAS AKHIR

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

TEKNIK PENGGARAMAN DAN PENGERINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

III. METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR UNTUK PENGERINGAN IKAN ASIN/KEUMAMAH

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melimpah. Dalam sektor pertanian, Indonesia menghasilkan berbagai produk

Pengawetan pangan dengan pengeringan

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

KOMPARASI WAKTU PENGERINGAN AWAL GREEN BODY HASIL CETAK KERAMIK DENGAN SISTEM ALAMIAH dan SISTEM VENTILASI PADA PT X BALARAJA - BANTEN

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Teknik Pengawetan dengan Penggaraman BAB 4. TEKNIK PENGAWETAN DENGAN PENGGARAMAN

reversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad

Pengolahan dan Pengawetan Ikan

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

STUDI PENGERINGAN IKAN LAYANG (Decapterus sp) ASIN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING SURYA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN GABAH PADA ROTARY DRYER

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

Nama : Fitriyatun Nur Jannah Nim : Makul : Teknologi Pangan TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

Transkripsi:

PEMANFAATAN UAP PANAS PADA AIR CONDITIONER (AC) UNTUK PENGERINGAN IKAN ASIN Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus E-mail: kamariah@fkip.unmus.ac.id Martha Loupatty Jurusan Pendidikan Fisika FKIP Universitas Musamus E-mail: jomariza1@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan pemanfaatan panas yang ditransfer oleh AC ke ikan asin dengan memanfaatkan perubahan suhu. Digunakan suhu dalam ruangan (AC) dan suhu luar ruangan (uap panas) sebagai tujuan yang akan dicapai yang sebelumnya dilakukan dengan melalui beberapa proses yaitu penggaraman kering (Dry salting), penggaraman basah (Wet salting), proses pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan uap panas AC. Suhu tinggi sangat mempengaruhi proses pengeringan ikan asin begitu cepat dan juga dipengaruhi oleh kecepatan udara, ketebalan daging arah aliran udara. Kata Kunci: air conditioner (AC), uap panas, perubahan suhu dan waktu. USE OF STEAM HEAT AIR CONDITIONER (AC) FOR DRYING SALTED FISH Abstract: The aim of the study is exploiting the heat transferred by the AC to salted fish by utilizing temperature changes. This experiment conducts in the indoor temperature (AC) and outdoor temperatures (steam heat) to achieve the goal which can be done through several processes, namely dry salting and wet salting. Drying process is done by using steam of air conditioner. The drying processes of salted fish are determined by the high temperature air velocity, air velocity, and thickness of the meat. Keywords: air conditioner (AC), steam heat, temperature and time changes. 282

Kamariah & Martha Loupatty, Pemanfaatan Uap Panas pada Air Conditioner (AC) Untuk Pengeringan PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi lokal di Kabupaten Merauke. Jumlah tangkapan ikan yang diperoleh oleh nelayan sangat melimpah. Hal ini dikarenakan Merauke merupakan daerah yang dikelilingi oleh lautan dan sebagian besar wilayahnya masih merupakan rawa. Sehingga berbagai macam jenis ikan baik yang hidup di laut maupun rawa sangat melimpah jumlahnya. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya yang murah. Oleh karena itu, ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Namun, hasil perikanan yang sangat melimpah ini mudah mengalami kemunduran dikarena ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Salah satu penyebab cepat membusuknya ikan adalah kegiatan enzim dan bakteri-bakteri pembusuk yang terdapt di dalam tubuh ikan mati maupun mikroba yan tersebar luas di dalam apabila dibiarkan di udara langsung. Proses pembusukan ini sangat tergantung pada kadar air, sementara ikan mengandung 75% kandungan air di dalam tubuhnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penanganan yang cepat, tepat dan benar untuk menjaga kualitas ikan agar masih tetap segar hingga sampai ketangan konsumen. Biasanya seorang nelayan akan langsung menjual ikan tangkapannya dipasar untuk mengurangi resiko kerugian akibat pembusukan. Namun, bagaimana jika tangkapan ikan yang diperoleh tidak habis terjual? Dengan demikian diperlukan suatu cara untuk menanggulangi percepatan pembusukan ikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan metode pengawetan ikan dengan cara dikeringkan. Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan pangan yang paling tua dan paling luas digunakan. Cara ini merupakan suatu proses yang ditiru dari alam. Pengeringan pada dasarnya adalah proses pemindahan/pengeluaran kandungan air yang berlebihan hingga mencapai kandungan air tertentu agar kecepatan kerusakan bahan dapat diperlambat. Salah satu contoh adalah ikan asin kering yang merupakan produk ikan yang cukup mudah pembuatannya, namun banyak peminatnya. Dari anak-anak hingga orang dewasa pun sangat menyukai olahan ini, baik yang dimasak balado, nasi goreng, dan lain sebagainya. Proses pengawetan ikan dengan metode pengeringan ini dapat dilakukan dengan penggaraman atau pengasinan. Selain itu juga dibutuhkan panas matahari yang cukup. Penggunaan energi matahari sebagai sumber panas pengeringan memberikan keuntungan karena energi panas yang digunakan murah dan melimpah. Namun, pengeringan ikan dengan menggunakan cara ini memiliki kelemahan yakni pada saat musim hujan tiba. Pada musim hujan, panas sinar matahari yang sampai kebumi hanya sedikit. Sehingga diperlukan waktu yang lebih lama untuk mengeringkan ikan, selain itu kebersihan bahan baku ikan selama proses penjemuran pun sukar untuk diawasi dan dijaga. Pengeringan ikan sebenarnya tidak harus dilakukan dengan bantuan sinar matahari secara langsung (penjemuran) karena ikan dapat dikeringkan tanpa bantuan sinar matahari secara langsung. Metode pengeringan ikan asin yang akan dibahas pada percobaan ini adalah dengan memanfaatkan uap panas dari air conditioner (AC). 283

MAGISTRA Volume 2 Nomor 3, Juli 2015 METODE PENELITIAN Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : a. Kayu batangan 3 buah sepanjang setengah meter b. Tripleks c. Palu dan paku d. Tali rafia e. Gunting f. Ikan segar g. Garam h. Cuka Metode Percobaan Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan beberapa cara yaitu sebagai berikut. a) Penggaraman Kering (Dry Salting) Metode penggaraman kering menggunakan kristal garam yang dicampurkan dengan ikan. Pada umumnya, ikan yang berukuran besar dibuang isi perut dan badannya dibelah dua. Dalam proses penggaraman ikan ditempatkan didalam wadah yang kedap air. Ikan disusun rapi dalam wadah selapis demi selapis dengan setiap lapisan ikan ditaburi garam. Lapisan paling atas dan paling bawah wadah merupakan lapisan garam. Pada waktu ikan bersentuhan dengan kulit / daging ikan (yang basah/berair), garam itu mula-mula akan membentuk larutan pekat. Larutan ini kemudian akan meresap kedalam daging ikan melalui proses osmosa. Jadi, kristal garam tidak langsung menyerap air, tetapi terlebih dahulu berubah jadi larutan. Semakin lama larutan akan semakin banyak dan ini berarti kandungan air dalam tubuh ikan semakin berkurang. b) Penggaraman Basah (Wet Salting) Penggaraman basah menggunakan larutan garam. Ikan yang akan digarami dimasukkan kedalam larutan garam tersebut. Lama waktu perendaman tergantung pada ukuran 284 ketebalan tubuh ikan dan derajat keasinan yang diinginkan. Dalam proses osmosa, kepekatan larutan garam akan semakin berkurang karena adanya kandungan air yang keluar dari tubuh ikan, sementara itu molekul garam masuk kedalam tubuh ikan. Proses osmosa akan berhenti apabila kepekatan larutan diluar dan didalam tubuh ikan sudah seimbang. c) Tahapan Proses Pengeringan Pengawetan secara pengeringan dilakukan setelah dilakukan proses penggaraman. Tahapan dari proses pengeringan terdiri dari pengangkatan ikan dari wadah yang membedakan pengeringan ikan dengan uap panas dari air conditioner (AC) dan sinar matahari adalah sumber panas yang digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan data sebagai berikut. M awal ikan 1 = 46,3 g M awal ikan 2 = 47,6 g M awal ikan 3 = 54,4 g M awal ikan 4 = 36,6 g M awal ikan 5 = 45,5 g M awal ikan 6 = 56,6 g M awal ikan 7 = 41,5 g M awal ikan 8 = 39,2 g Setelah dilakukan penimbangan untuk sampel yang digunakan maka sampel ikan yang masih segar tersebut diberi garam. Setelah diberi garam maka dilakukan penimbangan agar diketahui massa dari ikan yang sudah diberi garam tersebut, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut. M ikan+garam 1 = 42,4 g M ikan+garam 2 = 40,5 g M ikan+garam 3 = 52,0 g M ikan+garam 4 = 34,2 g M ikan+garam 5 = 39,5 g M ikan+garam 6 = 54,8 g M ikan+garam 7 = 37,8 g M ikan+garam 8 = 36,6 g

Kamariah & Martha Loupatty, Pemanfaatan Uap Panas pada Air Conditioner (AC) Untuk Pengeringan Sehingga dari data tersebut didapatkan jumlah air yang menguap pada saat proses osmosa terjadi dengan menggunakan data sampel masa ikan 1 yaitu : m m m air awal akhir 46,3 g 42, 4 g 3,9 g Dari data tersebut maka didapatkan jumlah air secara keseluruhan sampel adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Data keseluruhan jumlah air yang menguap No. Sampel ikan ke- m awal (g) m akhir (g) Hasil (g) 1. 1 46,3 42,4 3,9 2. 2 47,6 40,5 7,1 3. 3 54,4 52,0 2,4 4. 4 36,5 34,2 2,3 5. 5 45,5 39,5 6 6. 6 56,6 54,8 1,8 7. 7 41,5 37,8 3,7 8. 8 39,2 36,6 2,6 Jumlah 29,8 Pada penelitian ini dengan menggunakan sampel-sampel yang ada maka dapat dilihat o o perubahan suhu di luar ruangan ketika suhu di dalam ruangan diatur dari 20 C 16 Csebagai berikut. Tabel 4.2 Pengamatan perubahan suhu Hari ke- Suhu awal Suhu dalam Suhu luar ( o C) ruangan AC ( o C) ruangan ( o C) Jam Keadaan cuaca 1 2 3 4 5 6 20 34 40 14.00 15.00 1 19 40 43 15.00 16.00 (Sabtu 29 Nov 33 18 43 39 16.00 17.00 2014) 17 39 34 17.00 18.00 16 34 31 18.00 19.00 20 34 40 12.00 13.00 2 (Minggu 30 Nov 2014) 3 (Senin, 1 Des 2014) 31 30 19 40 40 13.00 14.00 18 40 42 14.00 15.00 17 42 38 15.00 16.00 16 38 35 16.00 17.00 20 38 40 08.47 09.47 19 40 43 09.47 10.47 18 43 40 10.47 11.47 17 40 38 11.47 12.47 16 38 34 12.47 13.47 285

MAGISTRA Volume 2 Nomor 3, Juli 2015 1 2 3 4 5 6 20 30 31 08.47 09.47 19 36 40 12.55 13.55 4 30 18 40 44 13.55 14.55 (Selasa, 2 Des 2014) 17 44 39 14.55 15.55 16 39 34 15.55 16.55 20 34 43 10.45 11.45 5 (Rabu, 3 Des 2014) 31 Setelah dilakukan penelitian dengan memanfaatkan uap panas AC maka didapat massa ikan asin yang telah kering sebagai berikut. M awal ikan 1 = 22,0 gram M awal ikan 2 = 21,1 gram M awal ikan 3 = 25,5 gram M awal ikan 4 = 17,5 gram 19 43 41 11.45 12.45 18 41 40 12.45 13.45 17 40 39 13.45 14.45 16 39 38 14.45 15.45 M awal ikan 5 = 21,2 gram M awal ikan 6 = 27,6 gram M awal ikan 7 = 19,7 gram M awal ikan 8 = 18,5 gram Grafik Sesuai dengan data yang didapat dan hasil yang diperoleh maka dapat disajikan dalam bentuk grafik yang disesuaikan dengan hari keberapa data tersebut diambil sehingga dari grafik maka dapat dilihat tingkat tinggi dan rendahnya suhu yang ada di luar ruangan. 50 40 30 20 10 0 20 19 18 17 16 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Grafik 1. Laju Tingkat Perubahan Suhu ( ) 286 Pembahasan Pada penelitian pemanfaatan panas (uap panas) pada air conditioner (AC) untuk pengeringan ikan asin yang bertujuan untuk mengetahui proses, metode, faktor-faktor pemanfaatan uap panas AC dan pengaruh perubahan suhu dan waktu dengan memanfaatkan uap panas AC pada pengeringan ikan asin. Dalam penelitian ini digunakan beberapa variasi suhu dalam ruangan dan dilakukan dalam waktu lima hari. Suhu dalam ruangan (AC) yang digunakan adalah o o o o 20,19,18,17,dan 16 o dalam satuan. Jumlah air yang menguap untuk keseluruhan sampel adalah 3,9 g, sehingga dapat dikatakan proses osmosa berjalan dengan baik. Untuk pengeringan dibuat 2 sampel utama yaitu sampel 1 terdiri dari 4 ikan yang hanya terkena uap AC sedangkan sampel 2 yang terdiri dari 4 ikan yang sama terkena matahari dan uap AC. Untuk hari pertama digunakan rentang waktu dari jam 14.00-19.00 dan didapatkan perubahan suhu yaitu 43 o pada jam 16.00 sebagai suhu tertinggi dan 31 o pada jam 18.00 sebagai suhu terendah dengan suhu awal 33 o. Untuk hari kedua digunakan rentang waktu dari jam 12.00-17.00 dan didapatkan perubahan suhu 42 o pada jam 15.00 sebagai suhu tertinggi dan 34 o pada jam 12.00 sebagai suhu terendah dengan suhu awal 31 o. Pada hari ketiga digunakan rentang waktu dari jam 08.47 13.47 dan didapatkan perubahan

Kamariah & Martha Loupatty, Pemanfaatan Uap Panas pada Air Conditioner (AC) Untuk Pengeringan suhu 43 o pada jam 10.47 sebagai suhu tertinggi dan 34 o pada jam 13.47 sebagai suhu terendah dengan suhu awal 30 o. Untuk hari keempat digunakan rentang waktu dari jam 08.47 16.55 dan didapatkan perubahan suhu 44 o pada jam 14.55 sebagai suhu tertinggi dan 30 o pada jam 08.47 sebagai suhu terendah dengan suhu awal 30 o. Pada hari terakhir digunakan rentang waktu dari jam 10.45 15.46 dan didapatkan perubahan suhu 41 o pada jam 12.45 sebagai suhu tertinggi dan 34 o pada jam 10.45 sebagai suhu terendah dengan suhu awal 31 o Untuk perbedaan massa ikan yang belum dikeringkan dengan yang sudah dikeringkan adalah 164,7 gram. Proses dari pengeringan ikan asin ini adalah umumnya digunakan metode pengeringan secara mekanis, ikan disusun diatas rak-rak penyimpanan didalam ruangan tertutup yang dilengkapi dengan beberapa lubang ventilasi. Kedalam ruangan tersebut, ditiupkan hawa panas yang dihasilkan dari elemen pemanas listrik. Hawa panas ditiupkan dengan sebuah kipas angin atau blower supaya mengalir ke arah rak-rak ikan tersebut. angin yang membawa uap air dari tubuh ikan akan keluar dari lubang-lubang ventilasi. Pada proses pengeringan ikan secara alami, matahari menjadi faktor utama dan selalu digunakan untuk proses pengeringan. Energi panas yang dipancarkan oleh cahaya matahari mampu menguapkan air dari tubuh ikan. Namun pada penelitian ini, proses pengeringan yang dilakukan dengan metode mekanis / buatan ini tidak dilakukan seperti cara diatas dan tidak pula menggunakan matahari sebagai faktor utama Selain itu untuk sampel utamanya untuk sampel 1 yang terkena uap panas AC lebih cepat kering daripada sampel 2 yang terkena matahari selain dari uap AC. Kecepatan penguapan atau pengeringan pada ikan, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Kecepatan udara (Semakin cepat udara maka ikan akan semakin cepat kering), Suhu udara (Semakin tinggi suhu udara dalam ruangan maka uap yang keluar akan semakin panas dan proses penguapan serta pengeringan akan semakin cepat), Kelembaban udara (Karena ikan digantung pada air conditioner (AC) yang terletak pada lingkungan bebas, maka semakin lembab udara luar, proses penguapan akan semakin lambat), Ketebalan daging ikan (Semakintebal daging ikan, maka proses pengeringan akan berjalan lambat), Arah aliran udara terhadap tubuh ikan (Karena ikan digantung tepat di belakang air conditioner (AC), semakin kecil sudut arah udara terhadap posisi tubuh ikan maka ikan semakin cepat kering), Sifat / kandungan tubuh ikan (Ikan yang berkadar lemak tinggi akan lebih sulit dikeringkan dari pada ikan yang berkadar lemah rendah), Kesegaran daging ikan (Ikan yang kurang segar memiliki daging yang lebih lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga proses pengeringan bisa lebih cepat). Dari grafik, dapat dikatakan perubahan suhu sangan signifikan yang dapat dilihat pada gambar 1 dimana tingkat perubahan o o suhu hanya berkisar dari 30 40 dalam. Sehingga dapat dikatakan bahwa uap panas yang dihasilkan oleh air conditioner (AC) sangat baik untuk pengeringan. Maka dapat dikatakan hipotesis pengeringan ikan asin menggunakan uap panas air conditioner (AC) dengan perlakuan perbedaan suhu dan waktu pengeringan akan berpengaruh nyata terhadap perubahan tingkat kekeringan pada ikan asin dapat dibenarkan. 287

MAGISTRA Volume 2 Nomor 3, Juli 2015 PENUTUP Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Suhu sangat mempengaruhi proses pengiringan ikan menjadi ikan asin, ketebalan dari setiap daging ikan dan kecepatan angin selalu mempengaruhi pengeringan. Riansyah, dkk. 2013. Pengaruh Perbedaan Suhu dan Waktu Pengeringan Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sapat Siam (Trichogaster pectoralis) dengan Menggunakan Oven dalam Fishtecth Vol. 11 No. 01. Hal 53 68. Saran Dari Air Conditoner (AC) merupakan salah satu contoh pengeringan yang dapat digunakan di kota kota besar atau daerah yang selalu bersuhu rendah. DAFTAR PUSTAKA Jay,James M. (1992). Modern Food Microbiology. Chapman&hall: London dalam http://pengawetan-ikan-denganmetodepenggaraman/8579.blogspot.html Diakses 2 desember 2014 Sasi, M,dkk.(2000). Chilling Fresh Fish in Dry and Wet Ice. http:// biophyspal journal. Com diakses 2 Desember 2014 Desroirer,Norman W. (2008). Pengawetan dan Pengolahan Bahan Pangan. Jakarta: UIP. Yani, dkk. 2009. Analisis Efisiensi Pengeringan Ikan Nila pada Pengeringan Surya Aktif Tidak Langsung dalam TeknikA Vol. 2 No. 31. ISSN: 0854-8471. Hal 26 33. Maulana, M. I. 2010. Penggunaan Energi Bahan Bakar Untuk Pengeringan Ikan Asin/Keumamah dalam Jurnal Mekanika Vol. 8 No. 2. Hal 178 182. 288