BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. penunjang dari terwujudnya pembangunan nasional. Sejak tanggal 1 Januari 2001

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PENILAIAN KINERJA (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

: Shella Vida Aprilianty NPM : Fakultas /Jurusan : Ekonomi /Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Masodah Wibisono SE.,MMSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah. untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi. daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas layanan terhadap masyarakat luas. Sebagai organisasi nirlaba, lembaga pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DITINJAU DARI RASIO KEUANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode )

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belanja modal termasuk jenis belanja langsung dan digunakan untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Accounting Principles Board (1970), akuntansi adalah suatu kegiatan jasa dimana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Obyek Penelitian. Jawa Barat adalah salah satu provinsi terbesar di Indonesia dengan ibu

Analisis kinerja keuangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kota depok tahun anggaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

BAB I PENDAHULUAN. tentunya perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat penelitian Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kwandang. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak geografis wilayah kabupaten Gorontalo Utara terletak antara 0 30 1 0 LU dan 123 124 BT. Sebelah Utara berbatasan dengan laut Sulawesi, sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Boolang Mongondow Sulawesi Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo, Bone Bolano dan Boalemo serta disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Buol Sulawesi Tengah. Tahun 2011 Kabupaten Gorontalo Utara terdiri dari enam kecamatan yakni Kecamatan Atinggola, Kecamatan Gentuma Raya, Kecamatan Kwandang, Kecamatan Anggrek, Kecamatan Sumalata, dan Kecamatan Tolinggula. Tabel 5: Luas Wilayah,lah Penduduk dan Kepadatan Penduduk per kecamatan No Kecamatan Luas wilayah Jumlah Kepadatan (Km 2 ) Penduduk penduduk 1 Atinggola 264,55 10.299 39 2 Gentuma Raya 100,34 7.972 79 3 Kwandang 301,26 35.965 119 4 Anggrek 280,71 20.230 72 5 Sumalata 504,59 16.038 32 6 Tolinggula 325,58 13.629 42 Gorontalo Utara 1.777,03 104.133 59 Sumber: LRA Kab.Gorontalo Utara

Luas Kabupaten Gorontalo Utara adalah 1.777,03 km2. Kecamatan dengan area yang terbesar adalah Sumalata yaitu 504,59 km2 atau 28,40 % luas Kabupaten Gorontalo Utara sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Gentuma Raya, yaitu 100,34 km2 atau 5,65 % luas Kabupaten Gorontalo Utara. Struktur Organisasi pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara meliputi Bupati, Wakil Bupati, Sekertaris DPRD, sekertaris Daerah yang dibantu oleh 2 (asisten), dengan membawahi 5 (lima) bagian yaitu 2 (dua) sekertariat, 7 (tujuh) badan, 13 (tiga belas) dinas, dan 2 (dua) kantor serta 1 (satu) inspektorat. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Pemerintah (Otonomi Fiskal) Hasil analisis rasio kemandirian keuangan dapat ditunjukan dalam tabel berikut: Tahun 2008 2009 2010 Tabel 6: Hasil Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah PAD Rasio Kemandirian= ---------------------------- X 100% Total pendapatan Daerah 2.323.970.342,00 162.416.442.434,00 0,0143 x 100 % = 1, 43 8.663.918.785,42 300.383.045.024,42 0,0288 x 100 = 2,88 8.166.669.050,58 324.355.402.336,58 Rasio 1, 43 % 2,88 % 2,51 % 0,0251 x 100 = 2,51 Rata-rata 2,27 % Sumber: APBD Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008-2010 (Data diolah)

Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakan rasio kemandirian keuangan daerah adalah sebagai berikut: 4 3 2 1 0 2,88 % 2,51 % Series 1 1,43 % 2008 2009 2010 Gambar 2: Grafik Pergerakan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 4.2.2 Analisis Tingkat Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Hasil analisis rasio efektifitas pendapatan asli daerah (PAD) dapat ditunjukan dalam tabel berikut: Tabel 7: Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2008 2009 2010 Realisasi Penerimaan PAD Rasio Efektifitas = ----------------------------------- x 100% Target Penerimaan PAD 2.323.970.342,00 2.025.000.000,00 1,1476 x 100 % = 114,76 8.663.918.785,42 6.000.000.000,00 1,4439 x 100 = 144,39 8.166.669.050,58 10.700.000.000,00 0,7632 x 100 = 76,32 Rata-Rata Rasio 114,76 % 144,39 % 76,32 % 111,82 %

Sumber: APBD Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008-2010 (Data diolah) Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakan rasio efektifitas pendapatan asli daerah (PAD) adalah sebagai berikut: 200 150 100 50 0 114,76 % 144,39 % 2008 2009 2010 76,32 % Series 1 Gambar 3: Grafik Pergerakan Rasio Efektifitas PAD 4.2.3 Analisis Tingkat Efisiensi Keuangan Daerah Hasil analisis rasio efisiensi keuangan Daerah ditunjukan dalam tabel berikut: Tabel 8: Hasil Analisis Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Tahun 2008 2009 2010 Total Realisasi Belanja Daerah Rasio Efisiensi = ----------------------------------------- x 100% Total Realisasi PendapatanDaerah 135.785.928.736,00 162.416.442.434,00 0,8360 x 100 % = 83,60 288.449.353.691,00 300.383.045.027,42 0,9602 x 100 = 96,02 312.697.834.483,00 324.355.402.336,58 Rasio 83,60 % 96,02 % 96,40 % 0,9640 x 100 = 96,40 Rata-rata 92,00 % Sumber: APBD Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008-2010 (Data diolah)

Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakan rasio efisiensi keuangan daerah adalah sebagai berikut: 100 95 90 85 80 75 96,02 % 96,40 % 83,60 % 2008 2009 2010 Series 1 Gambar 4: Grafik Pergerakan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah 4.2.4 Analisis Rasio Keserasian Belanja Daerah Hasil analisis rasio keserasian belanja daerah ditunjukan dalam tabel berikut: Tabel 9: Hasil Analisis Rasio Keserasian Belanja Daerah Tahun 2008 2009 Realisasi Belanja Operasi Rasio BO terhadap TB = --------------------------------- x 100% Total Belanja Daerah Realisasi Belanja Modal Rasio BM terhadap TB = ------------------------------ x 100% Total Belanja Daerah 97.318.807.910,00 = 0,7167 x 100 = 71,67 135.785.928.736,00 38.370.000.826,00 = 0,2825 x 100 = 28,25 135.785.928.736,00 141.611.975.681,00 = 0,4909 x 100 = 49,09 288.449.353.691,00 146.837.378.010,00 = 0,5090 x 100 = 50,90 288.449.353.691,00 Rasio 71,67 % 28,25 % 49,09 % 50,90 % 2010 184.930.374.930,00 = 0,5914 x 100 = 59,14 312.697.843.483,00 59,14 %

126.310.445.553,00 = 0,4039 x 100 = 40,39 312.697.834.483,00 40,39 % Rata-rata Rasio Keserasian Belanja Daerah untuk Belanja Operasi 59,96 % Rata-rata Rasio Keserasian Belanja Daerah untuk Belanja Modal 39,84 % Sumber: APBD Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008-2010 (Data diolah) Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakan rasio keserasian belanja daerah adalah sebagai berikut: 80 70 60 50 40 30 20 10 0 71,67 % 49,09 % 59,14 % 2008 2009 2010 Belanja Operasi Gambar 5: Grafik Pergerakan Rasio Keserasian Belanja Daerah Untuk Belanja Operasi 60 50 50,90 % 40 30 20 28,25 % 40,39 % Belanja Modal 10 0 2008 2009 2010 Gambar 6: Grafik Pergerakan Rasio Keserasian Belanja Daerah Untuk Belanja Modal

4.2.5 Analisis Rasio Pertumbuhan Hasil analisis rasio pertumbuhan ditunjukan dalam tabel berikut: Tabel 10: Hasil Analisis Rasio Pertumbuhan Untuk Pendapatan Daerah Tahun Pendapatan ke-n Pendapatan tahun sebelumnya r = x 100 Pendapatan tahun sebelumnya Rasio 8.663.918.785,42 2.323.970.342,00 2.323.970.342,00 x 100% 2009 6.339.948.443,42 = 100% 2.323.970.342,00 = 272,81 % 272,81 % 8.116.669.050,58 8.663.918.785,42 8.663.918.785,42 x 100% 2010-547.249.734,84 = 100% 8.663.918.785,42 = -6,32% -6,32% Rata-rata 266,49 % Sumber: APBD Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008-2010 (Data diolah) Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakan rasio pertumbuhan untuk pendapatan daerah adalah sebagai berikut:

300 250 272,81 % 200 150 100 Pendapatan Daerah 50 0-50 -6,32 % 2009 2010 Gambar 7: Grafik Pergerakan Rasio Pertumbuhan Untuk Pendapatan Daerah Tabel 11: Hasil Analisis Rasio Pertumbuhan Untuk Belanja Operasi Tahun BO tahun ke-n BO tahun sebelumnya r = x 100 BO tahun sebelumnya Rasio 2009 141.611.975.681,00 97.318.807.910,00 97.318.807.910,00 44.293.167.771 = 100% 97.318.807.910,00 = 45,51 % x100% 45,51 % 2010 184.930.374.930,00 141.611.975.681, x 100% 141.611.975.681,00 43.318.399.249 = 100% 141.611.975.681,00 30,59 % = 30,59 % Sumber: APBD Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008-2010 (Data diolah)

Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakan rasio pertumbuhan untuk belanja operasi adalah sebagai berikut: 50 40 30 20 10 0 45,51 % 2009 2010 30,59 % Belanja Operasi Gambar 8: Grafik Pergerakan Rasio Pertumbuhan Untuk Belanja Operasi Tabel 12: Hasil Analisis Rasio Pertumbuhan Untuk Belanja Modal Tahun BM tahun ke-n BM tahun sebelumnya r = x 100 BO tahun sebelumnya Rasio 146.837.378.010,00 38.370.000.826,00 38.370.000.826,00 x 100% 2009 2010 108467377184 = 100% 38.370.000.826,00 = 282,67 % 126.310.446.553,00 146.837.378.010,00 146.837.378.010,00-20526931457 = 100% 146.837.378.010,00 x 100% 282,67 % -13,98 % = -13,98 % Sumber: APBD Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008-2010 (Data diolah)

Apabila digambarkan dalam grafik, pergerakan rasio pertumbuhan untuk belanja modal adalah sebagai berikut: 300 250 282,67 % 200 150 100 Belanja Modal 50 0-50 2009 2010-13,98 % Gambar 9: Grafik Pergerakan Rasio Pertumbuhan Untuk Belanja Modal berikut: Secara keseluruhan jika digambarkan dalam tabel dan grafik yaitu sebagai Tabel 13: Hasil Perhitungan Keseluruhan Rasio Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara Rasio Keuangan Tahun Kemandirian Efektivitas PAD Efisiensi Keserasian Pertumbuhan BO BM PD BO BM 2008 2009 2010 1, 43% 114,76 % 83,60 % 71,67% 28,25% - - - 2,88% 144,39 % 96,02 % 49,09% 50,90% 272,81% 45,51% 282,67% 2,51% 76,32 % 96,40 % 59,14% 40,39% -6,32% 30,59% -13,98%

4.3 Pembahasan 4.3.1 Pembahasan Atas Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Gorontalo Utara Rasio kemandirian keuangan daerah atau Otonomi fiskal menunjukan kemampuan keuangan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan asli Daerah dibandingkan dengan penerimaan daerah. Tingkat kemandirian menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama dalam pendapatan asli daerah. Analisis kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) yang dilakukan terhadap Laporan Perhitungan APBD Pemerintah Kab.Gorontalo Utara Tahun Anggaran 2008-2010, bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta kemampuan keuangannya. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa rasio kemandirian keuangan daerah Pemerintah Kab.Gorontalo Utara pada tahun 2008, 2009 dan 2010 adalah sebesar 1,43 %, 2,88 % dan 2,51 %. Sesuai dengan tabel 1 dapat diketahui bahwa pola hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kab.Gorontalo Utara pada tahun anggaran 2008, 2009 dan 2010 berada pada tingkat kemandirian dengan interval 0-25 persen. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah Kab.Gorontalo Utara

mempunyai pola hubungan instruktif, dimana peran Pemerintah Pusat sangat dominan karena daerah dianggap belum mampu melaksanakan otonomi daerah. Rata-rata rasio kemandirian keuangan Daerah Pemerintah Kab.Gorontalo Utara tahun anggaran 2008-2010 sebesar 2.27 %. Sesuai dengan Tabel 1 maka diketahui bahwa pola hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kab.Gorontalo Utara pada tahun anggaran 2008-2010 berada pada tingkat kemandirian dengan interval 0 25%. Hal ini berarti bahwa Pemerintah Kab.Gorontalo Utara mempunyai pola hubungan instruktif, dimana campur tangan pemerintah pusat masih mendominasi karena daerah dianggap kurang mampu melaksanakan otonomi daerah. 4.3.2 Pembahasan Atas Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gorontalo Utara Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Pemda dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) efektif apabila rasio yang dicapai mencapai 100 atau lebih dari 100 %. Dengan demikian semakin besar rasio efektivitas maka kinerja pemerintahanpun semakin baik. Tingkat efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kab.Gorontalo Utara Tahun Anggaran 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan tabel 7 rasio efektivitas terhadap PAD dari tahun 2008-2009 sebesar 114,76 % dan 144,39 %, dimana realisasi pendapatan asli Daerah (PAD) lebih besar dari anggaran pendapatan asli daerahnya (PAD). Berdasarkan tabel 2 tentang pedoman penilaian kinerja keuangan maka tingkat efektivitas PAD dinilai

sangat efektif karena berada pada interval diatas dari 100%. Namun pada tahun 2010 mengalami penurunan yaitu sebesar 76,32 % yang dikategorikan kurang efektif dimana realisasi pendapatan asli Daerah (PAD) lebih kecil dari anggaran pendapatan asli daerahnya (PAD). Hal ini disebabkan karena adanya bebarapa pos dari pendapatan asli daerah (PAD) yang realisasinya tidak mencapai target yang telah dianggarkan, misalkan pos pendapatan pajak daerah yang target anggarannya sebesar Rp 2.674.140.445,00 sedangkan realisasinya hanyalah 2.051.272.491,13 dengan selisih sebesar Rp 622.867.953,87 atau 76,71 %, dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar 106,02 %, terlihat bahwa terjadi penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 29,31%. Pos pendapatan retribusi daerah dengan target anggaran sebesar Rp 1.519.697.161,00 dengan realisasinya hanyalah sebesar Rp 1.325.362.275,00 dan selisih Rp 194.334.886 atau 87,21 % yang jika dibandingkan dengan tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 27,84 %. dan yang terakhir pada pos lain-lain PAD yang sah dimana target anggaran sebesar Rp 6.491.979.423,00 dengan realisasi sebesar Rp 4.775.851.313,45 dan selisihnya sebesar Rp 1.716.128.109,55. Turunnya pendapatan retribusi daerah dan lain-lain pendapatan yang sah dipengaruhi oleh proses pengelolaan dan pemungutan yang masih kurang maksimal. Penurunan rasio efektivitas pada tahun 2010 harus melihat sebab penurunan, mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan dalam pencapaian target ataupun penurunan perolehan dari salah satu atau beberapa elemen PAD. Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2010 namun jika di lihat pada Tabel 6 juga menunjukan rata-rata rasio efektivitas pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun anggaran

2008-2010 yaitu sebesar 111,82 %. Sesuai dengan kriteria penilaian tingkat etektivitas PAD Kabupaten Gorontalo Utara masih termasuk dalam kriteria sangat efektif karena efektivitasnya lebih dari 100 persen. 4.3.3 Pembahasan Atas Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Kabupaten Gorontalo Utara Analisis tingkat efisiensi keuangan daerah dapat dihitung dengan menggunakan rasio efisiensi, yaitu rasio yang menggambarkan perbandingan antara output dan input atau realisasi pengeluaran dengan realisasi penerimaan daerah. Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa rasio efisiensi keuangan daerah terhadap pendapatan daerah Kab.Gorontalo Utara pada tahun 2008 sebesar 83,60%, berdasarkan pedoman penilaian kinerja keuangan pada tabel 3 maka tingkat efisiensi keuangan daerah untuk tahun 2008 berada pada interval 80 90 atau berada pada tingkat cukup efisien. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan daerah Kabupaten Gorontalo Utara yang sedikit lebih tinggi dari Belanja Daerah. Untuk tahun 2009 dan 2010 yaitu sebesar 96,02 % dan 96,40 % yang berarti berada pada interval 90-100 atau berada pada tingkat kurang efisien. Meningkatnya presantase rasio efisien disebabkan pada pos belanja daerah yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan sehingga realisasinya hampir sama dengan realisasi untuk pendapatan Daerahnya. Tabel 8 juga menunjukan rata-rata rasio efisiensi keuangan daerah yaitu sebesar 92,00% yang berada pada interval 90-100 atau pada tingkat kurang efisien.

4.3.4 Pembahasan Atas Rasio Keserasian Belanja Daerah Kabupaten Gorontalo Utara Rasio ini menggambarkan bagaimana Pemda memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin/belanja operasi dan belanja pembangunan/belanja modal secara optimal. Semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin/belanja operasi berarti presentase belanja modal/pembangunan yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Perhitungan rasio keserasian alokasi dana pada tabel 9 dan 10 menunjukan pada tahun 2008 dan 2010 pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara lebih besar mengalokasikan dananya untuk belanja operasi dibandingkan dengan belanja modal. Pada tahun 2008 rasio belanja operasi terhadap total belanja daerah sebesar 71,67 % dan rasio belanja modal terhadap total belanja daerah sebesar 28,25 %. Tahun 2010 rasio belanja operasi terhadap total belanja daerah sebesar 59,14 % dan rasio belanja modal terhadap total belanja daerah sebesar 40,39 %. Meskipun pada tahun 2009 rasio belanja operasi lebih rendah sebesar 49,09 % dari rasio belanja modal sebesar 50,90 yang dimana pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara lebih mengalokasikan dananya untuk belanja modal dibanding dengan belanja operasi, hal ini tentunya berpengaruh positif terhadap publik atau masyarakat. Secara keseluruhan dilihat berdasarkan perhitungan rata-rata rasio keserasian alokasi dana menunjukkan bahwa 59,96 % dana yang dimiliki oleh

Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara dialokasikan untuk Belanja Operasi, sedangkan 39,84 % dialokasikan untuk Belanja Modal. 4.3.5 Pembahasan Atas Rasio Pertumbuhan Kabupaten Gorontalo Utara Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. 4.3.5.1 Analisis Pertumbuhan Terhadap Pendapatan Daerah Titik berat analisis pertumbuhan terhadap Pendapatan Daerah dalam penelitian ini adalah pada Pendapatan Asli Daerah (PAD), mengingat pemerintah daerah mempunyai kewenangan penuh atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) antara lain: ketentuan yang berupa peraturan daerah (dengan berpedoman pada UU dan PP), penetapan tarif pajak daerah dan retribusi daerah serta sistem pemungutannya, dan penilaian kinerja terhadap Dinas Pendapatan Daerah Pemerintah Kab.Gorontalo Utara serta kinerja BUMD yang ada di Kab.Gorontalo Utara. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka hasil analisis ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang dapat digunakan sebagai umpan balik (feedback) bagi Pemerintah Kab.Gorontalo Utara, sehingga dapat meningkatkan PAD. Berdasarkan Tabel 11 maka pertumbuhan PAD Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara untuk tahun 2009 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sedangkan pertumbuhan PAD yang terjadi pada tahun 2010 mengalami penurunan yang sangat signifikan bahkan mencapai angka minus, hal ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan lain-lain PAD yang sah. Selain itu pada

laporan realisasi anggaran untuk tahun 2008 dan 2009, pada pos pendapatan asli daerah belum dicantumkan pos hasil pengelolaan keuangan Daerah yang dipisahkan sehingga mempengaruhi perhitungan rasio pertumbuhan PAD untuk tahun 2010. Secara menyeluruh rata-rata pertumbuhan PAD menunjukan pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 133,245 % meskipun pada tahun 2010 mengalami penurunan yang jauh sangat rendah dibandingkan dengan tahun 2009. 4.3.5.2 Analisis Pertumbuhan Terhadap Belanja Daerah Analisis pertumbuhan terhadap belanja Daerah bertujuan untuk melihat perkembangan belanja daerah baik Belanja Operasi maupun Belanja Modal dalam perhitungan APBD selama periode yang dianalisis. Rasio pertumbuhan ini berguna untuk mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah Daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, baik terhadap Belanja Operasi maupun Belanja Modal. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa rasio pertumbuhan untuk tahun 2009 sebesar 45,51 % dan tahun 2010 sebesar 30,59 %. Penurunan belanja operasi dari tahun 2009 ke tahun 2010 menunjukan hal yang positif karena pemerintah berhasil menekan penggunaan anggaran untuk belanja operasi sedangkan berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa rasio pertumbuhan belanja modal untuk tahun 2009 sebesar 282,67 % dan tahun 2010 sebesar -13,98 %. Pada tahun 2008 pertumbuhan belanja modal tergolong positif karena menunjukan angka yang tinggi dengan artinya pemerintah menggunakan anggarannya untuk pelayanan publik yang berimbas pada kesejahteraan masyarakat, sedangkan tahun 2010

Mengalami penurunan yang disebabkan menurunnya beberapa elemen pada pos belanja modal yaitu belanja peralatan dan mesin, belanja jalan, irigasi dan jaringan serta belanja aset tetap lainnya. 4.3.6 Analisis Kinerja keuangan APBD Kabupaten Gorontalo Utara Analisis keuangan menurut Abdul Halim (2007: 231) adalah usaha mengindentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan yang tersedia. Penggunaan analisis rasio pada sektor publik khususnya terhadap APBD belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Meskipun demikian, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien dan akuntabel, rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta (Erawati: 2007). Hasil analisis ini selanjutnya digunakan sebagai tolak ukur dalam : 1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah. 2. Mengukur efektivitas pendapatan asli daerah (PAD) 3. Mengukur efisiensi keuangan daerah 4. Mengukur sejauh mana pemerintah daerah dalam membelanjakan anggarannya untuk belanja operasi dan belanja 5. Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Berdasarkan analisis diatas dan tabel 13 halaman 56 menunjukan bahwa Kinerja Keuangan APBD Kabupaten Gorontalo Utara masih tergolong kurang baik. Hal ini disebabkan karena hanya tingkat efektivitas dan pertumbuhan belanja Operasi saja yang menunjukan kondisi yang baik sedangkan untuk Tingkat kemandirian keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun anggaran 2008-2010 tergolong sangat rendah yaitu sebesar 2,27 % yang berarti bahwa sebesar 97,73 % persen masih tergantung pada pemerintah pusat. Tingkat efisiensi rata-rata keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara selama tahun anggaran 2008-2010 sebesar 92,00 % persen yang tergolong masih kurang efisien. Tingkat keserasian belanja daerah Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara tahun anggaran 2008-2010 menunjukan bahwa sebagian besar dana pada anggaran daerah dialokasikan pada belanja operasi persentase rata-rata 59,96%, sedangkan sisanya sebesar 39,84 % dialokasikan untuk belanja Modal serta pertumbuhan untuk belanja modal yang mengalami penurunan yang kurang baik pada tahun 2010.