BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB III METODE PENELITIAN

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari : 1. Kab. Banjarnegara 13. Kab. Demak 25. Kab.

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), tidak luput dari tantangan Millenium

GUBERNUR JAWA TENGAH,

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

PENEMPATAN TENAGA KERJA

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara. dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh: HANDY NUGRAHA

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

BAB IV. PERKEMBANGAN IPM. 4.1 Perkembangan IPM pada Masa Pemerintahan Orde Baru

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Proses pembangunan yang mencakup berbagai perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi nasional, selain mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, dan program pengentasan kemiskinan. Dimana pada hakekatnya, pembangunan harus mencerminkan perubahan total masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan dengan tidak mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual (Todaro, 2011). Negara yang sedang berkembang khususnya Indonesia menggunakan acuan dalam perumusan tujuan strategi dan program pembangunan yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs). Suatu keberhasilan untuk pencapaian MDGs itu tergantung dari bagaimana pemerintah dapat mengelola dengan baik, seperti kemitraan produktif segenap komponen masyarakat, penerapan mewujudkan pertumbuhan yang inklusif, peningkatan layanan publik, dan pemberdayaan masyarakat di seluruh daerah. (Kuncoro, 2013). Serta pemberian anggaran dalam bidang infrastruktur diharapkan dapat 1

2 mempermudah akses masyarakat dalam kegiantan sehari-hari sehingga akan terjadi efisiensi dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan konsumsi riil perkapita serta dapat mempermudah akses masyarakat dalam kehidupan sehari-hari (Delavallade, 2006). Tujuan akhir suatu pembangunan yaitu kesejahteraan rakyat, karena manusia bukan hanya merupakan obyek pembangunan tetapi diharapkan bisa menjadi subyek, sehingga dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kemajuan wilayah yang secara makro menjadi kemajuan suatu Negara. Keberhasilan pembangunan manusia United Nation Development Program (UNDP) diukur dengan beberapa parameter, dan paling terkenal saat ini adalah Indeks Pembangunan Mausia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI). Indeks Pembangunan Manusia merupakan tolak ukur dalam pencapaian pembangunan manusia yang lebih berkualitas. Ada tiga dimensi dasar sebagai acuan untuk mengukur Indeks Pembangunan Manusia yaitu meliputi umur panjang dan hidup yang sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup yang layak (desent standart of living). dalam mengukur dimensi kesehatan digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pendidikan gabungan dari indikator rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah. apabila mengukur dimensi hidup yang layak dapat menggunakan indikator kemampuan ekonomi dari daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita dalam pencapaian hidup yang layak (BPS, 2015).

3 Di Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 Kabupaten/Kota dan masingmasing kawasan di Provinsi Jawa Tengah memiliki akronim kata seperti SUBOSUKOWONOSRATEN (Kawasan Perkotaan Surakarta Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten), Dibentuknya kawasan ini dengan kerjasama antar daerah oleh Pemerintah Provinsi seperti KEDUNGSEPUR (Kawasan Perkotaan Kendal Demak Unggaran Salatiga Semarang Purwodadi), BREGASMALANG (Kawasan Perkotaan Brebes Tegal Slawi Pemalang), dan masih banyak lagi. Bertujuan untuk menjadikan kerja sama antar daerah dalam satu kawasan dan meningkat kesejahteraan serta meningkatkan pembangunan. Dijelaskan pada tabel 1-1 Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2014 sebagai berikut : Tabel 1-1 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014 Provinsi Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Jawa Tengah 66.08 66.64 67.21 68.02 68.78 Sumber : BPS, Sakernas 2015 diolah IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar (66.08) ditahun 2011 menjadi sebesar (66.64) dan ditahun 2012 menjadi sebesar (67.21) peningkatan (0.81) ke tahun 2013 sehingga menjadi sebesar (68.02) dan mengalami peningkatan lagi (0.76) ke tahun 2014 sehingga IPM menjadi sebesar (68.78). kesimpulan dari tabel IPM dari tahun 2010 sampe tahun 2014 selalu mengalami peningkatan yang signifikan. disuatu daerah IPM mendekati 100 maka disuatu daerah dianggap kualitas manusia tersebut dikatakan bagus.

4 Tabel 1-2 Indeks pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014 No. Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 1 Kab. Cilacap 65.72 66.80 67.25 2 Kab. Banyumas 68.06 68.55 69.25 3 Kab. Purbalingga 64.94 65.53 66.23 4 Kab. Banjarnegara 62.29 62.84 63.15 5 Kab. Kebumen 64.47 64.86 65.67 6 Kab. Purworejo 69.40 69.77 70.12 7 Kab. Wonosobo 64.18 64.57 65.20 8 Kab. Magelang 64.75 65.86 66.35 9 Kab. Boyolali 69.51 69.81 70.34 10 Kab. Klaten 71.71 72.42 73.19 11 Kab. Sukoharjo 72.81 73.22 73.76 12 Kab. Wonogiri 65.75 66.40 66.77 13 Kab. Karanganyar 72.26 73.33 73.89 14 Kab. Sragen 68.91 69.95 70.52 15 Kab. Grobogan 66.39 67.43 67.77 16 Kab. Blora 64.70 65.37 65.84 17 Kab. Rembang 66.03 66.84 67.40 18 Kab. Pati 66.13 66.47 66.99 19 Kab. Kudus 70.57 71.58 72.00 20 Kab. Jepara 68.45 69.11 69.61 21 Kab. Demak 67.55 68.38 68.95 22 Kab. Semarang 70.88 71.29 71.65 23 Kab. Temanggung 64.91 65.52 65.97 24 Kab. Kendal 67.55 67.98 68.46 25 Kab. Batang 63.09 63.60 64.07 26 Kab. Pekalongan 65.33 66.26 66.98 27 Kab. Pemalang 60.78 61.81 62.35 28 Kab. Tegal 62.67 63.50 64.10 29 Kab. Brebes 60.92 61.87 62.55 30 Kota Magelang 75.00 75.29 75.79 31 Kota Surakarta 78.44 78.89 79.34 32 Kota Salatiga 79.10 79.37 79.98 33 Kota Semarang 78.04 78.68 79.24 34 Kota Pekalongan 69.95 70.82 71.53 35 Kota Tegal 70.68 71.44 72.20 Sumber :BPS, Sakernas 2015 diolah

5 Dari tabel 1-2 dapat terlihat bahwa jumlah IPM dari tahun 2012 sampe tahun 2014 setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah terjadi peningkatan sehingga dapat menjadikan wilayah Provinsi Jawa Tengah mampu dalam bersaing dengan daerah lain khususnya di antar pulau maupun di luar pulau Jawa oleh karena itu diharapkan dapat meningkatkan daya saing dalam hal kualitas sumber daya manusia. IPM adalah salah satu Indikator dalam mencapai pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Dalam perekonomian modern, peran-peran pemerintah sebagaimana dikatakan Musgrave dikelompokkan menjadi tiga, yaitu peranan dalam alokasi, distribusi, dan stabilisasi.salah satu perangkat yang selama ini banyak digunakan oleh pemerintah untuk mewujudkan peran tersebut adalah perangkat kebijakan fiskal. Di antara instrument kebijakan fiskal tersebut, ada instrumen dalam bidang pengalokasian dana atau anggaran pembangunan ke bidang yang berkaitan dengan dengan fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, irigasi, transportasi, dan sebagainya (Sasana, 2009). Untuk meningkatkan kualitas manusia maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Pemerintah melakukan pengeluaran yang ditunjukan sebagai pembangunan manusia. Pemerintahlah yang mengambil kebijakan dalam pengeluaran pemerintah (Baeti, 2013). Kenaikan tingkat harga yang berlangsung terus menerus disebut dengan inflasi. Kenaikan harga barang dan jasa terjadi jika permintaan lebih besar dari jumlah persediaan salah satu dampak dari inflasi yang tinggi

6 sehingga yang terjadi akan mengurangi daya saing usaha dan menurunnya tingkat daya beli pelaku bisnis (Abimanyu, 2011). Menurut (Mardiasmo, 2009) jika semakin tinggi tingkat inflasi, maka semakin rendah nilai riil keuntungan dimasa depan yang diharapkan. Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup serius bagi pembangunan manusia karena masalah kemiskinan merupakan sebuah masalah yang kompleks yang sebenarnya bermula dari kemampuan daya beli masyarakat yang tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan yang lain seperti pendidikan dan kesehatan terabaikan. Oleh karena itu akan menjadi ancamana bagi pembangunan manusia diantara keduanya menjadi besar dan pada akhirnya target capaian IPM yang ditentukan oleh pemerintah menjadi tidak terealisasikan dengan baik (Mirza, 2012) Pengangguran dapat menyebabkan kondisi perekonomian masyarakat menurun, oleh karena itu pengangguran dapat menghambat kemakmuran masyarakat sehingga tidak dapat maksimal sedangkan tujuan akhir dari pembangunan yaitu untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Jika tingkat pengangguran di suatu daerah tinggi maka akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi (Baeti, 2013). Perlu diketahui dari permasalahan yang sudah dijelaskan tersebut dalam mewujudkan pembangunan manusia yang berkualitas dan mencapai kesejahteraan masyarakat harus mencerminkan perubahan total masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan dengan mengutamakan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-

7 kelompok sosial yang ada untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual serta pemerintah juga memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat seperti kemitraan produktif segenap komponen masyarakat, penerapan mewujudkan pertumbuhan yang inklusif, pemberdayaan masyarakat di seluruh daerah, dan pemberikan anggaran infrastruktur dalam meningkatkan layanan publik guna memudahahkan akses masyarakat, serta melakukan program untuk meminimalisasi kemiskinan sehingga dapat mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran maka kualitas pembangunan manusia dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pengaruh belanja daerah terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2014? 2. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014? 3. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014? 4. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014? C. Tujuan Penelitian Berdasrkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:

8 1. Untuk menganalisis pengaruh belanja daerah terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014. 2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014 3. Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014 4. Untuk menganalisis pengaruh pengangguran terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2014 D. Manfaat Penelitian Manfaatnya yang bisa di ambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi Pemerintah a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam memilih kebijakan dan mengalokasikan anggaran yang lebih efektif dalam meningkatkan variabel IPM, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah khususnya. b. Sebagai dasar yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan IPM di Provinsi Jawa Tengah. 2. Bagi Akademis a. Penelitian ini diharapkan sehingga dapat memberikan kontribusi akademis bagi Perpustakaan bidang studi Ekonomi Pembangunan. b. Khususnya mahasiswa, diharapkan dapat menjadi referensi bagi yang tertarik pada penelitian tentang indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah.

9 3. Bagi Masyarakat Luas a. Penelitian diharapkan dapat menjadikan tambahan wacana yang dapat berguna bagi masyarakat luas. b. Hasil penelitian diharapkan dapat memperdalam pengetahuan masyarakat luas tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 4. Bagi Penulis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru mengenai pengaruh belanja daerah, tingkat inflasi, jumlah penduduk miskin, dan pengangguran terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah. b. Hasil penelitian diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) E. Metode Penelitian Dalam menganalisis pengaruh dari inflasi, kemiskinan dan pengangguran terhadap indeks pembangunan manusia penelitian ini menggunakan analisis data panel. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang tidak dapat secara langsung yaitu data yang diambil dari penelitian terdahulu maupun perpustakaan yang di publikasikan. Penelitian ini menggunakan gabungan dari data cross section 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan data time series selama 3 tahun yaitu dari tahun 2012-2014 sehingga dalam penelitian ini ada 105 observasi. Gabungan dari cross section dan time series di sebut data panel.

10 Data diperoleh dari Jurnal, website, perpustakaan, penelitian-penelitian terdahulu dan instansi terkait seperti BPS, BAPPEDA dan instansi lainnya. Data panel adalah kombinasi antara data runtut waktu, yang memiliki observasi temporal biasa pada suatu unit analisis dengan data silang tempat yang memiliki observasi-observasi pada suatu unit analisis pada titik waktu tertentu. Keterangan : IPM it = α + β 1 BD it + β 2 INF it + β 3 KMS it + β 4 TPT it + u it IPM it : Indeks Pembangunan Manusia pada unit daerah ke-i dan unit waktu ke-t BD it INF it KMS it TPT it : Belanja daerah pada unit daerah ke-i dan unit waktu ke-t : Tingkat Inflasi pada unit daerah ke-i dan unit waktu ke-t : Kemiskinan pada unit daerah ke-i dan unit waktu ke-t : Tingkat Pengangguran Terbuka pada unit daerah ke-i dan unit waktu ke- t i : Menunjukkan Kabupaten/Kota t : Menunjukkan deret waktu (tahun 2012-2014) α u : koefisien intersep atau konstanta : Faktor gangguan atau tidak dapat diamati F. Sistematika Penulisan Skripsi Agar Penulisan tertulis secara sistematis guna untuk mempermudah pemahaman, maka penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

11 Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis data dan sistematika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini menguraikan landasan teori yang merupakan dasar teoritis penelitian, pengertian tentang Indeks Pembangunan Manusia, pengertian belanja daerah, pengetian inflasi, pengertian kemiskinan, pengertian pengangguran, dan faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks pembangunan manusia, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran serta uraian hipotesis dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini memberikan penjelasan tentang variabel penelitian dan operasional variabel, Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini beserta penjelasan tentang metode pengumpulan data, serta uraian tentang metode analisis yang digunakan. BAB IV HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini menguraikan tentang deskripsi data Indeks pembangunan manusia, belanja daerah, tingkat inflasi, Kemiskinan, dan Pengangguran, Serta pembahasan dari hasil penelitian yang meliputi variabel yang paling berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Analisis data yang menitik beratkan pada hasil olahan data sesuai dengan alat dan teknik analisis yang digunakan, dalam bab ini juga akan diuraikan interpertasi hasil.

12 BAB V PENUTUP Dalam bab ini merupakan bab terakhir penulisan yang berisi mengenai simpulan dan serangkaian pembahasan skripsi pada bab IV serta saran saran yang perlu disampaikan bagi pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan suatu permaslahan yang akan diteliti atau penelitian selanjutnya.