BAB I PENDAHULUAN. Sektor perdagangan di Indonesia adalah salah satu sektor yang berperan

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG

Pedoman Wawancara Penelitian Dengan Pemerintah

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 3 TAHUN 1992 (3/1992) TENTANG PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTAMADYA KEPAlA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional, Ruang untuk Masyarakat yang semakin Terpinggirkan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam retail modern telah melanda negara-negara maju sejak

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB 2 KONDISI INDUSTRI PERPASARAN DAN PERSAINGAN DI DALAMNYA

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERDAGANGAN. SEMINAR RETAIL NASIONAL 2006 (RETAILER DAY & AWARD 2006) JAKARTA, 25 Januari 2007 =========================

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pasar tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

DAFTAR PUSTAKA. Basri, Faisal, 2002, Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat. Pasar memainkan peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang baik, dan bisa menciptakan kepercayaan pada pembeli.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

POTENSI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

BAB I PENDAHULUAN. tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel Indonesia, merupakan industri yang strategis bagi

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sektor perdagangan di Indonesia adalah salah satu sektor yang berperan sangat penting dalam bidang perekonomian, yaitu sebagai salah satu motor penggerak bagi pembangunan dan pertumbuhan perekonomian nasional. Saat ini posisi yang paling strategis dalam sektor perdagangan adalah pasar tradisional, karena pasar tradisonal sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagai tempat utama untuk kegiatan perdagangan dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dikelola oleh pedagang kecil menengah dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar yang didalamnya terdapat kebutuhan pokok masyarakat yang dipasok oleh para petani, peternak, nelayan dan insustri kecil rumah tangga sehingga pasar tradisional telah menjadi pegangan hidup bagi banyak orang 1. Pasar tradisional tidak sekedar sebagai tempat untuk kegiatan jual-beli, selain sebagai fungsi ekonomi pasar tradisional juga memegang fungsi sosial dan budaya. Pasar tradisional sebagai fungsi sosial bisa dilihat dengan adanya interaksi antar masyarakat seperti dalam kegiatan tawar-menawar harga dimana terjadi komunikasi 1 Pramono, Ananta Heri, dkk. 2011. Menahan Serbuan Pasar Modern. Yogyakarta : Penerbit Lembaga Ombudsman Swasta DIY. 1

antara penjual dan pembeli secara aktif sehingga antara penjual dan pembeli dapat saling mengenal yang dapat memunculkan rasa percaya dan kepuasan tersendiri ketika masyarakat berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional sebagai fungsi budaya bisa dilihat dari segi bangunan pasar tradisional yang mempunyai keunikan tersendiri sebagai ciri khas pasar tradisional dan sebagai pusat keramaian yang sering dijadikan sebagai tempat pertunjukan budaya daerah. Dengan berjalannya waktu, pasar tradisional yang selama ini menjadi pusat kegiatan perdagangan bagi masyarakat saat ini lambat laun mulai mengalami kemunduran yang ditunjukkan dengan semakin berkurangnya jumlah pasar tradisional yang ada, kondisi bangunan pasar tradisional yang sudah tua, kurangnya fasilitas pendukung dan ditambah dengan kondisi lingkungan pasar tradisional yang tidak tertata membuat pasar tradisional memiliki kesan kotor, kumuh dan jorok di mata masyarakat. Idealnya pemerintah harus mampu mengelola pasar tradisional agar dapat kembali bangkit, salah satunya bisa dengan melakukan rehabilitasi fisik bangunan pasar tradisional, pemberian bantuan pinjaman modal bagi pedagang kecil, penataan atau klasifikasi kios-kios pedagang, pengadaan fasilitas pendukung, penyediaan lahan parkir, dan pengelolaan kebersihan yang baik agar masyarakat tetap tertarik untuk berkunjung dan berbelanja di pasar tradisional, tetapi saat ini pasarpasar tradisional yang masih bertahan hanya beberapa saja yang mampu berkembang mengikuti perkembangan jaman dan keinginan masyarakat yang semakin kompleks, 2

sedangkan sebagian lainnya hanya stagnan bahkan dikhawatirkan jumlahnya akan terus berkurang. Kondisi tersebut nampaknya direspon dengan baik oleh para pengusaha sebagai sebuah peluang dengan mendirikan pasar modern. Pasar jenis ini pada dasarnya hanya menekankan pada segi keuntungan saja, dengan menekankan pada efektifitas, efisiensi, perputaran uang yang cepat, kemudahan dan kenyamanan, sangat berbeda dengan pasar tradisional. Dalam pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli memilih dan mengambil sendiri barang yang diinginkan dengan melihat label harga yang tercantum pada barang, pelayanannya dilakukan oleh pramuniaga dan berada dalam satu bangunan dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang lengkap seperti keranjang belanjaan, pendingin ruangan, lemari pendingin, ATM, eskalator, toilet umum dan tempat parkir. Pasar modern ini terdapat 5 (lima) pengelompokan, yaitu minimarket, supermarket, hypermarket, departement store dan pusat perbelanjaan. Kehadiran pasar modern ini kemudian seperti menjadi sebuah solusi jitu bagi masyarakat untuk melakukan belanja karena pasar modern dinilai lebih menawarkan kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja sehingga pasar modern semakin lama semakin tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan pasar modern ini bisa menjadi sangat cepat karena jenis pasar modern ini sangat terbuka bagi siapa saja yang memiliki modal, karena hanya dengan menyediakan uang atau modal dengan jumlah tertentu siapa saja dapat memiliki sebuah minimarket hingga supermarket, 3

dengan kemudahan untuk memiliki sebuah toko modern tersebut membuat keberadaan pasar modern semakin menjamur seperti yang terjadi saat ini, akan dapat dengan mudah menemukan berbagai macam toko modern seperti Alfamart, Indomaret, Circle k, Superindo, Carrefour, Giant, Hypermart, mall dll di beberapa daerah. Dari data KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) diketahui bahwa ritel Alfamart dan Indomart mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, Alfamart dari tahun 2008 2009 mengalami peningkatan 13,26%, sedangkan Indomaret mengalami peningkatan 15,16% dari tahun 2008-2009. Tabel 1. Jumlah Pertumbuhan Ritel Alfamart dan Indomart tahun 2008 2009 Tahun Alfamart Indomart 2008 2.736 3.093 2009 3.098 3.531 Sumber: Data KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). Sedangkan menurut lembaga penelitian AC Nielsen menemukan fakta penurunan jumlah pasar tradisional yang cukup tinggi dari tahun ke tahun setelah maraknya perkembangan pasar modern di Indonesia, 2. 2 KPPU, 2007, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan dan Pembinaan Usaha Pasar Modern dan Toko Modern 4

Tabel 2. Pangsa penjualan barang Pasar Modern dan Pasar Tradisional. Pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari Tahun Pasar Modern Pasar Tradisional 2001 24,8% 75,2% 2002 25,1% 74,8% 2003 26,3% 73,7% 2004 30,4% 69,6% 2005 32,4% 67,6% Sumber: Survei AC Nielsen Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan jumlah pasar tradisional menurun sebesar 8,1% sepanjang tahun 2011. Berbanding terbalik dengan pasar modern yang justru bertambah 31,4% 3. Dikhawatirkan jika kedepannya tidak ada suatu kebijakan yang berpihak pada pasar tradisional jumlah pasar tradisional akan terus mengalami penurunan dan para pedagang kecil yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan berdagang di pasar tradisional akan terancam kehilangan mata pencahariannya. Berkaitan dengan pentingnya eksistensi pasar tradisional, Faisal Basri menyatakan tugas pemerintah sebenaranya untuk mendorong pasar tradisional agar bisa bersinergi dengan pasar moderen. Jika tidak akan terjadi hukum rimba, yakni siapa yang kuat dia yang akan menang. Pada kenyataannya sekarang, inilah yang sering terjadi di lapangan. Antara pasar modern dengan pasar tradisional terjadi 3 http://www.antaranews.com/berita/309093/perlu-sinkronisasi-kebijakan-revitalisasi-pasartradisional 5

perang yang begitu sengit. Di tengah persaingan itu, pasar tradisional bagaikan pelanduk yang mati di tengah pertarungan dua gajah. Disinilah peran pemerintah mulai dibutuhkan agar terjadi persaingan yang sehat antara pasar tradisional dengan pasar modern 4. Selanjutnya, Didik. J. Rachbini juga mengungkapkan alasan-alasan mengapa perlindungan pasar tradisional menjadi sangat penting, alasan-alasan tersebut antara lain : pasar tradisional adalah wujud dari demokrasi ekonomi rakyat yang tumbuh sejalan dengan perkembangan kota. Pasar tradisional mampu menampung sejumlah besar pedagang kecil sehingga mampu secara langsung menyerap banyak tenaga kerja. Apalagi keberadaannya meluas diseluruh wilayah Indonesia sehingga tenaga kerja yang mampu terserap sangat banyak. Pasar tradisional mutlak dilindungi karena memang banyak sekali alasan untuk melindunginya. Eksistensi pasar tradisional di Jerman dan Jepang misalnya, disana sangat dilindungi oleh pemerintahnya, padahal negara-negara tersebut merupakan negara kapitalis besar. Sudah seharusnya pemerintah pusat melindungi pasar tradisional dengan suatu kebijakan/aturan yang jelas dan tegas. Sementara pemerintah daerah mengatur secara lebih detail soal tata ruang, batasan jarak pasar moderen dengan pasar tradisional, jam buka (jam beroperasi) dan lain sebagainya. 5 4 http://www.suarapembaruan-online.com/read/16035/pentingnya-eksistensi-pasar-tradisional 5 http://www.bisnis.com/read/27104/upaya-melindungi-pasar-tradisional 6

Oleh karena itu upaya mengelola pasar tradisional memerlukan keseriusan dari pihak pemerintah, selain dukungan regulasi di berbagai tingkatan pemerintah juga diperlukan komitmen dan visi pengembangan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat banyak. Untuk merespon permasalahan pasar tradisional ini Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Isi dari peraturan presiden tersebut diantaranya adalah mengatur agar Pemda dalam pembangunan toko-toko modern wajib memperhatikan kondisi sosial masyarakat, keberadaan pasar tradisional dan UKM di sekitar wilayah pembangunan, jarak dengan pasar tradisional dan pengaturan jam kerja serta memiliki kemampuan untuk menyediakan areal parkir setiap 60 m². Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tersebut kemudian diikuti dengan munculnya Peraturan Daerah (Perda) atau peraturanperaturan lainnya tentang perlindungan pasar tradisional di beberapa daerah, termasuk di Kota Yogyakarta yang merespon dengan mengeluarkan sebuah Peraturan Walikota (Perwal) No. 79 Tahun 2010 tentang pembatasan pendirian minimarket waralaba, retail dan pusat perbelanjaan modern di Kota Yogyakarta yang berisi mengenai pembatasan jumlah minimarket waralaba sebanyak 52 unit dengan jarak bangunan minimarket waralaaba minimal 400 m dari pasar tradisional. 7

Namun tampaknya implementasi dari Peraturan Walikota (Perwal) Yogyakarta No. 79 Tahun 2010 yang bertujuan untuk melindungi pasar tradisional tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan, terbukti dengan masih banyak ditemukan adanya pelanggaran mengenai jarak, lokasi pendirian minimarket dan jumlah minimarket yang telah melebihi kuota yang ditentukan di wilayah kota Yogyakarta. Data yang didapatkan dari Disperindagkoptan Kota Yogyakarta menunjukkan jumlah pasar modern yang ada di wilayah Kota Yogyakarta mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun, berikut adalah tabel data jumlah pasar modern yang berada di wilayah Kota Yogyakarta dari tahun 2007-2012: Tabel 3. Jumlah Pasar Modern di Kota Yogyakarta tahun 2007 2012. Tahun Jumlah Pasar Modern 2007 13 Unit 2008 28 Unit 2009 59 Unit 2010 68 Unit 2011 73 Unit 2012 72 Unit Sumber: Disperindagkoptan Kota Yogyakarta Sedangkan jumlah pasar tradisional yang masih eksis di wilayah Kota Yogyakarta berjumlah 32 unit pada tahun 2013. Berikut ini merupakan Pasar-Pasar Tradisional yang dikelola oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta: 8

Tabel 4. Jumlah Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta. No. Nama Pasar Kelas Pasar 1 Pasar Beringharjo I 2 Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan II 3 Pasar Kranggan III 4 Pasar Demangan III 5 Pasar Sentul III 6 Pasar Legi Kotagede III 7 Pasar Serangan III 8 Pasar Klithikan Pakuncen III 9 Pasar Patuk III 10 Pasar Satwa dan Tanaman Hias (PASTY) III 11 Pasar Ngasem III 12 Pasar Terban IV 13 Pasar Legi Patangpuluhan IV 14 Pasar Lempuyangan IV 15 Pasar Ciptomulyo IV 16 Pasar Prawirotaman IV 17 Pasar Kembang IV 18 Pasar Pingit IV 19 Pasar Gading IV 20 Pasar Talok Gendeng IV 21 Pasar Sepeda Tunjungsari IV 22 Pasar Gedongkuning V 23 Pasar Karangwaru V 24 Pasar Sanggrahan Baciro V 25 Pasar Pujokusuman V 26 Pasar Kluwih Ngadikusuman V 27 Pasar Sawo Prawirodirjan V 28 Pasar Ledok Gondomanan V 29 Pasar Pace Semaki V 30 Pasar Suryobrantan V 31 Pasar Telo Karangkajen V 9

Keterangan: 32 Pasar Senen V Sumber: Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta. 1. Pasar Kelas I: Luas lahan dasaran 2000m², fasilitas tempat parkir, tempat bongkar muat, tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik. 2. Pasar Kelas II: Luas lahan dasaran 1500m², fasilitas tempat parkir, tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik. 3. Pasar Kelas III: Luas lahan dasaran 1000m², fasilitas tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik. 4. Pasar Kelas IV: Luas lahan dasaran 500m², fasilitas tempat promosi, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik. 5. Pasar Kelas V: Luas lahan dasaran 50m², fasilitas tempat promosi, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan. Dengan meminta pemerintah untuk membatasi jumlah pasar modern dan membiarkan pasar tradisional dengan kondisi apa adanya tidak akan membantu pasar tradisional untuk dapat terus bertahan hidup. Masyarakat selaku konsumen semakin menuntut kenyamanan, dan jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi pasar tradisional, maka secara otomatis masyarakat akan beralih ke pasar modern yang lebih menawarkan kenyamanan dan kemudahan. Keberadaan pasar tradisional tidak dapat diatur atau dilindungi oleh peraturan pemerintah setingkat apapun. Pasar tradisional hanya dapat dipertahankan jika mereka disediakan tempat khusus yang nyaman yang 10

disediakan dan dikelola oleh pemerintah. Atas alasan itu pula, pasar modern tidak dapat dipersalahkan. Dalam mengelola pasar tradisional selain mengandalkan adanya kebijakan hukum/peraturan yang ada untuk melindungi pasar tradisional, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta juga melakukan kegiatan pemberdayaan kepada pedagang pasar tradisional dengan memberikan bantuan pinjaman modal dengan bunga rendah dan pelatihan dan pembinaan bagi para pedagang pasar tradisional dengan harapan agar kegiatan ekonomi dalam pasar tradisional tetap dapat terus berjalan sehingga kegiatan perdagangan di pasar-pasar tradisional tidak akan mati, dan mampu menciptakan kondisi pasar tradisional yang mandiri, mengingat para pedagang pasar tradisional adalah pihak yang paling merasakan langsung dampak dari semakin banyaknya pasar modern yang terus bermunculan. Kemudian mulai memasuki tahun 2012 Pemerintah Kota Yogyakarta dalam usahanya untuk mengelola pasar tradisional mulai melakukan rehabilitasi pasar tradisional. Pengelolaan pasar tradisional dilakukan untuk memperbaiki kondisi bangunan dan manajemen pasar tradisional, dalam bentuk fisik diwujudkan dengan melakukan rehabilitasi fisik bangunan pasar, penataan kios-kios pedagang, pengelolaan kebersihan, pengadaan lahan parkir dan pengadaan fasilitas pendukung pasar. Dalam pembenahan manajemen pasar tradisional diwujudkan dengan melakukan pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang dalam hal pelayanan agar 11

pelayanan yang diberikan oleh pedagang menjadi semakin lebih baik, dan dengan melibatkan para pedagang secara aktif dalam seluruh kegiatan pengembangan pasar, seperti melibatkan pedagang dalam rapat pengelola pasar, pendirian paguyuban pedagang pasar, pengelolaan sampah, dan keamanan dengan harapan pasar tradisional mampu berkembang dengan mandiri. Pengelolaan pasar tradisional dengan menjalankan program rehabilitasi/perbaikan fisik pasar tradisional telah dilakkukan di beberapa pasar tradisional seperti di Pasar Beringharjo, Pasar Legi Patangpuluhan, Pasar Ngasem, Pasar Giwangan dan Pasar Kranggan dengan hasil yang cukup baik yang kemudian mampu memberdayakan kembali pasar-pasar tersebut dan menjadikan Kota Yogyakarta terpilih sebagai Kota terbaik dalam pengelolaan pasar tradisional dalam ajang Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award 2012 dari Kementrian Dalam Negri (Kemendagri) dengan kondisi pasar tradisional yang sehat, nyaman, tertata dan menarik 6. Dalam kasus ini penulis ingin mencoba mengetahui bagaimanakah Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar tradisional dengan melakukan studi kasus di salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Yogyakarta, yaitu Pasar Kranggan. Pasar Kranggan dipilih oleh penulis sebagai lokus dari penelitian ini karena Pasar Kranggan adalah termasuk salah satu dari 32 pasar tradisional yang berada di wilayah Kota Yogyakarta yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota Yogyakarta 6 www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/3797/kota-yogyakarta-raih-imp-award-2012.html 12

untuk dijadikan sebagai salah satu pasar percontohan untuk pasar-pasar tradisional lainnya dalam hal pengelolaan pasar tradisional oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sehingga cocok untuk dipilih menjadii lokus penelitian. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dan melaporkan hasil penelitian tersebut dengan judul : Peran Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola Pasar Kranggan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan dicoba dijawab, yaitu : 1. Bagaimana Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Mengelola Pasar Kranggan? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut? 1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut. 13

1.4 Manfaat 1) Bagi Ilmu Pengetahuan : Memberikan partisipasi terhadap pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, artinya dapat memberikan informasi-informasi mengenai peran pemerintah dalam mengelola pasar tradisional. 2) Bagi Civitas Akademika Bidang Ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik : Memberikan tambahan referensi bagi civitas akademika bidang Ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik mengenai peran pemerintah dalam mengelola pasar tradisional. 3) Bagi pemerintah Kota Yogyakarta : Memberikan informasi yang diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar kranggan. 4) Bagi Pembaca : Menambah informasi dan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai pentingnya pasar tradisional dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 5) Bagi Penulis : Memberikan informasi dan pengetahuan bagi peneliti mengenai peran pemerintah melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar tradisional sehingga dapat dijadikan bekal dan tambahan pengetahuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan penelitian selanjutnya. 14