BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan dan melakukan metastasis. Sel kanker bersifat ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI, 2009). Kanker merupakan salah satu penyakit yang ditakuti dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia, kanker merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia dimana kanker penyumbang kematian nomor dua yaitu sebesar 3% setelah penyakit kardiovaskuler (Kemenkes, 2015). Penyakit kanker tidak hanya berisiko terhadap lakilaki tetapi juga berisiko terhadap wanita tanpa memandang umur. Jenis kanker yang terjadi pada wanita antara lain kanker payudara, kanker serviks, kanker ovarium, leukemia, kanker kolorektal, kanker thyroid, kanker nasofaring, kanker paru, kanker kulit dan kanker hati. Diantara jenis kanker tersebut, kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh wanita. Survei yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa 8-9% wanita mengalami kanker payudara (Anggorowati, 2013). Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan kasus tertinggi yaitu sebesar 43,3% dan kematian akibat kanker payudara sebesar 12,9% (Kemenkes, 2015). The American Cancer Society i
memperkirakan setiap tahunnya sekitar 178.000 wanita Amerika akan didiagnosis terkena kanker payudara (Susanti & Mintarsih, 2013). Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, prevalensi penyakit kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,05%. Masalah kanker payudara menjadi lebih besar karena lebih dari 70% penderita datang ke pelayanan kesehatan pada stadium lanjut. Hasil penelitian Taha (2010) di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan menunjukkan tingginya persentase penderita kanker payudara stadium lanjut datang ke pelayanan kesehatan pertama kali untuk memeriksakan diri yaitu pada stadium IV sebesar 39,7% dan stadium IIIB sebesar 34,5%. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa di Provinsi Bali prevalensi dan estimasi jumlah penderita kanker payudara pada tahun 2013 sebesar 0,6 atau sekitar 1.233 orang penderita kanker payudara. Laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2011 menyatakan bahwa persentase penderita kanker payudara dengan diagnosis awal stadium lanjut mencapai 75% dan stadium awal 25% (Mediasta, 2012). Penderita kanker payudara yang terdeteksi pada stadium lanjut tidak bisa diterapi dengan operasi saja melainkan harus dipadukan dengan kemoterapi. Angka kelangsungan hidup rendah ditemukan pada stadium lanjut yaitu sebesar 15% pada stadium IV dan 30-50% pada stadium III (Wahyuni & Harahap, 2015). Oleh karena itu upaya deteksi dini kanker payudara sangat penting dilakukan karena jika kanker payudara dapat dideteksi sedini mungkin, maka tindakan secara tepat dapat dilakukan sehingga didapatkan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi yaitu sekitar 80-90% serta dapat menurunkan angka kematian akibat kanker (Mulyani, 2013). Pemeriksaan 2
3 deteksi dini kanker payudara ada dua yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan secara klinis (SARANIS). Namun deteksi dini belum populer di Indonesia karena dipengaruhi beberapa faktor antara lain kurangnya pengetahuan, tidak ada kepedulian dan kurangnya kemampuan secara finansial (Desanti dkk, 2010). Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bali yang saat ini gencar melakukan deteksi dini kanker payudara dengan sasaran wanita yang berada di wilayah Kabupaten Badung. Dinas Kesehatan Kabupaten Badung merupakan instansi yang bertanggung jawab dalam menjalankan program deteksi dini kanker payudara tersebut. Program yang dijalankan merupakan program deteksi dini bergerak (mobile) berupa mobil bus dengan desain khusus yang dilengkapi alat USG ABVS (Automated Breast Volume Scanner) dan peralatan audio visual untuk penyuluhan dengan maksud mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan diharapkan dapat menjaring wanita yang berisiko terkena kanker payudara sedini mungkin. Pelayanan ini merupakan pelayanan inovasi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Badung. Program yang diresmikan pada bulan Desember 2014 dan mulai beroperasi pada bulan Januari 2015 telah memenuhi target pelayanan deteksi dini yaitu sebesar 1.200 wanita di Kabupaten Badung. Program ini telah banyak menarik minat wanita untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini, sebab program deteksi dini kanker payudara yang dilaksanakan pemerintah Kabupaten Badung selain tidak dipungut biaya juga merupakan pelayanan jemput bola yaitu petugas kesehatan secara langsung datang ke desa yang tersebar di Kabupaten Badung untuk pemeriksaan deteksi dini kanker payudara.
4 Alat ABVS yang digunakan dalam melakukan deteksi dini akan menghasilkan gambaran pada payudara yang disebut sebagai BIRADS (Breast Imaging Reporting and Data System) yang dikategorikan menjadi 6 kategori yaitu BIRADS 1 (normal), BIRADS 2 (kelainan jinak), BIRADS 3 (kelainan yang mungkin jinak dan disarankan untuk evaluasi ketat), BIRADS 4 (kelainan yang mungkin mengarah keganasan), BIRADS 5 (sangat mungkin ganas) dan BIRADS 6 (ganas). Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui secara pasti kelainan pada payudara. Perlunya pemeriksaan lanjutan karena pemeriksaan USG saja tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara, tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi kelainan pada payudara dapat ditentukan lebih akurat (Savitri dkk, 2015). Metode mammografi merupakan metode yang dapat mendeteksi kanker payudara dengan akurasi sampai 90%. Selaras dengan hal ini, penelitian yang dilakukan Huang, et al (2012) menunjukkan bahwa pemeriksaan deteksi dini kanker payudara yang dilakukan dengan USG terlebih dahulu, lalu jika diindikasi maka dilanjutkan dengan pemeriksaan mammografi memiliki tingkat spesitivitas tinggi (99,4%) dan sensitivitas (84,8%) yang akan mengoptimalkan pemeriksaan deteksi dini kanker payudara. Program deteksi dini kanker payudara yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Badung menggunakan alat USG, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan metode mammografi. Pada pemeriksaan USG tersebut tidak diketahui apakah wanita yang telah melakukan deteksi dini kanker payudara dan didiagnosa ada kelainan pada payudara melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke pelayanan kesehatan atau tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini penting untuk diketahui karena jika wanita yang telah didiagnosa dengan hasil USG mengalami kelainan pada payudara namun tidak melakukan pemeriksaan lanjutan
5 maka wanita tersebut tidak mengetahui secara pasti adanya kelainan pada dirinya dan tidak mendapatkan tindakan secara tepat dan cepat. Dalam melakukan pemeriksaan lanjutan deteksi dini kanker payudara banyak faktor yang akan mempengaruhi kesediaan wanita untuk memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan. Hal ini berhubungan dengan perilaku kesehatan wanita tersebut, dimana perilaku kesehatan menurut Lawrence Grenn dipengaruhi oleh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong dalam melakukan pemeriksaan lanjutan (Notoatmodjo, 2014). Pada penelitian yang dilakukan Desanti, dkk (2010) mengenai persepsi wanita berisiko kanker payudara tentang pemeriksaan payudara sendiri di kota Semarang, Jawa Tengah menyatakan bahwa 74,8% responden merasa perilaku SADARI tidak mempunyai keuntungan dan 70,1% responden merasakan hambatan untuk melakukan SADARI. Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan kenyataan bahwa responden adalah wanita yang mempunyai faktor risiko kanker payudara yang seharusnya akan merasa rentan untuk terkena kanker payudara. Selain itu penelitian mengenai faktor-faktor keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan menyatakan bahwa hasil analisis nilai odd ratio menunjukkan semakin rutin melakukan SADARI maka dapat terhindar dari keterlambatan dalam melakukan pemeriksaan awal kanker payudara ke pelayanan kesehatan. Orang yang tidak pernah melakukan SADARI mempunyai risiko 11,08 kali dan orang yang tidak rutin melakukan SADARI mempunyai risiko 5,18 kali untuk mengalami keterlambatan melakukan pemeriksaan awal kanker payudara ke pelayanan kesehatan dibandingkan orang yang rutin melakukan deteksi dini SADARI setiap bulan (Dyanti & Suariyani, 2016). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah
6 USG payudara di Kabupaten Badung. Selain itu juga, penelitian ini belum pernah dilaksanakan sebelumnya sebab program yang diadakan Pemerintah Kabupaten Badung merupakan program inovasi baru. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diketahui bahwa untuk mendiagnosis kanker payudara secara dini diperlukan skrining dan diagnosa lanjutan. Program deteksi dini kanker payudara yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Badung menggunakan alat USG. Wanita yang telah melakukan deteksi dini dengan metode USG dan memperoleh hasil BIRADS 2, 3, 4, 5 dan 6 yang dicurigai memiliki kelainan pada payudara diharapkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui kelainan tersebut secara pasti. Namun tidak semua yang dicurigai memiliki kelainan pada payudara dengan hasil USG BIRADS 2, 3, 4, 5 dan 6 melakukan pemeriksaan lanjutan. Hal tersebut bertolak belakang dengan kenyataan bahwa responden adalah wanita yang mempunyai faktor risiko kanker payudara yang seharusnya akan merasa rentan untuk terkena kanker payudara. Adanya perbedaan tersebut, sehingga pada penelitian ini ingin mengetahui determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara. Oleh karena itu adapun rumusan masalah yang dapat diangkat yaitu Bagaimana determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung? 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dibuat pertanyaan penelit ian sebagai berikut: bagaimana determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG Payudara di Kabupaten Badung?
7 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan tingkat pendidikan. 2. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan tingkat pengetahuan. 3. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan keterjangkauan jarak. 4. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan keterjangkauan biaya. 5. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan sumber informasi. 6. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan dukungan keluarga. 7. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan dukungan petugas kesehatan. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dan informasi sebagai salah satu pertimbangan untuk keberlanjutan program
8 deteksi kanker payudara yang bertujuan untuk penemuan penderita kanker payudara sedini mungkin serta tindakan yang tepat dan cepat. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dan informasi yang bertujuan untuk mengetahui determinan wanita dalam melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara. 1.5.2 Manfaat Teoritas Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi dari faktor presdiposisi, pendukung dan pendorong terhadap perilaku kesediaan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang keilmuan epidemiologi penyakit tidak menular yaitu determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara.