VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN DAN HARAPAN KONSUMEN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

BAB I PENDAHULUAN I-1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

2013, No.217 8

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Penetapan Target

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

Produksi dan Panen Kelapa Sawit

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya PT. Sari Lembah Subur Kab. Pelalawan

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit dapat berbuah setelah berusia 3-4 tahun dengan

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menentukan rute distribusi secara optimal dapat membantu perusahaan

Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas pada Minyak Kelapa Sawit

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

PROPOSAL INVESTASI TRADING TANDAN BUAH SEGAR SAWIT ( TBS ) : KOPERASI AL-ASNHOR SATU NEGERI PEKANBARU : PEKANBARU, RIAU INDONESIA

V. ANALISIS RANTAI PASOK

Gambar I.1. Pertumbuhan Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia [1]

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

4 Pembahasan Degumming

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

BAB I LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. minyak goreng. Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng ialah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI

PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU KARYA ILMIAH

LAPORAN KERJA PRAKTEK

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: tertinggi di PT. Socfindo Kebun Mata Pao. Manager/ADM mempunyai

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

MANFAAT DARI BEBERAPA JENIS BLEACHING EARTH TERHADAP WARNA CPO (CRUDE PALM OIL)

Transkripsi:

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan keinginan pelanggan ke dalam spesifik desain. Dalam penggunaan QFD ini, dua tujuan yang ingin dicapai adalah: () menentukan rancangan fungsional produk yang akan memuaskan keinginan pelanggan dan (2) mentranslasikan keinginan konsumen tersebut ke dalam spesifik desain produk. Perencanaan mutu dengan QFD terdiri dari beberapa langkah, yaitu mengidentifikasi keinginan pelanggan, mengidentifkasi atribut respon teknis, menghubungkan keinginan pelanggan dan atribut respon teknis, dan mengevaluasinya. Analisis QFD ini akan direpresentasikan dengan bantuan berupa gambaran rumah, yang disebut HOQ (House of Quality). Prinsip pokok analisis ini, dalam perencanaan mutu, adalah keterkaitan antara 2 (dua) sumbu matriks HOQ, yaitu atribut mutu kelapa sawit, CPO dan minyak goreng dan faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap mutu. Faktor-faktor dominan tersebut selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan faktor-faktor dominan yang paling prioritas dan kemudian yang prioritas tersebut diberi perlakuan tertentu agar menjadi lebih baik, sehingga akhirnya atribut mutu komoditas berbasis kelapa sawit dapat menjadi lebih baik juga dari sebelumnya. 6.. Atribut Mutu Kelapa Sawit Susunan prioritas atribut mutu tandan buah sawit tersebut dapat dilihat pada Tabel 24 dan direpresentasikan dalam Gambar 22. Tabel 24. Atribut mutu tandan buah sawit Atribut Mutu Prioritas Prioritas dalam QFD Persyaratan pemanenan 2 4 Kematangan buah 5 Berat buah sawit minimal 0 kg 2 4 Brondolan 3 3 Panjang tangkai 5 pengumpulan TBS di TPH 4 2 74

Pada Tabel 24, yang menjadi prioritas dalam atribut mutu tandan buah sawit adalah kematangan buah. Kematangan buah yang optimum, yaitu pada saat tandan buah sawit mengandung minyak dan kernel tertinggi yang ditandai dengan mudahnya berondolan lepas dari tandannya dan berat tandan buah sawit ± 0 Kg. Dari Gambar 22 terlihat bahwa atribut mutu kematangan buah sangat dipengaruhi oleh teknik pemanenan, pengukuran kematangan buah dan lama waktu pendistribusian tandan buah sawit ke pabrik minyak kelapa sawit (PMKS). Rangkaian tahapan proses yang paling mempengaruhi atribut mutu adalah teknik pemanenan, seperti terlihat pada Gambar 22. Atribut mutu lain yang dipengaruhi diantaranya persyaratan pemanenan, yang meliputi pemanenan buah sawit yang matang, ditandai dengan warna buah kuning keemasan; penggunaan alas atau terpal dipiringan pohon sawit, dengan tujuan tandan buah sawit yang dipanen tidak jatuh pada area basah dan berlumpur, yang disebabkan curah hujan tinggi dan banjir serta kondisi tanah yang berlumpur sehingga tandan buah sawit menjadi kotor serta alat yang digunakan untuk memanen disesuaikan dengan ketinggian pohon sawit yang akan di panen. Kotoran yang ikut dalam proses pengolahan akan mempengaruhi mutu minyak sawit yang dihasilkan melalui pengukuran parameter pengotor. Selain kotoran, air yang terbawa dalam tandan buah sawit yang dipanen pada areal berawa atau banjir juga mempengaruhi kandungan kadar air tandan buah sawit, dan akan terus mengikut pada proses pengolahan. Pengaturan ketinggian alat dalam pemanenan bertujuan agar tandan buah yang dipanen tidak mengalami kerusakan fisik buah yang disebabkan kesalahan pemotongan saat panen. Kematangan buah menandakan kandungan minyak optimum dan menandakan kandungan asam lemak bebas sebagai indikator yang mempengaruhi mutu dalam pengolahan di industri hulu dan hilir serta produk yang dihasilkannya. Atribut mutu lain yang dipengaruhi oleh teknik pemanenan yaitu kematangan buah, dimana buah yang dipanen adalah buah yang matang, berat buah sawit minimal 0 kg, brondolan yang terjatuh sebagai tanda kematangan buah sawit, panjang tangkai tandan buah sawit yang telah dipanen adalah cm dan pengumpulan 75

tandan buah sawit di tempat penampungan hasil. Brondolan yang terjatuh di sekitar piringan pohon sawit merupakan indikator kematangan buah sawit dan dilakukan pemanenan. Pengutipan brondolan sangat penting karena brondolan mengandung minyak sampai 48% dimana tandan buah sawit (TBS) hanya mengandung 22% minyak. Tahapan proses perlakuan tandan buah sawit yang berasal dari kebun inti di tempatkan di tempat penampungan hasil. Tandan buah sawit setelah dipanen, diangkut dengan menggunakan lori ke area tempat penampungan hasil. Yang menjadi perhatian adalah kondisi tempat penampungan hasil bersih dan selalu menggunakan alas untuk mencegah tandan buah sawit kotor. Tandan buah sawit yang berasal dari kebun plasma selanjutnya diserahkan ke koperasi, dan dilakukan sortasi serta penyimpanan di koperasi. Persyaratan pemanenan Kematangan buah Berat tandan buah sawit ± 0 kg 0 Brondolan Panjang tangkai pengumpulan TBS di TPH 0 0 Bobot Absolut Bobot Relatif Keterangan : Gambar 22. Teknik pemanenan Pengukuran kematangan buah 0,34 0, 0,3 0,5 0,5 0,05 0,07 Hubungan persyaratan pelanggan dengan proses : 0 = kuat 5 = sedang = lemah Hubungan antara proses: + = mempengaruhi = saling mempengaruhi - = dipengaruhi = tidak ada hubungan Pengutipan Brondolan Rumah Kualitas (QFD I) atribut mutu tandan buah sawit dengan tahapan proses Perlakuan TBS di TPH Penyimpanan TBS di Koperasi 0 0 5 0 0 5 5 5 0 0 0 Transportasi TBS ke PMKS 34 44 52 57 57 2 Lama waktu (antara panen dengan pendistribusian ke PMKS) Prioritas 2 0 2 3 5 4 26 76

Tahapan proses transportasi tandan buah sawit ke pabrik minyak kelapa sawit untuk TBS dari kebun inti didistribusikan langsung ke pabrik minyak kelapa sawit. Sedangkan tandan buah sawit yang berasal dari kebun plasma, pendistribusian ke pabrik minyak kelapa sawit dilakukan melalui koperasi-koperasi yang melakukan kerjasama dengan pabrik pengolah. Tahapan proses pendistribusian yang mempengaruhi atribut mutu adalah lama waktu pendistribusian hasil panen ke pabrik minyak kelapa sawit. Tandan buah sawit yang telah dipanen, diharapkan didistribusikan pada hari yang sama dengan pemanenan. Tujuannya adalah tandan buah sawit yang telah dipanen tidak mengalami kerusakan. 6.2. Atribut Mutu Minyak Sawit Prioritas utama dalam atribut mutu minyak sawit adalah kandungan asam lemak bebas, seperti terlihat dalam Tabel 25. Persyaratan standar kandungan asam lemak bebas adalah 3% - 5%. Semakin rendah kandungan asam lemak bebas dalam minyak sawit kasar akan mempengaruhi nilai jual produk tersebut. Data yang diperoleh dari performance PT ASL menunjukkan kandungan asam lemak berada dalam batas standar yang dipersyaratkan, seperti representasi yang diperlihatkan dalam Gambar 23. Tabel 25. Atribut mutu minyak sawit kasar. Atribut Mutu Bobot Prioritas Prioritas dalam QFD Kadar Asam Lemak bebas 0.26 5 Kadar Air 0.8 4 2 Kadar Pengotor 0.20 3 3 Harga 0.2 5 Ketepatan pengiriman 0.24 2 4 % ALB 5,0 4,0 3,0 2,0,0 0,0 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 Bulan Gambar 23. Kandungan asam lemak bebas PT ASL tahun 200 77

Kadar Asam Lemak bebas 5 5 0 5 5 Kadar Air Kadar Pengotor Harga Ketepatan pengiriman Bobot Absolut Bobot Relatif Keterangan : Gambar 24. Rumah proses Representasi Hubungan persyaratan pelanggan dengan proses : 0 = kuat 5 = sedang = lemah Hubungan antara proses: + = mempengaruhi = saling mempengaruhi - = dipengaruhi = tidak ada hubungan antar proses yang paling mempengaruhi atribut kadar asam lemak bebas adalah tahapan tahapan proses pengepresan dan pendistribusian CPO. pengepresan, buah Penerimaan TBS dan sortir Pembongkaran TBS Perebusan yang diperlihatkan dalam Gambar 24 (QFD II), keterkaitan sawit yang telah terpisah dengan tandan di press untuk tinggi suhu yang dipergunakan, akan merusak mutu minyak yang dihasilkan karena kandungan asam lemak bebas akan meningkat. Dalam pendistribusian produk minyak sawit (CPO) teknik distribusi dan lama waktu yang diperlukan untuk mendistribusikan ke konsumen akan mempengaruhi asam lemak bebas CPO. Teknik distribusi yang diperhatikan adalah CPO didistribusikan dengan menggunakan tangki yang khusus untuk CPO, bukan tangki yang digunakan untuk mengangkut solar atau Pelumatan Pengepresan Penyaringan 5 5 0 5 5 5 0 0 Penyimpanan Sementara 47 3 3 5 87 46 35 0.2 0.08 0.08 0.04 0.23 0.2 0.09 Pendistribusian CPO (teknik dan lama distribusi) kualitas (QFD II) atribut mutu minyak sawit dengan tahapan Pada proses memperoleh minyak, dengan menggunakan suhu dan tekanan tertentu. Semakin Prioritas 0 4 3 0 5 0 2 87 0.23 78

minyak pelumas. Waktu yang diperlukan dalam pendistribusian semakin cepat semakin baik, karena pendistribusian yang terlalu lama akan mempengaruhi mutu CPO dengan peningkatan kandungan asam lemak bebas serta mempengaruhi harga penjualan CPO. Pada proses pengepresan, selain mempengaruhi kandungan asam lemak bebas, juga mempengaruhi kadar air dan kadar pengotor. Kadar air dipengaruhi dari proses sebelumnya yaitu proses perebusan yang menggunakan air. Semakin banyak air yang terserap dalam buah, akan meningkatkan kadar air dalam minyak. Kadar pengotor dipengaruhi dari proses sebelumnya juga yaitu proses pelumatan, memisahkan buah dari tandannya. Proses pemisaham yang tidak sempurna, seperti serat yang banyak terikut dalam buah akan ikut dalam pengepresan, yang diidentifikasi sebagai pengotor dalam minyak. Pada proses selanjutnya yaitu penyaringan, sangat mempengaruhi kandungan pengotor dalam minyak. Penyaringan yang sempurna mampu mengurangi atau menghilangkan pengotor yang terdapat dalam minyak. Kadar pengotor menjadi salah satu parameter mutu yang dilihat dalam penjualan minyak sawit. 6.3. Atribut Mutu Minyak Goreng Prioritas dalam atribut mutu minyak goreng adalah warna minyak cerah, seperti terlihat dalam Tabel 26. Persyaratan SNI minyak goreng memaparkan salah satu persyaratan mutu minyak goreng adalah warna minyak kuning terang. Warna yang diinginkan konsumen diasumsikan sama dengan yang dipersyaratkan standar. Selain warna minyak goreng, atribut mutu yang diinginkan oleh konsumen adalah kesesuaian dengan standar SNI minyak goreng. Tabel 26. Atribut mutu minyak goreng Atribut Mutu Bobot Prioritas Prioritas dalam QFD Warna Minyak Cerah 0.406 4 Produk sesuai SNI Minyak Goreng 0.33 2 3 Informasi produk : MD, Halal 0.29 3 2 Kemasan produk 0.063 4 Representasi yang diperlihatkan pada Gambar 25 (QFD III), keterkaitan antar proses terhadap atribut mutu warna minyak goreng yaitu proses degumming dan 79

bleaching deodorizing. Proses degumming yaitu proses menghilangkan getah minyak dengan memberikan reaksi fosfatasi hingga getah menggumpal dan terpisah dari minyak. Getah yang menggumpal adalah kotoran yang terdapat dalam minyak sawit. Selain dapat mempengaruhi terhadap warna minyak menjadi lebih cerah, proses ini diharapkan mampu menurunkan kadar pengotor dalam minyak. Bleaching yaitu proses penjernihan dengan memasukan absorben (bleaching earth). Proses ini membuat CPO menjadi lebih terang sehingga pada proses selanjutnya akan membuat minyak berwarna cerah. Deodorizing yaitu proses pemisahan free fatty acid dan penghilangan bau. Pada tahapan proses ini, kandungan n asam lemak bebas sangat ditentukan. Crystallization yaitu pembentukan kristal-kristal stearin yang disebabkan karena perbedaan titik beku antara stearin dan olein. Pengkristalan ini dilakukan dengan cara mendinginkan minyak RBDPO secara bertahap dalam beberapa segmen temperatur. Proses pengemasan adalah proses mengemas minyak goreng kedalam pengemas. Bahan pengemas yang diinginkann konsumen adalah tranparan sehingga minyak goreng dapat terlihat oleh konsumen. Warna Minyak Cerah Produk sesuai dengan SNI Minyak Goreng 0 0 0 2 Informasi produk : MD, Halal Kemasan produk Bobot Absolut Bobot Relatif 0 0.05 5 49 0.27 5 49 0.27 0 0.5 0 46 0.25 3 4 Keterangan : Hubungan persyaratan pelanggan dengan proses : 0 = kuat 5 = sedang = lemah Hubungan antara proses: + = mempengaruhi = saling mempengaruhi - = dipengaruhi = tidak ada hubungan Penerimaan CPO Gambar 25. Rumah kualitas (QFD III) atribut mutu minyak goreng dengan tahapan proses Degumming Bleaching + Deaodorizing Cristalization + Fractination Pengemasan Prioritas 0 0 80

6.4. Atribut Mutu Integrasi Representasi yang diperlihatkan pada Gambar 26 (QFD IV), menunjukkan keterkaitan antara proses terhadap mutu sepanjang rantai yang diamati secara terintegrasi. Dari hasil analisa diketahui bahwa tahapan proses teknik pemanenan menjadi faktor utama yang mempengaruhi atribut mutu keinginan konsumen. Atribut mutu yang dipengaruhi yaitu kematangan buah (atribut mutu kelapa sawit), kadar asam lemak bebas (atribut mutu minyak sawit) dan warna minyak cerah (atribut mutu minyak goreng). Tahapan proses berikutnya yang mempengaruhi atribut mutu yaitu tahapan pengepresan dan pendistribusian minyak sawit (CPO). Tahapan pengepresan akan mempengaruhi kandungan asam lemak bebas minyak sawit yang dihasilkan, dengan menggunakan suhu dan tekanan tertentu akan mempengaruhi mutu minyak sawit yang dihasilkan. Dalam pendistribusian CPO, teknik pendistribusian dan lama pendistribusian akan mempengaruhi mutu CPO. Teknik pendistribusian ditinjau dari truk tangki yang dipergunakan dalam distribusi CPO dengan melihat riwayat penggunaan tangki apakah pernah digunakan untuk produk selain CPO, seperti solar atau pelumas lainnya. Jika penggunaan truk tangki untuk CPO juga digunakan untuk solar atau minyak pelumas lainnya, maka mutu CPO akan menurun dan mengkontaminasi produk CPO yang akan didistribusikan untuk dipasarkan. Selain alat transportasi yang digunakan untuk pendistribusian CPO, lama waktu pendistribusian juga mempengaruhi mutu CPO. Parameter yang dilihat dari atribut mutu minyak sawit adalah kandungan asam lemak bebas. Semakin lama pendistribusian CPO, minyak sawit akan mengalami proses oksidasi dan akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas. Atribut mutu minyak sawit yang mendominasi dan mempengaruhi rantai proses pemanenan terhadap rantai proses berikutnya (pengolahan minyak sawit) adalah asam lemak bebas. Dari penjelasan diatas telah diketahui proses yang mempengaruhi kadar asam lemak bebas adalah teknik pemanenan dan lama waktu pendistribusian minyak sawit. Atribut mutu yang menjadi faktor keinginan konsumen dalam minyak goreng adalah warna minyak cerah dan produk minyak goreng yang dihasilkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) minyak goreng. Dalam SNI minyak 8

goreng dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak goreng adalah kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar pengotor. Seluruh parameter SNI tersebut, dipengaruhi oleh rangkaian tahapan proses sebelumnya yaitu proses pengepresan dan pendistribusian CPO sebagai bahan baku dalam pembuatan minyak goreng. Hasil penelitian minyak sawit dan minyak goreng terhadap parameter yang dipersyaratkan oleh SNI, telah memenuhi seluruhnya dan dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8. 82

Pemanenan Pengolahan Minyak Sawit Pengolahan Minyak Goreng Atribut mutu TBS Atribut mutu minyak sawit Atribut mutu minyak goreng teknik pemanenan pengukuran kematangan buah pengutipan brondolan perlakuan TBS di TPH penyimpanan TBS di Koperasi Transportasi TBS ke PMKS lama waktu (antara panen dengan pendistribusian ke PMKS) penerimaan TBS dan sortir Persyaratan pemanenan 0 0 5 2 Kematangan buah 0 0 5 5 5 0 Berat tandan buah sawit ± 0 kg 0 2 Brondolan 0 0 3 Panjang tangkai 0 5 Pengumpulan TBS di TPH 0 0 4 Kadar asam lemak 0 0 5 5 0 5 5 0 Kadar air 5 5 0 5 4 Kadar pengotor 5 5 0 0 3 Harga 0 5 Ketepatan pengiriman 0 2 Warna minyak cerah 0 0 Produk sesuai dengan SNI minyak goreng pembongkaran TBS perebusan pelumatan pengepresan penyaringan penyimpanan sementara pendistribusian CPO (teknik dan distribusi) penerimaan CPO 0 0 0 0 0 2 Informasi produk : MD, Halal 5 5 3 Kemasan produk 0 4 Bobot Absolut 44 44 52 57 57 2 36 47 3 3 5 07 46 35 07 0 49 49 28 46 Bobot Relatif 0,4 0,04 0,05 0,06 0,06 0,02 0,04 0,05 0,03 0,03 0,0 0, 0,05 0,03 0, 0,0 0,05 0,05 0,03 0, 05 Rangking 5 4 3 3 7 5 4 6 6 8 2 4 6 2 8 4 4 6 4 Keterangan : Hubungan persyaratan pelanggan dengan proses : 0 = kuat 5 = sedang = lemah Hubungan antara proses: + = mempengaruhi - = dipengaruhi = saling mempengaruhi = tidak ada hubungan degumming bleaching + deodorizing cristalization + fractination pengemasan Prioritas Gambar 26. Rumah kualitas (QFD IV) atribut mutu dengan tahapan proses 83