Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4 Diagram alir penelitian

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado

Model Sederhana Penghitungan Presipitasi Berbasis Data Radiometer dan EAR

PEMANFATAAN DATA EQUATORIAL ATMOSPHERE RADAR (EAR) DALAM MENGKAJI TERJADINYA MONSUN DI KAWASAN BARAT INDONESIA

Musim Hujan. Musim Kemarau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

ANALISIS STATISTIK PERBANDINGAN TEMPERATUR VIRTUAL RASS DAN RADIOSONDE DI ATAS KOTOTABANG, SUMATERA BARAT SAAT KEGIATAN CPEA CAMPAIGN I BERLANGSUNG

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

Angin Meridional. Analisis Spektrum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

STUDI IDENTIFIKASI POLA UTAMA DATA RADIOSONDE MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN ANALISIS SPEKTRUM (STUDI KASUS BANDUNG) SATRIYANI

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN (Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016) Abstrak

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

I. INFORMASI METEOROLOGI

Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus di Manado

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN LEBAT MENGGUNAKAN RADAR CUACA DI JAMBI (Studi Kasus 25 Januari 2015)

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA POTENSI CURAH HUJAN BERDASARKAN DATA DISTRIBUSI AWAN DAN DATA TEMPERATURE BLACKBODY DI KOTOTABANG SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

PERILAKU CURAH HUJAN DI KOTOTABANG, PONTIANAK, DAN BIAK BERBASIS HASIL ANALISIS DATA EAR DAN WPR INING SUNARSIH

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

ANALISIS PERIODISITAS SUHU DAN TEKANAN PARAS MUKA LAUT DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS MATAHARI R. HIKMAT KURNIAWAN

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.

ANALISIS FENOMENA HUJAN ES (HAIL) DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG, KAB. BUNGO, PROVINSI JAMBI TANGGAL 2 FEBRUARI 2017

PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. pengamatan parameter-parameter cuaca secara realtime maupun dengan alat-alat

Hasil dan Analisis. IV.1.2 Pengamatan Data IR1 a) Identifikasi Pola Konveksi Diurnal dari Penampang Melintang Indeks Konvektif

ANALISIS CURAH HUJAN DASARIAN III MEI 2017 DI PROVINSI NTB

DAMPAK DIPOLE MODE TERHADAP ANGIN ZONAL

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

Transkripsi:

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b a Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak b Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak *Email : andihwan@physics.untan.ac.id Abstrak Hujan ekstrim merupakan salah satu penyebab bencana alam di daerah Sumatera Barat. Angin dan uap air merupakan unsur yang diduga mempengaruhi terjadinya hujan ekstrim sehingga diperlukan analisis untuk melihat kondisi kecepatan angin, uap air dan pola osilasi pada Integrasi Uap Air (IUA) serta hubungan Precitable Water Vapor (PWV) dengan curah hujan. Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data angin zonal dan meridional dari Equatorial Atmosphere Radar (EAR) dan data radiometer berupa uap air ketingggian 2 km s.d 10 km, data IUA serta data curah hujan dari Optical Rain Gauge (ORG) dari Maret 2002 s.d Agustus 2004. Data kecepatandan arah angin, PWV dan CH dianalisis dengan analisis statistika. Hasil menunjukan bahwa kecepatan angin, arah angin dan uap air maksimum terjadi pada tanggal 29 Maret 2004 dengan kecepatan angin sebesar 4 m/sdominan ke arah barat dan uap air sebesar 8 gram/m 3, serta PWV tertinggi terjadi pada bulan Maret. Dalam rentang waktu penelitian hujan ekstrim terjadi sebanyak 3 kejadian. Kecepatan angin dan uap air lebih besar terjadi saat hujan ekstrim serta arah angin saat hujan ekstrim dominan ke arah barat. Kata Kunci: Angin, Hujan Ekstrim, IUA, PWV, Uap Air 1. Pendahuluan Kototabang merupakan salah satu kawasan di daerah Sumatera Barat yang dilalui oleh garis ekuator. Daerah ini memiliki fasilitas radar yang lengkap [1]. Radar yang terdapat di Kototabang yaitu EAR untuk mendeteksi angin dalam arah zonal, meridional maupun vertikal. Selain itu terdapat pula radiometer yang digunakan untuk mendeteksi uap air serta ORG untuk mendeteksi curah hujan. Dari tahun 2002 sampai saat ini terjadinya bencana alam di daerah Kototabangdisebabkan oleh hujan ekstrim [2]. Ada beberapa unsur yang mempengaruhi terjadinya hujan ekstrim suatu daerah yaitu: suhu atau temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, uap air dan curah hujan. Hujan ekstrim ini terjadi karena suhu permukaan air laut meningkat sehingga mempercepat terjadinya penguapan yang membentuk awan hujan. Karakteristik hasil data EAR periode April 2002 s.d April 2006 diketahui adanya monsun yang berosilasi sekitar 12 bulanan [3]. Curah hujan di pantai barat Sumatera bagian utara dipengaruhi secara kuat oleh fenomena DM(Dipole Mode) [4]. Kemunculan awan hujan di Kototabang biasanya terjadi pada siang hingga malam hari dan jenis awan yang paling banyak muncul adalah awan hujan CNV(Deep Convective)dan STR(Stratiform) [5].Isoterm disebut paras beku terdapat di ketinggian sekitar 4,5 km di atas permukaan laut Indonesia. dasar awan sekitar 1,5 km di atas permukaan tanah. [6]. Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan kajian di daerah ekuator belum sepenuhnya diketahui. Hal ini disebabkan kurangnya observasi atmosfer dan riset cuaca di wilayah tropis. Kerumitan dinamika atmosfer wilayah tropis dan keunikan atmosfer benua maritim menyebabkan kesulitan memprediksi hujan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Sehingga diperlukan analisis karakteristik unsur-unsur iklim yaitu angin dan uap air.unsur angin dan uap air merupakan 2 unsur yang mempengaruhi periode musiman. Adanya fasilitas EAR, radiometer dan ORG yang terdapat di Kototabang diharapkan dapat membantu dalam penelitian ini sehingga dapat memprediksi dan mengantisipasiterjadinya hujan ekstrim di daerah Kototabang. 2. Metodologi Data yang digunakan yaitudata angin EAR daerah Kototabang darimaret 2002 s.d Agustus 2004. Data berupa angin zonal dan angin meridional,diperoleh dari http://rslab. riko.shimaneu.ac.jp/cpea/campaig/ dengan karakteristik data yang digunakan berbentuk ASCII dengan format csv. Data radiometer berupa uap air dan data ORG berupa data curah hujan daerah Kototabang Maret 2002 s.d Agustus 2004.Analisis yang dilakukan adalah analisis kecepatan dan arah angin, Integrasi Uap Air (IUA) dan uap air, hubungan PWV dengan curah hujan serta analisis hujan ekstrim. 22

Resultan kecepatan dan arah angin diolah dengan menggunakan data angin zonal dan meridional yang telah diunduh dalam skala menit dirata-ratakan dalam periode bulanan.vektor resultan angin diperoleh dari persamaan [6] : (1) dengan: R = Resultan kecepatan angin (m/s) U = Kecepatan angin zonal (m/s) V = Kecepatan angin meridional (m/s) Data angin perbulan dibuat grafikuntuk mengetahui pola angin dominan. IUA diolah menggunakan teknik wavelet untuk mengetahui osilasi dominan periodeiua. Sedangkan data uap air yang telah dirataratakan dibuat grafik seperti grafik kecepatan angin untuk mengetahui pada waktu berapa uap air maksimum. Analisis selanjutnya yaitu analisis hubungan PWV dengan curah hujan. Nilai PWV ditulis menggunakan persamaan [7]: PWV= (IUA)/ρ (2) dengan: PWV = Precipitable Water Vapor (m) IUA = Integrasi uap air (kg/m 2 ) ρ = Densitas air (kg/m 3 ) Hujan ekstrim yang terjadi dikorelasikan dengan keadaan angin dan uap air serta IUA. 3. Hasil dan Pembahasaan Kecepatan Angin Bulanan Kecepatan angin di beberapa ketinggian berbeda-beda, (Tabel 1). Semakin tinggi suatu lapisan, kecepatan anginnya semakin tinggi ini disebabkan bahwa pada lapisan bawah dipengaruhi gaya gesek dengan permukaan bumi yang menghambat laju udara meskipun di beberapa ketinggian kecepatan anginnya menurun karena adanya aktivitas awan pada ketinggian tersebut. Tabel 1. Kecepatan angin maksimum bulanan berdasarkan ketinggian atmosfer (km) Kecepatan Angin maksimum (m/s) Waktu kejadian 2 8 Mei 2003 3 8 Mei 2003 4 6 November 2002 5 6 November 2002 6 6 Agustus 2004 7 8 Agustus 2004 8 10 Juni 2004 9 12 Agustus 2002 10 13 Juli 2004 Arah angin untuk ketinggian 2 s.d 10 km dapat dilihat pada Gambar 1, ketinggian 2 km s.d 3 km arah angin dominan ke arah timur. Saat ketinggian 4 km arah angin mengalami penyebaran ke arah timur dan barat. Sedangkan ketinggian 5 s.d 10 km arah angin dominan ke arah barat. Di ketinggian 4 dan 5 km, arah angin mengalami penyebaran ke arah timur dan barat ini disebabkan karena adanya aktivitas awan. Uap Air Bulanan Banyaknya uap air di setiap ketinggian berbeda-beda. Semakin tinggi lapisan atmosfer, kandungan uap air semakin rendah(tabel 2), hal ini disebabkan karena penurunan temperatur dengan ketinggian yang mengurangi kemampuan udara untuk membawa air (kebasahan) ke atas. Bagian atas troposfer hampir tanpa uap air. Uap air maksimum dominan terjadi pada bulan Agustus, dikarenakan bulan Agustus termasuk bulan kemarau dimana pada musim kemarau temperatur sangat tinggi dan menyebabkan proses penguapan terjadi sangat banyak, baik itu proses evaporasi maupun transpirasi. Gambar 1. Arah angin bulanan ketinggian 2 s.d 10 km 23

Tabel 2. Uap air maksimum bulanan berdasarkan ketinggian atmosfer (km) Uap Air maksimum (Gram/ m 3 ) Waktu Kejadian 2 8.3 April 2002 3 5.6 Maret 2003 4 4.3 Maret 2003 5 3.6 Juli 2003 6 2.4 Juli 2003 7 1.4 Agustus 2003 8 0.7 Agustus 2004 9 0.4 Agustus 2005 10 0.2 Agustus 2006 Estimasi Hubungan antara PWV dengan Curah Hujan Jumlah total kandungan uap air hasil pengukuran radiometer menunjukan bahwa massa udara yang banyak mengandung uap air diperoleh disekitar troposfer bawah (kurang dari 10 km). Data yang diolah yaitu IUAdari Maret2002 s.d Agustus 2004. Teknik yang digunakan yaitu wavelet. Teknik ini dapat melihat periode yang tersembunyi sehingga puncak osilasi IUA akan terlihat sebagai puncak energi spektral. Osilasi yang terjadi sekitar 230 harian (7 bulanan), (lihat Gambar 2). Hal ini menunjukan bahwa nilai IUA (jumlah uap air) akan tinggi pada saat musim hujan. Dari hasil perhitungan menunjukan bahwa uap air yang ada di atmosfer tidak semuanya dapat dikonversi menjadi hujan. Dapat dilihat pada Gambar 3, nilai PWV pada musim kemarau lebih kecil dibandingkan dengan musim hujan. Musim kemarau rata-rata nilai PWV nya dominan 4 mm sementara musim hujan ratarata nilai PWV nya 5 mm (lihat Gambar 4). Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor faktor lain tergantung kondisi lokal. Gambar 3. Histogram PWV dan curah hujan daerah Kototabang pada musim kemarau Gambar 4. Histogram PWV dan curah hujan daerah Kototabang pada musim hujan Perilaku Angin, Uap Air serta PWV saat Hujan Ekstrim Hubungan antara angin dengan uap air yang terjadi yaitu hubungan rendah, nilai koefisien korelasi tertinggi terdapat pada ketinggian 2 km dengan nilai koefisien korelasi yaitu -0,22 berarti bahwa semakin kencang angin, uap air yang dibawa semakin sedikit (lihat Tabel 3). Hubungan antara kecepatan angin dengan curah hujan termasuk hubungan rendah, nilai koefisien korelasi tertinggi Gambar 2. Wavelet integrasi uap air daerah Kototabang 24

terdapat pada ketinggian 2 km dengan nilai koefisienkorelasi yaitu -0,21 hal ini menyatakan keterkaitan hujan dengan angin rendah,angin yang kencang membawa hujan sedikit (lihat Tabel 4). Tabel 3. Nilai koefisien korelasi silang angin dan uap air Nilai 2 km -0,22 3 km -0,20 4 km -0,09 5 km -0,03 6 km -0,17 7 km -0,17 8 km -0,09 9 km -0,07 10 km -0,05 Tabel 4. Nilai koefisien korelasi silang angin dan uap air ketinggian nilai 2 km -0,21 3 km -0,15 Hubungan uap air dengan curah hujan termasuk hubungan sedang, nilai koefisien korelasi tertinggi terdapat pada ketinggian 2 km dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,36 menyatakan bahwa uap air yang banyak menyebabkan hujan yang tinggi (lihat Tabel 5). Hubungan PWV dan curah hujan diperoleh nilai koefisienkorelasi yaitu 0,04 sehingga apabila terjadi kenaikan PWV, nilai curah hujan juga akan meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 5. Nilai koefisien korelasi silang uap air dan curah hujan Nilai 2 km 0,36 3 km 0,31 Tabel 6. Nilai koefisien korelasi silang IUA dan curah hujan Korelasi silang Nilai IUA dan CH 0.04 Intesitas curah hujan pada tanggal 20 Juli 2002 sebesar 114 mm. Kecepatan angin maksimum yang terjadi sebesar 4 m/s dan uap air sebesar 8 gram/m 3 serta PWV sebesar 4 mm (Gambar 5). Hujan ekstrim yang terjadi pada tanggal 1 Juli 2003 intesitas curah hujan sebesar 113 mm, kecepatan angin maksimum yang terjadi sebesar 4 m/s dan uap air sebesar 7gram/m 3 (Gambar 6).Pada tanggal 29 Maret 2004 intesitas curah hujan ekstrim sebesar 108 mm dengan kecepatan angin maksimum sebesar 2 m/s dan uap air sebesar 8 gram/m 3 (Gambar 7).Arah angin pada saat hujan ekstrim dapat dilihat pada Gambar 8.Dari keadaan hujan ekstrim tersebutarah angin dominan ke arah barat, yangmembuktikan bahwa arah angin selama 3 tahun tidak bisadijadikan pedoman akan terjadinya hujan ekstrim dikarenakan Gambar 5. Hujan Ekstrim pada tanggal 20 Juli 2002 25

rentang waktu data sedikit (minim). Gambar 6. Hujan Ekstrim pada tanggal 1 Juli 2003 Gambar 7. Hujan Ekstrim pada tanggal 29 Maret 2004 26

Gambar 8. Arah angin saat hujan ekstrim 4. Kesimpulan Dari rentang waktu penelitian hujan ekstrim terjadi sebanyak 3 kali yaitu tanggal 20 Juli 2002, 1 Juli 2003 dan 29 Maret 2004. Kondisi angin dan uap air saat terjadinya hujan ekstrimdi beberapa ketinggian berbedabeda. Semakin tinggi suatu lapisan, kecepatan anginnya semakin tinggi. Arah angin pada ketinggian awal dominan ke arah timur tetapi mengalami penyebaran arah angin sehingga pada ketinggian atas, arah angin dominan ke arah barat.sedangkannilai uap air setiap ketinggian berbeda-beda. Semakin tinggi ketinggiannya, uap air semakin sedikit atau nilainya rendah. Osilasi IUA pada daerah Kototobang yang terjadi sekitar 230 harian.sertanilai PWV lebih besar terdapat pada musim hujan dibandingkan musim kemarau dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,04. [5]. Hall A, Manabe. The role of water vapor feedback in unperturbed climate variability and global warming. Journal of climate. 1999; 12(8): p. 12. [6]. Gustari I. Analisis Curah Hujan Pantai Barat Sumatera Bagian Utara Periode 1994-2007. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 2009; 10(1): p. 10:1. [7]. Misnawati. Analisis Awan Hujan di Wilayah Kototabang Sumatera Barat Menggunakan Data Radar Bogor: IPB; 2006. (Skripsi S1) Daftar Pustaka [1]. Tjasyono B. Sains Atmosfer Bandung: Badan Meteorologi dan Geofisika; 2008. [2]. Tjasyono B. Meteorologi Indonesia 2 Bandung: Badan Meteorologi dan Geofisika; 2006. [3]. Hermawan E. Analisis Perilaku Curah Hujan di atas Kototabang saat Bulan Basah dan Bulan Kering. In Seminar Nasional Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA; 2009 Yogyakarta. [4]. Azteria V. Pemanfaatan Data EAR (Equatoria Atmosphere Radar) dalam Mengkaj Terjadinya Monsun di Kawasan Barat Indonesia. J. Agromet. 2009; 22(2): p. 172. 27