BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

dokumen-dokumen yang mirip
LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

Melakukan Pekerjaan Las Busur Manual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

proses welding ( pengelasan )

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

LAB LAS. Pengelasan SMAW

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

MACAM-MACAM CACAT LAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB II KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

ANALISA PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP PENGELASAN ELEKTRODA RB-26 AWS E 6013 DENGAN PENGUJIAN BENDING

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing :

KLASIFIKASI MESIN LAS BERDASARKAN POWER SOURCE

PENGARUH HEAT TREATMENT

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

FM-UII-AA-FKU-01/R0. Fakultas : Teknologi Industri Jumlah Halaman : 28 Jurusan / Program Studi : Teknik Industri Kode Praktikum ` MESIN GERGAJI & LAS

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las.

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB 1 PROSES PENGELASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JOOB SHEET MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XII PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

PENENTUAN PARAMETER PENGELASAN RANGKA UTAMA SEPEDA MOTOR MATIC BAGIAN DEPAN MENGGUNAKAN LAS MIG OTOMATIS (PANASONIC TM-1400G3)

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP HASIL LAS GMAW

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

BAB VI PROSES PENGELASAN

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. No : PER. 02/MEN/1982 TENTANG KWALIFIKASI JURU LAS DI TEMPAT KERJA

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

M O D U L T UT O R I A L

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut adalah dengan mendekatkan elektroda las ke benda kerja pada jarak beberapa

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

Studi Kekuatan Sambungan Las Baja AISI 1045 dengan Berbagai Metode Posisi Pengelasan

BAB II DASAR TEORI. jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LATIHAN LAS LISTRIK (MEMBUAT RIGI-RIGI LAS) NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 9

DASAR-DASAR PENGELASAN

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN. Abdul Hamid

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Transkripsi:

III- 1 BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW 3.1 Pendahuluan SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur listrik electrode terumpan, yang menggunakan busur listrik sebagai sumber panas. Panas yang timbul pada busur listrik yang terjadi antara electrode dengan benda kerja, mencairkan ujung electrode ( kawat ) las dan benda kerja setempat, kemudian membentuk paduan, membeku menjadi lasan ( weld metal ). Bungkus ( coating electrode ) yang berfungsi sebagi fluks akan terbakar pada waktu proses berlangsung, dan gas yang terjadi akan melindungi proses terhadap pengaruh udara luar. Cairan pembungkus akan terapung dan membeku pada permukaan las yang disebut slag, yang kemudian dapat dibersihkan dengan mudah. 3.2 Mesin Las ( Welding Machine ) Persyaratan dari proses SMAW adalah persedian yang kontinyu pada electric current ( arus listrik ), dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga. Gambar. 3.2.6 Skema Proses SMAW Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timu. 1999

III- 2 Dimana electric power ( tenaga listrik ) yang diperoleh dari welding machine menurut jenis arus dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine yaitu : a. Machine dengan arus searah (DC) b. Machine dengan arus bolak balik (AC) c. Machine dengan kombinasi arus yaitu searah (DC) dan bolak balik (AC) Pada machine arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah sifat arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator, karena arus listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei, melainkan dari generator listrik. Gambar. 3.2.7 Machine arus DC Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timu. 1999 Machine arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator, tetapi cukup dengan transformator. Karakteristik electric efficiencynya 80-85%.

III- 3 Gambar. 3.2.8 Machine arus DC Sumber : In House Training, Farid M2och Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999 Untuk machine kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan rectiflier, dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus ; Gambar. 3.2.9 Machine Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999

III- 4 3.3 Pemelihan Parameter Pengelasan Panjang busur ( Arc Length ) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan dia, electrode yang dipakai. Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi pengelasan tidak sama. Misalnya dia, electrode 3 mm 6 mm, mempunyai tegangan 20 30 volt pada posisi datar, dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 5 volt pada posisi diatas kepala. Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan. Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan, dimana besarnya arus listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan, geometri sambungan pengelasan, macam electrode dan dia, inti electrode. Untuk pengelasan pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas. Sedang untuk pengelasan baja paduan, yang daerah HAZ-nya dapat mengeras dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat, maka untuk menahan pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus pengelasan yang besar. Pengelasan logam paduan, agar untuk menghindari terbakarnya unsure unsure paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil mungkin. Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas, misalnya pada pengelasan baja tahan karat austentik maka penggunaan panas diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil. Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk, jenis electrode, dia, inti electrode, geometri sambungan, ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih cepat diperlukan arus yang lebih tinggi.

III- 5 Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik. Sifat busur listrik pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC). Terdapat dua jenis polaritas lurus, dimana benda kerja positif dan electrode negative (DCEN). Polaritas balik adalah sebaliknya. Karakteristik dari polaritas balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan, maka polaritas ini mempunyai hasil pengelasan yang lebih dalam disbanding dengan polaritas lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan gambar dibawah ini ; Gambar. 3.3.10 Karekteristik hasil pengelasan Sumber ; Photo hasil test welder di Bantargebang workshop TJE

III- 6 Tabel 3.3.2. Karekteristik hasil pengelasan No A B C D E F G Karakteristik Hasil Pengelasan Variabel Operasi Suara Arc Penetrasi Burn Off Electrode Bentuk Bead Normal Amps, Percikan kecil, Baik, dalam Fusionnya sangat Normal, Volts, Suara gemercak dan galengan Bentuk normal baik Tidak ada Kec. Normal, kuat normal overlap Amps Rendah, Normal, Volts, Kec. Normal Amps Tinggi, Normal Volts, Kec. Normal Normal Amps, Normal Kecepatan, Volts rendah Normal Amps, Normal Kecepatan, Volts Tinggi F Normal Amps, Normal Volts, Kec. Rendah Normal Amps, Normal Volts, Kec. Tinggi Percikan tidak beraturan, suara gemercak kecil Suaranya seperti ledak kan, jarang beraturan Percikan kecil dan tenang Suaranya halus Normal Normal Dangkal Dalam dan panjang Kecil Lebar dan dangkal Kawah normal Kecil dan dangkal Tidak besar, beda dgn, yang diatas. Coating tertinggal dan lebar serta panjang Coating membentuk kawah dan porosity Rata dan membentuk kawah Normal Normal Tonjolan tinggi Luas bead tidak lebar Fusionnya baik Tonjolan tinggi dan lebih lebar dari No. B Lebar Bead lebar Bead kecil dan undercut 3.4 Pelaksanaan Pengelasan Penyalaan busur listrik pada pengelasan dapat dilakukan dengan melakukan hubungan singkat ujung electrode dengan logam induk, kemudian memisahkannya lagi sampai jarak tertentu sebagai panjang busur. Dimana panjang busur normal yaitu antara 1,6 3,2 mm ; Gambar.3.4. 11. Cara Penyalaan Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999

III- 7 Pemadaman busur listrik dilakukan dengan menjauhkan electrode dari bahan induk, untuk menghasilkan penyambungan manik las yang baik dapat dilakukan sebagai berikut : Sebelum electrode dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur listrik dikurangi lebih dahulu, baru kemudian electrode dijauhkan dalam posisi lebih dimiringkan secukupnya. Gambar.3.4.12 Cara Pemadaman Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999 3.5 Pergerakan Electrode Pengelasan Ada berbagai cara didalam menggerakkan (mengayunkan) electrode las yaitu : A. Electrode digerakkan dengan melakukan maju dan mundur, metoda ini salah satu bentuk metoda weaving (lihat gambar 9 bagian A) B. Bentuk weaving lainnya yaitu dengan melakukan gerakan seperti setengah bulan. (lihat gambar 9 bagian B) C. Gerakan electrode yang menyerupai bentuk angka 8.(lihat gambar bg.c) D. Electrode dengan melakukan gerakan memutar. (lihat gambar bagian D) E. Gerakan electrode dengan membentuk hesitation (lihat gambar bagian E)

III- 8 Gambar.3.5.13 Bentuk Gerakan Electrode Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999 Semua gerakan mempunyai tujuan untuk mendapatkan deposit logam las dengan permukaan rata, mulus terhindar dari terjadinya takik takik dan termasuk terak = terak, yang terpenting dalam gerakan electrode ini adalah ketepatan sudut dan kestabilan kecepatan. Ayunan electrode las agar berbentuk anyaman atau lipatan manik las maka lebar las dibatasi sampai 3 (tiga) kali besarnya diameter electrode. 3.6 Teknik Pengelasan Untuk Jenis Sambungan Groove 3.6.1 Posisi datar (1G) Disarankan menggunakan metode seperti gambar 9. A dan B. Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar.

III- 9 3.6.2 Posisi horizontal (2G) Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka cairan las akan selalu kebawah. Adapun posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90 dan gerakan electrode dapat dilihat pada gambar 10. Panjang gerakan electrode antara 1-2 kali diameter electrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter electrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya.: Gambar. 4.6.14 Teknik Pengelasan Posisi 2G Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999

III- 10 3.6.3 Posisi vertical (3G) Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada plate dan electrode vertical. Kesukaran pengelasan ini hamper sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi dari cairan electrode las. Adapun gerakan electrode dapat dilihat pada Gambar.3.6.15. Gambar.3.6.15. Teknik Pengelasan Posisi 3G Sumber : Tim Workshop M2S, Teknik Dasar Pengelasan Listrik. Penerbit M2S Bandung. Anngota IKAPI 3.6.4. Posisi horizontal pipa (5G) m Pengelasan pipa pada posisi 5G dapat dibedakan menjadi pengelasan naik dan pengelasan turun. Pengelasan naik. Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik kecepatannya lebih rendah dibandingkan

III- 11 pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing ( tack weld ) pada posisi jam 5 8, 11 dan 12. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3 ( lihat gambar 12 ). Gambar las kancing dan titik. Mulai pengelasan gerakan electrode untuk posisi root pass ( las akar ) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter electrode. Gambar las kancing dan titik Mulai pengelasan Gambar bentuk head pada pengelasan root pass Gambar bentuk lubang kunci pada pengelasan pipa 5G Gambar. 3.6.16. Karekteristik Pengelasan Naik Pada Pipa Posisi 5G Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil, Pasuruan Jawa Timur 1999

III- 12 Pengelasan turun. Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis. Adapun gerakan electrode las dapat dilihat seperti yang terlihat pada gambar. 3.6.17 Gambar. 3.6. 17. Karekteristik Pengelasan Turun Pada Pipa Posisi 5G Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999 3.6.5. Pengelasan Akar. (a) Pemakaian las SMAW : Pada pengelasan akar turun untuk mendapatkan penembusan yang baik biasanya digunakan las SMAW dengan elektroda jenis hydrogen rendah. Sedangkan untuk pengelasan naik biasanya digunakan las SMAW dengan elektroda tembus jenis hydrogen rendah. Beberapa contoh sambungan dasar

III- 13 dapat dilihat dalam Gambar 3.6.18 dan syarat pengelasannya dicantumkan dalam Tabel 3.6.3. Untuk mendapatkan laju pengelasan yang tinggi, antara 50 sampai 70 cm/detik dapat digunakan las SMAW dengan elektroda jenis selulosa yang sesuai dengan spesifikasi dari standard AWS no. E-6010. Dalam pengelasan ini lapisan las yang kedua harus segera dilaksanakan, karena itu las ini disebut las panas. Selisih waktu antara las akar dan las panas harus ditentukan dalam procedure pengelasan. Beberapa syarat pengelasan SMAW dengan elektroda jenis selulosa dicantumkan dalam Tabel.3.6.4. Gambar : 3.6.18. Bentuk alur pada pengelasan pipa Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999

III- 14 Tabel : 3.6.3. Kondisi pengelasan tembus Lapisan Jenis Elektroda (JIS) Diameter elektroda (mm) Akar D 4316 2,6 3,2 Isi Akhir D 4301 3,2 4,0 Arus las (Amp) 50 85 70 110 80 130 120 170 Tabel : 3.6.4. Kondisi pengelasan turun dengan elektroda jenis selulosa Lapisan Jenis elektroda Diameter elektroda Arus las (Amp) (AWS) (mm) Akar E 6010 4,0 130-180 Panas E 7010 4,0 130 200 Isi Akhir E 6010 Atau E 7010 4,0 5,0 130 180 150-200 (b) Pemakain las GMA : Las GMA semi otomatik dengan gas pelindung campuran antara CO 2 dan Ar digunakan juga dalam pengelasan akar. Proses las ini memberikan laju pengelasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan las SMAW, tetapi memerlukan juru las yang lebih trampil. Untuk pengelasan akar biasanya digunakan arus hubungan singkat. Dalam tahun-tahun terahir ini untuk pengelasan pipa digunakan jug alas GMA otomatik. Untuk mendapatkan efisiansi pengelasan yang tinggi pada pipa biasanya dibuat alur khusus yang memberikan luas penampang alur yang kecil. (c) Pemakain las TIG : Las TIG biasanya digunakan untuk pengelasan pipa yang terbuat dari baja paduan, baja tahan karat atau logam bukan baja. Tetapi kadang

III- 15 kadang digunakan juga untuk pengelasan pipa baja karbon rendah. Las TIG untuk pipa dapat dilakukan dengan logam pengisi, tanpa logam pengisi atau dengan cincin. Sambungan dengan cincin pengisi dapat dilihat dalam Gambar 3.6.19. (d) Penggunaan cincin penahan : Dalam pengelasan pipa kadang kadang digunakan cincin penahan yang tidak turut mencair seperti yang ditunjukan dalam Gambar. 3.6.20. Bila menggunakan tembaga sebagai pembantu, harus diusahakan agar tembaga tidak mencair dan tidak bercampur dengan logam pengisi, karena hal ini akan mempermudah terjadinya retak. 3.6.6. Las Isi dan las Akhir Setelah selsai las akar, maka selanjutnya alur las harus diisi dengan las ini dan kemudian diselesaikan dengan las akhir. Pelaksanaan las isi dan las akhir tidak sesukar seperti pelaksanaan las akar. Dalam hal ini bahan las harus sesuai dengan bahan pipa dan jumlah lapisan las dapat diatur oleh tebalnya las isi. Sedangkan tebal lapisannya tergantung dari posisi pengelasan. Las akhir, yang membentuk kepala manik harus mempunyai ketinggian tertentu dari kaki manik sehingga dapat memberikan penguatan yang diperlukan. Dalam hal pengelasan SMAW, walaupun las isinya dilaksanakan dengan las lurus, las akhirnya atau kepala maniknya sebaiknya dilakukan dengan las anyam dan harus diusahakan jangan terjadi takikan yang terlalu dalam.

III- 16 Gambar : 3.6.19. Penggunaan cincin pengisi Gambar : 3.6.20. Geometri sambungan dengan cincin penahan Sumber:Teknologi Pengelasan Logam,oleh Prof.Dr.Ir. Harsono Wiryosumarto Prof. Dr.Toshie Okumura; PT. Pradnya Paramita 3.6.7. Pemanasan Sebelum dan Sesudah Pengelasan Pemanasan mula yang dilaksanakan sebelum pengelasan perlu untuk pipa yang dibuat dari baja kuat atau bila pengelasan dilakukan dengan elektroda jenis selulosa. Lamanya dan suhu pemanasannya tergantung dari bahan, tebal dinding,

III- 17 proses las dan bahan las yang digunakan. Dalam hal pipa yang dibuat dari baja lunak biasanya tidak diperlukan pemanasan mula. Pemanasan sesudah pengelasan biasanya tidak diperlukan dalam pengelasan pipa saluran, kecuali bila dipersyaratkan untuk menurunkan kekerasan yang harus dilaksanakan segera setelah pengelasan selesai. Dalam mengelas pipa di atas tanah, harus ada jarak antara pipa dan permukaan tanah yang lebih dari 40 cm.