BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama yang paling esensial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. beberapa bulan pertama kehidupan karena mengandung. sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

BAB I PENDAHULUAN. Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. Kolostrum merupakan air susu yang pertama kali keluar seringkali berwarna

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

Bab 10. Penutup. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup serta dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.


PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

Beberapa penelitian menyebutkan status pekerjaan ibu sebagai hambatan pemberian ASI eksklusif. Sebuah penelitian di Vietnam menunjukkan bahwa ibu

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

1

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

Disusun Oleh: Wiwiningsih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi, ibu maupun lingkungan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif akan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. setelah persalinan, dan masa menyusui bayi ( Prasetyono, 2009, p.61). berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. Air susu ibu (ASI) merupakan air susu yang berasal dari payudara ibu. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan. Karena itu, usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi


BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO) merekomendasikan untuk pemberian ASI eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama yang paling esensial bagi bayi karena mengandung zat gizi yang paling diperlukan bayi serta telah terbukti memberikan manfaat lebih, baik untuk bayi maupun ibu (UNICEF, 2008). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan yang kemudian dilanjutkan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI hingga bayi berusia dua tahun. Namun, anjuran tersebut tampaknya kurang mendapat antusiasme ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan data yang dihimpun oleh WHO, UNICEF MICS4, dan DHS annual report, angka ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2006-2011 hanya sebesar 32,4%. Sedangkan, berdasarkan data Dinkes Provinsi DIY tahun 2012, peningkatan cakupan ASI eksklusif di provinsi DIY, yaitu 49,5% pada tahun 2011 dari 40,03% pada tahun 2010, masih belum memenuhi target pemerintah Indonesia pemberian ASI eksklusif yang sebesar 80%. Beberapa faktor diidentifikasi menjadi penghambat pelaksanaan ASI eksklusif. Beberapa hasil studi mengemukakan, ibu yang harus kembali bekerja merupakan salah satu faktor terkuat penyebab kegagalan ASI eksklusif (Ortiz, 2004; Chuang, 2010; Weber, 2011). Praktik ASI eksklusif sendiri dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor enabling, dan faktor reinforcing (Green dan Kreuter, 2000). 1

2 Faktor predisposisi merupakan faktor dasar yang mempengaruhi keinginan ibu untuk melakukan praktik ASI eksklusif, seperti pengetahuan, persepsi, dan kepercayaan. Persepsi merupakan faktor dasar atau motivasi bagi seseorang untuk berperilaku yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kepercayaan dan pengetahuan. Sehingga, dapat dikatakan persepsi ibu menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Persepsi dan kepercayaan ibu menyusui terhadap ASI yang buruk menjadi penyebab kegagalan ASI eksklusif dari faktor predisposisi (Roesli, 2005). Begitu pula, keputusan ibu pekerja untuk meneruskan menyusui sambil bekerja dipengaruhi persepsi yang dapat dipengaruhi pengetahuan dan demografi. Berdasarkan penelitian kualitatif oleh Rojjanasrirat (2010), ibu pekerja dengan tingkat ekonomi dan pengetahuan rendah lebih memilih untuk bekerja daripada meneruskan menyusui. Faktor enabling adalah faktor yang memungkinkan ibu untuk melakukan praktik ASI eksklusif. Berdasarkan penelitian terhadap ibu pekerja di Malaysia, kendala dari tempat kerja, seperti lingkungan yang tidak kondusif, fasilitas yang tidak memadai, beban kerja yang tinggi, dan waktu kerja yang tidak fleksibel, merupakan hambatan yang paling sering dikeluhkan (Amin, 2011). Waktu cuti bersalin yang dianjurkan oleh Badan Kepegawaian Negara melalui PP No. 24 Tahun 1976 dinilai sempit dan kurang sesuai dengan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, yaitu 1 bulan sebelum melahirkan anak dan 2 bulan setelah melahirkan anak. Hal tersebut menjadi kendala pertama ibu harus cepat kembali bekerja (Nurjanah dan Rachmani, 2008). Faktor reinforcing merupakan faktor yang datang dari lingkungan sekitar ibu yang berupa sikap dan perilaku suami, keluarga, rekan kerja, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan pemerintah. Berdasarkan penelitian Taveras

3 (2003) terhadap ibu pekerja dukungan yang positif dari lingkungan kerja, yaitu atasan dan rekan kerja, serta dukungan dari pihak keluarga merupakan faktor reinforcing yang dianggap dapat mempengaruhi keputusan ibu pekerja untuk meneruskan praktik ASI eksklusif di tempat kerja atau tidak. Cukup tingginya angka pekerja wanita di Indonesia, yaitu 38,1% dari 107,7 juta angkatan kerja (BPS, 2010), menuntut pemerintah untuk melakukan upaya lebih dalam mendukung ibu memberikan ASI eksklusif. Menurut Fein (2008), strategi paling efektif untuk memecahkan masalah tersebut adalah mendukung ASI eksklusif saat ibu bekerja. Pemerintah harus dapat memenuhi kebutuhan ibu yang kembali bekerja untuk dapat tetap meneruskan praktik ASI eksklusif, salah satunya adalah penyusunan kebijakan yang mengatur hal tersebut. Salah satu kebijakan baru saja dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa penyelenggara tempat kerja dan sarana umum wajib mendukung praktik ASI eksklusif di lingkungannya, baik berupa kebijakan maupun fasilitas. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) merupakan salah satu kampus kedokteran terbaik Indonesia dan dinilai sebagai pelopor riset medis dan isu kesehatan, salah satunya terkait dengan praktik ASI eksklusif di tempat kerja. Namun, hingga saat ini studi tentang praktik ASI eksklusif di FK UGM meliputi faktor-faktor yang mempengaruhinya, meliputi faktor predisposisi, faktor enabling, dan faktor reinforcing, tampaknya belum pernah dilakukan. Begitu pula dengan studi terkait komitmen FK UGM terhadap praktik ASI eksklusif di tempat kerja. Sehingga, peneliti termotivasi untuk melakukan studi tersebut di FK UGM.

4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana persepsi ibu menyusui tentang praktik ASI eksklusif di tempat kerja di FK UGM? 2. Bagaimana pelaksanaan praktik ASI eksklusif di FK UGM? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui persepsi ibu menyusui yang sedang bekerja di FK UGM terhadap praktik ASI eksklusif di tempat kerja dan mendeskripsikan pelaksanaan praktik ASI eksklusif di FK UGM. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi faktor predisposisi praktik ASI eksklusif oleh ibu pekerja yang sedang menyusui di FK UGM. b. Mengidentifikasi faktor enabling praktik ASI eksklusif oleh ibu pekerja yang sedang menyusui di FK UGM. c. Mengidentifikasi faktor reinforcing praktik ASI eksklusif oleh ibu pekerja yang sedang menyusui di FK UGM. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi Fakultas Kedokteran UGM untuk penyusunan kebijakan dan penyelenggaraan dukungan praktik ASI eksklusif di tempat kerja.

5 2. Bagi Instansi Terkait Gizi Sebagai bahan masukan dalam bidang gizi untuk menyusun suatu program gizi atau kampanye gizi terkait masalah praktik ASI eksklusif di tempat kerja sehingga dapat secara langsung berperan menanggapi fenomena yang terjadi. 3. Bagi Masyarakat Sebagai bahan masukan, khususnya bagi ibu menyusui yang sedang bekerja, agar dapat lebih memahami perannya dan memperjuangkan haknya sebagai ibu yang bekerja sehingga dapat melaksanakan praktik ASI eksklusif secara optimal. 4. Bagi Pengembangan Penelitian Sebagai dasar pengembangan dan masalah penelitian selanjutnya yang terkait dengan praktik ASI eksklusif di tempat kerja. E. Keaslian Penelitian 1. Nurjanah dan Rachmani (2003) meneliti tentang implementasi Pasal 83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Hak Menyusui Pekerja Perempuan Selama Waktu Kerja yang didasarkan pada analisis perilaku pekerja perempuan pada institusi kesehatan dan non kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan antara faktor predisposisi, enabling, dan reinforcing serta menyusun konsep implementasi praktik ASI eksklusif di tempat kerja. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif terhadap pekerja perempuan di dua institusi, yaitu Rumah Sakit Dr. Kariadi dan Universitas Dian

6 Nusawantoro Semarang. Hasil penelitian ini adalah implementasi UU Nomor 13 Tahun 2003 dinilai kurang maksimal. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada latar belakang masalah, metode dan populasi penelitian. Latar belakang penelitian yang akan dilakukan membahas implementasi kebijakan pemerintah yang berbeda, yaitu PP Nomor 33 Tahun 2012. Penelitian ini akan dilakukan terhadap ibu pekerja yang menyusui di FK UGM dengan metode kualitatif. 2. Larsen dan Kronborg (2012) mengidentifikasi hambatan praktik ASI eksklusif yang ditemui oleh ibu yang telah gagal melakukan praktik ASI eksklusif. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pengalaman ibu yang telah gagal melakukan praktik ASI eksklusif walaupun awalnya berniat melakukan praktik ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Data diambil dengan in-depth interview terhadap firsttime mother yang berniat melakukan praktik ASI eksklusif selama empat bulan sejak kelahiran. Hasil penelitian adalah ibu merasa bahwa proses pemberhentian pemberian ASI secara eksklusif merupakan keputusan yang didasarkan pada persepsi ibu. Hambatan yang ditemui ibu adalah kurangnya dukungan secara psikis maupun fisik dari lingkungan sekitarnya. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada masalah penelitian dan populasi penelitian. Masalah penelitian iniadalah persepsi ibu pekerja yang sedang menyusui tentang praktik ASI eksklusif di tempat kerja dan praktik ASI eksklusif di FK UGM.

7 3. Jiang (2012) mengkaji tentang kesadaran first-time mother terhadap peraturan WHO tentang inisiasi menyusu dini dan praktik ASI eksklusif. Tujuan penelitian adalah mengekplorasi kesadaran first-time mother terhadap peraturan WHO dan mengidentifikasi kesenjangan antara kebutuhan ibu dengan ketentuan perinatal care terkait kampanye ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan secara mixed method di pusat pelayanan kesehatan di Shanghai, China. Hasil penelitian adalah peraturan WHO tentang inisiasi menyusu dini dan praktik ASI eksklusif belum mendapat perhatian khusus dari responden. Sebagian besar responden berpendapat bahwa kembalinya mereka ke tempat kerja menjadi penyulit untuk memberikan ASI eksklusif. Selain itu, faktor rendahnya kepercayaan diri terhadap kualitas dan kuantitas ASI membuat responden memutuskan menggunakan susu formula. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode, latar belakang penelitian, dan populasi penelitian. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan latar belakang kebijakan PP nomor 33 Tahun 2012 dan responden ibu menyusui yang bekerja di FK UGM. 4. Handayani (2012) mengidentifikasi kendala pemanfaatan ruang ASI dalam penerapan ASI eksklusif di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kendala pemanfaatan ASI di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian ibu pekerja yang memberikan ASI eksklusif, ibu pekerja yang tidak memberikan ASI

8 eksklusif, pejabat KPP-PA dan tenaga kesehatan yang bertugas di KPP- PA. Hasil penelitian tersebut adalah beban kerja yang berat, kondisi ruang ASI yang kurang nyaman dan kendala dari atasan menjadi hambatan utama pemanfaatan ruang ASI tersebut. Penelitian tersebut menggunakan metode yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Namun, penelitian yang akan dilakukan memiliki masalah penelitian dan populasi penelitian yang berbeda, yaitu persepsi ibu pekerja yang sedang menyusui di FK UGM tentang praktik ASI eksklusif dan gambaran praktik ASI eksklusif di FK UGM.