EFEK UKURAN BUTIRAN, KEKASARAN, DAN KEKERASAN DASAR PERAIRAN TERHADAP NILAI HAMBUR BALIK HASIL DETEKSI HYDROAKUSTIK ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

PERBEDAAN KETEBALAN INTEGRASI DASAR PERAIRAN DENGAN INSTRUMEN HIDROAKUSTIK SIMRAD EY-60 DI PERAIRAN KEPULAUAN PARI

NILAI KEKUATAN HAMBUR BALIK (BACKSCATTERING STRENGTH VALUE) SUBSTRAT BERPASIR STEVEN SOLIKIN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

Gambar 8. Lokasi penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN DAN ANALISIS NILAI HAMBUR BALIK AKUSTIK UNTUK KLASIFIKASI DASAR PERAIRAN DELTA MAHAKAM

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar Laut Arafura merupakan paparan yang sangat luas. Menurut Nontji

UJI BEDA KETEBALAN INTEGRASI PADA PANTULAN PERTAMA DAN KEDUA HASIL DETEKSI AKUSTIK MULYANI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sedimen dasar laut

PENDUGAAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN IKAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN BELITUNG

3. METODOLOGI PENELITIAN

Karakterisasi Pantulan Akustik Karang Menggunakan Echosounder Single Beam

DETEKSI DAN INTERPRETASI TARGET DI DASAR LAUT MENGGUNAKAN INSTRUMEN SIDE SCAN SONAR

KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA MILYAN U. LATUE DICKY STELLA L. TOBING

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN HAMBUR BALIK AKUSTIK DASAR LAUT DI SEKITAR KEPULAUAN SERIBU MENGGUNAKAN SPLIT BEAM ECHOSOUNDER

DETEKSI NILAI HAMBUR BALIK KARANG MASSIVE MENGGUNAKAN INSTRUMEN HIDROAKUSTIK CRUZPRO FISHFINDER PCFF-80 MUHAMAD YUDHA ASMARA

Model integrasi echo dasar laut Blok diagram scientific echosounder ditampilkan pada Gambar I. echo pada pre-amplifier, ERB :

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang digunakan di Lapangan. Scientific Echosounder Simrad EY 60

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1

3. METODOLOGI. Gambar 10. Lokasi penelitian

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

PEMETAAN DAN KLASIFIKASI SEDIMEN DENGAN INSTRUMEN SIDE SCAN SONAR DI PERAIRAN BALONGAN, INDRAMAYU-JAWA BARAT

HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN TERHADAP DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

ANALISIS MODEL JACKSON PADA SEDIMEN BERPASIR MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK DI GUGUSAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU SYAHRUL PURNAWAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

PERBEDAAN KETEBALAN INTEGRASI DASAR PERAIRAN DENGAN INSTRUMEN HIDROAKUSTIK SIMRAD EY-60 DI PERAIRAN KEPULAUAN PARI

PENDEKATAN METODE HIDROAKUSTIK UNTUK ANALISIS KETERKAITAN ANTARA TIPE SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DENGAN KOMUNITAS IKAN DEMERSAL SRI PUJIYATI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. BAHAN DAN METODA. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODOLOGI. Pengambilan data dengan menggunakan side scan sonar dilakukan selama

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER. Septian Nanda dan Aprillina Idha Geomatics Engineering

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

INTERPRETASI SEB NILAI TARGET STRENGTH (TS) DAN DENSITAS DEmRSAL DENGAN BlETODE AIE)ROAKUSTIK DI TELUK PELABUWAN RATU

III METODE PENELITIAN

6. PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Batimetri

3 METODE PENELITIAN. Gambar 8 Peta lokasi penelitian.

DETEKSI SEBARAN IKAN PADA KOLOM PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK INTEGRASI KUMULATIF DI KECAMATAN SUMUR, PANDEGLANG BANTEN

5. HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Batimetri Perairan

PENGUKURAN ACOUSTIC BACKSCATTERING STRENGTH DASAR PERAIRAN SELAT GASPAR DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN INSTRUMEN SIMRAD EK60

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ilustrasi morfologi lamun yang membedakan tiap spesies. (Lanyon, 1986, diacu dalam McKenzie and Campbell, 2002)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KUANTIFIKASI DAN KARAKTERISASI ACOUSTIC BACKSCATTERING DASAR PERAIRAN DI KEPULAUAN SERIBU JAKARTA OBED AGTAPURA TARUK ALLO

STUDI SEBARAN SEDIMEN SECARA VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

(DATA INTEGRATION BATHYMETRY MULTIBEAM AND BACKSCATTER MOSAIC FOR CLASSIFICATION TYPE OF SEDIMEN)

PENGUKURAN ACOUSTIC BACKSCATTERING STRENGTH DASAR PERAIRAN DENGAN INSTRUMEN SINGLE DAN MULTI BEAM ECHO SOUNDER BAMBANG SUPARTONO

5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK

PEMAlUIAN DUAL FREKUENSI DALAM PENDUGAAN DISTRIBUSI IKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK (FURUNO FQ 80) DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN.

3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN

Analisis Sebaran Schooling Ikan Demersal Di Perairan Tarakan Kalimantan Utara Menggunakan Metode Hidroakustik. Oleh

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI

SEDIMENT STRATIGRAPHY IN DUMAI WATERS RIAU PROVINCE. Ramot S Hutasoit 1), Rifardi 2) and Musrifin Ghalib 2)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Side Scan Sonar merupakan peralatan observasi dasar laut yang dapat

TEKNOLOGI AKUSTIK BAWAH AIR: SOLUSI DATA PERIKANAN LAUT INDONESIA

STUDI SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN TEKSTUR SEDIMEN DI PERAIRAN SAYUNG, DEMAK

Sumber : Mckenzie (2009) Gambar 2. Morfologi Lamun

STRATIGRAFI SEDIMEN PERAIRAN SELAT RUPAT BAGIAN TIMUR. Oleh Visius Uracha Sisochi Wau 1 dan Rifardi 2

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sedimen Dasar Laut

Scientific Echosounders

KAITAN AKTIVITAS VULKANIK DENGAN DISTRIBUSI SEDIMEN DAN KANDUNGAN SUSPENSI DI PERAIRAN SELAT SUNDA

PEMETAAN BATIMETRI MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI MUARA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

MULTIBEAM ECHOSOUNDER

Lampiran 2. Alat pengambilan sampel sedimen

PENDEKATAN METODE HIDROAKUSTIK UNTUK ANALISIS KETERKAITAN ANTARA TIPE SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DENGAN KOMUNITAS IKAN DEMERSAL SRI PUJIYATI

Oleh : PAHMI PARHANI C SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

3,15 Very Fine Sand 1,24 Poorlysorted -0,21 Coarse-Skewed. 4,97 Coarse Silt 1,66 Poorlysorted -1,89 Very Coarse-Skewed

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SEPANJANG JEMBATAN SURAMADU KABUPATEN BANGKALAN

Studi sebaran sedimen berdasarkan ukuran butir di perairan Kuala Gigieng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh

PENGUKURAN DAN ANALISIS NILAI HAMBUR BALIK AKUSTIK UNTUK KLASIFIKASI DASAR PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN MAKROZOOBENTOS DI DELTA MAHAKAM

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Bentuk Pertumbuhan Karang

DETEKSI NILAI HAMBUR BALIK KEPITING BAKAU (Scylla spp.) MENGGUNAKAN INSTRUMEN HIDROAKUSTIK CRUZPRO FISHFINDER PCFF-80

DETEKSI DAN INTERPRETASI SINYAL AKUSTIK SIDE SCAN SONAR (STUDI KASUS LAUT MALUKU UTARA)

KUANTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KARANG BERDASARKAN KUAT HAMBUR BALIK MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK SINGLE BEAM BAIGO HAMUNA

SUSPENSI DAN ENDAPAN SEDIMEN DI PERAIRAN LAUT JAWA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK SEDIMEN DASAR PERAIRAN KAMPUNG BUGIS KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KOTA TANJUNGPINANG

Sebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau

HUBUNGAN TOPOGRAFI DASAR PERAIRAN DENGAN SEBARAN IKAN DI SELAT MALAKA

EVALUASI METODE AKUSTIK UNTUK PEMANTAUAN PADANG LAMUN SRI RATIH DESWATI

3. METODE PENELITIAN

HAMBUR BALIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN SITU GEDE, KOTA BOGOR MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK SOFIATUN

ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMEN DI MUARA SUNGAI INDRAGIRI

ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak

Transkripsi:

P P Staf P P Peneliti E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 1, Hal. 59-67, Juni 2010 EFEK UKURAN BUTIRAN, KEKASARAN, DAN KEKERASAN DASAR PERAIRAN TERHADAP NILAI HAMBUR BALIK HASIL DETEKSI HYDROAKUSTIK 4TEFFECTS OF GRAIN SIZE, ROUGHNESS, AND HARDNESS OF SEA FLOOR ON BACK SCATTERING VALUE BASED ON HYDROACOUSTIC DETECTION 1) 1) Sri PujiyatiP P, Sri HartatiP 2) P, dan Wijo PriyonoP Pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Email: sripujiyati@yahoo.com 2) Balai Riset Perikanan Laut (BRPL), Jakarta. ABSTRACT 3TBased on results of detection hydroacoustic, backscattering value from the first reflection (E-1) can describe the roughness and from the second reflections (E-2) can describe the hardness of sea floor. The objective of this study was to analyze the relationship between grain size, roughness and hardness with backscattering values using the hydroacoustic method. The results showed that the roughness, hardness, and diameter size fraction of fine sand substrate were greater than that of muddy sand substrate. The backscattering values of very fine sand substrate were also greater than that of muddy sand substrate. Keywords: Hydroacoustic, bottom, backscattering ABSTRAK Berdasarkan hasil deteksi hidroakustik, nilai hambur balik dari pantulan pertama (E-1) dapat menggambarkan tentang kekasaran dari dasar perairan dan nilai hambur balik dari pantulan kedua (E-2) dapat menggambarkan tentang kekerasan dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ukuran butiran, kekasaran dan kekerasan dengan nilai hambur balik dasar perairan0t de0tngan mempergunakan metode hidroakustik. Hasil penelitian ini menunjukkan substrat pasir sangat halus memiliki tingkat kekasaran, kekerasan dan ukuran diameter fraksi lebih besar dari pada substrat pasir berlumpur. Secara hidroakustik substrat pasir sangat halus memiliki nilai hambur balik yang lebih besar daripada substrat pasir berlumpur. Kata Kunci: Hidroakustik, dasar perairan, hambur balik 2) I. PENDAHULUAN Perkembangan penelitian di bidang hidroakustik di Indonesia sudah semakin luas tidak hanya mencakup sumberdaya ikan namun sudah merambah kepada abiotik yaitu habitat ikan maupun pemetaan dasar perairan. Dasar perairan sendiri merupakan area yang menajubkan untuk diamati karena begitu unik dengan gambaran relief dasar laut, juga memberikan informasi mengenai berbagai hal yang saling berkait antara abiotik dan biotik yang ada. Beberapa penelitian mengenai dasar perairan dengan mempergunakan deteksi hidroakustik, menunjukkan bahwa hambur balik dari pantulan pertama (E-1) menggambarkan kekasaran dan hambur balik pantulan ke dua (E-2) menggambarkan kekerasan Caruthers dan (Fisher, 2002). Beberapa peneliti seperti Goff et al. (2000), Siwabessy (2001), Manik (2006), Satyamarayana et al. (2007), Pujiyati dan Hartati (2009), dan Allo et al. (2009) telah melakukan analisis nilai hambur balik dasar perairan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 59

Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan Kekerasan Dasar Perairan... dengan menggunakan berbagai tipe echosounder. Hubungan antara tipe substrat dan nilai hambur balik substrat (Gambar 1 dan 2) menunjukkan bahwa habur balik dari batuan lebih besar dibandingkan dengan hambur balik dari kerikil, pasir, liat maupun lumpur. Hasil penelitian Pujiyati dan Hartati (2008) di Kepulauan Seribu juga menunjukkan hambur balik dari karang memiliki nilai paling besar dibandingkan hambur balik dari pasir, pasir berlumpur, lumpur berpasir, maupun pasir berliat (Gambar 3). Gambar 1. Hubungan antara indek kekasaran dan index kekuatan (Satyamarayana et al, 2007). Gambar 2. Nilai bottom backscattering strength pada berbagai tipe substrat (Siwabessy, 2001). 60 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21

Pujiyati et al. Gambar 3. Nilai hambur balik dasar dari tipe substrat. Sistem split beam EY-60 frekuensi 120 KHz merupakan peralatan hidroakustik yang mampu merekam hambur balik dasar perairan, sekaligus mampu memberikan gambaran tentang morfologi dan tekstur lapisan permukaan dari dasar perairan. Peralatan ini dilengkapi dengan software yang mempu meberikan nilai dari kekasaran (E-1), kekerasan (E-2) dasar perairan yang terdeteksi. Perairan di Kepulauan Seribu merupakan perairan yang dangkal namun unik karena memiliki ekosistem yang beragam diantaranya ekosistem terumbu karang dan lamun. Keunikan lainnya adalah keberadaan partikel dasar perairan yang berbeda mulai dari karang yang merupakan dasar perairan yang keras hingga lumpur yang merupakan dasar perairan yang halus. Wibisono (2005) menyatakan bahwa perairan Kepulauan Seribu merupakan salah satu contoh dimana memiliki sedimen tersotir dengan baik, di daerah tertentu karang dan disampingnya adalah pasir, atau lumpur. Wilayah pantai karang, pasir dan lumpur tertata rapih secara alami. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kekerasan, kekasaran dan ukuran partikel dasar perairan di Perairan Kepulauan Seribu dengan menggunakan metode hidroakustik. II. METODOLOGI 2.1. Pengambilan Data Data hidroakustik dan contoh sedimen meliputi 6 stasiun yang diambil pada tanggal 18-19 Nopember 2008 di perairan Kepulauan Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara (05 50-05 53 LS dan 106 34-106 38 BT (Gambar 4) dengan menggunakan kapal nelayan Baruna (5 GT) dan menggunakan peralatan hidroakustik EY-60 frekuensi 120 KHz, pulse duration 0, 256 mili o detik, lebar beam 7P P, transmit power 50 watt. Contoh sedimen diambil dengam mempergunakan grab (20x20 cm). Pengolahan data hidroakustik dengan menggunakan software Echoview 4,0.dan Analisis contoh sedimen dilakukan di Balai Riset Perikanan Laut (BRPL) Jakarta. http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21 61

Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan Kekerasan Dasar Perairan... Gambar 4. Lokasi Penelitian 2.2. Pengolahan Data Data akustik yang terekam diolah dengan program Echoview 4.0. Data pantulan pertama (E1) yang menggambarkan kekasaran diolah dengan menggunakan theshold minimal - 50,00 db dan maksimum 0 db. Data dari pantulan ke dua (E-2) yang diolah dengan mempergunakan threshold minimal -70,00 db dan maksimum sebesar 0 db. Elementary Sampling Distance Unit (ESDU) sebesar 100 ping. Ketebalan Integrasi E1 dan E2 adalah sebesar 0,20 m. Contoh substrat di analisis dengan menggunakan saringan bertingkat kemudian di klasifikasi berdasarkan komposisi fraksi. Ukuran diameter ratarata fraksi diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Diameter rata-rata fraksi = ( diameter fraksi x volume fraksi)/total volume fraksi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengambilan data contoh sedimen pada 6 stasiun menunjukkan adanya dua klasifikasi tipe substrat yaitu substrat pasir berlumpur (Stasiun 1) dan pasir sangat halus (Stasiun 2-6). Masingmasing tipe substrat juga memiliki diameter ukuran butiran yang berbeda. Khusus stasiun 2-6 meskipun memiliki tipe substrat sama, namun memiliki diameter ukuran butiran yang berbeda. Umumnya pasir sangat halus memiliki tingkat kekasaran lebih tinggi dibandingkan kekasaran dari susbtrat pasir berlumpur. Hal ini terjadi karena komposisi pasir lebih banyak pada substrat pasir dari pada pasir berlumpur (Tabel 1). Demikian pula untuk tingkat kekerasan fraksi pasir lebih keras dari pada fraksi lumpur. 62 E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.2, No.1, Juni 2010

Pujiyati et al. Tabel 1. Komposisi Fraksi di Setiap Stasiun Stasiun Presentase Berat Fraksi Tipe Substrat Pasir Lumpur Pasir berlumpur 1 86,39 13,61 Pasir sangat halus 2 96,95 3,05 Pasir sangat halus 3 96,11 3,89 Pasir sangat halus 4 93,17 6,83 Pasir sangat halus 5 96,62 3,38 Pasir sangat halus 6 97,05 2,95 Pasir sangat halus Berdasar Tabel 2 nilai kekasaran terlihat nilai yang berbeda dimana nilai paling kecil (-17,30 db) adalah subtrat pasir berlumpur dibandingkan substrat pasir sangat halus yang berkisar -10,39 sampai -15,13 db. Ini sesuai hasil penelitian sebelumnya dimana substrat pasir lebih besar dibandingkan dengan substrat pasir berlumpur (Pujiyati dan Hartati, 2009). Demikian juga nilai kekuatan dari substrat yang pasir berlumpur lebih kecil (-34,48 db) dibandingkan dengan substrat pasir (- 25,85 sampai -32,92 db). Satyamarayana et al (2007); Siwabessy (2006) menjelaskan bahwa nilai kekerasan maupun kekasaran meningkat pada substrat lumpur menuju batuan (Gambar 1 dan 2). Gambar 5 menjelaskan dengan lebih jelas bahwa stasiun dengan substrat pasir berlumpur (tanda +) memiliki nilai indeks kekasaran maupun kekerasan lebih kecil dibandingan stasiun-stasiun dengan subatrat pasir (tanda R*R). Tabel 2. Ukuran Fraksi, Nilai Kekasaran dan Kekerasan di Setiap Stasiun No. Stasiun Tipe substrat Diameter ratarata substrat (μm) Kekasaran (db) Kekerasan (db) 1 Pasir Berlumpur 0,68-17,30-34,48 2 Pasir sangat halus 3,32-10,39-27,76 3 Pasir sangat halus 2,07-11,19-32,92 4 Pasir sangat halus 1,48-15,13-29,48 5 Pasir sangat halus 2,73-13,29-25,85 6 Pasir sangat halus 2,58-12.53-27,93 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21 63

Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan Kekerasan Dasar Perairan... Gambar 5. Perbandingan Indek Kekasaran dan indek kekuatan pada 4 tipe subatrat (Satyamarayana et al., 2007) Siwabessy et al. (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan pengamatan dengan mempergunakan akustik mampu membedakan tipe substrat dimana nilai intensitas batuan bernilai besar diikuti intensitas rhodolit dan pasir Gambar 6 (biru adalah pasir, hijau adalah rhodolith dan coklat adalah batu). Gambar 7 menjelaskan hubungan ukuran butiran dengan nilai hambur balik. Gambar 6. Hasil deteksi akustik pada tipe substrat yang berbeda (Siwabessy et al., 2006) 64 E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.2, No.1, Juni 2010

Pujiyati et al. Gambar 7. Garis dengan titik vertikal menggambarkan hubungan antara tingginya nilai backscattering dengan ukuran butiran substrat (Siwabessy et al., 2006) 3.1. Hubungan antara Ukuran diameter Fraksi (ø) dan Kekasaran (E-1), Kekerasan (E-2) Berdasarkan analisis regresi untuk masing-masing ukuran diameter fraksi dengan kekasaran dan kekerasan menunjukkan hubungan yang sangat erat. Dimana regresi antara ukuran diameter fraksi dan kekasaran (E-1) diperoleh koefisien korelasi 0,87732 dengan persamaan regreasi E-1 =-18,38+2,3669 ø (Gambar 8) artinya bahwa ukuran diameter fraksi semakin meningkat maka nilai kekasaran juga meningkat. Hasil regresi antara ukuran diameter fraksi dengan kekerasan juga demikian dimana hasil regresi menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,78816 dengan persamaan E-2=-35,64+2,7503 ø (Gambar 9) artinya bahwa ukuran diameter fraksi semakin meningkat maka nilai kekerasan juga meningkat. Goff (2000) menyatakan bahwa nilai E-1 berhubungan dengan nilai ukuran diameter fraksi yaitu sebesar 0,73. Namun untuk hubungan E-2 dan ukuran diameter fraksi tidak terlihat dengan jelas. Selain itu ukuran diameter fraksi menentukan juga besarnya densitas. Hasil koefisien korelasi yang besar ini juga menjelaskan bahwa ukuran diameter fraksi menggambarkan densitas fraksi tersebut dimana densitas pasir 3 sangat halus (1,91 g/cmp P) lebih besar 3 daripada pasir berlumpur (1,83 g/cmp P) Hamilton (1971a) in Clay (1982). Nilai koefisien korelasi yang besar tersebut juga dimungkinkan oleh karena sedikitnya data (6 data). http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21 65

Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan Kekerasan Dasar Perairan... -10 E-1 = -18,38 + 2,3669 * ø r =0,87732-11 -12-13 E-1-14 -15-16 -17-18 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 ø 95% confidence Gambar 8. Hubungan korelasi antara diameter fraksi dan kekasaran -25 E-2 = -35,64 + 2,7503 * ø r = 0,78816-26 -27-28 -29 E-2-30 -31-32 -33-34 -35 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 ø 95% confidence Gambar 9. Hubungan korelasi antara diameter fraksi dengan kekerasan IV. KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekasaran, kekerasan dan ukuran butiran substrat sangat mempengaruhi nilai hambur balik dasar perairan. Semakin besar ukuran butiran umumnya akan semakin besar tingkat kekasaran dan kekerasan dari tipe substrat dasar perairan. Substrat pasir sangat halus memiliki tingkat kekasaran, kekerasan dan ukuran diameter fraksi lebih besar dari pada substrat pasir berlumpur. Secara hidroakustik substrat pasir sangat halus memiliki nilai hambur balik yang lebih besar dari pada substrat pasir berlumpur. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pimpinan Balai Riset {erikanan Laut (BRPL) Jakarta, Ketua Proyek Penelitian Kepulauan Seribu dan Tim Akustik yang sudah membantu dalam pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA Allo. O.T, S. Pujiyati, dan I. Jaya. 2009. Klasifikasi Habitat Dasar Perairan dengan Menggunakan Instrumen Hidroakustik SIMRAD EY-60 di Perairan Sumur, Pandeglang- Banten. Jurnal Kelautan Nasional, 1 (Edisi Khusus): 129-130 66 E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.2, No.1, Juni 2010

Pujiyati et al. Caruthers, J.W dan Fisher, C.A. 2002. Remote Sediment Classification Using Acoustical Techniques. Final Report for Task 5, FY 01. The University of Southern Mississippi. Departement of Marine Science. America. Clay, C.S. and H. Medwin. 1977. Acoustical Oceanography. John Wiley & Sons. New York. USA. 712p. Goff, J.A, H.C. Olson dan C.S. Duncan, 2000. Correlation of Side Scan Backscatter Intensity With Grain Size Distribution of Shelf Sediments, New Jersey Margin. Geo-Marine latters, 20:43-49 Manik, M.H. 2006. Pengukuran akustik Scattering Strength Dasar Laut dan Identifikasi Habitat Ikan dengan Echosounder. Seminar Nasional Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK- IPB. Bogor. Pujiyati, S. 2008. Pendekatan Metode Hidroakustik untuk Analisis Keterkaitan antara Tipe Substrat Dasar Perairan dengan Komunitas Ikan Demersal. Disertasi. Sekolah Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor Pujiyati, S. dan S. Hartati, 2009. Pendekatan Metode Hidroakustik untuk Analisis Tipe Substrat Dasar Perairan. Jurnal Kelautan Nasional, 1 (Edisi Khusus): 197- Satyamarayana, Y. Naithani S. Anu, R. 2007. Seafloor Sedimen Classification from Single Beam Echo Sounder data using LVQ network. Mar. Geophys. Res 28:95-99 Siwabessy, P.J.W. 2001. An Investigation of Relationship between Seabed Type and Benthic and Bentho-pelagic Biota Using Acoustic Techniques. Thesis. Curtin University of Technology. Australia. 261p. Siwabessy P.J.W, L. Parnum, A. Gavrilov and R. McCauley. 2006. Overview of Coastal Water Habitat Mapping Research for The Coastal CRC. Cooperative Research Center for Costal Zone, Estuary and Waterway Management. Technical Report 86. Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta. http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21 67