BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya, manfaat hutan secara langsung yakni penghasil kayu mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN. (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan Salomon, dalam Rahayu et al. (2006), untuk mengurangi dampak perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut UU RI No.41 Tahun 1999, hutan merupakan sumberdaya alam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Eucalyptus grandis mempunyai sistematika sebagai berikut: : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman kecil lainnya seperti, lumut, semak belukar, herba dan paku-pakuan.

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm per tahun, rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi rata-rata iklim dan/atau

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO2 Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

Transkripsi:

3 2.1 Hutan Tropika Dataran Rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di dalam Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dijelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Ekosistem hutan di Indonesia dikelompokkan kedalam dua formasi, yaitu: formasi klimatis dan formasi edafis. Formasi klimatis adalah formasi hutan yang dalam pembentukannya sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, seperti: temperatur, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan angin. Formasi edafis adalah formasi hutan yang dalam pembentukannya sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah, seperti: sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (Indriyanto 2005). Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998) Indonesia memiliki berbagai tipe hutan yaitu Hutan Hujan Tropika, Hutan Musim, Hutan Gambut, Hutan Rawa, Hutan Payau, Hutan Kerangas, dan Hutan Pantai. Hutan tropika merupakan hutan yang paling subur, hutan jenis ini terdapat diwilayah tropika atau berada didekat garis equator yang terletak pada 10ºLU dan 10º LS. Hutan hujan tropika merupakan habitat yang paling kaya dan kompleks. Hutan ini terdapat di wilayah tropika dengan suhu relatif tinggi 25ºC-26ºC, serta curah hujan yang berkelimpahan sekitar 2000 mm 4000 mm dan dengan kelembaban rata rata sekitar 80%. Tegakan hutan hujan tropis didominsi oleh pepohonan yang selalu hijau. Keanekaragaman spesies tumbuhan dan binatang yang ada dihutan hujan tropis sangat tinggi. Hutan hujan tropis di Kalimantan memiliki lebih dari 40,000 spesies tumbuhan, dan merupakan hutan yang paling kaya spesiesnya di dunia. Tajuk hutan hujan tropis sangat rapat, terdapat tumbuhan yang memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon. Hutan Tropika Dataran Rendah merupakan salah satu tipe hutan di Indonesia yang diklasifikasikan berdasarkan iklim dan ketinggian tempat. Hutan

4 Tropika Dataran Rendah biasanya memiliki ketinggian 0 sampai 1000 mdpl. Penyebaran tipe ekosistem Hutan Tropika Dataran Rendah meliputi pulau pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi dan beberapa pulau Maluku. Di Hutan Tropika Dataran Rendah banyak terdapat spesies pohon anggota family Dipterocarpaceae, terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica, Dryobalanops dan Cotylelobium. Hutan Tropika Dataran Rendah disebut juga dengan hutan Dipterocarps (Indriyanto 2005) 2.2 Biomassa Menurut Suhendang (2002) biomassa didefinisikan sebagai jumlah total bahan organik hidup yang terdapat dalam tegakan yang dinyatakan dalam berat kering oven dalam ton per unit area. Jumlah biomassa dalam hutan merupakan selisih antara produksi melalui fotosintesis dan konsumsi melalui respirasi. Menurut Brown (1997) biomassa menunjukkan jumlah potensial karbon yang dapat dilepas ke atmosfer sebagai karbon dioksida ketika hutan ditebang dan atau dibakar. Sebaliknya, melalui penaksiran dapat dilakukan perhitungan jumlah karbondioksida yang dapat diikat dari atmosfer dengan cara melakukan reboisasi atau dengan penanaman. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap karbondioksida dari udara dan mengubah zat tertentu menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Biomassa dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu: biomassa di atas permukaan tanah atau above ground biomass dan biomassa di bawah permukaan tanah atau below ground biomass. Biomassa di atas permukaan tanah adalah semua materi hidup di atas permukaan, seperti: batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji, dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari strata tumbuhan bawah di lantai hutan, sedangkan biomassa di bawah permukaan tanah adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang hidup (Sutaryo 2009). Biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas (ton/ha). Biomassa hutan berperan penting dalam siklus karbon. Hutan mengabsorpsi CO 2 selama

5 proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO 2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan (Rused 2009). Biomassa di hutan terdiri atas biomassa bahan hidup, biomassa bahan mati, tanah dan produk kayu. Dari biomassa tersebut menurut Brown (1997) umumnya karbon menyusun 40-50% bahan kering (biomassa) dari tanaman. 2.3 Metode Penghitungan Biomassa Menurut Sutaryo (2009) terdapat 4 cara utama untuk menghitung biomassa, sebagai berikut : 1. Sampling dengan pemanenan (Destructive sampling) Metode ini dilaksanakan dengan memanen seluruh bagian tumbuhan termasuk akarnya, mengeringkannya, dan menimbang berat biomassanya. Aplikasi metode ini untuk mengukur biomassa hutan dapat dilakukan dengan mengulang beberapa area cuplikan atau melakukan ekstrapolasi untuk area yang lebih luas dengan menggunakan persamaan alometrik. 2. Sampling tanpa pemanenan (Non-destructive sampling) Metode ini merupakan cara sampling dengan melakukan pengukuran tanpa melakukan pemanenan. Metode ini antara lain dilakukan dengan mengukur tinggi atau diameter pohon dan menggunakan persamaan alometrik untuk mengeksplorasi biomassa. 3. Pendugaan melalui penginderaan jauh Hasil penginderaan jauh dengan resolusi sedang sangat bermanfaat untuk membagi area menjadi kelas-kelas vegetasi relatif homogen. Hasil pembagian kelas ini menjadi panduan untuk proses survey dan pengambilan data lapangan. Untuk mendapatkan estimasi biomassa dengan tingkat keakuratan yang baik memerlukan hasil pengindaraan jauh dengan resolusi yang tinggi, tetapi hal ini akan menjadi metode alternatif dengan biaya yang besar.

6 4. Pembuatan model Model digunakan untuk menghitung estimasi biomassa dengan frekuensi dan intensitas pengamatan insitu atau penginderaan jauh yang terbatas. Umumnya, model empiris ini didasarkan pada jaringan dari sampel plot yang diukur berulang, yang mempunyai estimasi biomassa yang sudah menyatu atau melalui persamaan alometrik yang mengkonversi volume menjadi biomassa. 2.4 Karbon Karbon adalah unsur kimia dengan nomor atom 6 dan massa atom 12,011115, bukan merupakan unsur logam yang dalam bentuk arang, berwarna hitam, dalam bentuk grafit, berwarna abu-abu, dan dalam bentuk intan murni tidak berwarna atau bening (Anonim 2007). Karbon merupakan salah satu bahan organik terbesar yang menyusun kayu yaitu sebesar 49 %. Umumnya karbon menyusun 45-50% bahan kering dari tanaman. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk CO 2 dari atmosfer melalui stomata daunnya dan menggabungkannya ke dalam bahan organik tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi konsumen. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), jumlah C (karbon) tersimpan antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan C suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah C tersimpan di atas tanah (biomasa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah C tersimpan di dalam tanah (bahan organik tanah, BOT). Hutan alami merupakan penyimpan karbon tertinggi karena keragaman jenis vegetasi yang tinggi, tumbuhan bawah dan serasah di permukaan tanah yang banyak. Melalui proses fotosintesis, CO 2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan ditimbun dalam biomasa berupa daun, batang, ranting, cabang, bunga, dan buah (Hairiah & Rahayu 2007)

7 Menurut Dury et al. (2002) diacu dalam Balinda (2008) menyebutkan bahwa dalam tegakan hutan lokasi keberadaan karbon adalah sebagai berikut : a. Pepohonan dan akar: Biomassa hidup, baik yang terdapat di atas permukaan dan di bawah permukaan dari berbagai jenis pohon, termasuk batang, daun dan cabang, serta akar. b. Vegetasi lain: Vegetasi bukan pohon (semak, belukar, herba, dan rerumputan) c. Sampah hutan: Biomassa mati di atas lantai hutan termasuk sisa pemanenan d. Tanah: Karbon tersimpan dalam bahan organik (humus) maupun dalam bentuk mineral karbonat. Karbon dalam tanah mungkin mengalami peningkatan atau penurunan tergantung pada kondisi tempat sebelumnya dan sekarang serta kondisi pengolahan tanah. Hutan tropika merupakan salah satu penyedia karbon yang memiliki potensi yang besar. Menurut Junaedi (2007) hutan tropis dataran rendah areal bekas tebangan menyimpan massa karbon di atas permukaan tanah sebesar 57.68 107.71 ton C/ha dan di hutan primer sebesar 229.33 ton C/ha. 2.5 Kadar Air dan Berat Jenis Kayu Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat kayu bebas air atau kering tanur (BKT). Air di dalam tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu: air bebas dan air terikat. Air bebas merupakan air yang berada pada rongga sel dan relatif mudah untuk dikeluarkan dan merupakan air yang pertama hilang dalam proses pengeringan sedangkan air terikat adalah air yang berada di dalam dinding sel dan terikat lebih kuat karena adsorbsi permukaan dalam struktur kayu (Haygreen & Bowyer 1989). Berat jenis adalah perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan volume pada kadar air yang telah ditentukan) dengan kerapatan air pada 4ºC (Haygreen & Bowyer 1989). Berat jenis kayu merupakan satu sifat fisik kayu yang paling penting. Berat jenis kayu biasanya dipengaruhi oleh umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang, kecepatan tumbuh dan kadar air yang terkandung di dalam kayu tersebut. Berat jenis suatu kayu akan naik jika kandungan air yang menjadi dasarnya berkurang dibawah titik jenuh serat (TJS) (Haygreen & Bowyer 1989).

8 2.6 Kadar Abu dan Zat Terbang Menurut Achmadi (1990), diacu dalam Purwitasari (2011) kadar abu adalah jumlah oksida-oksida logam yang tersisa pada pemanasan tinggi. Abu tersusun dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium dan magnesium. Komponen utama abu dalam kayu tropis ialah kalium, kalsium, magnesium dan silika. Galat dalam penetapan kadar abu dapat disebabkan oleh hilangnya klorida logam alkali dan garam-garam amonia serta oksidasi tidak sempurna pada karbonat dari logam alkali tanah. Kadar zat terbang adalah persen kandungan zat-zat yang mudah menguap yang hilang pada pemanasan 950 C yang terkandung pada arang terhadap berat kering bahan bebas air. Secara kimia zat terbang terbagi menjadi tiga sub golongan, yaitu senyawa alifatik, terpena dan senyawa fenolik. Zat-zat yang menguap ini akan menutupi pori-pori kayu dari arang (Haygreen & Bowyer 1989). 2.7 Alometrik Metode alometrik merupakan metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang dinyatakan dalam bentuk hubungan-hubungan eksponensial atau logaritma antar organ tanaman yang terjadi secara harmonis dan perubahan secara proporsional (Parresol 1999, diacu dalam Mugiono 2009). Persamaan alometrik merupakan hubungan antara suatu peubah tak bebas yang diduga oleh satu atau lebih peubah bebas. Contohnya adalah hubungan antara volume pohon, biomassa atau massa karbon dengan diameter dan tinggi pohon. Penelitian mengenai persamaan alometrik untuk menduga biomassa dan karbon telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Brown (1997) mengembangkan model persamaan alometrik untuk menduga biomassa di hutan tropika yang dikelompokkan berdasarkan curah hujan. Persamaan alometrik ini menggunakan parameter diameter setinggi dada dan tinggi total pohon. Persamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

9 Tabel 1 Model alometrik penduga biomassa pohon menurut perbedaan curah hujan Tempat tumbuh (curah hujan mm/th) Persamaan alometrik Selang diameter Pohon contoh (cm) Jumlah Pohon contoh Kering ( < 1500) Y= 0.139D 2.32 5-40 28 0.89 Lembab (1500-4000) Y= 42.6 12.8D+1.242D 2 Y= 0.118D 2.53 Y= 0.092D 2.60 5-148 5-148 170 170 0.84 0.97 5-148 5-112 5-112 170 169 169 Basah (>4000) Y= 21.3 6.95D+0.74D 2 Y= 0.037D 1.89 H Sumber : Brown (1997) Keterangan : Y : Biomassa pohon (kg/pohon) D : Diameter setinggi dada (cm) H : Tinggi pohon (m) (-) : Tidak ada keterangan R 2-0.92 090