DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI RIZKI GEMALA BUSYRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Dampak Pengembangan Komoditas Kelapa Dalam Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

30 Dampak Revitalisasi Perkebunan pada Komoditas Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Provinsi Jambi

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA. Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KOPI TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR KOPI SUMATERA UTARA SKRIPSI

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA. Oleh : Venny Syahmer

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

III. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN ANALISIS EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA DALAM TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

Transkripsi:

i DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI RIZKI GEMALA BUSYRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

ii SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, April 2012 Rizki Gemala Busyra NRP H353090031

iii ABSTRACT RIZKI GEMALA BUSYRA. Impact of the Development of Estate Crops on Economic Jambi Provinces (MUHAMMAD FIRDAUS as Chairman and WILSON HALOMOAN LIMBONG as Member of the Advisory Committee). Jambi is one of the central of estate crop productions in Indonesia. In 2006, the Minister of Agriculture issued the Regulation about Revitalization Program. Revitalization Program is an effort to accelerate the development of smallholders through expansion, renovation and rehabilitation of tree crops. Along with minister of agriculture policy, the Jambi province activities focused on the development commodity rubber, oil palm, coconut and coffee. The purpose of this study is to identify the factors that affect the area, production, productivity, commodity prices and export in the Jambi province, on each of the commodities (rubber, oil palm, coconut, coffee and Jambi), and to analyze the impact of development of commodities on the economy of Jambi province. This study employs an econometric model consisting of 17 structural equations and 9 identity equations. This study uses secondary data is structured as pooled annual data on nine districts in Jambi province, starting 2000 until 2009. The result of this study shows the only expansion of rubber, palm oil, and coffe which can improve the economy of Jambi. Keywords: Econometric Model, Estate Crops, Jambi Province

iv RINGKASAN RIZKI GEMALA BUSYRA. Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi (MUHAMMAD FIRDAUS sebagai Ketua dan WILSON HALOMOAN LIMBONG sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi sentra perkebunan yang ada di Indonesia. Pada tahun 2006, Menteri Pertanian mengeluarkan Kebijakan Revitalisasi Perkebunan. Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan pembangunan perkebunan rakyat melalui perluasan areal, peremajan dan rehabilitasi tanaman. Sejalan dengan kebijakan tersebut, maka kegiatan perkebunan Jambi difokuskan pada penambahan areal empat komoditas unggulan yaitu karet, kelapa sawit, kelapa dalam dan kopi. Penelitian ini betujuan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi luas areal, produktivitas, produksi, ekspor dan harga komoditas unggulan Jambi, serta menganalisis dampak pengembangan komoditas terhadap perekonomian provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang disusun sebagai pooled data tahunan pada sembilan kabupaten yang ada di propinsi Jambi, mulai tahun 2000 sampai tahun 2009. Metode estimasi model yang digunakan adalah 2SLS, dengan membangun 26 persamaan yang terdiri dari 17 persamaan struktural dan 9 persamaan identitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada komoditas Karet Jambi, variabel yang mempengaruhi areal karet secara signifikan pada taraf nyata 10 persen adalah harga karet Jambi dan areal karet Jambi pada tahun sebelumnya. Pada komoditas kelapa sawit, variabel yang mempengaruhi areal kelapa sawit secara signifikan pada taraf 5 persen adalah harga CPO Jambi dan areal Kelapa Dalam Jambi, dan pada taraf 10 persen adalah suku bunga. Pada kelapa dalam, variabel yang mempengaruhi secara nyata pada tahap 5 persen terhadap arealnya adalah areal kelapa sawit Jambi dan areal Kelapa Dalam tahun sebelumnya. Pada kopi variabel yang berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 persen terhadap areal kopi adalah areal kopi Jambi tahun sebelumnya. Variabel yang mempengaruhi produktivitas karet Jambi pada taraf 5 persen adalah areal karet Jambi, suku bunga dan produktivitas karet tahun sebelumnya. Pada komoditas kelapa sawit, variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas CPO pada taraf 5 persen adalah perkembangan areal kelapa sawit Jambi, curah hujan, suku bunga dan produktivitas CPO Jambi pada tahun sebelumnya. Variabel yang mempengaruhi produktivitas Kelapa Dalam pada taraf 5 persen adalah perkembangan areal Kelapa Dalam dan produktivitas Kelapa Dalam pada tahun sebelumnya. Pada produktivitas kopi Jambi, variabel yang berpengaruh pada taraf nyata 5 persen adalah curah hujan, jumlah tenaga kerja pada komoditas kopi dan

produktivitas kopi pada tahun sebelumnya, dan pada taraf 10 persen adalah areal kopi. Pada ekspor karet, variabel yang berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 persen adalah harga karet dunia, dan nilai tukar Rupiah. Variabel yang berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 persen terhadap ekspor CPO adalah harga CPO dunia, ekspor CPO propinsi lain, pajak ekspor CPO dan ekspor CPO pada tahun sebelumnya. Pada ekspor kelapa dalam Jambi, variabel yang berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 persen adalah harga kopra dunia, ekspor kelapa dalam provinsi lain, nilai tukar Rupiah dan ekspor kelapa dalam Jambi pada tahun sebelumnya. Pada ekspor kopi Jambi, variabel yang berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 persen adalah harga kopi dunia, dan ekspor kopi Jambi pada tahun sebelumnya, serta pada taraf 10 persen dipengaruhi oleh produksi kopi Jambi. Harga karet Jambi dipengaruhi secara signifikan pada taraf 5 persen oleh harga karet dunia, perkembangan ekspor karet Indonesia, nilai tukar Rupiah dan harga karet Jambi pada tahun sebelumnya. Harga CPO Jambi dipengaruhi secara signifikan pada taraf 5 persen oleh harga CPO dunia, dan nilai tukar Rupiah. Harga kelapa dalam Jambi dipengaruhi secara signifikan pada taraf 5 persen oleh harga kopra dunia, dan ekspor kelapa dalam Indonesia. Harga kopi Jambi dipengaruhi pada taraf 5 persen oleh rasio harga kopi dunia dengan ekspor kopi Indonesia, dan nilai tukar Rupiah. PDRB subsektor perkebunan Jambi dipengaruhi secara nyata pada taraf 5 persen oleh produksi karet Jambi, produksi CPO Jambi, produksi kelapa dalam Jambi, produksi kopi Jambi, dan PDRB subsektor perkebunan Jambi pada tahun sebelumnya. Dampak dari peningkatan areal karet Jambi sebesar 6 persen menyebabkan peningkatan produktivitas karet sebesar 0.6294 persen dan peningkatan produksi karet Jambi sebesar 6.9122 persen. Peningkatan produksi karet Jambi diikuti oleh peningkatan ekspor karet Jambi sebesar 2.3784 persen dan peningkatan ekspor karet Indonesia, ceteris paribus, sebesar 0.2108 persen. Peningkatan areal karet yang berdampak pada peningkatan produksi karet, akan menyebabkan penurunan harga karet Jambi sebesar 0.0051 persen, ceteris paribus. Kemudian, akibat peningkatan areal karet Jambi sebesar 6 persen, dan diikuti oleh peningkatan produksi karet, maka PDRB subsektor perkebunan jambi pun mengalami peningkatan sebesar 0.9535 persen. Peningkatan areal kelapa sawit Jambi sebesar 6 persen akan mengakibatkan peningkatan produksi CPO Jambi sebesar 6.0044 persen. Peningkatan produksi CPO akan mengakibatkan ekspor cpo Jambi meningkat sebesar 1.8238 persen dan peningkatan terhadap ekspor CPO Indonesia sebesar 0.0103 persen, ceteris paribus. Akibat peningkatan areal kelapa sawit yang ikut menyebabkan peningkatan produksi CPO di Jambi, maka akan terjadi penurunan terhadap harga CPO Jambi sebesar 0.0009 persen. Kemudian, peningkatan areal kelapa sawit v

vi Jambi akan menyebabkan penurunan terhadap areal kelapa dalam Jambi, sebagai komoditas saingan dalam penggunaan lahan, sebesar 1.0868 persen. Penurunan areal kelapa dalam ini, akan mengakibatkan penurunan terhadap produktivitas kelapa dalam sebesar 0.1147 persen, dan penurunan produksi kelapa dalam Jambi sebesar 0.9898 persen. Peningkatan areal kelapa sawit Jambi akan mengakibatkan peningkatan terhadap PDRB subsektor perkebunan sebesar 0.6714 persen. Peningkatan areal kelapa dalam sebesar 6 persen akan mengakibatkan kepada peningkatan produksi Kelapa Dalam Jambi sebesar 5.5137 persen. Namun peningkatan areal Kelapa Dalam jambi akan menyebabkan penurunan terhadap PDRB subsektor perekonomian Jambi sebesar 0.1503 persen. Hal ini dapat menjadi masukkan bagi pemerintah Jambi untuk meninjau ulang kembali tentang penambahan luas areal kelapa dalam Jambi, karena areal kelapa dalam Jambi bisa dialihkan pada komoditas lainnya yaitu kelapa sawit dan karet yang memang menjadi dua komoditas andalan (core bussiness) di propinsi Jambi. Peningkatan areal kopi Jambi sebesar 6 persen akan berdampak pada peningkatan produktivitas kopi sebesar 0.4602 persen dan peningkatan produksi kopi Jambi sebesar 4.8941 persen. Perubahan produksi kopi Jambi akibat peningkatan areal kopi, akan menyebabkan peningkatan eskpor kopi Jambi sebesar 0.0027 persen. Peningkatan produksi kopi akibat peningkatan areal kopi Jambi juga akan mengakibatkan peningkatan PDRB subsektor perkebunan Jambi sebesar 0.0007 persen. Kata Kunci: Model Ekonometrika, Komoditas Perkebunan, Provinsi Jambi

vii Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

viii DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI RIZKI GEMALA BUSYRA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

ix Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Lukytawati Anggraeni, MSi. Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Wakil PS.EPN: Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

x Judul Tesis Nama Mahasiswa Nomor Pokok Mayor : Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi : Rizki Gemala Busyra : H353090031 : Ilmu Ekonomi Pertanian Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing, Muhammad Firdaus, SP, M.Si, Ph.D Ketua Prof.Dr.Ir.Wilson Halomoan Limbong, MS Anggota Mengetahui, 2. Koordinator Mayor 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr Tanggal Ujian Tesis : 27 Maret 2012 Tanggal Lulus :

xi KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditas perkebunan di provinsi Jambi dan melihat dampak pengembangan tersebut terhadap perekonomian provinsi Jambi. Penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Muhammad Firdaus, SP, Msi, Ph.D dan Prof. Dr. Ir. Wilson Halomoan Limbong, MS., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, yang telah mengarahkan dan memberikan masukan dalam proses penelitian dan pelaksanaan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Sri Hartoyo selaku Koordinator Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan proses pembelajaran selama penulis kuliah di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian. 2. Dr. Ir. Lukytawati Anggraeni, MSi selaku Penguji Luar Komisi dan Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS, selaku Penguji yang Mewakili Program Studi Ekonomi Pertanian, yang telah memberikan masukan bagi perbaikan tesis ini. 3. Dr. Ir. Sumaryanto, MSi, sebagai peneliti pada Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan selama penulis melakukan penelitian. 4. Suami tercinta Rifyal Fajri, ST dan ananda tersayang Azzam Mujahid El Radhi, yang selama ini dengan penuh pengertian dan kesabaran, memberikan

xii cinta dan kasih sayang yang tulus serta selalu mendo akan, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. 5. Kedua Orang Tua (Ir. Busyra. BS, MSi dan Ir. Nur Asni, MS) dan kedua Mertua (H. Ir. Masri Masba dan Hj. Deldiar, SPd) yang selama ini telah memberikan dukungan semangat, materi, do a dan kasih sayang kepada penulis untuk menyelesaikan tesis, juga saudara-saudariku tercinta (Rani, Furqan, Dilla, Aqilla, Fauzan, Faisal dan Mutia) atas dukungan semangat dan do a untuk penulis. 6. Seluruh staf kependidikan di Program Studi EPN (Mba Rubi, Mba Yani, Bu Kokom dan Pak Husein) yang senantiasa sabar dan membantu penulis selama perkuliahan sampai akhir penulis menyelesaikan studi. 7. Teman-teman seperjuangan EPN 2009, Bu Mutmainna, Wahyuningsih, Mas Azis, Pak Yudi, Pak Jonny, Elfiana, Marlina, Fitri, Santi, Mba Tuti, Nia, Pak Micha, Indra, Bang Bismar, Mas Cahyono, Adit, yang selalu setia memberikan dukungan, masukan dan sarannya. 8. Pihak-pihak lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu namun telah banyak memberikan saran dan informasi selama penulisan tesis ini. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan di Jambi. Semoga Allah SWT menerima karya ini sebagai amal kebaikan dan tanda syukur penulis. Amin. Bogor, April 2012 Rizki Gemala Busyra

xiii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Padang pada tanggal 25 Juni 1983 dari ayah Ir. Busyra, BS, MSi dan ibu Ir. Nur Asni, MS. Penulis merupakan putri pertama dari lima bersaudara. Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Padang dan pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Universitas Andalas melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasional. Penulis memilih program studi Agribisnis, jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang master pada Program Magister Sains di Program Studi Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 dengan mendapat sponsor beasiswa BPPS. Sejak tahun 2006, penulis diangkat sebagai sebagai dosen tetap program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Batanghari. Penulis menikah pada tahun 2008 dengan Rifyal Fajri, ST, dan alhamdulillah telah dikaruniai seorang putra yang bernama Azzam Mujahid El Radhi yang insyaallah pada tanggal 17 April 2012 genap berusia tiga tahun.

xv DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xix xxi xxiii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian... 8 1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA... 11 2.1. Kajian Pengembangan Komoditas Perkebunan... 11 2.2. Kajian Model Komoditas Perkebunan... 13 2.3. Rangkuman... 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN... 23 3.1. Kerangka Teori... 23 3.1.1. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi... 23 3.1.2. Teori Penawaran dan Produksi... 24 3.1.3. Konsep Fungsi Produksi... 26 3.1.4. Penawaran Ekspor... 28 3.1.5. Keterkaitan Harga... 31 3.1.6. Model Bedakala... 31 3.1.7. Pendapatan Domestik Regional Bruto Subsektor Perkebunan Jambi... 32 3.2. Kerangka Operasional... 33 IV. METODE PENELITIAN... 37 4.1. Jenis, Sumber dan Pengolahan Data... 37 4.2. Spesifikasi Model... 37

xvi 4.2.1. Karet Jambi... 39 4.2.2. Kelapa Sawit Jambi... 42 4.2.3. Kelapa Dalam Jambi... 45 4.2.4. Kopi Jambi... 48 4.2.5. Produk Domestik Regional Bruto Subsektor Perkebunan Jambi... 50 4.3. Identifikasi Model... 51 4.4. Metode Pendugaan Model... 52 4.5. Validasi Model... 53 4.6. Simulasi Model... 54 V. GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN JAMBI... 57 5.1. Luas Areal dan Produksi... 58 5.2. Ekspor Komoditas Perkebunan... 61 5.3. Kebijakan Revitalisasi Perkebunan... 63 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 67 6.1. Gambaran Umum Hasil Estimasi Model... 67 6.2. Pembahasan Model Estimasi... 69 6.2.1. Karet Jambi... 69 6.2.2. Kelapa Sawit Jambi... 77 6.2.3. Kelapa Dalam Jambi... 85 6.2.4. Kopi Jambi... 93 6.2.5. Produk Domestik Regional Bruto Subsektor Perkebunan Jambi... 99 VII. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PENGEMBANG -AN KOMODITAS PERKEBUNAN... 101 7.1. Evaluasi Daya Prediksi Model... 101 7.2. Dampak Kebijakan Pengembangan Komoditas Perkebun -an Terhadap Perekonomian Propinsi Jambi... 101 7.2.1. Peningkatan Areal Karet Jambi... 101 7.2.2. Peningkatan Areal Kelapa Sawit Jambi... 103 7.2.3. Peningkatan Areal Kelapa Dalam Jambi... 105

xvii 7.2.4. Peningkatan Areal Kopi Jambi... 107 7.2.5. Peningkatan Areal Karet, Kelapa Sawit, Kelapa Dalam dan Kopi Jambi... 109 7.2.6. Peningkatan Areal Karet, Kelapa Sawit dan Kopi Jambi... 110 7.3. Dampak Kebijakan Ekonomi Pada Subsektor Perkebunan Terhadap Perekonomian Propinsi Jambi... 112 7.3.1. Peningkatan Pajak Ekspor Crude Palm Oil... 113 7.3.2. Penurunan Suku Bunga Bank... 114 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 119 8.1. Kesimpulan... 119 8.2. Saran Kebijakan... 120 8.3. Saran Penelitian Lanjutan... 120 DAFTAR PUSTAKA... 123 LAMPIRAN... 127

xviii

xix DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kontribusi Sub sektor Perkebunan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi, Tahun 2006-2009... 2 2. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian dan Kehutanan di Propinsi Jambi atas Dasar Harga Konstan, Tahun 2006-2009 Tahun Dasar 2000... 3 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Perkebunan Jambi, Tahun 2005-2009... 4 4. Perkembangan Jumlah Petani yang Bekerja Pada Sektor Perkebunan Jambi, Tahun 2005-2009... 5 5. Jenis Pengusahaan Perkebunan Provinsi Jambi... 58 6. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Komoditi Perkebunan Provinsi Jambi... 59 7. Perkembangan Luas Areal Tanaman Karet, Kelapa Sawit, Kelapa Dalam dan Kopi di Provinsi Jambi, Tahun 2001-2009... 60 8. Perkembangan Produksi Komoditas Karet, Kelapa Sawit, Kelapa Dalam dan Kopi Provinsi Jambi, Tahun 2001-2009... 61 9. Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Karet, Crude Palm Oil, Kelapa Dalam, dan Kopi Provinsi Jambi, Tahun 2001-2009. 62 10. Hasil Estimasi Persamaan Areal Karet Jambi.... 70 11. Hasil Estimasi Persamaan Produktivitas Karet Jambi.... 72 12. Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Karet Jambi.... 74 13. Hasil Estimasi Persamaan Harga Karet Jambi.... 76 14. Hasil Estimasi Persamaan Areal Kelapa Sawit Jambi.... 78 15. Hasil Estimasi Persamaan Produktivitas Crude Palm Oil Jambi.. 80 16. Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Crude Palm Oil Jambi.... 82 17. Hasil Estimasi Persamaan Harga Crude Palm Oil Jambi.... 84

xx 18. Hasil Estimasi Persamaan Areal Kelapa Dalam Jambi..... 86 19. Hasil Estimasi Persamaan Produktivitas Kelapa Dalam Jambi.... 88 20. Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Kelapa Dalam Jambi..... 90 21. Hasil Estimasi Persamaan Harga Kelapa Dalam Jambi..... 91 22. Hasil Estimasi Persamaan Areal Kopi Jambi..... 94 23. Hasil Estimasi Persamaan Produktivitas Kopi Jambi..... 95 24. Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Kopi Jambi..... 97 25. Hasil Estimasi Persamaan Harga Kopi Jambi..... 99 26. Hasil Estimasi Persamaan Produk Domestik Regional Bruto Subsektor Perkebunan Jambi..... 100 27. Dampak Peningkatan Areal Karet Jambi sebesar 6 persen terhadap Perekonomian Propinsi Jambi..... 102 28. Dampak Peningkatan Areal Kelapa Sawit Jambi sebesar 6 persen terhadap komoditas lainnya dan Perekonomian Propinsi Jambi.. 104 29. Dampak Peningkatan Areal Kelapa Dalam Jambi sebesar 6 persen terhadap Perekonomian Propinsi Jambi..... 106 30. Dampak Peningkatan Areal Kopi Jambi sebesar 6 persen terhadap Perekonomian Propinsi Jambi..... 108 31. Dampak Peningkatan Areal Karet, Kelapa Sawit, Kelapa Dalam dan Kopi masing-masingnya sebesar 6 persen Terhadap Perekonomian Propinsi Jambi..... 109 32. Dampak Peningkatan Areal Karet, Kelapa Sawit, dan Kopi Masing-masingnya sebesar 6 persen Terhadap Perekonomian Propinsi Jambi..... 111 33. Dampak Peningkatan Pajak Ekspor Crude Palm Oil sebesar 25 persen terhadap Perekonomian Propinsi Jambi..... 113 34. Dampak Penurunan Suku Bunga Bank sebesar 5 persen terhadap Perekonomian Propinsi Jambi... 115

xxi DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Penurunan Kurva Penawaran Ekspor... 29 2. Skema Kerangka Pemikiran... 35

xxii

xxiii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Skema Model Simultan Dampak Kebijakan Pengembangan Komoditas Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi... 129 2. Data Dasar Model Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan terhadap Perekonomian Jambi... 131 3. Program Estimasi Persamaan Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan terhadap Perekonomian Jambi... 157 4. Hasil Estimasi Persamaan Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan terhadap Perekonomian Jambi... 161 5. Program Validasi Persamaan Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan terhadap Perekonomian Jambi... 179 6. Hasil Validasi Model Persamaan Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan terhadap Perekonomian Jambi... 183 7. Program Simulasi Historis Persamaan Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan terhadap Perekonomian Jambi... 185 8. Hasil Simulasi Historis Peningkatan Areal Karet Jambi Sebesar 6 persen... 213 9. Hasil Simulasi Historis Peningkatan Areal Kelapa Sawit Jambi Sebesar 6 persen... 215 10. Hasil Simulasi Historis Peningkatan Areal Kelapa Dalam Jambi Sebesar 6 Persen... 217 11. Hasil Simulasi Historis Peningkatan Areal Kopi Jambi Sebesar 6 Persen... 219 12. Hasil Simulasi Historis Peningkatan Areal Karet, Kelapa Sawit, Kelapa Dalam, dan Kopi Jambi masing-masingnya sebesar 6 persen... 221 13. Hasil Simulasi Historis Peningkatan Areal Karet, Kelapa Sawit dan Kopi Jambi masing-masingnya Sebesar 6 Persen... 223

xxiv 14. Hasil Simulasi Historis Peningkatan Pajak Ekspor Crude Palm Oil Sebesar 25 persen... 225 15. Hasil Simulasi Historis Penurunan Suku Bunga Bank Sebesar 5 persen... 227

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi sentra perkebunan yang ada di Indonesia. Lebih dari 22 persen dari jumlah penduduk Jambi bergantung hidup pada komoditas perkebunan. Komoditas unggulan perkebunan di Provinsi Jambi adalah karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam, dan kopi, serta cassiavera dan pinang yang baru-baru ini dikembangkan. Perkebunan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor andalan yang menjadi penopang keberlanjutan pembangunan di Provinsi Jambi. Hal ini terbukti dengan terus bertambahnya luas areal perkebunan dan semakin membaiknya harga komoditas perkebunan terutama karet (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2010). Pembangunan sub sektor Perkebunan tetap memegang peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian daerah. Peran strategis perkebunan tersebut diwujudkan melalui kontribusi yang nyata melalui penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan, energi alternatif, penyerapan tenaga kerja, sumber pendapatan daerah, sumber devisa (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2010), serta pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan (Indyah, 2004). Pada tahun 2009, sektor pertanian di Provinsi Jambi telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 30.72 persen dengan laju pertumbuhan 5.1 persen, dari laju pertumbuhan tersebut subsektor perkebunan telah memberikan kontribusi mencapai 14.55 persen seperti yang terlihat pada Tabel 1 atau urutan pertama dari sektor pertanian seperti yang terlihat pada Tabel 2 (Badan Pusat Statistik Jambi, 2010). Fakta ini

2 mengindikasikan bahwa subsektor perkebunan memainkan peran yang strategis dan merupakan salah satu andalan perekonomian Provinsi Jambi. Selain itu, pada tahun 2010 tercatat bahwa dari komoditas unggulan yang terdapat di Provinsi Jambi mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani dan pengusaha kurang lebih sebesar Rp.19 Trilyun (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2010). Pada Tabel 1 dapat dilihat, bahwa pada tahun 2006 kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDRB provinsi Jambi adalah sebesar 14.88 persen, pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan menjadi 14.51 dan 14.36 persen, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 14.55 persen. Tabel 1. Kontribusi Sub Sektor Perkebunan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi, Tahun 2006-2009 Tahun 2006 2007 2008 2009 PDRB Sub sektor Perkebunan (Rp) PDRB Provinsi Jambi (Rp) Kontribusi Sub sektor Perkebunan dalam PDRB Provinsi Jambi (%). 1 989 267.29 2 072 372.66 2 197 097.04 2 368 323.13 13 363 620.73 14 275 161.35 15 297 770.57 16 274 907.72 14.88 14.51 14.36 14.55 Sumber: BPS Jambi, 2010. Selanjutnya pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa PDRB dari sub sektor perkebunan menempati urutan teratas dari seluruh sektor pertanian dan kehutanan. Hal ini memperlihatkan bahwa subsektor perkebunan memegang peranan penting bagi perekonomian provinsi Jambi. Pada Tabel 2, walaupun subsektor perkebunan menempati urutan teratas dalam PDRB sektor pertanian, akan tetapi rata-rata perubahan PDRB dari subsektor perkebunan hanya sebesar 6 persen, masih berada dibawah rata-rata perubahan subsektor perikanan.

3 Tabel 2.Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian dan Kehutanan di Provinsi Jambi atas Dasar Harga Konstan, Tahun 2006 2009 Tahun Dasar 2000 (Rp Juta) Tahun Tanaman Bahan Makanan Jumlah PDRB Menurut Subsektor Perkebunan Peternakan & Hasilnya Rata- Rata Perkem 5.89 6.00 3.69-0.76 13.57 5.65 bangan (%) Sumber: BPS Jambi, 2010. Peran strategis lain dari subsektor perkebunan adalah sumbangannya terhadap penerimaan devisa Provinsi Jambi, ini dapat terlihat dari volume ekspor dari komoditas perkebunan. Pada tahun 2009 tercatat volume ekspor Jambi dari komoditas perkebunan sebanyak 383 785 ton dengan nilai US$ 419 336 370 seperti yang terlihat pada Tabel 3. Dari total volume ekspor tersebut 181 416 ton (47.27 persen) berasal dari karet dan 160 135 ton (41.72 persen) berasal dari CPO (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2010). Kehutanan Perikanan Total 2006 1 553 056 1 989 267 292 621 270 595 138 073 4 243 612 2007 1 618 933 2 072 373 299 188 274 831 172 124 4 437 449 2008 1 731 837 2 197 097 306 363 270 900 184 999 4 691 196 2009 1 843 834 2 368 323 326 042 264 386 200 856 5 003 441 Tabel 3 memperlihatkan, pada tahun 2006 terjadi penurunan volume ekspor komoditas perkebunan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan kembali. Berbeda dengan nilai ekspor yang didapat, walaupun pada tahun 2006 terjadi penurunan volume ekspor, tetapi nilai ekspornya pada tahun yang sama tetap mengalami peningkatan. Nilai ekspor mengalami penurunan pada tahun 2009. Perubahan volume ekspor menunjukkan trend yang meningkat walaupun

4 pada tahun 2008 terjadi penurunan perubahan volume ekspor dari tahun sebelumnya. Tabel 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Perkebunan Jambi, Tahun 2005-2009 Tahun Volume (Ton) Perubahan Volume Ekspor (%) Nilai (US $) Perubahan Nilai (%) 2005 219 259 403-202 608 847-2006 168 272 722-23.25 237 431 598 17.19 2007 221 197 901 31.45 398 749 961 67.94 2008 243 833 922 10.23 547 291 066 37.25 2009 383 784 976 57.40 419 336 370-23.28 Rata-rata Perkembangan 247 269 785 18.96 361 083 568 24.75 Sumber: Disbun Jambi, 2010 (diolah). Rata-rata perkembangan volume ekspor adalah sebesar 18.96 persen. Persentase perubahan nilai ekspor menunjukkan trend yang menurun, walaupun pada tahun 2006 perubahan nilai ekspor mengalami peningkatan. Rata-rata perkembangan nilai ekspor adalah sebesar 24.75 persen. Peranan selanjutnya dari subsektor perkebunan terhadap perekonomian provinsi Jambi adalah sebagai penyerap tenaga kerja. Pada Tabel 4 dapat dilihat, bahwa jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani pada sektor pertanian terus meningkat dari tahun 2005-2009. Namun persentase perubahan jumlah petani memiliki trend yang menurun, walaupun pada tahun 2007 persentase perubahan jumlah petani mengalami peningkatan. Rata-rata perkembangan jumlah petani yang bekerja pada subsektor perkebunan adalah sebesar 3.98 persen.

5 Tabel 4. Perkembangan Jumlah Petani yang Bekerja pada Sektor Perkebunan Jambi, Tahun 2005-2009 Tahun Jumlah Petani (orang) Perubahan Jumlah Petani (%) Jumlah Penduduk Provinsi Jambi (orang) Perubahan Jumlah Penduduk Provinsi Jambi (%) 2005 530 065-2 657 536-2006 548 889 3.55 2 683 099 0.96 2007 580 209 5.71 2 742 192 2.20 2008 599 912 3.40 2 788 269 1.68 2009 619 615 3.28 2 834 164 1.65 Rata-rata Perkembangan 575 738 3.98 2 741 052 1.62 Sumber: BPS Jambi, 2010 (diolah). Mengingat pentingnya peranan komoditas perkebunan terhadap perekonomian provinsi Jambi, maka sangat relevan apabila secara terus menerus dilakukan kajian kajian untuk mengetahui dampak kebijakan pengembangan komoditas perkebunan terhadap perekonomian daerah Jambi. Hal ini dikaitkan dengan peranan penting subsektor perkebunan dalam penyediaan lapangan kerja, dan upaya peningkatan penerimaan devisa daerah dari ekspor komoditas perkebunan. 1.2. Perumusan Masalah Peran penting dari subsektor perkebunan menyebabkan strategi dan kebijakan pembangunan provinsi Jambi diarahkan pada pemanfaatan lahan untuk subsektor perkebunan, sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jambi Tahun 2006-2010 yaitu pembangunan dalam bidang pertanian menjadi salah satu prioritas, termasuk sub sektor perkebunan (Disbun Jambi, 2010).

6 Dalam Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2006-2010 telah ditetapkan suatu kondisi yang ingin dicapai secara bertahap hingga tahun 2010 terhadap pengembangan 4 komoditas unggulan, yang mencakup aspek produksi, produktivitas, sarana dan prasarana perkebunan serta pengolahan dan pemasaran hasil. Secara umum Kondisi yang diinginkan kedepan dari komoditas unggulan di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut (Disbun Jambi,2006): 1. Karet Untuk komoditas karet, luas areal pada tahun 2010 ditargetkan mencapai 640 549 ha, dengan areal produktif sekitar 451 409 ha dan proyeksi produksi sekitar 279 500 ton. Kondisi lain yang diinginkan adalah semakin sadarnya masyarakat terhadap manfaat penggunaan bibit unggul karet. Disamping itu terjadi peningkatan mutu Bahan Olah Karet (BOKAR) produksi petani, dan sistim pemasaran langsung kepada prosessor. 2. Kelapa Sawit Untuk komoditas kelapa sawit, target luas areal pada tahun 2010 mencapai 588 441 ha dengan luas areal produktif sekitar 441 031 ha. Proyeksi produksi 2 854 103 ton Tandan Buah Segar (TBS), dengan produktivitas 4 800 kg Crude Palm Oil (CPO)/ha/thn pada tahun 2010, dan kesadaran masyarakat terhadap manfaat penggunaan bibit unggul kelapa sawit semakin tinggi. 3. Kelapa Untuk komoditas kelapa, proyeksi luas areal hingga 2010 adalah 126 808 ha dengan areal produktif seluas 98 365 ha. Perkiraan produksi sekitar 138 670 ton, dengan produktivitas per ha/thn berkisar 1 500 kg.

7 4. Kopi Pada komoditas kopi, proyeksi luas areal hingga tahun 2010 adalah 25 423 ha dengan produksi 12 935 ton dan produktivitas/ha/thn berkisar 600 kg. Disamping itu dari aspek pengolahan diharapkan telah dilakukan penanganan pasca panen sehingga terjadi peningkatan kualitas produk. Ranstra Dinas Perkebunan Provinsi Jambi ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pertanian No.33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan. Program Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran akhir. Untuk provinsi Jambi Revitalisasi perkebunan dilakukan terhadap empat komoditas unggulan yaitu karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam dan kopi. Kegiatan Revitalisasi perkebunan yang dilakukan yaitu penambahan luas areal pada keempat komoditi unggulan, yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas serta volume ekspor komoditas tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka timbul pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan luas areal, produksi, produktivitas, harga dan volume ekspor komoditas unggulan perkebunan provinsi Jambi? 2. Apakah pengembangan komoditas unggulan perkebunan dapat meningkatkan perekonomian provinsi Jambi?

8 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi luas areal, produksi, produktivitas, harga dan volume ekspor komoditas perkebunan provinsi Jambi. 2. Menganalisis dampak pengembangan komoditas perkebunan unggulan terhadap perekonomian provinsi Jambi. 1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji dampak pengembangan komoditas perkebunan terhadap perekonomian daerah Jambi, yang terkait dengan perubahan luas areal. Komoditas unggulan yang menjadi objek penelitian adalah komoditas karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam, dan kopi yang merupakan komoditas unggulan di Provinsi Jambi. Pada penelitian ini perkebunan yang diteliti adalah perkebunan rakyat, mengingat hampir 80 persen perkebunan di provinsi Jambi adalah perkebunan rakyat, dan upaya revitalisasi perkebunan di Jambi diperuntukkan bagi perkebunan rakyat. Harga yang dipakai adalah harga jual ditingkat petani. Data yang digunakan adalah data tahunan komoditas karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam, dan kopi pada sembilan kabupaten yang ada di provinsi Jambi yang disusun sebagai pooled data, mulai tahun 2000 sampai tahun 2009.

9 Keterbatasan dari penelitian ini yaitu harga pupuk yang digunakan adalah harga agregat. Untuk negara tujuan ekspor tidak dibedakan menurut negara tujuan ekspornya. Serta tidak dibedakan bentuk dan kualitas dari komoditas unggulan yang diproduksi dan diekspor. Komoditas kelapa sawit yang diekspor adalah dalam bentuk CPO.

10

11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pengembangan Komoditas Perkebunan Penelitian terdahulu mengenai dampak kebijakan pengembangan terhadap berbagai komoditas (lebih dari satu komoditas) terhadap perekonomian suatu wilayah, masih sangat terbatas. Penelitian yang telah dilakukan, umumnya hanya menekankan pada pengembangan satu komoditas perkebunan tertentu saja. Namun demikian, diantara berbagai penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa diantaranya yang relevan untuk dijadikan acuan dalam penelitian ini. Salah satu penelitian yang merupakan penelitian pengembangan komoditas perkebunan, khususnya pada komoditas kakao dilakukan oleh Baktiawan (2008). Penelitian ini menganalisis faktor penentu kinerja pengusahaan kebun kakao rakyat dan keterkaitannya dengan pembangunan wilayah di Lampung Timur. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Spatial Durbin Models. Dari analisis permodelan variabel kinerja pengusahaan perkebunan kakao rakyat, ditemukan bahwa peningkatan produktivitas dan luas kebun kakao ditentukan oleh ada tidaknya penyuluhan, ketersediaan sarana dan prasarana pertanian, poduktivitas dan luas kebun daerah yang berdekatan, dan interaksi keberadaan kelompok tani dan penyuluh. Kinerja pengusahaan perkebunan kakao rakyat belum memiliki keterkaitan dengan kinerja pembangunan daerah di Lampung Timur. Hal ini diperkirakan terjadi karena luasan kebun kakao masih belum terlalu luas sehingga belum dapat menggambarkan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Disamping itu, belum adanya industri pengolahan yang berkembang membuat biji kakao dijual keluar daerah dalam bentuk bahan mentah. Akibatnya

12 perkebunan kakao rakyat belum memiliki nilai tambah bagi pembangunan daerah, khususnya masyarakat di sekitar kebun. Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (1999) yang berjudul dampak pengembangan komoditas kelapa sawit terhadap perekonomian wilayah provinsi Kalimantan Barat menggunakan pendekatan analisis Input Output. Penelitian ini menganalisis keterkaitan antar sektor komoditas kelapa sawit dengan beberapa sektor lainnya, menganalisa efek pengganda (multiplier effect) terutama dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja terhadap perekonomian daerah serta juga menganalisis struktur nilai tambah (value added) bagi perekonomian wilayah provinsi Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian masih memegang peranan penting terhadap pembentukan PDRB provinsi Kalimantan Barat. Nilai pengganda output dari sektor kelapa sawit cukup tinggi yang berimplikasi bahwa bila terjadi perubahan permintaan akhir terhadap output sektor ini maka akan menyebabkan peningkatan terhadap output sektor ini lebih tinggi. Sebaliknya bila nilai pengganda pendapatan cukup rendah dan ini berimplikasi bahwa bila terjadi perubahan permintaan akhir terhadap output sektor ini maka pengaruhnya terhadap pendapatan tenaga kerja masih rendah. Demikian pula halnya dengan angka pengganda tenaga kerja yang cukup rendah yang juga menunjukkan implikasi bahwa bila terjadi perubahan permintaan akhir terhadap sektor ini maka daya serap terhadap tenaga kerja juga masih rendah. Yunus (1997) melakukan penelitian tentang Analisis dampak pengembangan komoditas perkebunan terhadap perekonomian wilayah di provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan

13 komoditas perkebunan rakyat mengenai keragaan usaha, keragaan finansial dan lembaga pemasarannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis tabel Input-Output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian dalam arti luas terhadap pembentukan struktur output dan nilai tambah bruto masih dominan dalam perekonomian wilayah, dimana sektor perkebunan mampu memberikan kontribusi dalam pembentukan output dan nilai tambah bruto kedua terbesar setelah sektor tanaman pangan. Sedangkan kontribusi terhadap ekspor menunjukkan bahwa sektor perkebunan sangat tinggi peranannya, yaitu sekitar 31.1 persen dari keseluruhan sektor perekonomian di Sulawesi Tenggara. Dampak Subsektor perkebunan, khususnya perkebunan kakao, jambu mete dan kelapa yang dikelola oleh rakyat (PR) maupun oleh swasta/negara (PBS/PBN) terhadap perekonomian wilayah relatif rendah apabila dilihat dari sisi multipliernya dan keterkaitannya terhadap output dan pendapatan tenaga kerja wilayah. Namun kajian mengenai dampak dalam hal ketenagakerjaan ketiga komoditas perkebunan tersebut dapat dikategorikan sebagai sektor pemimpin (leading sector) dalam menyediakan kesempatan kerja dan atau menyerap tenaga kerja di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara. 2.2. Kajian Model Komoditas Perkebunan Penelitian yang membangun model untuk beberapa komoditas perkebunan masih sangat terbatas, namun demikian masih terdapat penelitian yang masih relevan untuk dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Limbong (1994) tentang keragaan karet alam Indonesia ditinjau dari jenis pengusahaan dan wilayah produksi. Dalam penelitian ini, beberapa spesifikasi model dapat dijadikan

14 rujukan dalam membangun model komoditas karet. Dalam penelitiannya Limbong membagi jenis pengusahaan karet menjadi tiga bagian yaitu perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan negara serta membangun lima persamaan untuk masing-masing jenis pengusahaan yang terdiri dari empat persamaan struktural dan satu persamaan identitas. Persamaan tersebut terdiri dari persamaan luas areal, produktivitas, produksi, ekspor Karet, dan harga karet. Menurut Limbong persamaan luas areal karet perkebunan rakyat merupakan fungsi dari harga karet di pasar domestik, harga pupuk, upah tenaga kerja, tingkat suku bunga nominal, dan kebijakan pengembangan areal Perkebunan Inti Rakyat. Sedangkan untuk perubahan luas areal tanam karet dengan pola perkebunan besar swasta dan negara untuk semua wilayah analisis diduga merupakan fungsi dari harga karet alam di pasar New York, harga pupuk, upah tenaga kerja, tingkat suku bunga nominal dan kebijakan pengembangan areal perkebunan. Selanjutnya untuk tingkat produktivitas tanaman perkebunan karet rakyat, perkebunan besar swasta maupun perkebunan negara diduga merupakan fungsi dari harga karet alam di pasar dalam negeri maupun harga di pasar luar negeri, jumlah hari hujan, tingkat suku bunga uang, areal tanam karet serta trend waktu. Kemudian untuk persamaan produksi pada perkebunan rakyat, swasta, dan negara merupakan perkalian antara produktivitas dan luas areal produktif. Pada persamaan ekspor karet Indonesia, diduga merupakan fungsi dari harga karet di pasar New York, nilai tukar mata uang rupiah terhadap US $, produksi total karet alam Indonesia, jumlah impor karet alam dunia, tingkat pendapatan negara pengimpor, pajak ekspor dan harga karet sintetis. Untuk persamaan harga karet domestik di duga dipengaruhi oleh harga karet

15 internasional, produksi karet alam Indonesia, stok karet alam Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap US $, dan faktor waktu. Sedangkan harga karet di pasar internasional di duga dipengaruhi oleh impor karet alam dunia, ekspor karet alam Indonesia, ekspor negara lain di luar Indonesia, stok karet alam dunia, dan faktor waktu. Dari hasil penelitian Limbong menunjukkan bahwa peubah yang berpengaruh terhadap areal tanam dan produktivitas tanaman karet pada umumnya berbeda menurut jenis pengusahaan dan wilayah produksi. Areal tanam dan produktivitas tanaman karet pada umumnya tidak responsif terhadap harga karet alam di pasar domestik dan di pasar internasional, upah tenaga kerja, harga pupuk dan suku bunga untuk semua jenis pengusahaan di semua wilayah produksi untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan areal tanam perkebunan swasta di wilayah Kalimantan responsif terhadap peubah upah tenaga kerja untuk jangka panjang. Selanjutnya dari hasil penelitian Limbong didapatkan bahwa peubah yang berpengaruh terhadap ekspor karet alam Indonesia adalah nilai tukar, GNP Jepang, dan impor karet alam dunia. Ekspor karet alam Indonesia hanya responsif terhadap peubah GNP Jepang dan impor karet alam dunia untuk jangka pendek, dan tidak responsif dalam jangka panjang. Peubah yang berpengaruh terhadap harga karet alam di pasar domestik adalah nilai tukar, dan harga karet beda kala di pasar domestik. Harga karet di pasar domestik untuk jangka panjang responsif terhadap perubahan stok karet alam Indonesia. Sedangkan peubah yang berpengaruh terhadap harga karet alam di pasar internasional adalah impor karet alam dunia, trend waktu, stok karet alam dunia, dan harga karet alam beda kala di

16 pasar internasional. Harga karet alam internasional responsif terhadap perubahan stok karet alam dunia untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya kebijakan nilai tukar, suku bunga, harga pupuk, upah tenaga kerja, atau kebijakan pembatasan ekspor karet alam memberikan dampak yang berbeda terhadap areal tanaman, produktivitas, produksi, volume ekspor, dan harga karet di pasar domestik maupun di pasar internasional. Kebijakan devaluasi efektif untuk meningkatkan harga karet alam di pasar domestik dan meningkatkan volume ekspor karet alam Indonesia. Kebijakan pembatasan ekspor karet alam oleh Indonesia, Malaysia dan Thailand secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama tidak efektif untuk meningkatkan harga karet alam di pasar internasional. Sedangkan kebijakan peningkatan stok karet alam dunia efektif meningkatkan harga karet alam di pasar internasional. Penelitian lainnya, dilakukan oleh Aris (2003) tentang analisis pengembangan agribisnis kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir. Peubah penjelas yang dimasukkan dalam persamaan respon luas areal adalah harga riel kopra, harga riel tandan buah segar sawit, upah riel tenaga kerja, peubah bedakala dan dummy otonomi daerah. Hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial hanya parameter peubah bedakala luas areal dan dummy otonomi daerah yang nyata, sedangkan parameter lainnya tidak nyata terhadap luas areal. Persamaan produktivitas peubah penjelas yang dimasukkan adalah harga riel kopra, harga riel tandan buah segar sawit, upah riel tenaga kerja, tingkat suku bunga investasi, peubah bedakala dan dummy kebijakan pemerintah dibidang perkebunan kelapa. Hasilnya menunjukkan bahwa produktivitas tanaman kelapa respon terhadap harga kopra, harga sawit, upah riel tenaga kerja dan dummy

17 program pemerintah, namun tidak respon terhadap peubah suku bunga investasi dan bedakala luas areal. Tetapi secara keseluruhan penawaran kelapa di Indragiri Hilir, luas areal lebih responsif dibandingkan dengan produktivitas terhadap perubahan harga kopra dan tingkat upah dalam jangka panjang, namun dalam jangka pendek produktivitas lebih tinggi dan responsif dibandingkan luas areal. Elastisitas penawaran terhadap harga kopra dan upah tenaga kerja dalam jangka panjang lebih besar dibandingkan elastisitas jangka pendek, hal ini disebabkan koefisien penyesuaian bernilai relatif kecil. Selanjutnya menurut Aris, dalam kajian kelayakan usaha dan kebijakan perkelapaan bahwa secara finansial kinerja usahatani kelapa rakyat di Indragiri Hilir sudah tidak layak untuk diusahakan. Namun secara ekonomi usahatani kelapa rakyat di wilayah tersebut masih layak untuk dikembangkan, yang ditunjukkan dengan nilai B/C ratio lebih besar dari satu, NPV yang positif dan IRR yang jauh lebih besar dari suku bunga bank. Untuk analisis kebijakan kelapa rakyat di Indragiri Hilir dengan menggunakan analisis PAM, memperlihatkan bahwa usahatani kelapa rakyat mempunyai keunggulan baik secara kompetitif maupun secara komparatif dengan menggunakan kriteria Rasio Biaya Privat (PCR) dan Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) yang diperoleh lebih kecil dari satu. Penelitian lain yaitu membangun model ekonomi minyak sawit domestik, telah dilakukan oleh Susila et al., (1995). Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Penelitian ini mengelompokkan ekonomi domestik minyak sawit kedalam blok areal,

18 penawaran, permintaan, perdagangan, stok, harga, ekonomi makro, dan dampak kebijakan. Seperti penelitian lainnya, beberapa spesifikasi model pada penelitian ini dapat dijadikan acuan. Areal tanam kelapa sawit pada perkebunan negara merupakan fungsi dari variabel harga riel minyak sawit dunia, suku bunga tahun lalu, dan perubahan teknologi. Sedangkan luas areal perkebunan kelapa sawit swasta merupakan fungsi dari variabel harga minyak sawit dunia satu sampai tiga tahun lalu. Produksi minyak sawit diduga sebagai fungsi dari variabel produksi tahun lalu dan variabel harga minyak sawit dunia empat tahun lalu. Sedangkan ekspor merupakan fungsi dari variabel ekspor dan nilai tukar tahun lalu. Di sisi lain, impor dipengaruhi oleh variabel impor dan permintaan domestik minyak sawit tahun lalu. Pada integrasi pasar, harga domestik minyak sawit diduga sebagai fungsi dari harga dunia, variabel harga domestik tahun lalu, dan perubahan teknologi. Spesifikasi lain yang penting menyangkut jumlah hari orang kerja dan tenaga kerja, serta nilai tambah. Jumlah hari orang kerja per tahun didefinisikan sebagai hasil perkalian produksi total dan indeks tenaga kerja untuk produk sampai CPO. Jumlah tenaga kerja sampai dengan CPO didefinisikan sebagai rasio antara jumlah hari orang kerja terhadap jumlah hari kerja dalam setahun. Sedangkan nilai tambah CPO didefinisikan sebagai hasil perkalian antara rasio nilai produksi terhadap marjin transportasi perdagangan dengan indeks nilai tambah bruto.

19 Penelitian lainnya mengenai model komoditas, dilakukan oleh Lifianthi (1999). Pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan model ekonometrika persamaan simultan. Dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam perumusan model untuk komoditas kopi. Spesifikasi model terdiri dari areal, produktivitas, produksi, ekspor kopi dan keterkaitan harga. Dalam model Lifianthi membagi daerah di Sumatera Selatan menjadi tiga daerah penghasil utama yaitu Kaupaten Lahat, OKU dan Muara Enim. Pada persamaan areal Lifianthi menduga dipengaruhi oleh variabel harga riil kopi di tingkat petani, upah riil tenaga kerja diperkebunan kopi, harga pupuk, tingkat suku bunga, trend waktu, dan peubah beda kala luas areal. Untuk persamaan produktivitas diduga merupakan fungsi dari harga riil kopi di tingkat petani, harga pupuk, luas areal kopi, tingkat curah hujan, trend waktu, dan produktivitas pada tahun sebelumnya. Persamaan produksi kopi merupakan hasil dari perkalian areal dengan tingkat produktivitasnya. Selanjutnya untuk persamaan ekspor kopi Sumatera Selatan diduga dipengaruhi oleh harga kopi FOB Sumatera Selatan, nilai tukar rupiah terhadap US $, produksi kopi, penetapan kuota ekspor kopi, penerapan kebijakan mutu ekspor kopi, pajak ekspor dan ekspor kopi pada tahun sebelumnya. Kemudian pada persamaan keterkaitan harga diduga dipengaruhi oleh harga kopi dunia, nilai tukar rupiah terhadap US $, trend waktu, dan harga kopi pada tahun sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan Lifianthi menunjukkan bahwa areal, produktivitas dan produksi di Lahat, OKU dan Muara Enim tidak responsif terhadap harga kopi, harga pupuk maupun upah tenaga kerja, tetapi produktivitas lebih responsif daripada areal produksi terhadap perubahan harga kopi di tingkat

20 petani. Volume ekspor kopi Sumatera Selatan lebih responsif terhadap perubahan produksi kopi dibandingkan terhadap perubahan harga ekspor kopi. Hal ini mencerminkan cukup tingginya tingkat ketergantungan ekspor terhadap arus produksi kopi domestik dengan jumlah stok yang rendah dan karakteristik produksi kopi sebagai tanaman tahunan yang tidak dapat disesuaikan dengan cepat ketika terjadi perubahan harga. Harga kopi di tingkat petani tidak fleksibel terhadap perubahan harga ekspor kopi, namun harga ekspor kopi fleksibel terhadap perubahan harga kopi. Hal ini mengindikasikan pengaruh pasar kopi dunia cukup kuat terhadap perilaku ekspor kopi Sumatera Selatan. Sementara harga kopi dunia sangat elastis terhadap perubahan volume ekspor dan impor kopi dunia, sehingga wajar apabila pergerakan harga kopi dunia tersebut cenderung berfluktuasi. 2.3. Rangkuman Berbagai peneitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan subsektor perkebunan menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pada penelitian mengenai pengembangan komoditas perkebunan, pada umumnya penelitian menggunakan metode analisis tabel input output. 2. Pada model komoditas terdapat berbagai pendapat tentang variabel yang diduga mempengaruhi spesifikasi model yang meliputi persamaan luas areal, produktivitas, produksi, volume ekspor dan keterkaitan harga. 3. Model persamaan yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu model persamaan tunggal dan simultan.