II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PENGARUH PAKAN BUATAN TERHADAP KINERJA HASIL REPRODUKSI INDUK KERAPU TIKUS Cromileptes altivelis ANDY LARRY DOMICUS SIMANJUNTAK C

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan kerapu macan di pasaran internasional dikenal dengan nama flower

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi, Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

Uji Organoleptik Ikan Mujair

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

3.KUALITAS TELUR IKAN

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

TINJAUAN PUSTAKA Prospek Budidaya Ikan Kerapu Macan di Indonesia. mengakibatkan harga jual ikan kerapu macan juga masih mahal.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan badut yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis ikan badut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. berupa potensi hayati maupun non hayati. Sumberdaya kelautan tersebut dapat

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. empat genus anggota famili Serranidae yaitu Epinephelus, Variola, Plectropomus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Taksonomi Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus)

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan morfologi ikan Kerapu Tikus Menurut Randall (1987), sistematika kerapu tikus adalah: Filum Sub Filum Kelas Subkelas Ordo Subordo Famili Genus Spesies : Chordata : Vertebrata : Osteichtyes : Actinopterigi : Percomorphi : Percoidea : Serranidae : Cromileptes : Cromileptes altivelis Deskripsi yang dilakukan oleh Randall (1987), kerapu tikus mempunyai sirip dorsal X, 17-19; sirip anal III, 10; Pectoral 17-18; sirip garis lateral 53-55; sisik berbentuk sikloid; bagian dorsal meninggi membentuk concave (cembung); tebal tubuh 2,6-3,0 inchi SL; tidak mempunyai gigi canine; lobang hidung besar berbentuk bulan sabit dan sirip caudal membulat. Panjang maksimum kerapu tikus mencapai 70 cm. Lubang hidungnya besar berbentuk bulan sabit vertikal. Kulitnya berwarna terang abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hitam di seluruh kepala, badan, dan sirip. 2.2 Penyebaran dan habitat Daerah penyebaran kerapu tikus dimulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, kerapu tikus banyak ditemukan di perairan pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Buru, dan Ambon. Salah satu indikatornya adalah perairan karang yang cukup luas di Indonesia (Akbar, 2001).

Dalam siklus hidupnya kerapu tikus muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0.5-3.0 m, selanjutnya menginjak masa dewasa berupaya ke perairan yang lebih dalam antara 7-40 m, biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan senja hari. Telur dan larva kerapu bersifat pelagis sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal (Tampubolon dan Mulyadi, 1989). Kondisi lingkungan yang optimal untuk media hidup ikan kerapu, yaitu pada Suhu 24-31 0 C, salinitas 30-33 ppt, DO 3,5 ppm dan ph antara 7-8. Menurut Nybakken (1988), perairan dengan kondisi tersebut pada umumnya merupakan daerah perairan terumbu karang. 2.3 Siklus Reproduksi Ikan kerapu tikus bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berkelamin betina dan akan berubah menjadi jantan apabila ikan tersebut tumbuh menjadi lebih besar atau bertambah tua umurnya. Perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu sangat erat hubungannya dengan aktifitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran (Akbar, 2001). Berdasarkan pengamatan mikroskopis dapat diketahui bahwa telur kerapu tikus berbentuk bulat tanpa kerutan, cenderung bergerombol pada kondisi tanpa aerasi. Kuning telurnya tersebar merata, transparan dengan diameter sekitar 850 mikron dan tidak mempunyai rongga di dalam telur (Akbar, 2001). Panjang larva yang baru menetas 2,068 mm. Larva ini membawa kantong telur dengan panjang 0,766 mm yang di dalamnya terdapat gelembung minyak dengan diameter 0,181 mm. Mata belum berpigmen, sedangkan mulut dan anus belum terbuka (Akbar, 2001). Periode perkembangan larva kerapu bebek sampai pada tahap metamorfosis penuh membutuhkan waktu 35-40 hari. Sampai pada hari ketiga setelah menetas, larva akan memperoleh nutrisi secara endogenous feeding, yaitu mengabsorpsi kuning telur yang dibawanya. Selanjutnya akan mendapatkan makanan yang diperoleh dari luar atau dari lingkungannya. Larva kerapu bebek mampu memangsa rotifer sebagai pakan pertama (Sudjiharno, 2004).

2.4 Kebiasaan Makan Ikan kerapu merupakan ikan yang dapat bertahan hidup pada rentang salinitas dari 15-45 ppt. Ikan kerapu juga dapat bertahan hidup pada pencucian dengan air tawar selama 19 menit. Suhu optimal media pemeliharaannya adalah 22-28 o C. Jika suhu turun sampai 15 o C, maka ikan tidak mau makan (Sudjiharno, 2004). Ikan kerapu adalah ikan euryphagus, terlihat lebih menyukai golongan Crustacea dan makan makanan hidup seperti ikan dan organisme hidup. Ikan kerapu tikus mempunyai kebiasaan makan yang khusus. Ikan ini dapat dilatih untuk mengetahui kapan akan makan. Jika merasakan atau mendengar suara ketukan di bak pemeliharaannya pada saat mau memberikan ikan rucah, ikan kerapu tikus akan berkumpul di tepi bak. Seperti di habitat alaminya, kebiasaan ikan kerapu tikus yaitu menunggu mangsanya. Bila mangsa telah terlihat dari jauh, ikan kerapu akan menangkap dan menelannya kemudian segera kembali ketempat persembunyiannya semula. Ikan kerapu memakan 1 sampai 3 potong ikan rucah kemudian menjauh. Akan tetapi ikan kerapu kurang menyukai pakan yang sudah jatuh di dasar bak atau jaring meskipun ikan tersebut lapar. Biasanya ikan kerapu akan diam di dasar dan tidak akan menyergap pakan yang diberikan apabila ikan sudah kenyang. 2.5 Pelet Pelet merupakan jenis pakan buatan (artificial feed) yang dibentuk dari beberapa bahan baku dan mempunyai kadar air 6-10%. Pelet yang cocok untuk pakan ikan kerapu adalah yang mempunyai karakteristik tenggelam secara perlahan (slow sinking). Hal ini dikarenakan ikan kerapu tidak akan memakan pakan yang telah jatuh kedasar jaring (Royes dan Chapman, 2002). Menurut Royes dan Chapman (2002), pelet yang baik memiliki beberapa karakteristik yaitu mempunyai kandungan nutrisi yang seimbang, mempunyai water stability yang tinggi serta mempunyai ukuran dan tekstur yang sesuai dengan kebutuhan ikan yang dipelihara. Protein merupakan unsur nutrien yang penting bagi ikan. Fungsi protein adalah untuk memperbaiki jaringan, untuk pertumbuhan dari jaringan baru, metabolisme untuk energi, untuk pertumbuhan dan juga reproduksi. Protein terbentuk dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Unsur utama penyusun

protein adalah nitrogen yang persentasenya mencapai 15-18%. Pada umumnya protein juga mengandung sulfur, fosfor, dan besi (Khairuman, 2002). Kebutuhan protein untuk ikan sangat bervariasi, yang dipengaruhi oleh spesies, ukuran, umur ikan dan juga temperatur. Kebutuhan protein ikan karnivor lebih besar dibandingkan dengan ikan herbivor dan ikan omnivor (Craig, 2002). Ikan kerapu tikus merupakan salah satu ikan karnivor yang memiliki kebutuhan protein yang sangat tinggi, yaitu sekitar 54,2% (Giri, 1999). Lemak adalah senyawa organik kompleks yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter, chlorofom, dan benzena. Lemak merupakan nama umum yang meliputi unsur sterol, waxes, ester dan lain-lain. Lemak dapat memberikan 2,25 kali lebih banyak energi daripada karbohidrat jika mengalami metabolisme karena lemak mengandung hidrogen lebih tinggi daripada oksigen (Bambang, 2001). Lemak mengandung asam lemak yang diklasifikasikan sebagai asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ditandai dengan adanya ikatan rangkap (PUFA). Asam lemak tak jenuh mempunyai titik lebur yang lebih rendah karena semakin banyak jumlah ikatan rangkapnya, semakin rendah titik leburnya. Sedangkan asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap atau mempunyai rantai karbon pendek (Poedjiadi. A, 1994). Lemak memiliki kandungan energi yang paling besar bila dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Lemak dalam pakan ikan berfungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial, fosfolifid, dan pengantar pada proses penyerapan vitamin A, D, E, dan K yang terlarut di dalamnya. Lemak mengandung asam-asam lemak esensial yang sangat diperlukan oleh tubuh, yaitu asam lemak linoleat, asam lemak linolenat dan asam lemak arachidonat (Dwi, 2000). Karbohidrat adalah zat organik yang mengandung zat karbon, hidrogen dan oksigen dalam perbandingan yang berbeda-beda. Karbohidrat merupakan zat organik yang mewakili 50% - 75% dari jumlah bahan kering dalam makanan ikan, yang secara umum terdapat pada bahan makanan biji-bijian (Bambang, 2001). Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi dalam pakan ikan yang dapat ditemukan dalam bentuk serat kasar, gelatin, pati, maupun bahan-bahan

ekstrak tanpa nitrogen. Zat pati ini dapat diperoleh dari jagung, dedak halus, gandum, maupun tepung terigu. Karbohidrat dalam bentuk serat kasar berfungsi untuk membantu proses pencernaan. Namun kandungan serat kasar dalam pakan dianjurkan tidak lebih dari 21%, karena apabila terlalu tinggi atau banyak dapat mengganggu daya cerna dan daya serap dalam sistem pencernaan ikan. Giri (1999) menyatakan bahwa kebutuhan karbohidrat pada ikan kerapu 10-14%. Unsur lainnya yang juga dibutuhkan dalam pakan ikan kerapu adalah vitamin dan mineral. Mineral berfungsi dalam pembentukan tulang, gigi, sisik, pembentukan hemoglobin dan juga dalam osmoregulasi (Khairuman dan Amri, 2002). Sedangkan vitamin dikenal sebagai senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, akan tetapi sangat penting untuk perbaikan, pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ikan. Vitamin dibedakan menjadi vitamin yang larut dalam lemak yaitu: vitamin A, D, E, dan K. Sedangkan vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan vitamin C. Salah satu vitamin yang paling penting adalah vitamin C. Vitamin C sangat penting untuk ketahanan tubuh karena vitamin C digunakan untuk memproduksi katekholamin yang digunakan untuk mengatasi stres, sehingga ikan dapat mempertahankan tubuh dari goncangan fisiologis (Mazeaud dan Mazeaud, 1981). Menurut Subyakto (2000), kebutuhan vitamin C pada ikan kerapu tikus adalah 25 mg vitamin C dalam bentuk L- Ascorbyl-2-Phospate-Mg (APM)/Kg pakan. 2.6 Asam Lemak Sifat lemak ditentukan oleh susunan asam lemaknya. Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam lemak hanya terdapat pada lemak, tapi merupakan zat antara dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Poedjiadi. A, 1994). Asam lemak digolongkan dalam asam lemak jenuh (tidak memiliki ikatan rangkap) dan asam lemak tidak jenuh (memiliki satu atau lebih ikatan rangkap). Asam lemak tidak jenuh antara lain linolenik, linoleik dan arakhidonik yang diperlukan untuk makanan ikan yang sempurna. Asam lemak jenuh antara lain laurat, miristat dan palmitat. Sebagian asam lemak berasal dari metabolisme

lemak akan bergabung dengan empedu yang dikeluarkan oleh hati dan disimpan dalam kantong empedu (Poedjiadi, 1994). 2.7 Kualitas Air Kualitas air yang baik merupakan salah satu faktor penunjang di dalam keberhasilan suatu usaha budidaya ikan kerapu tikus. Dilihat dari segi kualitas, sumber air laut harus jernih dan bersih secara visual. Akan tetapi kejernihan suatu perairan belum tentu memberikan jaminan kualitas air yang cocok untuk media pemeliharaan induk. Untuk mengetahui kualitas suatu perairan, maka perlu dilakukan pemeriksaan parameter kimia (DO, ph, Salinitas), parameter biologi, dan juga parameter fisika (Warna, Bau, Kecerahan, Suhu, dll). a. Oksigen Terlarut (DO) Konsentrasi dan ketersediaan oksigen terlarut di dalam suatu perairan sangat dibutuhkan oleh ikan dan organisme lainnya untuk hidup. Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan konversi pakan serta dapat mengurangi daya dukung perairan. Nilai DO suatu perairan yang baik untuk budidaya kerapu tikus adalah lebih besar dari 6 ppm (Akbar, 2001). b. ph Derajat keasaman (ph) dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan kondisi suatu perairan. Kondisi ph netral sampai sedikit basa sangat ideal bagi kehidupan ikan air laut. Suatu perairan yang ber-ph rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau pergerakan ikan menjadi lemah, ikan lebih mudah terinfeksi penyakit serta diikuti dengan tingginya tingkat kematian (Akbar, 2001). c. Salinitas Salinitas merupakan faktor penting bagi kehidupan metabolisme ikan. Apabila ikan kerapu hidup pada salinitas yang tidak sesuai dengan kebutuhannya, secara fisiologis fungsi organ osmoregulasi ikan akan terganggu. Ikan dewasa yang sudah matang gonad dan memijah membutuhkan salinitas 30-35 ppt (Sudjiharno, 2004).

d. Amoniak Amoniak berasal dari perombakan bahan organik yang berupa kotoran ikan dan sisa-sisa pakan. Kandungan amoniak yang lebih dari 1 ppm dapat mengakibatkan ikan kerapu tidak selera makan, mudah terserang penyakit dan mati mendadak. Tingginya kadar amoniak biasanya diikuti naiknya kadar nitrit, dimana nitrit adalah hasil dari reaksi oksidasi amoniak oleh nitrosomonas. Tingginya kadar nitrit terjadi akibat lambatnya perubahan dari nitrit ke nitrat oleh bakteri nitrobakter (Sudjiharno, 2004).