BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Sistem Informasi Implementasi sistem informasi pada suatu perusahaan membutuhkan biaya besar dan memiliki nilai keberhasilan yang relatif kecil. Tetapi hal ini dilakukan karena beberapa alasan seperti tekanan untuk memotong biaya, tekanan untuk menghasilkan tanpa meningkatkan biaya, untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa agar sejalan dengan bisnis (Legris, Ingham, & Collerete, 2001). Hevner, March, & Park (2004) menyatakan bahwa sistem informasi diimplementasikan ke dalam suatu organisasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam perusahaan tersebut. Dengan sistem informasi maka akan tersedia banyak sumber daya yang menjadi kekuatan internet sebagai media komunikasiinformasi, yaitu email, World Wide Web (WWW/Web), Telnet, Gopher dan sebagainya. Pada perkembangan terkini, web tidak hanya digunakan untuk mengakses halaman web (web page) saja, namun digunakan sebagai sistem informasi yang terkoneksi dengan database yang sifatnya pembelajaran. Banyak perusahaan saat ini mencoba meningkatkan pemasaran mereka dengan menggunakan internet. Perusahaan menggunakan internet untuk periklanan dan meningkatkan gambaran perusahaannya (Kiang, Raghu, & Shang, 2000). Menurut Kiang, Raghu, & Shang (2000) ada tiga alasan kenapa suatu perusahaan tidak menjual produk atau jasa secara langsung kepada konsumen yaitu (1) kekurangan sumber daya uang untuk melakukan penjualan secara langsung, (2) pengurangan ketidakefektifan biaya (contohnya penjualan permen 6
atau barang dengan harga rendah lainnya), (3) untuk fokus pada core bisnis dari perusahaan. 2.1.1. E-Learning Universitas mempelajari kelebihan dari perkembangan teknologi agar dapat terus berkompetisi. Salah satunya dengan menerapkan e-learning dalam metode pengajarannya. Tavangarian, Leypod, Nolting, Roser & Voigt (2004) menyatakan bahwa e-learning adalah semua bentuk media elektronik yang mendukung pembelajaran dan pengajaran, yang prosedural dalam karakter dan bertujuan untuk mempengaruhi konstruksi pengetahuan berkenaan dengan individu, praktik pengalaman dan pengetahuan dari peserta didik. Informasi dan sistem komunikasi, baik jaringan atau tidak, menjadi media tertentu untuk melaksanakan proses pembelajaran. Namun perkembangan ini tidak luput dari berbagai rintangan dan halangan serta berbagai masalah yang harus sesegera mungkin ditangani. Berbagai masalah tersebut umumnya berkaitan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam e-learning, yaitu insitusi pendidikan, tenaga pengajar, pelaku bisnis, dan tentunya pelajar itu sendiri (Dick, Case, Ruhlman, Van, & Winston, 2006). 2.1.2. Dampak E-Learning Menurut Huynh, Umesh, & Valacich (2003) dengan munculnya e- learning berdampak besar pada dunia pendidikan. Pihak-pihak yang paling berperan utama dalam dunia pendidikan pun tidak luput dari dampak e-learning tersebut. Perlu diperhatikan bahwa e-learning tidak hanya mengenai dunia 7
pendidikan dalam lingkungan akademis, tetapi juga mencakup dunia pendidikan dalam lingkungan bisnis, seperti misalnya pelatihan yang diadakan suatu perusahaan kepada para karyawannya. Para pelajar merasakan sensasi belajar yang benar-benar berbeda dibandingkan kelas konvensional. Akses mereka terhadap informasi juga meningkat dengan drastis. Selain itu, para pelajar juga dapat memilih sendiri cara belajar yang dirasa paling cocok dengan kepribadian mereka ketika mengikuti kelas e-learning (Huynh, Umesh, & Valacich, 2003). Para pendidik merasakan dampak dari penggunaan e-learning terhadap metode pengajaran yang digunakan. Mereka perlu melakukan adaptasi dalam cara pengajaran yang disampaikan yang tentunya berbeda dengan metode konvensional. Selain itu juga diperlukan keahlian dalam menyediakan materi pembelajaran yang menarik untuk digunakan melalui sistem e-learning dan menggunakan fitur-fitur yang disediakan pada sistem e-learning dengan optimal dan efisien (Huynh, Umesh, & Valacich, 2003). Institusi pendidikan juga merasakan dampak dari penggunaan e-learning, khususnya dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan seperti yang terlihat pada Gambar 1. Institusi juga bertanggung jawab untuk mengadakan pelatihan kepada para tenaga pengajarnya dan menyediakan teknologi atau media yang menjadi landasan dari sistem e-learning yang digunakan. 8
Gambar 1 Asumsi Umum Biaya Antara E-Learning dan Kelas Tradisional (Kelas Tunggal) Sumber : Huynh, M. Q., Umesh, U. N., & Valacich, J. S. (2003). E-learning as an Emerging Enterpreneurial Enterprise in Universities and Firms. CAIS, 12, 48-68. 2.1.3. Pembiayaan E-Learning Segi pembiayaan adalah salah satu perhatian utama bagi pihak yang ingin menggunakan sistem e-learning, baik pihak bisnis perusahaan, pihak institusi pendidikan, maupun pihak pemakai. Perlu diketahui bahwa ternyata dalam pembiayaan sistem e-learning, dana yang harus dikeluarkan tidak sedikit (Dick, Case, Ruhlman, Van, & Winston, 2006). Menurut Shroff, Vogel, Coombes, & Lee (2007) jika dibandingkan dengan kelas konvensional, biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan e-learning ternyata lebih besar karena infrastruktur yang dibutuhkan untuk kelangsungan e- 9
learning juga menuntut investasi yang besar. Perbedaan biaya ini bisa terjadi karena memang dunia pendidikan e-learning sangat jauh berbeda dengan dunia pendidikan konvensional, sehingga keahlian dan infrastruktur yang dibutuhkan jauh berbeda. Infrastruktur ini bukan hanya terdiri dari infrastruktur teknologi, tetapi juga mencakup infrastruktur non-teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung jalannya e-learning, seperti misalnya biaya penyediaan materi, biaya pemasaran dan juga biaya sumber daya manusia yang dibutuhkan. Biaya-biaya ini tentunya akan semakin besar seiring dengan kualitas yang ingin dicapai melalui e-learning (Shroff, Vogel, Coombes, & Lee, 2007). Menurut Dick, Case, Ruhlman, Van, & Winston (2006) bahwa dengan adanya masalah biaya ini menyebabkan beberapa institusi pendidikan yang memiliki keterbatasan finansial memilih untuk bekerja sama dengan institusi pendidikan lain atau perusahaan penyedia layanan pengembangan sistem e- learning untuk menyelenggarakan e-learning. Tetapi perusahaan yang memiliki cukup dana dapat mengembangkan sendiri sistem e-learning yang digunakannya. 2.2. Technology Acceptance Model (TAM) Beberapa model dibangun untuk menganalisis dan memahami faktorfaktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, di antaranya yang tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang teknologi informasi adalah seperti Theory of Reasoned Action (TRA) oleh Fishbein & Ajzen (1975), Theory of Planned Behaviour (TPB) oleh Ajzen (1991), dan Technology Acceptance Model (TAM). Analisis TAM yang dikembangkan 10
oleh Fred D. Davis (1989) merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian TI karena model analisis ini lebih sederhana dan mudah diterapkan (Iqbararia, Zinatelli, Cragg, & Cavaye 1997). Analisis TAM diadopsi dari model TRA, yaitu teori tindakan beralasan yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Menurut Gefen & Straub (2000) bahwa reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi. Menurut Davis (1989), tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer. Berikut ini adalah model penelitian yang diajukan oleh Davis (1989) 11
Gambar 2 Technology Acceptance Model (TAM) Sumber : Davis, Fred D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly, 13 (3), 319-340. Davis (1989) menyatakan bahwa analisis TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship). Tujuan model analisis ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensidimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna. Model analisis ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu : 1. kemudahan penggunaan (ease of use) 2. kemanfaatan (usefulness) Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna. Kesimpulannya adalah analisis TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam kemanfaatan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh 12
kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use) (Iqbararia, Zinatelli, Cragg, & Cavaye 1997). 2.2.1. Penggunaan Model Analisis TAM dalam Penelitian Model analisis TAM telah banyak digunakan untuk berbagai jenis pelitian untuk mengukur tingkat penerimaan dari suatu teknologi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1 Penggunaan Model Analisis TAM Pengarang Judul Keterangan Sung Park, Marita A. O Brien, Kelly E. Caine, Wendy A. Rogers, Arthur D. Fisk, Koert Van Ittersum (2006) Acceptance of Computer Techonology : Understanding the User and the Organizational Characteristics Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengatur informasi ini untuk digunakan dalam proses desain teknologi komputer dengan mengidentifikasi karakteristik pengguna dan organisasi yang mempengaruhi Anthony R. Hendrickson, Patti D. Massey, Timothy Paul Cronan (1993) Qingxiong Ma (2004) Albert L. Lederer, Donna J. Maupin, Mark P. Sena, Youlong Zhuang (1998) On the Test-Retest Reliability of Perceived Usefulness and Perceived Ease of Use Scales The Technology Acceptance Model : A Meta-Analysis of Empirical Findings The Role of Ease of Use, Usefulness and Attitude In The Prediction of World Wide Web Usage penerimaan teknologi komputer Penelitian ini memeriksa reliabilitas uji-tes ulang dari persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan penggunaan menggunakan skala, menggunakan dua paket software, menambahkan bukti lebih lanjut mengenai reliabilitas dari skala ini Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana literatur yang ada mencerminkan substansi dan kumulatif validitas dari TAM. Menyatukan temuan yang ada pada TAM dengan melakukan meta-analisis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji TAM dengan web sebagai aplikasi pengguna. Dengan demikian, bisa mengidentifikasi fitur Web yang mungkin berkontribusi terhadap kemudahan penggunaan dan 13
Albert L. Lederer, Donna J. Maupin, Mark P. Sena, Youlong Zhuang (2000) David Gefen, Detmar Straub (2000) Hans van der Heijden (2004) Hans van der Heijden (2000) Ji-Won Moon, Young-Gul Kim (2000) The Technology Acceptance Model and the World Wide Web The Relative Importance of Perceived Ease of Use in IS Adoption: A Study of E- Commerce Adoption User Aceptance of Hedonic Information Systems Using the Technology Acceptance Model to Predict Website Usage: Extensions and Empirical Test Extending the TAM for a World-Wide- Web context kegunaan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan hal bisa mengidentifikasi fitur Web yang mungkin berkontribusi terhadap kemudahan penggunaan dan kegunaan. Dengan demikian dapat memberikan implikasi tentang kemudahan penggunaan dan bermanfaat bagi para pengembang Web dan manajer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengusulkan suatu penjelasan teoritis berbagai efek dari adopsi PEOU pada TI dengan membedakan antara tugas-tugas yang intrinsik dan tugas-tugas yang ekstrinsik ke TI. Penelitian ini mempelajari perbedaan dalam model penerimaan pengguna untuk orientasi produktivitas dan orientasi kesenangan dari sistem informasi Makalah ini membahas prediksi penggunaan website dan mempertimbangkan kontribusi dan keterbatasan perluasan model TAM untuk peneliti SI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk perluasan dari Technology Acceptance Model (TAM) dalam konteks WWW. Penelitian ini juga menilai pengaruh perbedaan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik individu motivasi pada perilaku penerimaannya. 14
2.2.2. Konstruk Penelitian Penelitian ini menggunakan 5 (lima) konstruk yang telah dimodifikasi dari model penelitian TAM yang telah dikemukakan oleh Davis yaitu: Persepsi tentang kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use), persepsi terhadap kemanfaatan (Perceived Usefulness), sikap penggunaan (Attitude Toward Using), perilaku untuk tetap menggunakan (Behavioral Intention To Use), dan kondisi nyata penggunaan sistem (Actual System Usage). 1. Perceived Ease of Use (PEOU) Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan (Davis,1989). Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi: a) Komputer sangat mudah dipelajari b) Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna c) Komputer sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan pengguna d) Komputer sangat mudah untuk dioperasikan 2. Perceived Usefulness (PU) Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya (Davis, 1989). Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi: 15
a) Kegunaan, meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktivitas b) Efektivitas, meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan 3. Attitude Toward Using (ATU) Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis, 1989). Moon & Kim (2000) menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang (cognitive), afektif (affective), dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components). 4. Behavioral Intention to Use (ITU) Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginanan menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain (Davis, 1989). Malhotra & Galletta (1999) menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui Actual Usage. 16
5. Actual System Usage (ASU) Actual System Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi (Davis, 1989). Seseorang akan puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan (Venkatesh & Davis, 1996). 2.3. Structural Equation Model (SEM) Structural Equation Modelling (SEM) adalah sekumpulan teknik-teknik analisis statistika yang mengkombinasikan beberapa aspek yang terdapat pada analisis jalur dan analisis faktor konfirmatori untuk mengestimasi beberapa persamaan secara simultan dan berjenjang (Ghozali, 2005). Hubungan simultan dan berjenjang yang dimaksud dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel dependen. Masing-masing variabel dependen dan independen dapat berbentuk faktor atau konstruk yang dibangun dari beberapa variabel indikator. SEM merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah, yaitu analisis faktor (Factor Analyst) yang dikembangkan pada bidang psikologi atau psikometri serta model persamaan simultan (Simultaneus Equation Modelling) yang dikembangkan pada bidang ekonometrika (Ghozali, 2005). SEM juga merupakan teknik statistik yang mampu menganalisis variabel laten, variabel indikator, dan kesalahan pengukuran secara langsung. SEM ini juga memiiki keunggulan dibandingkan dengan metode statistik multivarensi (Multivariate 17
Statistic) yang lain, karena dalam variabel laten dimasukan kesalahan pengukuran dalam model. Menurut Ghozali (2005) tahapan pemodelan dan SEM dibentuk dalam tujuh langkah, yaitu : pengembangan model secara teori, pengembangan diagram jalur (Path Diagram, konversi diagram jalur (Path Diagram) kedalam persamaan, pemilihan jenis input matriks dan estimasi model yang diusulkan, penilaian identifikasi model struktural, penilaian kriteria Goodness of fit dan interpretasi dan modifikasi model. Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. SEM membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari model structural dan model pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justifikasi teori (Blunch, 2008). SEM merupakan sekumpulan teknikteknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara stimulan. Dikemukakan oleh Blunch (2008), bahwa SEM merupakan jawaban yang layak untuk kombinasi antara analisis faktor dan analisis ragresi berganda karena pada saat peneliti mengidentifikasi dimensi-dimensi sebuah konsep atau konstruk, pada saat yang sama peneliti ingin mengukur pengaruh atau derajat antara faktor yang telah diidentifikasi dimensi-dimensinya itu. Menurut Blunch (2008) berikut ini adalah alasan digunakan analisis SEM dalam sebuah penelitian : 18
1. Model yang dianlisis bertingkat dan relatif rumit, sehingga akan sangat sulit diselesaikan dengan metode jalur analisis pada regresi linear. 2. Mampu menguji hipotesis-hipotesis yang rumit dan bertingkat secara serempak. 3. Kesalahan (error) pada masing-masin observasi tidak diabaikan akan tetapi tetap dianalisis, sehingga SEM lebih akurat untuk menganalisis data kuisioner yang melibatkan persepsi. 4. Mampu menganalisis model hubungan timbal balik (recursive) secara serempak, di mana model ini tidak dapat diselesaikan dengan analisis regresi linear secara serempak. 5. Peneliti dapat dengan mudah memodifikasi model dengan second order untuk memperbaiki model yang telah disususn agar lebih layak secara statistik. 19