KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

BAB IV Metodologi Penelitian

PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB IV METODE PENELITIAN. menghasilkan 165 grid. Seperti terlihat pada Gambar 4.1.

BEBAN EMISI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA YOGYAKARTA

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB V Hasil dan Pembahasan

ESTIMASI EMISI BERDASARKAN KECEPATAN KENDARAAN DI BEBERAPA RUAS JALAN KOTA SEMARANG

Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

GREEN TRANSPORTATION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

PANDUAN PENGISIAN INVENTARISASI EMISI ONLINE

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya Jawa Timur.

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

Sustainable Energy Research Centre, U. Transportasi Rendah Emisi

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi

PRAKTEK GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KOMUNITAS PENGGUNA SEPEDA, KRL, DAN TRANSJAKARTA DI METROPOLITAN JAKARTA TUGAS AKHIR

Evaluasi Perubahan Emisi Gas NO x dan SO 2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan Suramadu

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG RENDAH KARBON: PERBANDINGAN KASUS KOTA JAKARTA, YOGYAKARTA DAN SEMARANG

KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RENCANA KEGIATAN STRATEGIS PERHUBUNGAN DI BIDANG ENERGI

Tugas Akhir. Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo. Dimas Fikry Syah Putra NRP

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANCAMAN GLOBALISASI. Ali Hanapiah Muhi Juli, komunikasi. Revolusi informasi mengarahkan kita ke dalam milenium ketiga

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. data tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Tabel Jumlah Kendaraan Bermotor. Tahun Sepeda Mobil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EFEK PENGGUNAAN BIODIESEL TERHADAP EMISI PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI JAKARTA

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma

APA ITU GLOBAL WARMING???

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

I. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

Transkripsi:

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi DDDT SDA & LH) Rezha Irfaddien, ST (Staf Sub Bidang Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi DDDT SDA & LH) A. Pendahuluan Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Pencemaran udara khususnya yang terjadi di kota-kota besar sumber utamanya adalah aktivitas transportasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JICA (1997), sektor transportasi diperkirakan menyumbangkan 70% pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor mengeluarkan gas karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida (SO2), dan hidrokarbon (HC) sehingga menyumbang 1/3 dari total gas pencemar udara (Kuncoro Sejati, 2011). Peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca mendorong terjadinya pemanasan global. Karbondioksida dan metana adalah 2 (dua) zat utama penyebab efek rumah kaca. Efek rumah kaca yang dihasilkan oleh metana lebih kuat daripada karbondioksida. Gas CO2 bertahan di atmosfer selama 50-200 tahun, N2O selama 114-120 tahun, CH4 dan pengganti CFC selama 12 tahun. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang terangkum dalam Fourt Assessment Report (AR4) 2007 menyebutkan bahwa akselerasi emisi CO2 sejak tahun 2000 mengalami kenaikan lebih dari 3% per tahun atau lebih dari 2 ppm per tahun (Kuncoro Sejati, 2011). Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan transportasi yang sedang dilakukan oleh pemerintah harus didasarkan atas prinsip pengembangan yang berkelanjutan (sustainability), yaitu melihat jauh ke depan, berdasarkan perencanaan jangka panjang yang komprehensif dan berwawasan lingkungan. Secara umum sektor transportasi dapat dikelompokkan menjadi 3 moda, yaitu transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Berdasar prakiraan kebutuhan energi, subsektor transportasi darat merupakan sub-sektor yang paling besar menggunakan energi yaitu mencapai 90% dari kebutuhan sektor transportasi. Transportasi darat yang paling besar menggunakan bahan bakar adalah kendaraan bermotor. Oleh karena itu transportasi darat merupakan sub-sektor yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan efisiensi penggunaan energi untuk jangka panjang. Secara umum, berdasarkan data BPS pembangunan infrastruktur jalan di wilayah Kalimantan megalami tingkat pertumbuhan 0,22% per tahun berdasarkan data 2010-2015. Hal ini tentunya seiring dengan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang mengalami pertumbuhan rata-rata 2,05%. Hal ini tentunya akan berdapak terhadap tingkat emisi CO2 secara keseluruhan di wilayah Kalimantan. Untuk itu, telaahan ini bertujuan untuk menghitung kontribusi tingkat emisi CO2 yang dihasilkan oleh sektor transportasi khususnya transportasi darat.

B. Bahan dan Metode Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari lembaga pemerintah terkait, antara lain ; Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Pertamina, dan BPS. Data yang dikumpulkan meliputi : 1. Data historis penggunaan energi di sektor transportasi; 2. Data kondisi sektor transportasi saat ini, seperti: moda transportasi, jumlah kendaraan bermotor, statistik transportasi darat, laut dan udara, dan penggunaan bahan bakar; Data lain yang penting adalah data koefisien emisi GRK yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Saat ini IPCC Guideline yang digunakan sebagai pegangan untuk perhitungan koefisien emisi adalah IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories tahun 2006. B.1 Ruang Lingkup Masalah Telaahan ini bertujuan untuk menghitung tingkat emisi CO2 yang dihasilkan oleh sektor transportasi di wilayah Kalimantan pada rentang waktu 2010 2015. Data yang digunakan berasal dari tingkat Provinsi yang meliputi antara lain Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Untuk provinsi Kalimantan Utara dikarenakan keterbatasan data maka dianggap masih tergabung dalam data provinsi Kalimantan Timur. Pada studi ini pengumpulan data dilakukan untuk jenis kendaraan Mobil Penumpang, Truk, Bus dan Sepeda Motor. Jenis kendaraan Mobil Penumpang dan Bus mewakili kontribusi dari sektor transportasi publik/umum, sedangkan jenis Sepeda Motor mewakili kontribusi dari sektor transportasi individual/pribadi dimana jenis kendaraan ini mengalami trend pertumbuhan yang cukup signifikan. Selain itu, dikarenakan keterbatasan data mengenai Jumlah Konsumsi BBM pada tingkat provinsi, studi ini akan menggunakan asumsi pemakaian BBM berdasarkan jenis kendaraan setiap harinya dengan melakukan survey di wilayah kota Balikpapan sebagai upaya untuk mendapatkan rata-rata konsumsi bahan bakar per jenis kendaraan mobil penumpang, bus, truk dan sepeda motor. Berdasarkan hasil survey tersebut, berikut rata-rata konsumsi bahan bakar per jenis kendaraan : Tabel 1. Hasil Survey Jumlah Konsumsi Bahan Bakar (liter/hari) Jenis Kendaraan Jenis Bahan Bakar Rata-Rata Jumlah Bahan Bakar (liter/hari) 1 Mobil Penumpang Bensin 16.36 2 Bus Solar 81.67 3 Truk Solar 69.40 4 Sepeda Motor Bensin 1.24 B.2 Model dan Skenario Dalam dokumen IPCC, terdapat 3 metode yang digunakan dalam memperkirakan emisi dari pembakaran bahan bakar fosil, antara lain metode Tier 1 dan Tier 2. Perhitungan dengan metode Tier 1

menggunakan data berdasarkan jumlah konsumsi bahan bakar yang digunakan pada tiap jenis kendaraan dikalikan dengan faktor emisi. Sedangkan pada metode Tier 2, menggunakan faktor emisi berbasis kilometer jalan kendaraan (vehicle kilometer traveled-vkt atau panjang perjalanan rerata kendaraan per tahun). Sehubungan dengan keterbatasan data untuk penghitungan emisi yang akan digunakan pada tingkat provinsi, maka metode yang digunakan dalam telaahan ini adalah pendekatan dengan Tier 1 yang merujuk pada dokumen IPCC (2006 IPCC Guidelines For National Greenhouse Inventories). B.2.1 Tier 1 Perhitungan emisi dengan Tier 1 berdasarkan pada konsumsi bahan bakar. Perhitungannya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (IPCC, 2006) : Dimana ; Fuel a = jumlah bahan bakar X energy content Emission = a (fuel a x EF a) Jumlah Bahan Bakar Energy content bensin Energy content solar Fuel a EF a Emission a = liter = 34,66 MJ/l = 36,68 MJ/l = Jumlah Bahan Bakar (TJ) = Faktor emisi CO 2 untuk tiap jenis bahan bakar (kg/tj) = Emisi CO 2 total (kg) = Jenis bahan bakar (bensin, solar, dll) B.2.2 Tier 2 Metode Tier 2 menggunakan faktor emisiberbasis kilometer jalan kendaraan (vehicle kilometer travelled-vkt atau panjang perjalanan rerata kendaraan per tahun). Untuk jaringan jalan utama, emisi diperlakukan sebagai sumber garis atau line source. VKT j,line = Σ Q ji. l i E cji = VKT ji. EF cj (100-C)/100 Dimana ; VKT j,line = VKT kategori kendaraan j pada ruas jalan i yang dihitung sebagai sumber garis (km/tahun) Q ji = volume kendaraan dalam kategori j pada ruas jalan i (kendaraan/tahun) l i= panjang ruas jalan i (km) E cji = emisi pencemar c untuk kendaraan kategori j pada ruas jalan i C = efisiensi peralatan pengendali emisi (%) C = 0, jika tidak terpasang peralatan pengendali

TINGKAT EMISI (KG) Data jumlah bahan bakar didapatkan dari keseluruhan jumlah bahan bakar yang ada di suatu Provinsi/Kabupaten/Kota berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Pertamina ataupun data survey lapangan. Sedangkan untuk faktor emisi CO2 untuk tiap jenis bahan bakar (kg/tj), didapatkan dari jurnal yang dikeluarkan berdasarkan IPCC Guidence 2006. Dengan Tier 1, faktor Faktor emisi mengacu pada faktor emisi internasional, seperti IPCC, CORINAIR dan US EPA. Berikut tabel faktor emisi yang diambil dari dokumen IPCC 2006 maupun dokumen lainnya : Tabel 2. Faktor Emisi Metode Tier 1 Pencemar Premium Solar Sumber TSP (g/kg) 2.2 1.52 NOx (g/kg) 6.64 14.91 CO (g/kg) 497.7 7.4 CORINAIR (2009) HC (g/mile) 0.184 0.29 US EPA (1995) CO2 (kg/tj) 69,300 74,100 CH4 (kg/tj) 33 3.9 IPCC (2006) N2O (kg/tj) 3.2 3 C. Penghitungan Emisi CO2 Berdasarkan hasil perhitungan, emisi CO2 dari sub sektor transportasi darat di wilayah Ekoregion Kalimantan mengalami pertumbuhan emisi CO2 rata-rata 1,97% per tahunnya. Selama rentang waktu 2010-2015, kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 3,26% dari jumlah emisi sebesar 19.783.887.864 ton di tahun 2010 menjadi 25.602.814.254 ton di tahun 2011. Trend kenaikan emisi CO2 dapat dilihat pada grafik berikut : 40,000,000,000,000,000 35,000,000,000,000,000 30,000,000,000,000,000 25,000,000,000,000,000 20,000,000,000,000,000 15,000,000,000,000,000 10,000,000,000,000,000 5,000,000,000,000,000 - EMISI TOTAL CO2 SEKTOR TRANSPORTASI EKOREGION KALIMANTAN Total Emisi 19,783, 25,602, 29,117, 31,867, 34,845, 37,380, Grafik 1. Emisi Total CO2 Sektor Transportasi Ekoregion Kalimantan Jika dianalisis per provinsi, maka dapat dilihat bahwa Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan memiliki tingkat emisi CO2 yang paling tinggi dari sektor transportasi darat dibandingkan provinsi lainnya. Pada rentang waktu 2010-2012 Provinsi Kalimantan Timur mengalami kenaikan tingkat emisi dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,84% per tahun, namun memasuki tahun 2014 mengalami penurunan drastis

Tingkat Emisi (Kg) sebesar 2,62%. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan, pada tahun 2013 provinsi ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 2,21%. Tingkat emisi paling rendah berada pada Provinsi Kalimantan Tengah dengan rata-rata kenaikan 1,52% per tahun. 14,000,000,000,000,000 12,000,000,000,000,000 10,000,000,000,000,000 Emisi Total CO2 Sektor Transportasi Per Provinsi 8,000,000,000,000,000 6,000,000,000,000,000 4,000,000,000,000,000 2,000,000,000,000,000 0 Tahun Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Barat KalimantanTengah Grafik 2. Emisi Total CO2 Sektor Transportasi Per Provinsi Tabel 3. Tingkat Emisi CO2 Berdasarkan Provinsi Provinsi 1 Kalimantan Timur 7.793.827.889.768.410 8.724.959.730.447.430 9.747.307.502.276.040 10.689.187.834.196.200 11.148.002.060.169.900 12.133.629.810.090.500 2 Kalimantan Selatan 6.299.258.362.076.150 7.061.149.695.750.120 7.990.753.111.649.740 9.000.066.901.543.480 10.248.184.839.088.000 10.933.637.221.771.200 3 Kalimantan Barat 2.991.469.502.717.550 6.502.740.584.934.850 7.624.925.782.684.350 8.423.782.123.684.520 9.129.384.932.370.620 9.692.792.528.885.440 4 KalimantanTengah 2.699.332.110.302.120 3.313.964.243.480.220 3.754.811.563.505.250 3.754.811.563.505.250 4.319.949.594.050.330 4.620.066.474.508.100 19.783.887.864.864.200 25.602.814.254.612.600 29.117.797.960.115.400 31.867.848.422.929.500 34.845.521.425.678.900 37.380.126.035.255.200 Dari hasil perhitungan, juga diketahui bahwa jenis kendaraan Sepeda Motor memiliki pertumbuhan tingkat emisi CO2 yang lebih tinggi dibandingkan moda transportasi lainnya, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,10% per tahunnya. Tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi lainnya adalah pada jenis kendaraan Mobil Penumpang yakni sebesar 1,21% per tahun, selanjutnya adalah tingkat pertumbuhan Truk sebesar 1,02% dan tingkat pertumbuhan Bus sebesar 0,56%. Trend kenaikan emisi CO2 untuk masing-masing jenis kendaraan dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini :

EMISI CO2 (TON) Tingkat Emisi (Kg) 40,000,000,000,000,000 35,000,000,000,000,000 30,000,000,000,000,000 25,000,000,000,000,000 20,000,000,000,000,000 15,000,000,000,000,000 10,000,000,000,000,000 5,000,000,000,000,000 0 Emisi Total CO2 Sektor Transportasi Berdasarkan Jenis Kendaraan Tahun Mobil Penumpang Bus Truk Sepeda Motor Grafik 3. Emisi Total CO2 Berdasarkan Jenis Kendaraan Tabel 4. Emisi CO2 berdasarkan jenis kendaraan Jenis Kendaraan Mobil Penumpang 104.242.308.794.618 108.739.257.878.378 97.145.284.331.290 126.419.956.861.481 131.220.508.259.030 141.433.242.730.030 Bus 107.203.821.747.696 107.408.704.132.631 107.990.740.250.387 88.453.893.316.008 129.384.289.489.765 130.635.560.802.603 Truk 2.203.051.779.974.840 2.132.384.993.489.150 2.475.428.203.709.840 2.615.326.529.511.380 3.038.518.725.853.170 3.192.027.978.982.020 Sepeda Motor 17.369.389.954.347.100 23.254.281.299.112.500 26.437.233.731.823.900 29.037.648.043.240.600 31.546.397.902.076.900 33.916.029.252.740.600 Seperti yang telah disebutkan bahwa moda transportasi Sepeda Motor merupakan jenis transportasi yang menyumbang emisi CO2 yang tinggi di wilayah Kalimantan. Jika dianalisa secara spesifik tingkat pertumbuhan kendaraan sepeda motor, maka tidaklah mengherankan bahwa kontribusi emisi dari transportasi sepeda motor tertinggi ada di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, karena berdasarkan hasil inventarisasi di kedua provinsi tersebut pertumbuhan sepeda motor juga meningkat. 3,000,000,000.00 Kontribusi Emisi CO2 Moda Transportasi Sepeda Motor Per Provinsi 2,000,000,000.00 1,000,000,000.00 - TAHUN Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Grafik 4. Kontribusi Emisi CO2 Moda Transportasi Sepeda Motor Per Provinsi

D. Kesimpulan Tabel 9. Emisi CO2 Transportasi Sepeda Motor Provinsi Kalimantan Tengah 1,598,103.89 1,963,869.67 2,224,610.99 2,224,610.99 2,552,250.22 2,723,675.19 Kalimantan Barat 624,355,289.39 1,469,024,651.01 1,677,228,238.32 1,851,552,907.11 2,006,053,994.88 2,129,131,961.75 Kalimantan Selatan 1,243,646,787.15 1,406,667,611.93 1,605,143,675.08 1,821,761,549.04 2,043,899,803.83 2,187,885,207.51 Kalimantan Timur 1,495,584,009.83 1,691,629,279.06 1,913,050,036.53 2,113,006,753.23 2,186,849,184.88 2,395,673,516.07 TOTAL EMISI 3,365,184,190 4,569,285,412 5,197,646,561 5,788,545,820 6,239,355,234 6,715,414,361 Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam studi ini antara lain : 1. Secara umum, tingkat emisi CO2 dari sektor transportasi menunjukkan peningkatan dari tahun 2010-2015 dengan rata-rata pertumbuhan 0,83% tiap tahunnya. Trend kenaikan yang cukup signifikan terjadi di tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,673%. 2. Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan memiliki tingkat emisi CO2 yang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya dari sektor transportasi. Provinsi Kalimantan Timur mengalami kenaikan tingkat emisi dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,84% per tahun, namun memasuki tahun 2014 mengalami penurunan drastis sebesar 2,62%. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan, pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 2,21%. 3. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa moda transportasi Sepeda Motor memiliki kontribusi yang tinggi terhadap tingkat emisi CO2 di wilayah ekoregion Kalimantan, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 2,10% per tahunnya, diikuti dengan Mobil Penumpang sebesar 1,21% per tahunnya, pertumbuhan Truk sebesar 1,02% dan tingkat pertumbuhan Bus sebesar 0,56%. 4. Tingkat kontribusi emisi CO2 untuk moda Sepeda Motor memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi di wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, hal ini sejalan dengan hasil inventarisasi dimana di kedua wilayah ini memiliki tingkat pertumbuhan kendaraan Sepeda Motor yang paling tinggi. Daftar Pustaka : IPCC., 2006., Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories., Volume 2: Energy (JICA), Japan Intenational Cooperation Agency., 1997, The Study on the Integrated Air Quality Management for Jakarta Metropolitan Area, Indonesia. Kajian Beban Emisi Pencemar Udara (Tsp, Nox, So2, Hc, Co) Dan Gas Rumah Kaca (Co2, Ch4, N2o) Sektor Transportasi Darat Kota Yogyakarta Dengan Metode Tier 1 Dan Tier 2., Jurnal Teknik Lingkungan Vol 5 No 1 (2016). Kementerian Lingkungan Hidup., 2013., Pedoman Teknis Penyusunan Inventarisasi Emisi Pencemar Udara di Perkotaan, KLHK. Sejati, Kuncoro., 2011., Global Warming, Food, and Water Problems, Solutions, and The Changes of World Geopolitical Constellation. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press www.bps.go.id