Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

PENGARUH SUHU, KONSENTRASI ZAT AKTIVATOR DAN WAKTU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KEMIRI

PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LIMBAH DENGAN SUHU TINGGI SECARA PIROLISIS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI ARANG AKTIF MENGGUNAKAN AKTIVATOR

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG SAPI SEBAGAI ADSORBEN ION BESI, TEMBAGA, SULFAT DAN SIANIDA DALAM LARUTAN

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

PGRI. Oleh: Efri Grcsinta, M.ptt.Si (030610g701) MIPA FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JAKARTA LAPORAN PENBLITIAN

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KAYU GELAM (Melaleuca leucadendron) YANG BERASAL DARI TANJUNG API-API SUMATERA SELATAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PENENTUAN DAYA SERAP ARANG AKTIF TEKNIS TERHADAP IODIUM SECARA POTENSIOMETRI

Metodologi Penelitian

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

Desikator Neraca analitik 4 desimal

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

UJI DAYA SERAP ARANG AKTIF DARI KAYU MANGROVE TERHADAP LOGAM Pb DAN Cu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Analisa Kadar Air Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

KARAKTERISASI KARBON AKTIF KULIT SINGKONG (Manihot utilissima) DENGAN VARIASI JENIS AKTIVATOR

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

POTENSI ARANG AKTIF CANGKANG BUNGA PINUS SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H2SO4 DALAM LARUTAN

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 )

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :

ANALISIS DAYA SERAP TONGKOL JAGUNG TERHADAP KALIUM, NATRIUM, SULFIDA DAN SULFAT PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

Transkripsi:

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Landiana Etni Laos, Arkilaus Selan Prodi Pendidikan Fisika STKIP Soe, Nusa Tenggara Timur E-mail: etni.laos@yahoo.com Abstrak. Karbon aktif merupakan produk dari proses aktivasi karbon yang kemampuan penyerapannya lebih tinggi dan memiliki kegunaan lebih banyak daripada karbon biasa. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Karbon aktif dapat dibuat dari karbon kulit singkong dengan cara dikarbonisasi untuk menghasilkan karbon pada suhu 200 0 C, 300 0 C, 400 0 C, 500 0 C, dan 600 0 C. Selanjutnya karbon diaktivasi secara kimia dengan larutan asam fosfat. Proses aktivasi kimia karbon kulit singkong dilakukan dengan merendam karbon kulit singkong dalam larutan H 3 PO 4 2,5% selama 24 jam. Karbon aktif yang dihasilkan memenuhi standar (SNI) 06 3730-1995 dengan hasil pengujian kadar air antara 4,5% - 13% dimana standar SNI maksimum 15% dan kadar abu antara 1,5%-7,5% dimana standar SNI maksimum 10%, dan dan daya serap iodium antara 2.533,78 mg/g - 2.537,71mg/g dimana standar SNI maksimum 750 mg/g. Kata Kunci: kulit singkong, karbonisasi, aktivasi, karbon aktif I. PENDAHULUAN Tanaman singkong banyak di temukan di daerah kabupaten Timor Tengah Selatan, yang memiliki banyak manfaat yakni daun singkong dapat digunakan sebagai sayuran, umbinya sebagai bahan makanan tambahan dan masih banyak lagi manfaatnya, Sedangkan kulit singkong belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Limbah kulit singkong merupakan residu hasil pertanian yang terdapat dalam jumlah melimpah di kabupaten Timor Tengah Selatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk mengaktivasi selulosa non reduksi pada biomassa kulit singkong sehingga diperoleh biomassa yang lebih bernilai ekonomis. Selama ini limbah kulit singkong ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, padahal limbah ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku karbon aktif. Proses pembuatan karbon aktif mencakup dua tahapan utama, yakni proses karbonisasi bahan baku dan proses aktivasi. Karbon aktif merupakan suatu bahan berupa karbon amorf yang sebahagian besar terdiri atas atom karbon bebas dan mempunyai permukaan dalam sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang baik. Bahan ini mampu mengadsorpsi anion, kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan anorganik, baik berupa larutan maupun gas. Karbon aktif dapat dibedakan dari karbon berdasarkan sifat pada permukaannya. Permukaan pada karbon masih ditutupi oleh deposit hidrokarbon yang dapat menghambat keaktifannya, sedangkan pada arang aktif permukaannya relatif telah bebas dari deposit sehingga mampu mengabsorpsi karena permukaannya luas dan pori-porinya telah terbuka. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Struktur pori ini erat kaitannya dengan daya serap karbon, dimana semakin banyak pori-pori pada permukaan karbon aktif maka daya adsorpsinya juga semakin meningkat. Dengan demikian kecepatan adsorpsinya akan bertambah. Daya serap karbon aktif merupakan suatu akumulasi atau terkonsentrasinya komponen di permukaan/antar muka dalam dua fasa. Bila ke dua fasa saling berinteraksi, maka akan terbentuk suatu fasa baru yang berbeda dengan masingmasing fasa sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya gaya tarik-menarik antar molekul, ion atau atom dalam ke dua fasa tersebut. Gaya tarik-menarik ini dikenal sebagai gaya Van der Walls. Pada kondisi tertentu, atom, ion atau 32

molekul dalam daerah antar muka mengalami ketidak seimbangan gaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya serap karbon aktif, yaitu sifat arang aktif, sifat komponen yang diserapnya, sifat larutan dan sistem kontak. Daya serap karbon aktif terhadap komponen-komponen yang berada dalam larutan atau gas disebabkan oleh kondisi permukaan dan struktur porinya. Sifat karbon aktif sendiri selain dipengaruhi oleh jenis bahan baku, luas permukaan, penyebaran pori dan sifat kimia permukaan arang aktif, namun juga dipengaruhi oleh cara aktivasi yang digunakan. Pada tahap aktivasi, terlebih dahulu arang direndam menggunakan bahan pengaktif antara lain ZnCl2, KOH, NaCl, H2SO4 dan H3PO4, dimana peneliti sebelumnya mengemukakan bahwa H3PO4 sebagai agen aktivasi akan memberikan hasil terbaik jika dibandingkan dengan ZnCl2 dan KOH. Bahanbahan pengaktif tersebut bersifat sebagai dehidrator yang dapat mereduksi OH dan CO yang masih tersisa dari karbon hasil karbonisasi. Kualitas karbon aktif dapat dinilai berdasarkan persyaratan (SNI) 06 3730-1995 pada Tabel 1 [1]. TABEL 1 STANDAR KUALITAS KARBON AKTIF Uraian Prasyarat kualitas Butiran Serbuk Kadar air % Maks. 4,5 Maks. 15 Kadar abu % Maks. 2,5 Maks. 10 Daya serap terhadap yodium mg/g Min. 750 Min. 750 Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kondisi operasi yang paling baik pada suhu karbonisasi serta proses aktivasi pembuatan karbon aktif dari kulit singkong sehingga limbah kulit singkong yang menjadi karbon aktif yang bernilai ekonomis. Dengan berhasilnya penelitian ini, maka diharapkan dapat mendatangkan beberapa manfaat, diantaranya limbah kulit singkong sebagai karbon aktif dapat dijadikan sebagai pendapatan tambahan yang bernilai jual tinggi bagi pengusaha kecil dan menengah sekaligus juga mengurangi limbah industri rumah tangga. II. METODE Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah furnance, oven, tanur, lumpang porselen, pipet tetes, batang pengaduk, erlenmeyer, labu ukur, neraca analitik, desikator, ayakan ukuran 100 mesh. Bahan-bahan yang digunakan diantaranya: kulit singkong, H3PO4, kertas saring, kertas ph universal, dan aquades. Preparasi kulit singkong dilakukan dengan cara membersihkan kulit singkong dengan mengupas kulit luar dan dikeringkan dengan cara di jemur. Selanjutnya pembuatan arang kulit singkong dilakukan pada suhu 200 0 C, 300 0 C, 400 0 C, 500 0 C, 600 0 C. Proses Aktivasi dilakukan dengan cara kimia yaitu dibuat lima perlakuan dengan masingmasing arang singkong sebanyak 10 gram direndam dalam larutan H3PO4 dengan variasi konsentrasi 2,%, 3%, 4%, 5%selama 24 jam. Karbonaktif yang dihasilkan dicuci dengan aquadest sampai filtrat mempunyai ph netral (ph 6 sampai 7) yang diukur menggunakan kertas ph universal kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Sampel yang diperoleh dikeringkan di dalam oven pada suhu 100 0 C selama 1 jam. Ada beberapa pengujian yang dilakukan dalam pembuatan karbon aktif, meliputi uji kadar air, uji kadar abu, dan uji daya serap terhadap iodium. Prosedur penetapan kadar air mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 06 3730-1995 tentang syarat mutu dan pengujian arang aktif. Kadar air ditentukan dengan cara pengeringan di dalam oven. Sebanyak 2 gram karbon aktif ditempatkan di dalam cawan aluminium yang telah diketahui bobotnya, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0 C hingga bobot konstan. Selanjutnya contoh didinginkan di dalam desikator selama 15 menit sebelum ditimbang beratnya. Kadar air dapat dihitung dengan persamaan berikut: Dimana: a b % kadar air 100% (1) a a = massa awal karbon aktif (g) b = massa akhir karbon aktif (g) 33

Untuk uji kadar abu, sebanyak 2 gram arang aktif dimasukkan dalam cawan yang telah diketahui bobotnya, kemudian di furnace pada suhu 400 0 C hingga seluruh sampel menjadi abu, kemudian didinginkan dalam desikator hingga suhu konstan lalu ditimbang. Kadar abu karbon dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: b % kadar abu 100% (2) a Dimana : a = massa awal karbon aktif (g) b = massa akhir karbon aktif (g) Gambar. 1 Pengujian kadar air (hubungan antara suhu karbonisasi dengan kadar air) Pengujian terhadap daya serap iodium dilakukan dengan menimbang karbon aktif 5 gram dan campurkan dengan 100 ml larutan Iodium 0,1 N. Kocok dengan alat pengocok selama 15 menit. Setelah itu pindahkan ke dalam tabung sentrifugal sampai karbon aktif turun, kemudian mengambil 10 ml cairan itu dan titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N. Jika warna kuning pada larutan mulai samar, tambahakan larutan amilum 1 % sebagai indikator. Titrasi kembali warna biru tua hingga menjadi warna bening. Rumus perhitungan daya serap Iodium yaitu sebagai berikut: B N Na2S2O3 A 126,93fp N iodin daya serapiod (3) Dimana : A = Volume larutan iodin (ml) B = Volume Na 2 S 2 O yang terpakai (ml) fp = faktor pengenceran α = bobot karbon aktif (g) N(Na2S2O3) = kosentrasi Na2S2O3 (N) N (iodin) = kosentrasi iodin (N) 126,93 = jumlah iodin sesuai 1 ml larutan Na2S2O3 III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Pada gambar tersebut diketahui bahwa kadar air karbon aktif maksimal terdapat pada suhu 200 0 C yaitu sebesar 13%. Sedangkan kadar air minimal terdapat pada karbon aktif dengan suhu 600 0 C yaitu sebesar 4,5%. Hal ini menunjukkan kualitas karbon aktif yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Kadar air yang terkandung sesuai persyaratan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3703-1995 yaitu maksimum 15% [1]. Perhitungan kadar air bertujuan mengetahui sifat higroskopis dari karbon aktif, dimana umumnya karbon aktif memiliki sifat afinitas yang sangat besar terhadap air. Sifat yang sangat higrokopis inilah yang mengakibatkan karbon aktif digunakan sebagai absorben. Temperatur dan lamanya waktu karbonisasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar air yang bisa diserap. Kadar air semakin menurun dengan kenaikan temperatur dan lamanya waktu karbonisasi. Terikatnya molekul air yang ada pada karbon aktif oleh aktivator menyebabkan pori-pori pada karbon aktif semakin besar. Semakin besar poripori maka luas permukaan karbon aktif semakin bertambah. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kemampuan adsorpsi dari karbon aktif. Kadar abu merupakan banyaknya kandungan oksida logam yang terdiri dari mineral-mineral dalam suatu bahan yang tidak dapat menguap pada proses pengabuan. 34

Gambar. 2 Pengujian kadar abu (hubungan antara suhu karbonisasi dengan kadar abu) Kadar abu sangat berpengaruh terhadap kualitas barbon aktif. Keberadaan abu yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan poripori karbon aktif, sehingga luas permukaan karbon aktif menjadi berkurang. Dari gragfik di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu karbonisasi, maka kadar abu semakin meningkat. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan suhu karbonisasi yang memicu teroksidasinya sebagian besar zat volatil termasuk pula karbon. Sedangkan abu tidak ikut teroksidasi karena bukan merupakan zat volatil. Semakin meningkatnya kadar abu pada karbon aktif dengan penambahan bahan kimia maka akan terjadi proses oksidasi lebih lanjut terutama dari partikel halus. Gambar. 3 Pengujian daya serap iodium (hubungan antara suhu karbonisasi dengan bilangan iodium) Daya adsorpsi karbon aktif terhadap iod memiliki korelasi dengan luas permukaan dari karbon aktif. Semakin besar angka iod maka semakin besar kemampuannya dalam mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut. Untuk bilangan Iodin akan semakin bertambah, daya serap terhadap Iod semakin besar dengan kenaikan suhu, ini berarti bahwa kualitas arang aktif akan semakin baik dalam penyerapan. Luas area permukaan pori merupakan suatu parameter yang sangat penting dalam menentukan kualitas dari suatu karbon aktif sebagai adsorben. Hal ini disebabkan karena luas area permukaan pori merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi dari suatu adsorben. Kereaktifan dari karbon aktif dapat dilihat dari kemampuannya mengadsorpsi substrat. Daya adsorpsi tersebut dapat ditunjukkan dengan besarnya angka iod yaitu angka yang menunjukkan seberapa besar adsorben dapat mengadsorpsi iod. Semakin besar nilai angka iod maka semakin besar pula daya adsorpsi dari adsorben. Penambahan larutan iod berfungsi sebagai adsorbat yang akan diserap oleh karbon aktif sebagai adsorbennya. Terserapnya larutan iod ditunjukkan dengan adanya pengurangan konsentrasi larutan iod. Pengukuran konsentrasi iod sisa dapat dilakukan dengan menitrasi larutan iod dengan natrium triosulfat 0,1 N dan indikator yang digunakan yaitu amilum. Peningkatan bilangan Iod terjadi sebagai akibat semakin banyaknya pengotor yang terlepas dari permukaan karbon aktif. Seiring dengan peningkatan suhu, pengotor-pengotor yang mulanya terdapat pada bagian pori dan menutupi pori, ikut terlepas atau teruapkan sehinggga memperluas permukaan karbon aktif. Semakin besar luas permukaan karbon aktif maka semakin besar kemampuan adsorpsi karbon aktif. Dari hasil penelitian bilangan iodin karbon aktif meningkat dengan semakin tingginya suhu sintesis. Daya serap iodin karbon aktif maksimal terdapat pada karbon aktif yang dikarbonisasi pada suhu 600 0 C yaitu sebesar 2.537,71mg/g. Sedangkan daya serap iodin minimal terdapat pada karbon aktif yang dikarbonisasi pada suhu 200 0 C yaitu sebesar 2.533,78mg/g. Daya serap iodin yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi SNI 06-3703-1995 yaitu minimal 750 mg/g. 35

IV. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah karbon aktif dapat diperoleh dari kulit singkong yang di karbonisasi pada suhu 200 0 C, 300 0 C, 400 0 C, 500 0 C, dan 600 0 C. Kemudian diaktivasi dengan larutan H3PO4 2,5% selama 24 jam. Karbon aktif yang dihasilkan memenuhi standar (SNI) 06 3730-1995 dengan hasil pengujian kadar air antara 4,5% - 13% dimana standar SNI maksimum 15% dan kadar abu antara 1,5%-7,5% dimana standar SNI maksimum 10%, dan dan daya serap iodin antara 2.533,78 mg/g - 2.537,71mg/g dimana standar SNI maksimum 750 mg/g. Adapun saran dalam penelitian ini yakni sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variasi konsentrasi zat aktivator, dan waktu aktivasi yang berbeda untuk menghasilkan karbon aktif yang lebih baik. Selain itu dapat pula dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis zat aktivator yang berbeda pula misalnya jenis aktivator zat asam ataupun basa. DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim, Mutu dan Cara Uji Arang Aktif Teknis, Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995, Dewan Standarisasi Jakarta. Sekretariat Jenderal Kehutanan. Biro Perencanan, Jakarta, 1995. [2] Anonymous, Mutu dan Cara Uji Arang Aktif, Standar Industri Indonesia No. 0258-79, Departemen Perindustrian, 1979. [3] Budiono, dkk, Pengaruh aktivasi arang tempurung kelapa dengan asam sulfat dan asam fosfat untuk adsorpsi fenol, Universitas Diponegoro, Yogyakarta. 51-56, 2005. [4] Deni dan Farid, Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Biji Karet, Laporan Penelitian Teknik kimia Universitas Sriwijaya, 2006. [5] Djatmiko dan Prowiro, Pembuatan Arang Aktif, Bandung : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1970. [6] Gunawan, E. R dan D. Suhendra, Pembuatan Arang Aktif dari Batang Jagung Menggunakan Aktivator Asam Sulfat dan Penggunaannya pada Penjerapan Ion Tembaga (II), Makara Sains, 14 (1): 22-26, 2010. [7] Suherman, dkk, Pembuatan Karbon Aktif Dari Limbah Kulit Singkong UKM Tapioka Kabupaten Pati, Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, Bandung, 2009. [8] Sembiring, M., dan Sinaga, T., Arang Aktif, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, 2003. [9] Sarwani, Pengaruh Jenis Bahan Baku, Suhu, dan Waktu Aktivasi Terhadap Mutu dan Rendemen Karbon Aktif Hasil Aktivasi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor, 1989. 36