PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO

dokumen-dokumen yang mirip
PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

KRITIK SOSIAL DALAM HUMOR STAND UP COMEDY EPISODE KITA INDONESIA (KAJIAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN TEORI. Gorontalo maupun di perputakaan fakultas Sastra dan Budaya maupun di internet.

PRATIWI AMALLIYAH A

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Baby Blues terdapat tiga permasalahan yang menjadi tujuan penelitiannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan suatu tindakan yang dilakukan manusia di setiap detik

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

ANALISIS PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA BUKU HUMOR SEHAT KARYA PUJO RAHARJO SKRIPSI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. peran yang cukup sentral dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

REALISASI PRINSIP KERJA SAMA (MAKSIM) DALAM PERCAKAPAN ANAK USIA PRASEKOLAH. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan bersifat umum atau universal. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. partisipan. Dalam percakapan, proses komunikasi terjadi apabila ada dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

Transkripsi:

PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO Titi Puji Lestari Universitas Negeri Semarang titipujilestari29@gmail.com Abstrak Humor dapat disampaikan dalam bentuk lisan dan tulis. Salah satu humor lisan adalah Stand Up Comedy yang merupakan humor monolog oleh satu orang dengan mengembangkan topik tertentu. Tiap komika memiliki cara yang khas dalam mengemas topik menjadi sebuah humor. Komika tersebut di antaranya adalah Dodit Mulyanto yang banyak memanfaatkan aspek pragmatis untuk memunculkan kelucuan. Aspek pragmatis tidak terlepas dari pelanggaran prinsip percakapan seperti prinsip kerjasama. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan memaparkan pelanggaran prinsip kerjasama dan fungsinya dalam wacana humor, Dodit Mulyanto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Dari analisis data diketahui adanya pelanggaran prinsip kerjasama dengan rincian pelanggaran maksim kualitas sejumlah 4 tuturan, maksim kuantitas 4 tuturan, 2 maksim relevansi, dan 4 maksim pelaksanaan. Pelanggaran maksim-maksim dalam prinsip kerjasama ternyata menjadi salah satu sarana timbulnya implikatur percakapan yang berfungsi sebagai pengungkapan humor. Selain itu pelanggaran prinsip kerjasama ini mendukung terbangunnya setup dan punch yang sangat diperlukan dalam sebuah wacana humor. Kata Kunci: Wacana, Humor, dan Prinsip kerjasama PENDAHULUAN Humor sejatinya adalah gejala yang merangsang kita untuk tertawa atau cenderung tertawa dengan melibatkan mental berupa rasa, maupun kesadaran dalam diri kita (Setiawan dalam Suhadi 1989). Lebih lanjut, Raskin dalan Wijana (2009: 139) mengungkapkan efek dari suatu joke atau humor adalah setup and punch. Setup merupakan bagian pertama sebuah joke yang mempersiapkan orang untuk tertawa, sedangkan punch bagian kedua dari sebuah joke yang membuat orang tertawa. Humor dapat diwujudkan dalam beragam bentuk wacana, baik wacana lisan maupun wacana tulis. Salah satu humor dalam bentuk wacana lisan adalah stand up komedi. Stand up komedi merupakan humor monolog yang dilakukan dengan mengembangkan topik tertentu. Ada banyak cara yang dilakukan oleh komika untuk mengundang tawa penonton pada acara stand up komedi. Masing-masing personal atau komika memiliki ciri tersendiri ketika menyampaikan topik yang dipilih. Salah satu komika yang menampilkan kekhasannya adalah Dodit Mulyanto. Dilihat dari kacamata pragmatis, tuturan-tuturan yang digunakan oleh Dodit Mulyanto untuk memunculkan kelucuan sangatlah menarik untuk dikaji. Komika ini sangat cerdik memanfaatkan aspek pragmatis, di antaranya adalah pelanggaran prinsip kerjasama. 296

Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelanggaran prinsip kerjasama dan fungsinya dalam wacana humor komika Dodit Mulyanto pada stand up komedi tema Perempuan. TEORI DAN METODE PENELITIAN A. Teori Wacana Wacana adalah satuan bahasa lisan maupun tulis yang memiliki keterkaitan atau keruntutan antarbagian (kohesi), keterpaduan (koheren), dan kebermaknaan (meaningful),serta digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Sejalan dengan hal itu Tarigan ( 1987:27) mengemukakan, bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Lebih lanjut Sumarlam (2009:15) menyatakan, bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu. Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimatkalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan. Berdasarkan jenis wacana ditinjau dari media yang digunakan, Kridalaksana (2002: 106) membaginya menjadi wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan media lisan, dan wacana tulis, yaitu wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis, sedangkan dilihat dari penuturnya wacana dapat dibedakan menjadi (1) wacana monolog, yaitu wacana yan hanya melibatkan satu orang penutur. Dalam wacana monolog hanya terdapat peran tunggal pada diri pelaksana wacana, yaitu peran penyapa (speaker) dan pesapa (addresse), tanpa ada pergantian dari peran satu ke yang lain. Contoh: Pidato kenegaraan presiden, Pengumuman resmi pemerintah, dan Ceramah-ceramah tidak diikuti diskusi. (2) wacana dialog, jenis wacana ini melibatkan dua orang penutur, yang secara bergantian atau bergiliran dan bisa berperan ganda, yaitu sebagai penyapa serta sebagai pesapa. (3) wacana polilog, yaitu wacana yang melibatkan pelaku lebih dari dua orang. Dalam wacana polilog ini juga terjadi pertukaran informasi karena setiap pelaku pada wacana ini memiliki peran ganda secara bergantian. Humor Humor sejatinya adalah gejala yang merangsang kita untuk tertawa atau cenderung tertawa secara mental yang berupa rasa, maupun kesadaran, di dalam diri kita (Setiawan dalam Suhadi 1989). Awalnya humor merupakan bagian pendukung komunikasi agar terkesan lebih akrab, kemudian berkembang menjadi hiburan yang memberikan wawasan di dalamnya. Hal ini didukung oleh pendapat Gauter (1988) yang menyatakan, bahwa humor dapat memberi suatu wawasan yang arif sambil tetap menghibur. Selain itu humor juga dapat menjadi sarana persuasif untuk mempermudah masuknya informasi dan pesan yang ingin disampaikan sebagai sesuatu yang serius dan formal. 297

Setiawan (1990) mengungkapkan, teori humor yang digolongkan menjadi tiga macam, yaitu teori keunggulan, teori ketaksesuaian, dan teori kelegaan atau kebebasan. Teori keunggulan berpedoman, bahwa kelucuan akan muncul ketika seseorang secara tiba-tiba merasa unggul atau lebih sempurna ketika dihadapkan pada pihak yang membuat kesalahan, sedangkan teori ketaksesuaian menganggap, bahwa kelucuan akan hadir bila kita dihadapkan pada situasi tak terduga atau tidak pada tempatnya secara mendadak sebagai perubahan situasi yang sangat diharapkan. Teori kebebasan memandang, bahwa humor merupakan pelepasan dari kekangan-kekangan yang terdapat dalam diri seseorang. Prinsip Kerjasama Prinsip Kerja Sama Grice (1975: 45) ada empat yaitu: 1. Maksim Kuantitas (The Maxim of Quantity) Berikan jumlah informasi yang tepat, yaitu : - Sumbangan informasi Anda harus seinformatif yang dibutuhkan. - Sumbangan informasi Anda jangan melebihi yang dibutuhkan Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relative memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur. Tuturan yang mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam Prinsip Kerja Sama Grice. Demikian sebaliknya, apabila tuturan itu mengandung informasi yang berlebihan akan dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas. 2. Maksim Kualitas (The Maxim of Quality) Usahakan agar sumbangan informasi Anda benar, yaitu : - Jangan mengatakan suatu yang Anda yakini, bahwa itu tidak benar. - Jangan mengatakan suatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan. Dengan maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. 3. Maksim Relevansi (The Maxim of Relevance) Usahakan agar perkataan Anda ada relevansinya. Di dalam maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama 4. Maksim Pelaksanaan (The Maxim of Manner) Usahakan agar mudah dimengerti, yaitu : - Hindarilah pernyataan-pernyataan yang samar. - Hindarilah ketaksaan. - Usahakan agar ringkas - Usahakan agar Anda berbicara dengan teratur. Maksim pelaksanaan ini mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara langsung, jelas dan tidak kabur. Orang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar Prinsip Kerja Sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan. 298

B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Ada tiga tahap yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, yakni penyediaan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993: 5). Data pada penelitian ini berupa wacana lisan Dodit Mulyanto dalam Stand Up Komedi tema Perempuan Metode yang digunakan dalam penyediaan data adalah metode cakap dan metode simak dengan (i) teknik simak bebas libat cakap (SBLC) melalui cara menyimak tuturan yang digunakan oleh Dodit Mulyanto pada Stand Up Komedi tema Perempuan. (ii) teknik rekam, (iii) teknik catat, sedangkan dalam analisis data menggunakan metode analisis pragmatis dengan teknik analisa heuristik (Leech, 1983) Temuan dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh, ada dua puluh lima tuturan dalam wacana humor lisan Dodit Mulyanto dengan tema Perempuan. Kemudian dari dua puluh lima tuturan tersebut dipilah menjadi dua belas tuturan yang akan dianalisis. Pemilahan didasarkan pada tuturan yang mengandung pelanggaran prinsip kerjasama. Berikut adalah penggalan wacana humor Dodit Mulyanto tema Perempuan beserta analisisnya. (1) Selamat Malam para Fans. (2) Maaf saya tidak belum sempat membalas mansion-mansion satu-satu, karena saya sibuk syuting. Tuturan (1) diucapkan oleh Dodit sebagai sapaan, yang memunculkan tawa penonton. Kelucuan timbul akibat penggunaan tuturan yang melanggar prinsip kerjasama, yaitu maksim kualitas dengan tujuan menonjolkan ketidaksesuaian yang kemudian memberikan efek kejut atau punch. Hal ini ditunjukkan oleh kata majemuk para fans, yang jika ditinjau dari kebenarannya masih diragukan karena penonton stand up komedi pada saat itu belum tentu fans Dodit Mulyanto, sehingga tuturan tersebut tidak berterima dengan maksim kualitas. Tuturan (2) pada klausa karena saya sibuk syuting, diidentifikasi sebagai pelanggaran maksim kualitas karena tuturan itu menginformasikan hal yang kebenarannya masih dipertanyakan. Dalam tuturan tersebut juga menunjukkan adanya pelanggaran maksim kuantitas yang ditegaskan dengan kata tidak dan belum. Pelanggaran maksim kuantitas ini menciptakan ekspetasi penonton. Penggunaan kata tidak dan belum secara bersamaan serta pengulangan kata mansion juga melanggar maksim pelaksanaan karena menjadikan tuturan berbelit-belit dan tidak efektif....(3) Pengemis itu selalu disimbolkan tangannya di bawah, soalnya kalau tangannya di atas namanya konser. (4) Konser sambil ngemis minta mas...minta mas... (5) saya memiliki kelembutan hati seperti ibu saya.(6) Kalau saya melihat pengemis saya itu kasihan, naik turun angkot susah, saya pengen nganu..apa..saya pengen membonceng dia. Tuturan ( 3) terdiri dari dua klausa, yaitu klausa (i) pengemis itu selalu disimbolkan tangannya di bawah, (ii) soalnya kalau tangannya di atas namanya konser. Dalam tuturan ini terdapat pelanggaran prinsip kerjasama maksim kuantitas yang digunakan sebagai sarana pengungkap humor. Hal ini terlihat pada klausa (ii) yang sebetulnya tidak perlu dimunculkan karena menjadikan tuturan mengandung informasi yang berlebihan. Namun demikian, klausa (i) memiliki fungsi setup, sedangkan klausa (ii) berfungsi sebagai punch atau kejutan yang memunculkan tawa. Selan itu, teori 299

ketidaksesuaian berhasil diterapkan dengan adanya dua klausa tersebut sehingga pelanggaran maksim kuantitas justru efektif memancing tawa penonton. Tuturan (4) merupakan bentuk pelanggaran maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Pelanggaran maksim kualitas dikarenakan tuturan itu memberikan informasi yang diyakini oleh penutur sebagai sesuatu yang tidak benar namun tetap dituturkan. Fungsi pelanggaran maksim itu adalah untuk menghadirkan punch atau kejutan. Pelanggaran relevansi juga terdapat dalam tuturan ini karena adanya ketidaksesuaian antara konser, pengemis, dan tema perempuan yang sedang dibicarakan. Pelanggaran maksim kualitas dan maksim relevasi memunculkan adanya ketidakteraturan pembicaraan sehingga menimbulkan adanya pelanggaran maksim pelaksanaan. Ketiga pelanggaran maksim ini berfungsi sebagai pelepasan dari kekangan-kekangan yang terdapat dalam diri seseorang, yang didasarkan teori kebebasan sehingga pada akhirnya akan mengundang kelucuan. Tuturan (5) sebenarnya hanya pendukung tuturan (6), ya ng kehadirannya tidak terlalu dibutuhkan bahkan cenderung memberi informasi yang berlebihan, namun penutur sengaja menghadirkannya untuk menciptakan setup. Oleh karenanya, penutur dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas. Tuturan (6) terdiri dari empat klausa, yaitu (i) Kalau saya melihat pengemis,(ii) saya itu kasihan,(iii) naik turun angkot susah, (iv) saya pengen nganu..apa..saya pengen membonceng dia. Dalam klausa (ii) terkandung ketidakefektifan dengan penggunaan kata itu. Klausa (iv) menunjukkan adanya ketaksaan yaitu pada rangkaian kata pengen menbonceng dia, apabila klausa tersebut tidak dipahami secara menyeluruh akan timbul anggapan bahwa si penutur ingin membonceng pengemis, padahal yang terjdi justru sebaliknya. Ketidakefektifan juga terlihat pada klausa (iv) pada pengulangan kata saya pengen...dan tambahan kata nganu...apa. ketidakefekifan dan ketaksaan memunculkan pembicaraan yang kurang teratur. Secara keseluruhan tuturan (6) juga kurang relevan dengan tema Perempuan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dalam tuturan (6) terdapat pelanggaran maksim kuantitas, relevansi, dan pelaksanaan. Pelanggaran maksim-maksim tersebut berfungsi untuk mengundang ketidaksesuaian sehingga muncul kelucuan....(7) Kartini membuat emansipasi tidak mengajarkan wanita untuk mengemis. (8) Gelar perempuan jawa itu ada banyak, yang pertama R. A. Raden Ajeng untuk perempuan jawa yang belum menikah. (9) R.A. Raden Ayu untuk perempuan jawa yang sudah menikah, R.A Ditya...Raditya untuk orang biasa yang belum menikah. Tuturan (7) menunjukkan adanya ketaksaan yang mengarah pada pelanggaran maksim pelaksanaan. Tuturan (8) merupakan bentuk peanggaran maksim pelaksanaan karena kata banyak menjadikan tuturan tersebut menjadi samar-samar, banyak dalam makna perempuan jawa memiliki banyak gelar atau ada banyak jenis gelar untuk perempuan jawa sesuai tingkatannya. Dalam tuturan (9) terdapat pelanggaran maksim kualitas yang ditegaskan pada klausa kedua yaitu R,A. Ditya...Raditya untuk orang biasa yang belum menikah. Pelanggaran tersebut bertujuan untuk menyindir salah satu juri yaitu Raditya Dika sehingga memunculkan tawa penonton. Apabila dilihat secara menyeluruh tuturan tujuh sampai tuturan sembilan, sebenarnya pelanggaran-pelanggaran prinsip kerjasama dimaksudkan untuk membangun setup dan punch. Hal ini terlihat pada tuturan delapan yang bertindak sebagai setup, kemudian tuturan sembilan sebagai punch. (10) Sekarang pacaran itu enak,tinggal duduk makan pancake selebriti. 300

Tuturan (10 ) merupakan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan maksim kualitas karena memberikan informasi yang belum tentu kebenarannya. Penutur melakukan pelanggaran maksim kualitas yang ditegaskan pada frase pancake selebriti untuk memunculkan kesan lucu melalui ekspektasi penonton tentang kekonyolan mudamudi jaman sekarang. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui, bahwa dalam wacana humor komika Dodit Mulyanto dengan tema Perempuan terdapat pelanggaran prinsip kerjasama, yaitu pelanggaran maksim kualitas sebanyak empat tuturan, pelanggaran maksim kuantitas sebanyak tiga tuturan, pelanggaran maksim relevansi sebanyak dua tuturan, pelanggaran maksim pelaksanaan sejumlah empat tuturan. Pelanggaran maksim-maksim dalam prinsip kerjasama ternyata menjadi salah satu sarana timbulnya implikatur percakapan yang berfungsi sebagai pengungkapan humor. Selain itu pelanggaran prinsip kerjasama ini mendukung terbangunnya setup dan punch yang sangat diperlukan dalam sebuah wacana humor. DAFTAR PUSTAKA Gauter, Dick. 1988.The Humor Cartoon. New York: A Pegrige Book. Grice, H.P..1975. Logic and Conversation.Syntax and Semantics, Speech Act,3. New York: Academic Press. Setiawan, Arwah. 1990. Teori Humor. Jakarta : Majalah Astaga. Sudaryanto. 1993. Metode Linguistik: Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press Suhadi. 1989. Humor dalam Kehidupan. Jakarta: Gema Press. Sumarlam, dkk. 2009. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta. Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu. 2009. Analisis Wacana Pragmatik.Surakarta : Yuma Pustaka 301