BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

dokumen-dokumen yang mirip
Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar

BAB III LANDASAN TEORI

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Tinjauan Pustaka. Agregat

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR. Penanggung Jawab. Iman Basuki

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

Lampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar. 1/2" (gram)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERENCANAAN GRADASI AGREGAT CAMPURAN. dari satu fraksi agregat yang penggabungannya menggunakan cara analitis.

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah.(1998):Pemanfaatan Asbuton untuk Lasbutag dan Latasbusir, Direktorat

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

METODOLOGI PENELITIAN

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Zeon PDF Driver Trial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

LAMPIRAN A HASIL PENGUJIAN AGREGAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN LAPISAN TIPIS ASPAL BETON (HOT ROLLED SHEET-WEARING COURSE)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PERENCANAAN PERSENTASE AGREGAT CAMPURAN. Dalam memperoleh gradasi argegat campuran yang sesuai dengan spesifikasi

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

EFEK PERENDAMAN TERHADAP KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG CAMPURAN HRA YANG MENGANDUNG BAHAN PENGISI ABU BATU DAN SERBUK ARANG. Derita Lamtiar NRP :

III. METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB III Landasan Teori LANDASAN TEORI. A. Bahan Penyusun Campuran Perkerasan Lapis Aus

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Lampiran 1. Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat kasar

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

STUDI PENAMBAHAN GILSONITE TERHADAP KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC WC), terlebih dahulu melakukan uji coba dalam skala kecil terhadap agregat, aspal dan asbuton yang dilakukan di laboratorium. Dari hasil pengujian yang dilakukan didapat hasil yang sesuai dengan spesifikasi dan standar yang ditetapkan untuk kemudian diterapkan dalam skala yang lebih besar yang langsung diolah oleh unit AMP dan hasilnya dapat langsung didistribusikan ke lapangan. Untuk lebih jelasnya penulis secara sistematis menyusun hasil pengujianpengujian dan cara perhitungan sesuai dengan langkah kerja dari proses pembuatan campuran panas asbuton dengan sistem hot mix (AC WC). Data-data tersebut diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium PT Hutama Prima yang bertempat di Semplak, Bogor. Adapun data hasil pengujian dapat dirangkum dalam tabel sesuai dengan urutan pekerjaan sebagai berikut : 1) Pengujian Agregat 2) Pengujian Aspal ) Metoda Rancangan Campuran 4) Pengujian Marshall 5) Pengujian Ekstraksi Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 1

4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Agregat. Agregat yang digunakan pada pengujian ini adalah agregat yang telah disediakan di laboratorium AMP PT Hutama Prima. Tujuan dari pengujian agregat adalah untuk mengetahui karakteristik dari agregat yang digunakan dalam pembuatan benda uji. Pada pengujian ini agregat kasar yang tertahan oleh saringan no.8, yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu bahan campuran yang akan digunakan dalam membuat sampel untuk uji marshall. Pada pengujian agregat halus adalah agregat tertahan oleh saringan no.200. Yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu bahan campuran yang akan digunakan dalam membuat sampel untuk uji marshall. Tabel 4.1 Hasil Uji Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar. Benda Uji Hot Bin-II (ukuran 6 mm s.d.14 mm) / (Batu Split). Uraian dan rumus Satuan Rumus Pengujian I II benda uji kering oven Gram (Bk) 925.8 946.9 benda uji kering permukaan jenuh/ssd Gram (Bj) 947.8 968.0 benda uji dalam air Gram (Ba) 58.7 597.2 Ratarata jenis bulk gr/cm Bk/(Bj-Ba) jenis kering permukaan gr/cm jenuh /SSD Bj/(Bj-Ba) jenis semu /apparent gr/cm Bk/(Bk-Ba) Penyerapan/absorption gr/cm (Bj-Bk) /Bk*100% 2.54 2.554 2.548 2.60 2.611 2.607 2.706 2.708 2.707 2.76 2.228 2.02 jenis efektif adalah jumlah nilai rata-rata berat jenis bulk dengan berat jenis semu/apparent. Dari hasil pengujian diatas, didapat berat jenis efektif agregat kasar yaitu 2.628 > 2.5, dan penyerapan agregat kasar 2.02% < %, telah memehuni standar (SNI 1969-2008). Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 2

Benda Uji Hot Bin-III (ukuran mm s.d. 6 mm) / (Batu Screening) Uraian dan rumus Satuan Rumus Pengujian I II benda uji kering oven Gram (Bk) 801.5 80.4 benda uji kering permukaan jenuh/ssd Gram (Bj) 821.5 82.8 benda uji dalam air Gram (Ba) 505.7 507.4 jenis bulk gr/cm Bk/(Bj-Ba) jenis kering permukaan gr/cm jenuh /SSD Bj/(Bj-Ba) jenis semu /apparent gr/cm Bk/(Bk-Ba) Penyerapan/absorption gr/cm (Bj-Bk) /Bk*100% 2.58 2.59 2.59 2.601 2.604 2.602 2.710 2.714 2.712 2.495 2.59 2.517 Didapat berat jenis efektif agregat kasar yaitu 2.626 > 2.5, dan penyerapan agregat kasar 2.517% < %, memehuni standar (SNI 1969-2008). Tabel 4.2 Hasil Uji Jenis dan Penyerapan Agregat Halus. Benda Uji Hot Bin-IV (ukuran 0 s.d. mm) / (Abu Batu) Uraian dan rumus Satuan Rumus Pengujian I II benda uji kering oven Gram (Bk) 489.2 490.1 piknometer diisi air 25ºC Gram (B) 657.6 657.6 benda uji SSD + piknometer diisi air 25ºC Gram (Bt) 964.0 96.6 benda uji permukaan jenuh/ssd Gram 500.0 500.0 Ratarata Ratarata jenis bulk gr/cm Bk/(B+500-Bt) jenis kering permukaan gr/cm jenuh /SSD 500/(B+500-Bt) jenis semu /apparent gr/cm Bk/(B+Bk-Bt) Penyerapan/absorption gr/cm ( 500-Bk) *100%/Bk 2.527 2.526 2.527 2.58 2.577 2.580 2.676 2.662 2.669 2.208 2.020 2.114 Agregat halus disini memiliki tingkat penyerapan yang ideal 2.114 < %, sehingga agregat dapat menyerap aspal dengan jumlah cukup yang nantinya akan memberikan daya ikat aspal yang optimal. (SNI 1970-2008) Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV-

4.2 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal. Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium meliputi uji berat jenis, penetrasi dan uji titik lembek. Tabel 4. Hasil Uji Jenis Aspal Piknometer Piknometer + Air Piknometer + Aspal Piknometer + Aspal + Air Jenis Ratarata (gr) (gr) (gr) (gr) (gr/cc) (gr/cc) 115 424.5 212.5 428.5 1.04 1.0 114.6 400 22.7 401.5 1.02 Standar Pemeriksaan SNI 06-2441- 1991 Dari hasil uji diatas, didapat berat jenis aspal 1.0. Berarti memenuhi standar, yaitu minimal 1. (SNI 06-2441-1991) Tabel 4.4 Hasil Uji Penetrasi Aspal. PENETRASI PADA 25ºC, 100 Gram, 5 Detik Pengujian I II III Standar Satuan 1 70 71 69 2 65 68 7 Rata-rata 67.5 69.5 71 SNI -06-2456-1991 0,1 mm Dari hasil uji penetrasi didapatkan nilai rata-rata 71 mm, yaitu kurang dari 79 mm berarti aspal memenuhi standar syarat aspal penetrasi 60/70. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 4

Tabel 4.5 Hasil Uji Titik Lembek Aspal. No. Suhu yang diamati (ºC) Waktu (detik) Pengujian Titik Lembek (ºC) Cincin (I) Cincin (II) Rata-rata (ºC) 1 0 2 10 15 7.8 4 20 7.8 5 25 120 6 0 66.6 7 5 7.2 8 40 72.6 9 45 71.4 10 50 74.4 49 50 49.5 Standar : SNI-06-244-1991 Satuan : ºC Dari hasil uji titik lembek, didapatkan nilai rata-rata 49.5 ºC. Berarti aspal telah memenuhi standar, yaitu minimal 48 ºC dan maximal 56 ºC. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 5

4. Hasil dan Analisa Metode Rancangan Campuran Untuk membuat benda uji masing-masing diperlukan campuran dengan berat total 1200 gr. Pembuatan benda uji masing-masing (tiga buah) untuk setiap kadar aspal. Tabel 4.6 Hasil Rancangan Campuran (Mix Design) Lapis Perkerasan (AC WC) + Asbuton (5%) Hot Bin (%) HB Total berat (1200gr) Hot Bin (% ) HB Total berat (1200gr) I IV HB 2 50 57.0 HB 2 50 564.0 HB 20 229.2 HB 20 225.6 HB 4 25 286.5 HB 4 25 282.0 Asbuton 5 57. Asbuton 5 56.4 Aspal 4.5 54.0 Aspal 6 72.0 100 100 II V HB 2 50 570.0 HB 2 50 561.0 HB 20 228.0 HB 20 224.4 HB 4 25 285.0 HB 4 25 280.5 Asbuton 5 57.0 Asbuton 5 56.1 Aspal 5 60.0 Aspal 6.5 78.0 100 100 III VI HB 2 50 567.0 HB 2 50 558.0 HB 20 226.8 HB 20 22.2 HB 4 25 28.5 HB 4 25 279.0 Asbuton 5 56.7 Asbuton 5 55.8 Aspal 5.5 66.0 Aspal 7 84.0 100 100 Dari hasil rancangan campuran (mix design) didapat persentase untuk agregat HB-II 50%, HB-III 20%, HB-IV 25%, pemakaian asbuton sebesar 5% terhadap campuran. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 6

4.4 Hasil dan Analisa Pengujian Marshall. Uji Marshall dilakukan untuk mendapatkan stabilitas dan kelelehan (flow) dari campuran aspal dan agregat. Data yang didapatkan dari benda uji yaitu berat benda uji, berat benda uji dalam keadaan jenuh dan berat benda uji dalam air. Kemudian dilakukan perhitungan karakteristik campuran meliputi Volume Pori Dalam Agregat (VMA), Volume Pori Dalam Campuran (VIM), Volume Pori Campuran Yang Terisi Aspal/Bitumen (VFB), Stabilitas, Kelelehan dan Kekakuan sesuai dengan standar dan spesifikasi Pada penelitian ini, kadar aspal optimum ditentukan dari pemeriksaan uji marshall dari parameter yang dicatat dalam pengujian marshall adalah nilai rongga dalam campuran (VIM), rongga dalam agregat (VMA), Kelelehan, Stabilitas dan Kekakuan. Berikut hasil langkah-langkah pengujian tes stabilitas marshall dengan variasi benda uji untuk masing-masing kadar aspal sebanyak (tiga) buah sampel, yang akan diambil nilai rata-ratanya untuk mencari kadar optimum aspal dengan lama perendaman 0 menit. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 7

Contoh perhitungan hasil uji marshall : Uraian Rumus Nilai a. Persen aspal terhadap agregat = 5 % b. benda uji dalam keadaan kering = 1188.gr c. benda uji dalam air = 661.2 gr d. benda uji dalam keadaan jenuh (SSD) = 1190.0 gr e Isi benda uji (Volume) (d c) = 528.8 gr f. benda uji semu (Apparent) (b / e) = 2.258 gr g. Maximum Density = 2.98 gr/cm h. Nilai rongga dalam agregat (VMA) 100-((f*(100-a)/ (t ))*100% = 14.90 % i. Nilai rongga dalam campuran (VIM) (u-f)/u*100% = 6.18 % j. Nilai rongga dalam aspal (VFB) (h-i)/h*100% = 58.52 % k. Bacaan angka stabilitas (Gauge Value) = 25 kg l. Angka Pokok (Main) (k * q) = 1066 kg m. Nilai Stabilitas (Adjust) (l * p) = 102 kg n. Bacaan arloji kelelehan (Flow) =.10 mm o. Kekakuan / Marshall Quotient (MQ) (m / n) = 42 kg/mm p. Angka Koreksi = 0.96 q. Kalibrasi Proving Ring (r * s) = 4.58 kg r. Faktor kalibrasi = 10.00408 pound s. Nilai konversi = 0.456 t. Bulk Specific Gravity total aggregat (Gsb) = 2.521 g/cm u. Max Specific Gravity (Gmm) Nilai untuk kadar aspal : 4.5% = 2.415 5% = 2.98 5.5% = 2.82 6% = 2.65 6.5% = 2.49 7% = 2. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 8

Tabel 4.7 Perhitungan Karakteristik Uji Marshall Contoh Kadar Aspal (%) Kering (gram) Dalam Air (gram) SSD (gram) Vol. (cc) Jenis Semu (g/cm ) VMA (%) VIM (%) VFB (%) Bacaan Angka (gauge value) Stabilitas (kg) Angka Pokok (main) Disesuaikan (adjust) Flow (mm) MQ (kg/ mm) a b c d e f g h i j k l m n o 1 1184.4 655. 1185.6 50. 2.2 210 95 915.00 2 4.5 1179.8 654.2 1180.1 525.9 2.24 220 998 958 2.90 1180.0 655.6 118.0 527.4 2.27 205 90 89 2.80 Rata-rata 2.28 15.2 7.55 50.4 922 2.90 18 1 1188. 661.2 1190.0 528.8 2.247 25 1066 102.00 2 5 1180.9 662. 118.2 520.9 2.267 245 1112 1112.10 1182.4 662.0 1185.0 52.0 2.261 240 1089 1045.20 Rata-rata 2.258 14.90 6.18 58.52 1060.10 42 1 1189.9 664.9 1190.8 525.9 2.26 250 114 1089.0 2 5.5 1180.5 662.4 1181.7 519. 2.27 260 1180 1180.40 1180.0 660.2 1182. 522.1 2.260 265 1202 1202.50 Rata-rata 2.265 15.08 4.75 68.50 1157.40 40 1 1185.8 660.8 1186.6 525.8 2.255 275 1248 1198.60 2 6 1180.9 662.4 1182.1 519.7 2.272 270 1225 1225.50 1179.2 662.0 1180.5 518.5 2.274 280 1270 1270.40 Rata-rata 2.267 15.47 4.00 74.14 121.50 52 1 1176.8 657.5 1177.4 519.9 2.264 265 1202 1202.70 2 6.5 1180.6 660.0 1181.9 521.9 2.262 270 1225 1225.50 1175.2 657.0 1177.0 520.0 2.260 275 1248 1248.60 Rata-rata 2.262 16.11.74 76.78 1225.60 40 1 1158.0 655.1 1171.0 515.9 2.245 258 1171 1171.70 2 7 1148.0 650.5 1162.0 511.5 2.244 259 1175 1175.80 1151.0 659. 1170.0 510.7 2.254 259 1175 1175.80 Rata-rata 2.248 17.08.40 80.09 1174.77 12 Dari pengujian tersebut diatas dapat dirangkum hasil nilai rata-rata dalam tabel hasil uji marshall sebagai berikut : Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 9

Tabel 4.8 Karakteristik Hasil Uji Marshall. No. Karakteristik Campuran Kadar Aspal (%) Persyaratan 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Min Maks 1 VMA (%) 15.2 14.90 15.08 15.47 16.11 17.08 15 2 VIM (%) 7.55 6.18 4.75 4.00.74.40.5 5.5 VFB (%) 50.4 58.52 68.50 74.14 76.78 80.09 60 4 Stabilitas (kg) 922 1060 1157 121 1225 1174 1000 5 Kelelehan (mm) 2.90.10.40.50.60.77 6 Kekakuan (kg/mm) 18 42 40 52 40 12 00 Dari hasil nilai rata-rata pada pengujian marshall, untuk mencari kadar aspal optimum dipresentasikan ke dalam gambar hubungan kadar aspal sebagai berikut : 4.4.1 Hubungan Kadar Aspal dengan VMA Gambar 4.1 Hubungan kadar aspal dengan VMA Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 10

Pada gambar 4.1 karakteristik campuran aspal jika dibandingkan dengan nilai VMA, cenderung meninggi seiring pertambahan kadar aspal yang terjadi, hal ini dikarenakan dengan kadar aspal yang semakin banyak semakin besar pula rongga-rongga udara yang tertutup oleh aspal tersebut sehingga terjadi ikatan yang kuat antara agregat dalam campuran. 4.4.2 Hubungan Kadar Aspal dengan VIM Gambar 4.2 Hubungan kadar aspal dengan VIM Pada gambar 4.2 hubungan kadar aspal dengan VIM (volume pori dalam campuran), membentuk kurva yang semakin menurun seiring dengan adanya penambahan kadar aspal, karena semakin tingginya kadar aspal menyebabkan VIM semakin berkurang. Untuk kadar aspal 4.5% tidak memenuhi syarat, sebab nilai VIMnya melebihi persyaratan yang telah ditentukan. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 11

4.4. Hubungan Kadar Aspal dengan VFB Gambar 4. Hubungan kadar aspal dengan VFB Pada gambar 4. karakteristik VFB terlihat sebagai kurva yang meninggi seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Kriteria VFB membantu perencanaan campuran dengan memberikan VMA yang dapat diterima. Pengaruh utama kriteria VFB adalah membatasi VMA maksimum dan kadar aspal maksimum. Untuk kadar aspal 4.5% tidak memenuhi syarat, sebab nilai VFBnya dibawah persyaratan yang telah ditentukan. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 12

4.4.4 Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas Gambar 4.4 Hubungan kadar aspal dengan stabilitas Pada gambar 4.4 hubungan kadar aspal dengan stabilitas, terlihat dengan bertambahnya kadar aspal kadar aspal maka nilai stabiltas akan naik hingga batas maksimum dan menurun sejalan dengan penambahan kadar aspal, hal ini disebabkan dengan semakin bertambahnya kadar aspal maka daya ikat antar partikel agregat akan berkurang (prosentase jumlah agregat berbanding terbalik dengan prosentase kadar aspal) sehingga nilai stabilitas akan semakin menurun. Nilai stabilitas mempunyai banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu agregat yang bergradasi baik dan bergradasi rapat yang memberikan rongga antar butiran agregat (Voids in Mineral Agregat = VMA) yang kecil. Nilai VMA sangat berpengaruh terhadap tingginya nilai stabilitas, semakin tinggi nilai VMA maka makin kecil nilai stabilitas yang dihasilkan. Tetapi jika nilai stabilitas sangat tinggi akan menyebabkan lapisan menjadi kaku dan cepat mengalami retak-retak karena kadar aspal yang rendah. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 1

4.4.5 Hubungan Kadar Aspal dengan Kelelehan (Flow) Gambar 4.5 Hubungan kadar aspal dengan kelelehan Pada gambar 4.5 hubungan kadar aspal dengan kelelehan, terlihat nilai kelelehan semakin meningkat seiring dengan penambahan kadar aspal. Kelelehan yang tinggi dikarenakan nilai VMA yang besar serta kadar aspal yang tinggi. Nilai kelelehan yang tinggi dapat mengakibatkan lapis perkerasan menjadi fleksibel. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 14

4.4.6 Hubungan Kadar Aspal dengan Kekakuan (MQ) Kekakuan/MQ (kg/mm) Kadar Aspal (%) Gambar 4.6 Hubungan kadar aspal dengan kekakuan (MQ) Pada gambar 4.6 hubungan kadar aspal dengan kekakuan, terlihat nilai kekakuan semakin meningkat seiring dengan penambahan kadar aspal, tetapi setelah mencapai titik maksimum, nilai kekakuannya kembali menurun seiring penambahan kadar aspal. Makin besar nilai kekakuan maka makin besar kekakuan campuran aspal. Hal ini berarti campuran aspal tersebut memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 15

Parameter Marshall VIM VMA Stabillitas Flow 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Kadar Aspal KAO = (5.8+6.6)/2 = 6.2% Gambar 4.7 Penentuan Kadar Aspal Optimum : Dari gambar diatas didapat nilai kadar aspal optimum 6.2%, nilai ini diambil dari batas terdalam yaitu 5.8% sampai 6.6% maka diperoleh kadar aspal optimum sebesar (5.8+6.6) / 2 = 6.2%, dimana kadar aspal tersebut akan digunakan untuk campuran dengan lama perendaman 0 menit dan 24 jam. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 16

4.5 Hasil dan Analisa Pengujian Ekstraksi. Pengujian ekstraksi adalah untuk mengetahui kadar aspal yang terkandung dalam hasil benda uji dari campuran panas (hot mix) atau sebagai kontrol kualitas dari hasil uji campuran beraspal panas asbuton. Tabel 4.9 Hasil Uji Ekstraksi. Uraian satuan Rumus Pengujian Ratarata I II III sampel sebelum diuji (A) gram 950 900 1000 950 sampel setelah diuji (B) gram 887 840.7 94 887.2 kertas filter sebelum diuji (C) gram 11.5 11. 11.2 11. kertas filter setelah diuji (D) gram 14.7 14.6 15.1 148 filler yang menempel di kertas filter (E) gram (D-C).2..9.5 total agregat setelah diuji gram (B+E) 891.1 844 97.9 891 aspal (G) gram (A-G) 58.9 56 62.1 59 Persentase kadar aspal terhadap campuran (%) (G/A)*100% 6.20 6.22 6.21 6.21 Didapat nilai rata-rata 6.21 berarti mendekati nilai optimum sebesar 6.2%. Batas toleransi hasil ekstrasi adalah 0.%, telah sesuai dengan standard Bina Marga. Tujuan dari pengujian ini sebagai kontrol kualitas terhadap hasil pembuatan hot mix pada skala besar, apakah memenuhi spesifikasi yang diminta pihak klien atau tidak. Jika tidak sesuai dengan spesifikasi maka dapat dilakukan pengecekan ulang pada proses pembuatan di AMP dengan mengecek apakah ada kerusakan pada peralatan pencampur, kesalahan pada operator dan hal lainnya. Tugas Akhir : Cahya Mulyanto : 4110811004 Bab.IV- 17