PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PDEODE TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

PENGARUH STARTER EXPERIMENT APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA/SMK KELAS X

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOORPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN DISCOVERY INQUIRY DI SMA

Putri Sukaesih *), Siswoyo, I Made Astra. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta Timur 13220

Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

Ari Soraya Nurilah, Sudarti, Nuriman

Unnes Physics Education Journal

Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA

Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

PENGARUH STRATEGI PDEODE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

Wita Loka Rizki Siregar* Chemistry Department of FMIPA State University of Medan * ABSTRACT

Diana Puspitasari, Eko Swistoro dan Eko Risdianto

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

OLEH: SITI FATIMAH NIM. E1M

UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP. Muhamad Kurnia Sugandi 1

EEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE TPS (THINK-PAIR-SHARE) BERBASIS OPEN-ENDED-PROBLEM TERHADAP KREATIVITAS BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Surabaya, 25 Pebruari 2012

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Matematika

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI ROLE APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SUHU DAN PERUBAHANNYA DI SMP NEGERI 3 PALU

Gunung Pati, Semarang. Diterima: 3 Maret Disetujui: 4 April Dipublikasikan: 30 Juli 2016 ABSTRACT

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMA

Artikel diterima: Oktober 2017; Dipublikasikan: November 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

: Model Pembelajaran Guided Discovery, Hasil Belajar Fisika.

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

III METODE PENELITIAN

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Kata kunci: Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Tim Kuis, Eksperimen

Pengaruh Model Problem Based Learning Menggunakan Simulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak Lurus Kelas VII MTs Bou

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

Keywords : Cooperative Learning, POE (Predict-Observe-Explain), Learning Achievement.

Oleh Deby Maria Juliana Purba Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN DISCOVERY-INQUIRY DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 PALU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE BENAR ATAU SALAH BESERTA ALASAN

KOMPARASI PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI DENGAN MEDIA SLIDE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab IV ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL REACT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA KABUPATEN PAMEKASAN

Jurnal Riset Pendidikan Fisika Vol. 1 No. 1, Desember 2016

PENGGUNAAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAN THINK PAIR SHARE DI SMA NEGERI PURWODADI

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sigi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH U. SISWANTO NIM F

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI SEL DI KELAS XI IPA

Kata-kata kunci: minat belajar, hasil belajar aspek kognitif, metode konvensional, media video. Abstract

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 3 p-issn /e-ISSN

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Complex Instruction Terhadap Hasil Belajar IPS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 5 Bandar

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB III DESAIN PENELITIAN. Bandung. Variabel bebas atau independent varabel dalam penelitian ini yaitu

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Syndicate Group terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMA Negeri 14 Pekanbaru

PENGARUH MODEL PENCOCOKAN KARTU INDEKS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN Kata Kunci : Guided Inquiry dengan Teknik Think Pair Share, Hasil Belajar [1]

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model

Pengaruh Model Learning Start With A Question Berbasis Eksperimen Sederhana terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X Man 2 Model Palu

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DI SMK N 1 PUNDONG

PENGARUH MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III SD

Satrio Rahmat Muslim 1, Yaspin Yolanda 2, Ahmad Amin 3 Skripsi ini berjudul Penerapan model Collaborative Teamwork Learning pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IV SD

Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang

Wiwik Andriyani 1), Dr.H. Suratno, M.Pd 2), Rosmiati, S.Pd, M.Pd 3)

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PDEODE TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA Raden Raisa Wulandari 1*), Siswoyo 1, Fauzi Bakri 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No.10 Rawamangun, Jakarta Timur 13220 * ) wulandariraisa@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Prediction, Discuss, terhadap hasil belajar kognitif fisika siswa SMA. Model pembelajaran PDEODE merupakan model pembelajaran bersiklus yang terdiri dari enam tahapan yaitu tahap prediksi I, diskusi I, presentasi I, observasi, diskusi II, dan presentasi II. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan jenis eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian ini dilakukan di SMAN 107 Jakarta. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu, kelas X MIPA 2 sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 34 siswa dan kelas X MIPA 3 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 35 siswa. Penelitian dilakukan dalam pembelajaran konsep fluida statis. Instrumen hasil belajar yang digunakan berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari 25 soal. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan analisis data dengan menggunakan statistik uji-t. Berdasarkan hasil analisis dan uji-t (uji hipotesis) dengan taraf signifikansi 5% dan dk=67, didapatkan harga ttabel=1.667 dan thitung=3.542, sehingga hipotesis ho ditolak dan hipotesis ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif antara model pembelajaran PDEODE terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA pada materi fluida statis. Keywords: Pembelajaran PDEODE, Hasil Belajar Kognitif, Fluida Statis 1. Pendahuluan Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang sains hanya menempati peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes yang dilakukan oleh PISA (Angel Gurria, 2014:5-9). Fisika merupakan salah satu bidang ilmu sains yang mempelajari tentang gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Pendidikan fisika memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan IPTEK pada sebuah negara, hal ini dikarenakan fisika merupakan salah satu disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan dunia teknologi dan pembangunan. Pemerintah telah memutuskan untuk menghentikan penerapan kurikulum 2013 dan kembali menerapkan kurikulum 2006. Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah Anies Baswedan mengatakan bahwa, guru sebagai instrumen utama pendidikan belum siap dalam menggunakan kurikulum 2013 (Republika, 8 Desember 2014). Hal tersebut didukung oleh Guru besar sosiologi UIN Bandung Prof. Nanat Fatah Natsir yang mengatakan bahwa kurikulum 2013 kurang memperhitungkan kesiapan guru (Antaranews, 9 Desember 2014). Salah satu hal yang dapat dilihat dari kesiapan guru dalam penerapan kurikulum 2013 adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa standar proses pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis dan mengumpulkan data (Ridwan, 2014:50-51). Pendekatan saintifik ialah pendekatan pembelajaran yang menuntut proses pembelajaran bersiklus. Salah satunya ialah proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran 5M, yang dilakukan dengan lima langkah pembelajaran yaitu tahap mengamati, menanya, mencoba, melakukan asosiasi, dan mengkomunikasikan. Model pembelajaran 5M merupakan salah satu proses pembelajaran bersiklus, tetapi model pembelajaraan 5M bukan satu-satunya model pembelajaran bersiklus. Artikel-artikel pada jurnal Internasional juga memperkenalkan beberapa model pembelajaran bersiklus. Salah satu model pembelajaran bersiklus adalah model pembelajaran Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain (PDEODE). SNF2015-I-181

Artikel pada jurnal tersebut menjelaskan model pembelajaran PDEODE dapat menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan sesuai dengan keterampilan proses sains. Selain itu menurut Mansoor Niaz dalam jurnal yang berjudul Investigating the effectiveness of a POE-based teachinh activity on students understanding of condensation, menyebutkan bahwa pembelajaran PDEODE dapat digunakan sebagai sarana untuk menyelusuri pemahaman siswa tentang suatu konsep ilmu. Model pembelajaran PDEODE merupakan model pembelajaran yang berlandaskan atas teori konstruktivisme (Smith, dalam Costu,2008:3). Teori konstruktivisme menyatakan bahwa, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang halhal yang sedang dipelajari (Evelin, 2010:41). Selain itu, menurut Matthew Kearney dalam jurnal Student and Teacher Perceptions of the Use of Multimedia Supported Predict-Observe-Explain Tasks to Probe Understanding, mengatakan bahwa, pembelajaran dalam pandangan kontruktivisme adalah suatu pembelajaran yang menuntut siswa untuk membangun suatu konsep berdasarkan pengalaman yang baru didapatkannya dan menghubungkannya dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa siswa harus mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru, lalu mengkaitkannya dengan pengetahuan lama yang dimiliki, hal ini dapat membuat pemahaman konsep siswa tentang pengetahuan tersebut semakin meningkat. Keberhasilan model pembelajaran PDEODE dalam pembelajaran sains, dapat dilihat dari artikel Bayram Costu dalam Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,(2008, vol.4, no.1, hal.3-9) yang mempublikasikan hasil penelitian mengenai keefektifan model pembelajaran PDEODE dalam membantu siswa untuk memahami sains dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika di sekolah perlu menerapkan suatu model pembelajaran inovatif yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, bermakna, dan sesuai dengan keterampilan proses sains (Asri, 2013:122). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan sesuai dengan keterampilan proses sains ialah model pembelajaran Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain (PDEODE). Model pembelajaran PDEODE terdiri dari enam tahapan kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran fisika khususnya materi fluida statis sering ditemukan kesulitan dalam memahami materi tersebut. Hal ini dikarenakan pada materi fluida statis menuntut siswa untuk menghafal teori dan berhitung. Sedangkan fakta dilapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yang membuat siswa menjadi pasif selama proses pembelajaran berlangsung (Asri,2013,vol.02, no.03,hal.122). Seharusnya untuk memahami materi fluida statis dengan baik siswa dapat dengan cara mengaitkan dan mengkonstruksi pengetahuan lama atau pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan baru yang akan diperoleh dari hasil observasi dalam bentuk eksperimen atau pengamatan yang dilakukan oleh siswa. Sehingga pemahaman konsep fisika siswa mengenai materi fluida statis akan lebih optimal dan melekat kuat didalam aspek kognitif siswa. Oleh karena, itu dalam proses pembelajaran fisika pada materi fluida statis dibutuhkan model pembelajaran dimana siswa dapat aktif menemukan pengetahuan baru. Dalam model pembelajaran PDEODE memungkinkan siswa untuk dapat aktif dalam pembelajaran, dan diharapkan siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan lama yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan diperoleh melalui observasi dalam bentuk eksperimen atau pengamatan yang dilakukan siswa. Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal yang ada dapat diketahui bahwa model pembelajaran PDEODE efektif dalam membantu siswa untuk memahami sains dalam kehidupan sehari-hari (Costu,2008, vol.4, no.1, hal.3-9). Dengan fakta tersebut diharapkan model pembelajaran PDEODE ini dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa yang secara langsung dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika, khususnya pada materi fluida statis. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian quasi eksperimen (quasi experimental method). Di dalam metode quasi eksperimen terdapat perlakuan (treatment). Dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain atau dengan kata lain metode eksperimen adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian untuk melihat hubungan sebab-akibat antara dua atau lebih variabel, dimana salah satu variabel adalah variabel kontrol. Penelitian ini menggunakan dua sampel kelas. Masing-masing kelas mendapatkan perlakuan yang berbeda. Sampel pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran Prediction, Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain (PDEODE). Sampel pada kelas kontrol SNF2015-I-182

diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran 5M sesuai dengan kurikulum 2013. Desain yang digunakan dalam penelitian quasi eksperimen ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desian ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik apabila nilai pretest (tes awal sebelum diberi perlakuan) kelompok eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Setelah masing-masing kelas diberikan perlakuan maka dilakukan tes akhir (posttest). Tabel 1. Desain Penelitian Kelas Pretest Perlakuan Posstest Ekperimen O 1 X 1 O 2 Kontrol O 1 X 2 O 2 Keterangan : O 1 : Nilai tes awal (sebelum perlakuan) O 2 : Nilai tes akhir (setelah perlakuan) X 1 :Pembelajaran Prediction, Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain X 2 : Pembelajaran 5M sesuai dengan kurikulum 2013 3. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil belajar kognitif fisika siswa pada materi fluida statis yang diperoleh dari 62 siswa yang terbagi atas 28 siswa kelas eksperimen (X MIPA 2) dan 34 siswa kelas kontrol (X MIPA 3). Dalam proses pembelajaran yang dilakukan, kelas eksperimen menggunakan pembelajaran Prediction, Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain (PDEODE), sementara kelas kontrol menggunakan pembelajaran 5M sesuai dengan kurikulum 2013. Pada awal penelitian dilakukan pretest pada ketiga kelas yaitu kelas X MIPA 1, X MIPA 2, dan X MIPA 3. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dua kelas yang memiliki kemampuan sama atau hampir sama, dalam hal ini kemampuan siswa dapat diukur dari nilai yang diperoleh siswa. Berikut ini pemaparan hasil pretest ketiga kelas : Tabel 2. Data Statistik Deskriptif Pretest Siswa Kelas X MIPA 1, X MIPA 2, dan X MIPA 3 Statistik Kelas X Kelas X Kelas X MIPA 1 MIPA 2 MIPA 3 Banyak 30 28 31 Siswa (n) Nilai 24 4 20 Minimum Nilai 60 60 48 Maksimum Rentang 36 56 28 Rata-Rata 38,4 36,71 35,06 Varian 460,938 126,323 71,129 Standar Deviasi 21,469 11,239 8,434 Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kelas yang memiliki data homogen adalah kelas X MIPA 2 dan X MIPA 3, dengan nilai dan. Karena kelas X MIPA 2 dan X MIPA 3 merupakan kelas yang memiliki data homogen, maka kedua kelas inilah yang dijadikan sampel dalam penelitian, hal ini dikarenakan kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama atau hampir sama. Kelas X MIPA 2 dan X MIPA 3, masingmasing diberi perlakuan yang berbeda. Kelas X MIPA 2 sebagai kelas eksperimen dalam proses pembelajarannya menggunakan pembelajan PDEODE, sedangkan kelas X MIPA 3 sebagai kelas kontrol dalam proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran 5M. kemudian setelah diberikan perlakuan, kedua kelas tersebut diberikan posttest dengan hasil sebagi berikut : Tabel 3. Data Statistik Deskriptif Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Banyak Siswa 28 34 (n) Nilai Minimum 52 36 Nilai Maksimum 88 76 Rentang 36 40 Rata-Rata 71,25 57,97 Varian 107,009 110,272 Standar Deviasi 10,345 10,501 Grafik 1. Histogram Posttest Kelas Eksperimen SNF2015-I-183

Grafik 2. Histogram Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan hasil posttest, kelas eksperimen memiliki nilai minimum 52 dan nilai maksimum 88 sehingga memiliki rentang 36, rata-rata kelas eksperimen adalah 71,25; varian 107,009 dan standar deviasi 10,345. Sebanyak 50% siswa memperoleh nilai hasil belajar kognitif di atas nilai rata-rata kelas. Hasil posttest kelas kontrol diperoleh nilai minimum 36 dan nilai maksimum 76 sehingga memiliki rentang 40, rata-rata kelas kontrol adalah 57,97; varian 110,272 dan standar deviasi 10,501. Sebanyak 55,88% siswa memperoleh nilai hasil belajar kognitif di atas nilai rata-rata kelas, sedangkan 44,12% siswa memperoleh nilai hasil belajar kognitif di bawah rata-rata kelas. 2. Pengujian Persyaratan Analisis a) Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui sampel hasil belajar kognitif siswa yang diambil terdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat ( ) dengan data yang digunakan adalah data hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi fluida statis. Berikut ini pemaparan uji normalitas kedua kelas : Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Data Kelompok Eksperimen Kontrol Keterangan Terdistribusi Normal b) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sampel hasil belajar kognitif siswa berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji homogenitas Fisher (uji-f) dengan data yang digunakan adalah data hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi fluida statis. Berikut ini pemaparan uji homogenitas kedua kelas : Tabel 4.5 Hasil Pengujian Homogenitas Data Keterangan 1,03 1,88 Homogen c) Uji Hipotesis Dari hasil uji homogenitas, diketahui bahwa kelas eksperimen (X MIPA 2) dan kelas kontrol (X MIPA 3) berasal dari populasi yang homogen. Dengan jumlah siswa kelas eksperimen sebanyak 28 siswa (n A ) dan kelas kontrol sebanyak 34 siswa (n B ), maka n A n B, maka uji hipotesis atau uji-t mnggunakan rumus the pooled variance model t- test. Berikut ini pemaparan hasil analisis uji-t : Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji-t Keterangan 4,989 1,671 ditolak dan diterima B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 107 Jakarta, didapatkan hasil yang berbeda pada kedua kelas setelah diberikan perlakuan berbeda, kelas X MIPA 2 sebagai kelas eksperimen yang dalam proses pembelajaran menggunakan pembelajaran Prediction, Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain (PDEODE) dan kelas X MIPA 3 sebagai kelas kontrol yang dalam proses pembelajaran menggunakan pembelajaran 5M sesuai dengan kurikulum 2013. Sebelum diberi perlakuan nilai rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 36,71 dan 35,06, sedangkan setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 71,25 dan 57,97. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest dan posttest hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih besar daripada hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol. Penggunaan pembelajaran Prediction, Discuss, dapat berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif fisika siswa dikarenakan didalam pembelajaran PDEODE terdapat tahapan-tahapan yang dapat membantu siswa untuk membangun struktur kognitifnya mengenai konsep fisika, khususnya pada materi fluida statis. Penggunaan pembelajaran Prediction, Discuss, selain dapat membangun konsep pada struktur kognitif siswa, juga dapat membantu siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat pada tahap diskusi (discuss), presentasi (explain), dan observasi (observe). Selain itu penggunaan pembelajaran PDEODE ini dapat memotivasi siswa untuk dapat membuat prediksi mengenai suatu permasalahan, hal ini dapat dilihat pada tahap prediksi (prediction), dimana siswa pada tahap ini dituntut untuk dapat membuat prediksi awal mengenai suatu permasalahan yang disajikan. Siswa pada kelas eksperimen terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran. hal ini dikarenakan semua siswa pada kelas eksperimen dituntut untuk dapat membuat prediksi awal mereka mengenai permasalahan yang diajukan oleh guru pada awal pembelajaran. SNF2015-I-184

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga dapat dilihat dari cara siswa berdiskusi dengan kelompoknya pada tahap diskusi tingkat awal dan diskusi tingkat lanjut. Dalam tahap tersebut siswa bersama dengan kelompoknya saling bertukar pikiran mengenai permasalahan yang sedang diajukan. Tahap diskusi yang dilakukan siswa juga dapat menumbuhkan rasa toleransi dalam menghargai pendapat orang lain. Dalam pembelajaran PDEODE terdapat 2 tahapan diskusi, yaitu diskusi tingkat awal dan diskusi tingkat lanjut. Pada tahap diskusi tingkat awal siswa bersama dengan kelompoknya melakukan diskusi untuk menentukan hipotesis awal mengenai permasalahan yang diajukan oleh guru pada awal pembelajaran. Sedangkan, pada tahap diskusi tingkat lanjut, siswa bersama dengan kelompoknya berdiskusi untuk membandingkan atau mencocokkan antara hipotesis awal yang telah mereka buat pada tahap diskusi tingkat awal dengan fakta yang telah diperoleh pada tahap observasi. Jika hipotesis awal yang dibuat sama dengan fakta yang mereka dapatkan, maka siswa semakin yakin dengan konsep yang telah tertanam pada struktur kognitifnya. Akan tetapi, jika hipotesis awal tidak sesuai atau tidak sama dengan fakta yang mereka dapatkan, maka siswa akan mencari penjelasan tentang kesalahan hipotesis yang telah mereka buat. Pada tahap ini siswa akan mengalami perubahan konsep, dari konsep yang tidak benar menjadi benar. Selain itu, pada tahap ini, siswa dapat belajar dari kesalahan, kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan dalam membuat hipotesis awal, dan biasanya belajar dari suatu kesalahan akan membuat konsep tersebut tertanam kuat pada struktur kognitif siswa. Adanya tahap observasi membuat siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, hal ini membuat pembelajaran tidak terpusat pada guru. Pada tahap observasi, siswa secara langsung dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya, hal ini dapat membuat hubungan antar siswa menjadi lebih baik. Hal terpenting dalam tahap observasi yang telah dilakukan adalah siswa dapat menemukan fakta aktual mengenai permasalahan yang diajukan pada awal pembelajaran. Tahap presentasi tingkat awal dan presentasi tingkat lanjut, dapat membuat siswa percaya diri untuk dapat mengemukakan hasil diskusi yang telah mereka buat. Tahap presentasi ini juga membuat siswa bisa menerima dan menghargai saran atau pendapat dari kelompok lain. Sehingga, melalui tahap presentasi tingkat awal dan presentasi tingkat lanjut ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan toleransi siswa. Dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung, siswa pada kelas kontrol terlihat kurang aktif dibandingkan dengan siswa pada kelas eksperimen. Hal ini dikarenakan tidak adanya tahap prediksi pada proses pembelajaran di kelas kontrol. Sehingga pada pembelajaran di kelas kontrol, setiap siswa tidak dituntut untuk dapat membuat suatu prediksi mengenai permasalahan yang diajukan pada awal pembelajaran. Siswa pada kelas kontrol hanya aktif dalam kegiatan observasi, diskusi, dan presentasi. Jika dibandingkan dengan siswa pada kelas eksperimen, siswa pada kelas kontrol terlihat kurang tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini dilihat dari adanya beberapa siswa yang tidak fokus dalam kegiatan pembelajaran, seperti mengobrol dengan temannya atau melakukan kegiatan lainnya. Setelah dilakukan pengujian hipotesis diperoleh t hitung, selanjutnya t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel, dari perbandingan tersebut diperoleh bahwa t hitung >t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif penggunaan pembelajaran Prediction, Discuss, terhadap hasil belajar kognitif fisika siswa SMA. 4. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah adalah penggunaan pembelajaran Prediction, Discuss, berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif siswa SMA pada mata pelajaran fisika pada materi fluida statis pada taraf signifikansi 5% atau pada tingkat kepercayaan 95%, dimana nilai rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa yang dalam proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran Prediction, Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain (PDEODE) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa yang dalam proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran 5M sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini disebabkan karena tahap-tahapan yang ada pada pembelajaran Prediction, Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain (PDEODE) dapat membangun suatu konsep mengenai suatu permasalahan, konsep yang telah dibangun tersebut akan tertanam kuat pada struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat memahami dengan baik konsep tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Prediction, Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain (PDEODE) dapat digunakan menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Ucapan Terimakasih Terimakasih kepada Bapak Drs. Siswoyo, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I, Bapak Fauzi Bakri, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing II, SMAN 107 Jakarta, Kedua Orang Tua penulis dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuannya selama melaksanakan dan penyusunan jurnal ini. SNF2015-I-185

Daftar Acuan [1] Costu,Bayram. Learning Science Through The PDEODE Teaching Strategy : Helping Students Make Sense Of Everyday Situations Journal. 2007, p. 3-9. [2] Kearney, Matthew. Student and Teacher Perceptions of the Use of Multimedia Supported Predict-Observe-Explain Tasks to Probe Understanding Journal.2001.p. 589-615. [3] Niaz, Mansoor. Investigating the effectiveness of a POE-based teachinh activity on students understanding of condensation Journal.2012,p. 47-67. [4] Abdullah, Ridwan. 2013. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara. [5] Azis, Abdul. 2012. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung : Alfabeta. [6] Riadi, Edi. 2014. Metode Statistika Parametrik & Nonparametrik. Tanggerang : Pustaka Mandiri. [7] Rusman.2012.Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada. [8] Siregar,Evelin,dkk.2010.Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta. [9] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. [10] Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : RajaGrafindo Persada. [11] Trianto.2014.Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara. [12] Yunita. 2014. Model-Model Pembelajaran Kimia. Bandung : Insan Mandiri. SNF2015-I-186