BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah satunya adalah

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK HANDPHONE DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. produk pelumas mesin kendaraan bermotor merek Mesran SAE. Pihak produsen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. makanan tradisional yang sangat beragam. Makanan tradisional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu kegiatan manajemen itu ialah kegiatan pemasarannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik

BAB 1 PENDAHULUAN. maka keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

BAB I PENDAHULUAN. Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana

BAB I PENDAHULUAN. semakin kuatnya gelombang globalisasi. Disinilah peran penting dari usaha kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran atau lazim dikenal dengan istilah marketing telah lama

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai tambah yang lebih agar mampu memenuhi kebutuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi telah menjangkau beberapa aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pemasaran yang semakin global, persaingan yang hypercompetitive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB I PENDAHULUAN Sumber : BPS di internet

RINGKASAN EKSEKUTIF. SARLAN SIANTURI, Analisis Ekuitas Merek Kopi Bubuk di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ANNY RATNAWATI dan MD. DJAMALUDIN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Loyalitas pelanggan menunjukan pada kesetiaan pelanggan pada

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Lebih dari 2,25 miliar cangkir kopi diminum setiap harinya dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. lama (non-durable consumer goods) sangat ketat. Hal ini disebabkan karena

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERUPUK KARAK BERAS TANPA BORAK, MSG DAN PENGAWET, MENEMBUS PASAR DENGAN BRANDING. Sri Sumarni. 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bisnis kuliner adalah salah satu bisnis yang memiliki peluang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan peradaban dan pola berpikir manusia,

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas & Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. retail. Khususnya penjualan pada produk sabun antiseptik, para penjual harus

terus berlomba-lomba untuk menawarkan produknya agar dapat dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam ditawarkan kepada konsumen sehingga persaingan bisnis berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keinginan konsumen dengan produk yang ditawarkan oleh produsen,

BAB 1 PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. ketat, terutama dalam industri otomotif. Hal ini di sebabkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam zaman moderenisasi sekarang ini dunia bisnis terus berjalan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang semakin berkembang banyak dipicu oleh semakin banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Fungsi tersebut dapat dilihat dari segi sosial,

BAB I PENDAHULUAN. pasar Indonesia. Minuman Isotonik Pocari Sweat merupakan minuman Isotonik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menghadapi perkembangan era globalisasi, dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya dengan melihat pentingnya sebuah brand image. Konsumen dalam

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai:

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perkembangan dalam dunia bisnis secara otomatis telah

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perdagangan internasional dan pembentukan ekonomi dan politik blok perdagangan telah terasa

BISNIS CAMILAN JAGUNG, RENYAH DAN BANJIR UNTUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PEMBELIAN KOSMETIK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI SURAKARTA

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah yang beraneka ragam. Yogyakarta sebagai salah satu sentra budaya

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis yang semakin ketat pada masa kini membuat perusahaan

BabI Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek Ekonomi dan Industri Pangan Indonesia terus membaik di tengah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin. mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan tersebut. menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk yang

ANALISIS PENGARUH BRAND EQUITY

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri makanan. Pertumbuhan sektor makanan yang begitu pesat tersebut menyebabkan semakin beragam pula produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Sejalan dengan adanya pola konsumsi pangan yang mengarah pada penganekaragaman pangan sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan maka mempunyai peluang besar terhadap usaha/industri pengolahan pangan. Kondisi ini terlihat bahwa di beberapa daerah di Solo, terdapat industri rumah tangga dan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang menghasilkan pangan olahan tradisional seperti kripik paru, ceriping, intip, karak beras, kripik bayam, cakar, marie widjen, ampyang jahe, dll. Makanan tradisional menggunakan bahan-bahan yang alami, bergizi tinggi, sehat dan aman, murah dan mudah didapat, sesuai dengan selera masyarakat. Herustiati (2010) mengemukakan Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bidang makanan di wilayah Surakarta tercatat 512 UKM, sebagian besar UKM tersebut umumnya belum memenuhi standar. Kemasan yang tidak standar, misalnya tidak memenuhi aspek estetika atau keindahan, kurangnya keamanan produk yaitu kemasan yang menggunakan bahan-bahan berbahaya, serta minimnya promosi merupakan beberapa kekurangan produk makanan khas Solo. 1

2 Padahal aspek-aspek tersebut merupakan komponen yang menambah daya tarik minat konsumen untuk membeli. Akibatnya, produk yang dihasilkan UKM tersebut tidak punya daya saing untuk pasar global. Selain itu pula dari 512 UKM yang tercatat hanya sekitar 50% (256 UKM) yang masih produktif, aktif melaporkan perkembangan usahanya dan memenuhi kewajiban dalam pembayaran kredit usaha yang diberikan oleh Pemkot Surakarta. Usaha Pemkot Surakarta mendukung perkembangan UKM ditunjukkan dengan memberikan bantuan baik segi permodalan seperti pemberian kredit maupun segi pemasaran dengan mengikutkan pada pameran UKM di luar kota Solo. Salah satu UKM di Surakarta yang cukup diandalkan yaitu dalam bidang makanan tradisional. Upaya sentralisasi makanan hias telah dilakukan dengan melokalisir tempat atau kios penjualan makanan tradisional di wilayah Jongke- Pajang namun perkembangannya belum maksimal karena banyak pedagang yang menutup kiosnya karena pembelinya sepi. Kondisi ini perlu mendapat perhatian serius oleh pemerintah kota maupun para pelaku pengambil kebijakan. Salah satu UKM di wilayah Solo yang menjadi kajian penelitian ini adalah produsen makanan khas Solo JM yang sudah berdiri lebih dari 10 tahun memproduksi aneka makanan khas Solo. UKM tersebut antara lain memproduksi usus, paru, cakar, belut, belut tepung, abon m, abon p, ragi m, ragi p, onde, rempeyek, intip, singkong presto, tempe kripik, layur. Setiap hari dikunjungi konsumen kurang lebih 10 sampai 25 orang, dengan penjualan kurang lebih 71 kg/hari, maka omzet perputaran uang mencapai Rp. 1.098.00. Adapun rata-rata perbulan dapat dilihat pada tabel berikut:

3 Tabel 1 Jumlah Omzet, Penjualan dan Pembeli Makanan tradisional merek JM Bulan Rp / bln Kg / Bln Pembeli / Bln Januari 25.632.000 1704 285 Februari 33.336.000 1920 335 Maret 29.664.000 1800 277 TOTAL 3.723.000 5424 897 Berdasarkan tabel 1 tersebut diketahui omzet setiap bulan mengalami fluktuasi namun tidak terlalu signifikan. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar karena penjualan produk sangat tergantung permintaan pasar atau konsumen serta faktor-faktor lain yang terkait misalnya mutu barang, kulitas pelayanan, lokasi, demikian pula brand atau citra merek. Jumlah pembeli meskipun sebagian besar adalah konsumen atau pelanggan tetap namun terjadi fluktuasi, hal ini karena informasi bagi para pembeli konsumen baru masih minim akibat pengenalan produk atau promosi yang belum maksimal dan efektif. Anjuran pemerintah untuk kembali membangun industri dalam negeri berbasis UKM khususnya makanan tradisional memiliki sejumlah alasan. UKM sesungguhnya memiliki peran yang besar dalam perekonomian. Peran UKM tersebut antara lain : (1) sebagai lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga berpotensi mengurangi pengangguran dan kemiskinan, (2) memberikan kontribusi kepada peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi, dan (3) berkontribusi terhadap peningkatan ekspor sekaligus berpotensi memperluas ekspor dan investasi (Heatubun, 2008)

4 Beberapa faktor yang mendukung pemanfaatan makanan tradisional dipengaruhi oleh kebiasaan makan masyarakat dan menyatu di dalam sistim sosial budaya berbagai golongan etnik di daerah-daerah. Makanan tersebut disukai, karena rasa, tekstur dan aromanya sesuai dengan seleranya, demikian juga dengan kebiasaan makan khas daerah umumnya tidak mudah berubah, walaupun anggota etnik bersangkutan pindah ke daerah lain. Produk makanan oleh-oleh khas Solo merupakan salah satu sumber pendapatan baik bagi produsen dan dapat menarik minat wisatawan domestik maupun mancara negara. Namun seperti yang telah diungkapkan di atas perlu disadari masih banyak kendala terhadap pengembangan pangan olahan ini baik dari aspek produksi maupun pemasaran. Pada aspek produksi antara lain teknologi/peralatan, kontinyuitas produksi, keseragaman kualitas, packing, labeling, citra merek dll, sedangkan pada aspek pemasaran adalah belum banyak dilakukan dukungan promosi, strategi pengembangan pemasaran, serta distribusi yang terbatas. Disamping itu juga masih lemahnya target pasar serta persepsi konsumen yang masih kurang (Prasetijo dan Ihalauw, 2004). Minat membeli bisa disebabkan oleh faktor-faktor produk itu sendiri misalnya merek. Merek suatu produk juga penting untuk membentuk perilaku konsumen. Tanpa merek maka konsumen tidak akan dapat membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain. Oleh karena itu ekuitas merek (brand equity) perlu dikelola secara terus menerus agar perusahaan dapat menjadi perusahaan yang terkenal.

5 Manakala membicarakan masalah reputasi atau citra merek dari produk yang berbentuk barang maupun penyedia jasa, tidak akan lepas dari pengguna barang atau jasa itu sendiri. Menurut Kotler (2000) pembeli akan melihat dirinya sendiri maupun produk-produk yang mereka beli dalam rangkaian suatu citra. Citra-citra ini adalah kesan-kesan resmi yang ada, baik disadari maupun tidak dalam ingatan individu. Sikap konsumen untuk membeli akan dipengaruhi oleh citra yang dimiliki oleh konsumen tentang berbagai produk, merek khusus, perusahaan, jasa dan tentang ciri merek sendiri. Citra dapat diartikan sebagai suatu tanggapan atau gambaran yang di peroleh melalui iklan, media, promosi, pemasaran, dan sebagainya. Menurut Smith (1992) yang menyimpulkan bahwa citra merak meliputi segala sesuatu yang berasal dari kesan ataupun tanggapan terhadap visual produk yang berkualitas atau layanan yang menyenangkan. Citra yang baik dapat di tentukan oleh beberapa faktor, seperti bersifat dinamis, kredibel, memberi layanan yang ramah dan baik, identitas visual yang menarik dan lain sebagainya Manakala membicarakan masalah reputasi atau citra merek dari produk yang berbentuk barang maupun penyedia jasa, tidak akan lepas dari pengguna barang atau jasa itu sendiri. Menurut Kotler (2000) pembeli akan melihat dirinya sendiri maupun produk-produk yang mereka beli dalam rangkaian suatu citra. Citra-citra ini adalah kesan-kesan resmi yang ada, baik disadari maupun tidak dalam ingatan individu. Sikap konsumen untuk membeli akan dipengaruhi oleh citra-citra yang dimiliki oleh konsumen tentang berbagai produk, merek khusus, perusahaan, jasa dan tentang ciri merek sendiri.

6 Citra merek mewakili persepsi keseluruhan dari suatu merek dan terbentuk dari informasi mengenai merek tersebut dan dari pengalaman sebelumnya. Konsumen yang memiliki citra yang positif dari suatu merek, akan lebih sering membeli produk dari merek tersebut, tidak jarang konsumen membeli suatu produk atau jasa bukan karena apa yang diwarkan oleh barang atau jasa tersebut atau bukan dari fasilitas yang diberikan, tetapi lebih kepada citra dari merek itu sendiri. Sejalan dengan itu, Kotler (2000) menyatakan bahwa citra merupakan serangkaian kepercayaan yang dipunyai seseorang atau kelompok atau suatu objek. Selain itu, citra juga merupakan sekumpulan kepercayaan atau ide dan impresi yang dianut seseorang terhadap suatu objek. Pada penelitian ini citra merek diartikan sebagai persepsi konsumen terhadap suatu merek yang berkaitan dengan makanan tradisional khas Solo. Suatu perusahaan harus mampu menciptakan citra yang baik terhadap pelanggannya, bahwa produk dari perusahaan tersebut merupakan produk yang terbaik dibandingkan produk perusahaan lain, karena salah satu tujuan perusahaan adalah produk yang dihasilkan dapat diterima oleh masyarakat dan dapat memberikan kepuasan terhadap pelanggannya. Merek merupakan salah satu indikator untuk menentukan keberhasilan pemasaran suatu produk. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengembangkan produknya menjadi merek yang berkualitas, melekat dibenak konsumen, serta menjadikan konsumen loyal terhadap produk tersebut. Apabila suatu perusahaan mampu menempatkan mereknya pada tingkatan teratas dibandingkan dengan merek-merek lainnya, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan yang besar.

7 Diharapkan minat membeli pada konsumen produk makanan oleh-oleh khas Solo dapat ditingkatkan dengan cara menumbuhkan citra merek produk yang lebih positif, dikenal masyarakat luas dan mampu bersaing dengan produk lainnya. Jika aspek-aspek citra merek yang terdiri dari produk, nama, harga, distribusi, iklan dan promosi sudah dapat disinergikan menjadi satu kesatuan atribut yang seimbang dalam pemasaran produk, dalam arti produk benar-benar memiliki kualitas yang unggul, nama merek yang popular mudah dikenal, harga bersaing namun masih terjangkau semua kalangan, kemudahan distribusi dan promosi yang efektif diharapkan akan semakin menarik minat konsumen untuk membeli produk makanan oleh-oleh khas Solo. Kenyataan yang ada bahwa citra merek oleh-oleh khas Solo masih belum banyak dikenal oleh wisatawan meskipun sebenarnya sudah ada upaya positif dari pemerintah seperti untuk mensosialisasikan produk makanan khas Solo seperti membangun Pusat Oleh-Oleh Khas Solo. Secara khusus brand image produk makanan oleh-oleh khas Solo juga belum terbangun secara kuat dan menjadi produk yang mampu membedakannya dari produk-produk pesaing luar daerah yang masuk wilayah Solo, sehingga para wisatawan lokal maupun asing tidak mengenal secara pasti produk apa saja yang merupakan makanan khas Solo. Uraian di atas menunjukkan secara teoretis citra merek merupakan suatu komponen penting di dalam membentuk minat konsumen dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, atau toko mana untuk dijadikan langganan, konsumen secara khas memilih merek atau toko yang dievaluasi secara paling menguntungkan. Mengacu dari uraian-uraian di atas, rumusan masalah yang

8 penulis ajukan yaitu: Apakah ada hubungan antara citra merek dengan minat membeli produk makanan oleh-oleh khas Solo, untuk menguji secara empirik rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Hubungan antara citra merek dengan minat membeli produk makanan oleholeh khas Solo. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Hubungan citra merek dengan minat membeli produk makanan oleh-oleh khas Solo. 2. Tingkat atau kondisi citra merek dan minat membeli produk makanan oleh-oleh khas Solo. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan sumbangan dan informasi bagi produsen agar lebih optimal membentuk citra merek dan memperkenalkan produk makanan oleh-oleh khas Solo kepada masyarakat Solo dan luar Solo sehingga UKM di wilayah Solo dan sekitarnya dapat berkembang, mendukung perekonomian, menyediakan lapangan kerja yang lebih banyak, serta memberikan kontribusi pajak di daerah tersebut. Penelitian ini juga dapat memberi informasi bagi konsumen agar lebih berhati-hati dalam menentukan pilihan makanan yang akan dibeli. Serta dapat menjadi wacana pemikiran terhadap penelitian-penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara citra merek dengan minat membeli produk makanan oleh-oleh khas Solo.