BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang peneliti melakukan penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntabilitas pemerintah daerah menjadi perhatian sejak bergulirnya

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berfokus pada penggunaan sistem pengukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. hasil pengujian penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. dan akuntabilitas pada instansi pemerintah semakin meningkat. Selain itu tuntutan yang

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. secara ringkas dan jelas. Bab ini akan memaparkan mengenai hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan dalam sebuah laporan penelitian menyajikan latar

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. dari simpulan hasil penelitian, implikasi hasil penelitian, keterbatasan penelitian,

B A B 1 P E N D A H U L U A N

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. bagian akhir bab ini menjelaskan tentang keterbatasan-keterbatasaan dan saran untuk

B A B 5 K E S I M P U L A N D A N I M P L I K A S I

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan dan pembangunan di Indonesia setelah masa kejayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus,

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai pengukuran kinerja dewasa ini menjadi perhatian di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Ringkasan Evaluasi atas implementasi sistem pengukuran kinerja di organisasi sektor

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam organisasi pemerintahan diperlukan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang berada pada situasi turbulen dan kompetitif. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB I PENDAHULUAN. atau sering disebut dengan human resources, merujuk kepada orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi menjadi tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya isu di masyarakat yang menggambarkan kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat menimbulkan menurunnya motivasi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kinerja. Friel (1998) mengatakan bahwa kinerja pegawai menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, motivasi, komitmen yang tinggi, disiplin diri, dan semangat kerja

BAB I PENDAHULUAN. peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan Negara dan searah, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB I PENDAHULUAN. digerakkan oleh sektor bisnis (Privat) dan sektor publik (entitas publik).

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. runtuhnya rezim orde baru yang sentralistik dan otoriter. Rakyat bertransformasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. secara relatif akan menjamin kelangsungan pelaksanaan tugas pemerintahan dan

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan mengapa penelitian ini dilakukan. Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian yang ingin dicapai, implikasi penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang penelitian akan memaparkan landasan pemikiran peneliti. Rumusan masalah menjelaskan masalah yang akan dikaji. Tujuan penelitian berisi tujuan yang hendak dicapai. Implikasi penelitian menguraikan kegunaan hasil penelitian bagi pihak-pihak yang terkait. Sistematika penulisan memamparkan urutan penulisan yang akan disusun. 1.1. Latar Belakang Kinerja menjadi hal yang sangat mendasar untuk diperhatikan bagi setiap organisasi, sehingga organisasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Kinerja didefinisikan sebagai pencapaian hasil kerja seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi sesuai dengan tugas masing-masing dengan satu maksud mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi dengan cara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono, 1999). Berdasarkan kinerja, individu akan dinilai apakah karyawan itu layak untuk dipertahankan oleh organisasi atau harus dimutasi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi komitmen yang pada akhirnya akan memengaruhi bagus tidaknya kinerja seseorang dalam organisasi tersebut (Nainggolan, 2014). 1

Robbins (2010) mengungkapkan bahwa organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama. Karena organisasi ditopang oleh sekelompok orang atau individu yang berada di dalamnya, maka keberhasilan dan kinerja aakan bergantung pada individu tersebut. Dalam organisasi sektor publik, adanya reformasi manajemen sektor publik dikenal dengan konsep New Public Management (NPM). Ide NPM berfokus pada hasil, outcomes, dan akuntabilitas hasil (Hood, 1991). Menurut Hood (1991), terdapat tujuh karakteristik NPM, yaitu (1) pelaksanaan tugas manajemen pemerintah diserahkan kepada manajer profesional; (2) adanya standar dan ukuran kinerja yang jelas; (3) lebih ditekankan pada kontrol hasil; (4) pembagian tugas dalam unit-unit; (5) ditumbuhkan atmosfer persaingan di tubuh organisasi sektor publik; (6) lebih menekankan diterapkannya gaya manajemen sektor privat; dan (7) lebih menekankan pada kedisiplinan tinggi dan tidak boros dalam menggunakan sumber daya yang terbatas. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan pengelolaan organisasi sektor publik yang lebih baik dan untuk menyampaikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Menurut Akbar et al, (2012) mengungkapkan bahwa penerapan NPM bisa meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah, sehingga diperlukan informasi kinerja yang lebih relevan dapat dibandingkan. Dengan dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi 2

Pemerintah, yang menyebabkan setiap instansi pemerintah harus mempertanggungjawabkan kinerja mereka kepada masyarakat. Kemudian didukung dengan terbitnya Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang ditujukan sebagai jawaban atas keharusan good governance pada semua lini pemerintahan. Adanya tuntutan tersebut, menyebabkan setiap instansi pemerintah harus mempersiapkan dan melaporkan laporan kinerja tahunan merupakan upaya reformasi pengelolaan organisasi sektor publik. Laporan ini dikenal dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat yang berisi informasi mengenai pencapaian hasil pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan kegiatan (Primasanti, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dari instansi pemerintah menjadi hal yang paling mendasar untuk diperhatikan, demi terselenggaranya pemerintahan yang baik. Akuntabilitas dipandang menjadi elemen yang penting bagi setiap instansi pemerintah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar et al. (2012) yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan pemerintah daerah melaksanakan akuntabilitas adalah karena kewajiban legislasi dan tekanan yang kuat dari pemerintah pusat. Pada konteks pemerintah daerah di Indonesia, akuntabilitas dipandang sebagai keharusan karena adanya tekanan eksternal (Akbar et al., 2012). Namun, dalam pelaksanaannya lebih dari satu dekade banyak permasalahan yang diadapi, salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah heterogenitas institusi 3

pemerintah yakni, ukuran, aset, populasi, sumber daya manusia, kemampuan keuangan, dan kemampuan manajerial yang menyebabkan instansi pemerintah tidak dapat menghasilkan dan mengimplementasikan akuntabilitas pada tingkatan yang sama (Akbar, et al., 2012). Pelaporan akuntabilitas menjadi bias karena adanya kecenderungan pemerintah daerah yang melaporkan program yang berhasil dicapai dibandingkan program yang mengalami kegagalan (Nurkhamid, 2008). Bias pelaporan akuntabilitas mungkin saja terjadi karena pemerintah daerah mempersepsikan akuntabilitas sebagai suatu kewajiban untuk menjelaskan dan menjustifikasi perilaku mereka, yaitu sebagai kemampuan menjawab (answerability) (Bovens, 1998). Hasil penelitian Akbar et al., (2012) menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan pemerintah daerah melaksanakan akuntabilitas adalah karena kewajiban legislasi dan tekanan yang kuat dari pemerintah pusat. Akuntabilitas dijadikan alat politik dalam bentuk komitmen pemerintah daerah kepada legislatif dan untuk mencapai kesepakatan penggunaan dana publik (Mardiasmo, 2009). Akuntabilitas pada konteks Pemerintah Provinsi Maluku yang mana sebagai objek penelitian menjadi fenomena yang tidak terselesaikan bagi institusi-institusi di dalamnya. Hal ini mungkin saja disebabkan kecenderungan Pemerintah Provinsi Maluku untuk melaporkan program yang berhasil dicapai dibandingkan program yang mengalami kegagalan (Nurkhamid, 2008). Skor Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diperoleh Provinsi Maluku mendapatkan nilai CC, yang berarti cukup baik dan perlu perbaikan. Sehingga hal ini 4

yang menjadi alasan peneliti untuk meneliti lebih dalam mengenai akuntabilitas khususnya di Provinsi Maluku. Selain itu, adapun peran karakteristik individu yaitu motivasi, latar belakang pendidikan, dan komitmen yang dimiliki dapat meningkatkan kinerja mereka. Motivasi merupakan keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak untuk mencapai tujuan tertentu (Mathis dan Jackson, 2006). Pegawai yang termotivasi akan lebih berusaha dengan keras untuk melakukan kegiatan, untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang dimiliki pegawai akan meningkatkan komitmen organisasional, yang mana pegawai akan merasa ikut memiliki terhadap organisasi tempat dimana ia bekerja. Demikian halnya dengan pendidikan, pegawai yang memiliki pendidikan lebih tinggi, akan mampu meningkatkan komitmennya dan menunjukkan kinerja yang lebih baik. Mengingat bahwa fungsi utama pemerintahan adalah untuk melayani kepentingan masyarakat, sehingga pemerintah berupaya untuk dapat meningkatkan kualitas kinerja pelayanan mereka. Dengan komitmen yang diberikan, diharapkan kinerja dari pegawai akan meningkat karena komitmen organisasi merupakan sebuah sikap yang mereflesikan loyalitas karyawan kepada organisasi dan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mana mereka mengungkapkan perhatian terhadap organisasi (Nugraha, 2013). Upaya untuk meningkatkan kinerja sektor publik dan kualitas pelayanan kepada masyarakat seperti yang diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 25/KEP/M.PAN/04/2002 yang dikutip oleh Nugraha (2013) diuraikan beberapa keadaan yang terjadi saat ini, diantara sebagai berikut: (1) banyak 5

sorotan masyarakat terhadap profesionalisme aparatur negara, menandakan bahwa masyarakat belum puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur negara; (2) kurangnya kesadaran aparatur negara meningkatkan integritas dan profesionalisme pribadi melalui peningkatan kemampuan yang sesuai dengan teknologi dan kondisi aktual; (3) pemimpin masih menunjukkan sikap sebagai seorang birokrat feodal yang selalu menuntut bawahannya untuk setia dan loyal, menuruti segala perintah dan keinginannya, sehingga menunmbuhkan karakter bawahan yang ABS (Asal Bapak Senang); (4) pemimpin belum atau kurang memiliki kesadaran untuk menjadikan kualitas kepemimpinannya sebagai pusat perhatian positif dan karenanya mampu menjadi teladan bagi anak buahnya; (5) tidak adanya sanksi yang jelas jika pegawai bekerja tidak tepat dan tidak cepat; (6) kedisiplinan dan keteraturan kerja aparatur masih rendah, terbukti masih banyak pejabat tingkat atas terlalu sibuk menghadiri rapat koordinasi diberbagai tempat, dan bekerja hingga malam, sementara banyak pegawai di bawah yang bekerja hanya berdasarkan perintah, sehingga sering menganggur bila tidak ada perintah atasan; (7) peraturan disiplin kerja dan keteraturan kerja sudah dituangkan dalam prosedur-prosedur kerja yang lengkap namun belum dilaksanakan dengan baik, masih formalitas, dan jauh dari aktualisasi dalam bentuk perbuatan nyata; (8) dedikasi dan loyalitas aparatur negara masih rendah, bahkan ada aparat yang salah dalam menerapkan loyalitas hanya ditujukan kepada atasannya, tetapi tidak loyal terhadap visi, misi, dan tugas instansinya; (9) penilaian kinerja individu dan unit instansi berdasarkan standar yang jelas, obyektif dan beorintasi pada pelayanan masyarakat belum diterapkan. 6

Dalam organisasi sektor publik ikatan batin antara pegawai dengan organisasi dapat dibangun dari kesamaan misi, visi, dan tujuan organisasi, bukan sekedar ikatan kerja. Ikatan mereka untuk bekerja diinstansi pemerintah bukan hanya sekedar gaji, namun lebih daripada ikatan batin, misalnya karena ingin menjadi abdi negara dan abdi masyarakat, status sosial, dan lain sebagainya, jadi apabila setiap pegawai memiliki komitmen yang kuat untuk memberikan prestasi terbaik bagi negara dan pelayanan terbaik kepada masyarakat maka kinerja sektor publik akan meningkat (Nugraha, 2013). Sehingga komitmen organisasional ini dipandang sebagai komponen penting dari kinerja. Dengan demikian, penelitian ini menguji pengaruh akuntabilitas internal, akuntabilitas eksternal, motivasi kerja, pendidikan dengan kinerja pegawai instansi pemerintah daerah melalui komitmen organisasional, pada Pemerintah Daerah Provinsi Maluku. Kinerja tata kelola provinsi Maluku hanya memperoleh skor 4,77 dan dikategorikan sebagai cukup baik (Indonesia Governance Index, 2014), berbeda dengan provinsi-provinsi lain yang mendapatkan skor yang lebih baik. Hal ini menjadi motivasi peneliti untuk dapat meneliti mengenai kinerja pegawai instansi pemerintah daerah di Provinsi Maluku. Pengembangan hipotesis dalam penelitian untuk melihat pengaruh akuntabilitas internal, akuntabilitas eksternal, motivasi kerja dan pendidikan terhadap kinerja pegawai instansi pemerintah daerah melalui komitmen organisasional dan hasil penelitian ini juga dilihat dari teori institusional berdasarkan konsep isomorfisma di pemerintah daerah. Penelitian ini akan menggunakan mixed method, 7

yaitu metode penelitian yang mengharuskan peneliti menggabungkan teknik penelitian, metode, pendekatan, konsep atau bahasa kuantitatif dan bahasa kualitatif ke dalam suatu bentuk studi tunggal (Johnson dan Onwuegbuzie, 2004). Strategi yang digunakan adalah sekuensial eksplanatori (Creswell dan Clark, 2011), yang mana desain metode penelitian dimulai dengan menjalankan data tahap kuantitatif dan diikuti dengan tahap kualitatif. Langkah kualitatif diimplementasi untuk tujuan menjelaskan hasil awal secara lebih mendalam (Creswell dan Clark, 2011). Penelitian ini menggunakan sekuensial eksplanatori dengan tujuan untuk menjelaskan hasil kuantitatif secara lebih rinci dan mendalam, serta untuk menangkap fenomena teori institusional yang sesuai dengan praktik pemerintah daerah. Selain itu, melalui pendekatan kualitatif diharapkan adanya pemahaman yang lebih baik terhadap fenomena yang terjadi dan dapat menguji hasil penelitian dari pendekatan yang berbeda (Creswell dan Clark, 2011). Metode campuran dengan desain sekuensial eksplanatori ini dapat mengeksplorasi hasil yang outlier dan ekstrim ketika menganalisis data kuantitatif pada tahap pertama, kemudian ditindaklanjuti dengan wawancara kualitatif tentang kasus-kasus outlier tersebut untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam berdasarkan hasil olah data kuantitatif (Creswell dan Clark, 2011). Hal ini menjadi penting karena penelitian ini merupakan penelitian sektor publik yang secara khusus pada instansi pemerintah daerah yang sangat berbeda dalam ukuran, aset, populasi, sumber daya manusia, kemampuan keuangan, dan kemampuan managerial (Akbar et al., 2012). Perbedaan tersebut dapat 8

menyebabkan perbedaan ekstrim (outlier) pada cara dan kemampuan menghadapi tuntutan akuntabilitas yang tidak dapat dijelaskan oleh pendekatan tunggal. 1.2. Perumusan Masalah Dengan adanya Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah membuat kinerja pegawai instansi pemerintah merupakan hal yang mendasar untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada pihakpihak eksternal dalam hal ini kepada masyarakat. Adanya karakteristik individu dapat meningkatkan kinerja pegawai yang lebih baik, mengingat fungsi utama pemerintah adalah untuk melayani kepentingan masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini akan berfokus pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai instansi pemerintah daerah di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah akuntabilitas internal, akuntabilitas eksternal, motivasi kerja dan pendidikan memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasional? 2. Apakah komitmen organisasional memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai instansi pemerintah daerah? 3. Apakah isomorfisma insitusional terjadi dalam praktik akuntabilitas pada instansi pemerintah daerah? 9

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh akuntabilitas internal, akuntabilitas eksternal, motivasi kerja dan pendidikan terhadap kinerja pegawai instansi pemerintah daerah melalui komitmen organisasional. 1.4. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut: 1. Kontribusi teoritis, diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam pengembangan teori pada bidang akuntansi sektor publik terkait teori institusional dengan menghubungkan tiga mekanisme isomorfisma yaitu: koersif, mimetik, dan normatif. Hasil penelitian juga berkontribusi pada penggunaan desain mix method yang belum banyak digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya, masih banyak menggunakan salah satu metode yang menyebabkan keterbatasan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi pada instansi pemerintah. 2. Kontribusi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah sehingga terwujudnya pemerintahan yang baik di masa mendatang. 10

1.5. Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam tiga bab, yaitu sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Bab ini menyajikan gambaran umum yang mendasari dilakukannya penelitian yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis Bab ini menguraikan tentang tinjauan literatur mengenai teori institusional faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dalam penyusunan pengembangan hipotesis. Dalam bab ini juga menyajikan model penelitian. Bab III : Metoda Penelitian Bab ini menguraikan metoda penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian, yang berisi mengenai desain penelitian dan pengumpulan data, populasi dan sampel, variabel dan pengukuran variabel, instrumen penelitian, serta teknik analisis data dan pengujian hipotesis. Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan Bab ini menguraikan tentang hasil analisis data penelitian yang mencakup gambaran umum responden, tingkat respon kuesioner penelitian, informasi demografi, bias tidak merespon, hasil analisis data dan pengujian hipotesis penelitian, serta pembahasan dan diskusi. 11

Bab V : Kesimpulan, implikasi, keterbatasan dan saran Bab ini menguraikan tentang kesimpulan, implikasi penelitian yang terdiri dari implikasi teoritis, implikasi metodologi, dan implikasi praktik, serta keterbatasan penelitian dan saran. 12