BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Desa Cipacing merupakan salah satu desa di Jatinangor yang dikenal sebagai desa pengrajin. Desa Cipacing terletak di jalur arteri yang merupakan jalur antar provinsi dan berdekatan dengan tol Cileunyi Terdapat banyak UMKM pengrajin di desa Cipacing, salah satunya pengrajin kursi sofa, tepatnya di RW 06 Babakan Sukamulya. Pembuatan kursi sofa di desa Cipacing dimulai sejak tahun 1987. Rata-rata pengrajin melakukan produksi dari pembuatan rangka hingga kursi sofa siap untuk dipasarkan. Namun ada pula yang membeli kerangka kursi dari tempat lain. Secara garis besar ada empat tahap proses produksi, yaitu pembuatan rangka kursi, pemasangan busa, pemasangan bungkus kursi berupa kain dan kulit dan finishing yang meliputi pengecatan dan pemasangan aksesori. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar Proses Pembuatan Kursi Sofa Sumber 1.1: Nurman, Iman (2015) Sumber 1.2 dan 1.3: Data Primer Setiap pengrajin rata-rata memperkerjakan 4 12 orang. Adapula yang hanya mengerjakan sendiri dan menambah jumlah pekerja hanya dalam kondisi-kondisi ramai, yaitu sekitar 3 bulan menjelang bulan Ramadhan. 1
Pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh oleh para pengrajin kursi sofa Cipacing yaitu sekitar 48juta rupiah. Produk-produk yang ditawarkan oleh pengrajin kursi sofa Cipacing, Jatinangor merupakan kursi sofa bungkus baik itu kursi tamu, kursi santai, bad sofa, dll seperti gambar di bawah ini. Selain itu pengrajin juga menawarkan layanan custom design, sehingga pelanggan dapat memesan produk sesuai dengan desain yang mereka inginkan. Berikut contoh produk yang ditawarkan pengrajin kursi sofa Cipacing, Jatinangor : Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 1.6 Gambar 1.7 Gambar Contoh Produk Pengrajin Kursi Sofa Cipacing, Jatinangor Sumber : Data pengrajin kursi sofa 2
1.2 Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan suatu unit usaha kecil yang berfungsi sebagai katup pengaman baik dalam menyediakan alternatif kegiatan usaha produktif, alternatif penyaluran kredit, maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Dalam laporan yang diterbitkan oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja UMKM lebih besar dibandingkan dengan usaha besar. Gambar 1.8 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Sumber: www.depkop.go.id Gambar 1.8 di atas menunjukan data penyerapan tenaga kerja oleh UMKM yang terus mengalami peningkatan. Tahun 2012 UMKM menyerap tenaga kerja sebanyak 107.657.509 jiwa. Jauh lebih besar dibandingkan dengan usaha besar yang hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 3.150.645 jiwa di tahun yang sama. Data lain yang dikutip dari pikiran-rakyat.com menyebutkan bahwa menurut data tahun 2013, UMKM menyerap tenaga kerja sebanyak 96,9 persen dan memberikan kontribusi pada Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 60,34 persen. 3
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 menjadi bukti bahwa sektor UMKM merupakan kekuatan ekonomi kreatif Indonesia. Ekonomi kreatif yang bersumber pada kreatifitas sumber daya kreatif, berpeluang mendorong daya saing bangsa Indonesia di masa depan. Hal tersebut juga disebutkan oleh Sukidjo (18: 2004) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah bahwa keberadaan UKM sangat penting dipertahankan guna membantu mengatasi berbagai masalah-masalah ekonomi dan sosial, khususnya yang berkaitan dengan upaya mengatasi pengangguran serta pengentasan kemiskinan. Keseriusan pemerintah dalam mengoptimalkan potensi dari ekonomi kreatif dibuktikan dengan terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) nomor 6 tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif, hingga Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2015 yang merupakan perubahan atas Peraturan Presiden nomor 6 tahun 2015 mengenai Badan Ekonomi Kreatif yang menjadi dasar badan yang mengurusi ekonomi kreatif, yaitu Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Pemerintah menyadari besarnya potensi ekonomi kreatif untuk berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan nilai kerja dan nilai ekspor. Gambar 1.9 Nilai PDB 9 Sektor Lapangan Usaha Utama dan Industri Kreatif di Indonesia tahun 2007 Sumber : dgi.or.id Gambar 1.9 di atas menunjukan kontribusi dari sembilan lapangan usaha utama dan industri kreatif di Indonesia berdasarkan pada hasil konvensi 4
pengembangan ekonomi kreatif 2009-2015. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa Industri Kreatif (IK) yang menjadi salah satu pelaku dari ekonomi kreatif memberikan kontribusi Pendapatan Domestik Bruto sebesar 104,6 triliun rupiah, yaitu 6,3% dari total nilai PDB Nasional. Data lain yang bersumber dari www.ekon.go.id yang diakses 29 September 2015, menyatakan pada tahun 2013 ekonomi kreatif mampu berkontribusi 7,05 persen terhadap PDB Nasional, menyerap 11,91 juta tenaga kerja serta menciptakan 5,4 juta usaha kreatif yang sebagian besar adalah UMKM. Kontribusi tersebut disumbangkan oleh 15 subsektor industri kreatif, dengan tiga kontribusi teratas diberikan secara berurut oleh kuliner (33%), fesyen (27%) dan kerajinan (15%). Jatinangor merupakan salah satu kecamatan di Sumedang yang dijadikan sebagai pusat ekonomi kreatif oleh pemerintah kabupaten Sumedang. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh mantan Wakil Bupati Sumedang Taufik Gunawan Syah yang dikutip dari website provinsi Jabar (2012), bahwa Melihat perkembangannya yang pesat, kami berniat menjadikan Jatinangor sebagai daerah sentra ekonomi kreatif. Tujuan dari program itu adalah meningkatkan kapasitas dan kualitas dari UMKM yang ada di Jatinangor khususnya dan di Sumedang umumnya Tabel Data UMKM Kecamatan Jatinangor Tahun 2015 No Nama Desa Jumlah UMKM Jenis Produksi 1 Cibesi 13 Layangan, gelasan, ukiran kayu, finishing, peti jenazah. 2 Cikeruh 6 3 Cilayung 12 Bubut, senapan angin, olahan cemilan. Panah, olahan cemilan, pakaian. (bersambung) 5
4 Cileles 25 5 Cintamulya 16 (sambungan) Olahan cemilan, bengkel sepeda motor, senapan angin, kursi, patung Olahan cemilan, batu akik, Panah, tanimar, alat musik, sumpit, 6 Cipacing 79 7 Cisempur 5 8 Hegarmanah 20 9 Jatimukti 7 10 Jatiroke 8 11 Mekargalih 14 12 Sayang 176 congkak, senapan angin dan gas, pisau, kursi, sandal jepit Olahan cemilan Olahan cemilan, senapan, gelasan, percetakan Alat dapur Olahan cemilan, senapan Kelontongan, olahan cemilan Warung kelontong, olahan cemilan, warteg Sumber : Dokumen Kecamatan Jatinangor data yang telah diolah Salah satu desa yang menjadi pusat industri kreatif di Jatinangor adalah desa Cipacing yang dikenal sebagai desa pengrajin. Dari tabel di atas terdata sekitar 79 UMKM pengrajin di desa Cipacing dengan berbagai macam jenis kerajinan, salah satunya pengrajin kursi sofa. UMKM pengrajin kursi sofa telah ada di wilayah desa Cipacing, tepatnya di RW 06 Babakan Sukamulya sejak tahun 1987 dan terus berkembang hingga sekarang. UMKM memproduksi setiap kegiatan dari pembuatan kerangka, jahit, dan pemasangan kaki sampai kursi siap digunakan dan dipasarkan. Beberapa produk kursi sofa Cipacing telah memenuhi pemesanan ke daerah Bandung, Garut, Jakarta, Jombang hingga luar pulau Jawa seperti daerah Lampung. 6
UMKM kursi sofa Cipacing berpotensi berkembang menjadi lebih pesat jika dipasarkan dengan tepat. Seiring dengan berkembangnya daerah sekitar seperti Jatinangor Utara yang saat ini telah menjadi kawasan pendidikan tempat berdirinya empat universitas ternama di Indonesia, yaitu Universitas Padjadjaran (UNPAD), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Koperasi Indonesia (Ikopin) dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) menjadi peluang pasar bagi UMKM kursi sofa. Berkembangnya kawasan pendidikan meningkatkan jumlah pendatang dan melahirkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di kawasan Jatinangor. Banyak berdiri hotel baru, tempat tinggal, tempat wisata dan hiburan, dan pembangunan lainnya yang memerlukan properti untuk mengisi interior ruangan mereka, salah satunya kursi sofa. Selain itu, lokasi Cipacing yang berada di jalur arteri provinsi menjadi sebuah potensi terutama dalam kondisi-kondisi tertentu dimana jumlah pendatang lebih meningkat, seperti mudik lebaran, libur sekolah, dan menjelang akhir tahun. Hal tersebut bisa menjadi peluang untuk masyarakat mengetahui keberadaan pengrajin kursi sofa. Lokasi Cipacing yang dekat dengan tol juga memudahkan akses pendistribusian produk ke wilayah luar Jatinangor. Banyaknya potensi yang dimiliki oleh pengrajin kursi sofa Cipacing, tidak lantas menjadikan UMKM pengrajin kursi sofa dapat berkembang. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan sumber daya manusia para UMKM untuk melihat potensi yang ada. Menurut penuturan salah satu pengrajin UMKM kursi sofa Cipacing, keterbatasan kemampuan sumber daya manusia disebabkan tingkat pendidikan yang rendah yang berdampak pada pengelolaan bisnis secara tradisional. Terutama bagi beberapa pengrajin yang meneruskan usaha keluarga, mereka masih menggunakan manajemen bisnis yang dianut oleh para pendahulunya. Sehingga proses pengelolaan manajemen bisnis kurang begitu baik. Selain itu kendala lain juga dirasa menjadi faktor untuk berkembang dan bersaing di pasar seperti kesulitan modal, proses pemasaran, dan kurangnya perhatian pemerintah setempat. 7
Dilihat dari permasalahan utama yang dirasakan oleh pengrajin UMKM kursi sofa Cipacing mengenai pemasaran, sumber daya manusia, dan keuangan sebetulnya menjadi masalah UMKM pada umumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri U dan Darwanto (8-11: 2013) dengan judul Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kretaif di Kota Semarang juga menyebutkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh UMKM adalah modal, bahan baku dan peralatan produksi, biaya transaksi, tanaga kerja dan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Semua kondisi tersebut bisa teratasi jika pelaku UMKM bisa mengelola manajemen bisnis yang baik. Namun pada praktiknya para UMKM seringkali melupakan beberapa hal yang menjadi pendukung berjalannya suatu bisnis. Kendala seperti pemasaran dan sumber daya manusia secara tidak disadari berkaitan dengan bagaiman pengelolaan customer, channel, key resources, yang tergambar dalam salah satu model bisnis, yaitu Business Model Canvas (BMC). BMC merupakan model yang banyak digunakan oleh para pelaku usaha karena mudah dimengerti oleh pembacanya. Menurut Osterwalder & Pigneur (2013;14) model bisnis menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana sebuah bisnis diciptakan, diberikan dan ditangkap nilainya. Jika model bisnis ini dianggap terlalu kompleks, UMKM bisa menyesuaikan model tersebut dengan keadaan usaha mereka dengan berpatokan pada 9 building blocks yang digambarkan Osterwalder & Pigneur. Penelitian yang dilakukan oleh Boedianto dan Dhyah (2015) mengenai Strategi Pengembangan Bisnis Pada Depot Selaris dengan Pendekatan Business Model Canvas (BMC) menggunakan Sembilan block Business Model Canvas (BMC) sebagai alat bantu untuk melakukan evaluasi dan perubahan atau pembenahan terhadap bisnis perusahaan. Dan menganalisis serta melihat ulang pada model bisnis secara keseluruhan merupakan cara yang efektif untuk inovasi dan pembaharuan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Florencia (2015) menganalisis sembilan bagian pada Business Model 8
Canvas (BMC) dan mendesain ulang model bisnis tersebut untuk mengembangkan kinerja perusahaan. Dengan dibantu menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats) diharapkan bisa menjadi visualisasi untuk menetapkan gambaran strategi pengembangan para pelau UMKM. Menurut Gorman (2005;324) salah satu alat bantu untuk mengembangkan usaha adalah dengan analisa SWOT. Penelitian yang dilakukan oleh Budianto dan Dhyah (2015) juga menggabungkan analisis BMC dengan dibantu analisis SWOT menjadi cara yang efektif, sehingga bisa memperkuat hasil analisis dengan melihat kondisi internal serta eksternal perusahaan. Berdasarkan data dan hasil pengamatan di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) PADA PENGRAJIN KURSI SOFA CIPACING, JATINANGOR DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS. 1.3 Perumusan Masalah Usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan kekuatan ekonomi kreatif di Indonesia. Setiap 1% pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh UMKM, menyerap sekitar 178.300 jiwa. Industri kreatif merupakan lapangan usaha yang mulai diperhatikan karena kontribusinya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dari berbagai jenis industri kreatif, subsektor kerajinan menempati urutan tiga teratas yang memiliki persentase besar bagi PDB industri kreatif. Jatinangor merupakan pusat ekonomi kreatif bagi wilayah Kabupaten Sumedang karena banyaknya UMKM yang menghasilkan berbagai macam kerajinan. Salah satunya adalah UMKM pengrajin kursi sofa di desa Cipacing. Kursi sofa Cipacing yang merupakan bagian dari tiga kebutuhan pokok manusia yaitu papan, berpotensi untuk lebih berkembang diantaranya dikarenakan kondisi pembangunan Jatinnagor yang sedang meningkat dan 9
lokasi Cipacing yang berada di jalur arteri dan dekat dengan tol yang memudahkan untuk mengkases produk tersebut. Sayangnya potensi yang ada tidak teramati dengan baik, dikarenakan banyak aspek bisnis yang jarang dilihat oleh UMKM. Aspek tersebut sebenarnya tergambar dalam Business Model Canvas, yang terangkum dalam Sembilan bangunan blok (9 building blocks). Dengan menggunakan analisis SWOT sebagai alat bantu, akan tergambar strategi bagaimana yang cocok dan bisa dilaksanakan oleh para pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya. 1.4 Pertanyaan Penelitian Dari uraian pada sub bab di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana model bisnis UMKM pengrajin kursi sofa Cipacing berdasarkan Business Model Canvas? 2. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari UMKM pengrajin kursi sofa desa Cipacing, Jatinangor ditinjau dari Business Model Canvas? 3. Strategi pengembangan seperti apa yang dapat diterapkan untuk UMKM pengrajin kursi sofa desa Cipacing, Jatinangor berdasarkan Business Model Canvas? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui model bisnis UMKM kursi sofa desa Cipacing, Jatinangor ditinjau dari Business Model Canvas 2. Mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman UMKM kursi sofa desa Cipacing, Jatinangor ditinjau dari Business Model Canvas 3. Merekomendasikan strategi pengembangan yang dapat diterapakan untuk UMKM kursi sofa desa Cipacing, Jatinangor berdasarkan Business Model Canvas 10
1.6 Manfaat Penelitian Dengan mengetahui bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari elemen yang tergambar dalam bussiness model canvas, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi UMKM pengrajin kursi sofa desa Cipacing, untuk bisa mengembangkan usaha mereka dan bisa lebih dikenal di pasaran. Selain itu diharapkan dengan adanya pengembangan pengrajin kursi sofa desa Cipacing, perekonomian warga sekitar bisa lebih meningkat ke arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bpk. Endang Rochmayudi, Spd, PLT KASI PEM Kecamatan Jatinangor, dalam wawancara tanggal 16 November 2015, bahwa penelitian mengenai pengembangan UMKM di daerah Jatinangor perlu dilakukan guna meningkatkan UMKM industri kreatif yang ada di Jatinangor mengingat penuturannya bahwa UMKM khususnya di desa Cipacing membantu perekonomian warga dengan memberdayakan warga sekitar lingkungannya. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah mengenai analisis pengembangan UMKM pada pengrajin kursi sofa di desa Cipacing, Jatinangor dengan pendekatan Business Model Canvas (BMC) Osterwalder & Pigneur mengenai 9 building blocks. Informasi yang dicari berpatokan pada BMC tersebut. Dalam praktiknya, dari sembilan blok bangunan tersebut pemaparan disesuaikan dengan kondisi UMKM pengrajin kursi sofa desa Cipacing, Jatinangor. Yang mungkin ada informasi yang lebih sederhana dibandingkan dengan teori. Dengan menggunakan alat bantu berupa analisis SWOT, diharapkan UMKM bisa menghadapi peluang dan ancaman dengan situasi ekonomi Jatinangor yang saat ini sedang berkembang. Untuk tahap awal dalam penelitian ini, penulis memperoleh data primer dengan melakukan diskusi terbuka bersama pengurus UMKM di kantor kecamatan Jatinangor dan wawancara tak terstruktur kepada beberapa pengrajin UMKM kursi sofa Cipacing. Selain itu penulis juga mengumpulkan 11
data sekunder yang berasal dari buku, jurnal, web, dan bentuk lainnya yang terkait dengan pendahuluan penelitian selama bulan Oktober Desember 2015. 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi yang terdapat dalam penelitian ini, maka sistematika penulisan penelitian setelah pembahasan BAB I ini adalah sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi mengenai teori-teori terkait penelitian, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang tepat dan dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian, meliputi uraian tentang karakteristik penelitian, alat pengumpulan data, populasi dan sampel, pengumpulan data dan sumber data, validitas dan reliabilitas, serta teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi mengenai hasil pengolahan data dan rekomendasi pengembangan UMKM kursi sofa desa Cipacing Jatinangor. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian. 12