ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DEGRADASI LAHAN DENGAN PENDEKATAN TOPOSEQUEN DAN TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG. Esti Sarjanti ABSTRAK

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh: Esti Sarjanti 1 dan Sigid Sriwanto 2

Analisis Dampak Konversi Lahan Terhadap Produksi Pertanian Lahan Basah Di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh fertilitas diukur dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia membutuhkan lahan untuk mengalokasi sarana dan prasarana

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KERAPATAN DAN POLA PEMETAAN TANAMAN PEKARANGAN DI KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH SKRIPSI

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PROFIL SANITASI SAAT INI

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB III TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

KEADAAN UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Transkripsi:

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto 53182 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Populasi berjumlah 16 desa dengan sampel. Data luas dan bentuk penggunaan lahan tahun 2003 dan 2008 dikumpulkan dari data sekunder dan primer. Analisis data menggunakan pengharkatan dan tabel frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konversi lahan pertanian bervariasi rendah hingga tinggi. Sebagian besar desa mempunyai tingkat konversi rendah terdapat pada 16 desa. Tingkat konversi sedang terdapat di 2 desa yaitu Desa Karangcegak dan Desa Silado, dan 1 desa berkategori tingkat konversi tinggi yaitu di Desa Sikapat. Kata-kata Kunci : tingkat konversi lahan, bentuk penggunaan lahan. I. PENDAHULUAN Lahan merupakan suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu dalam hal ini dapat dilihat dari iklim, batuan dan struktur (litosfer), bentuklahan dan proses, tanah, vegetasi, manusia. Lahan meliputi segala hubungan timbal balik aspek-aspek atau factor-faktor biofisik di permukaan bumi yang dapat dipandang dari segi ekologikal (Sutikno dan SuRitohardoyo, 1996) Berdasarkan fungsinya lahan adalah sumberdaya yang dapat berupa penghasil primer (tanaman, peternakan, memproduksi kayu); penghasil sekunder (penghasil ternak); pelindung (konservasi); penghasil material atau bahan, misalnya mineral, batuan, jalan dan bangunan; berfungsi sebagai site (tapak) untuk permukiman, kawasan industri, jalan dll (Sutikno dan Suritohardoyo, 1996) Penggunaan lahan merupakan aktualisasi respon manusia terhadap lingkungannya. Dalam penyelenggaraan kehidupannya manusia membutuhkan lahan untuk mengalokasikan sarana dan prasarana fisik kegiatan dan membutuhkan lahan sebagai sumberdaya penghasil bahan pangan. Dua kebutuhan lahan ini seringkali berbenturan, pada saat salah satu pemenuhan kebutuhan lahan lebih dominan daripada kebutuhan lainnya. Perbedaan kondisi penduduk dan kondisi fisik setiap wilayah, maupun aktivitasnya secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada bentuk dan luasan penggunaan lahan. Keberadaan lahan pertanian di Kabupaten Banyumas yang kurang lebih 1/3 bagian (33,727 Ha) dari luas wilayah Kabupaten Banyumas telah mengalami pengurangan. Perubahan lahan pertanian ke nonpertanian (konversi lahan) telah terjadi di Purwokerto, antara kecamatan satu dengan lainnya menglami perubahan yang tidak sama yaitu tertinggi di Kecamatan Purwokerto Selatan sebesar 4,15 % dan terendah di Kecamatan Purwokerto Utara sebesar 1,21 % selama kurun waktu 11 tahun (1990 2001) atau rata-rata 17,27 m2/tahun. Perubahan justru terjadi pada lahan sawah beririgasi teknis dan setengah teknis mengalami penyusutan 2,43 % dari areal sawah seluas 12,75 km2 (Esti Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Sarjanti, E. 6

Sarjanti dan Suwarno 2004). Disamping itu pertumbuhan penduduk yang terus meningkat yaitu sebesar 1,69% tahun 2005 di Kabupaten Banyumas (Kantor Statistik, 2006) akan semakin menambah konversi penggunaan lahan pertanian ke nonpertanian. Perubahan penggunaan lahan dari pertanian menjadi permukiman (konversi lahan) di kota Semarang mempunyai intensitas yang tinggi. Lahan permukiman meningkat 232 ha pertahun, disisi lain lahan sawah berkurang 131,7 ha pertahun. Pola perubahan penggunaan lahan tersebut yang mengkhawatirkan justru perkembangan permukiman menggusur lahan sawah. Padahal sawah adalah habitat air yang potensial baik di hulu kota dan hilir kota.. Lahan sawah selain mempunyai nilai sebagai nilai ekologis tata air dan nilai ekonomis yakni produksi bahan pangan juga menjadikan terbukanya kesempatan kerja di sektor pertanian (Hariyanto, 2004) Darmokusumo (1964) telah mengadakan penelitian menggunakan teknik pemetaan bentuk penggunaan lahan. Dengan memahami pola keruangan penggunaan lahan, maka dapat memberikan masukan kepada perencana atau perumus kebijakan penggunaan lahan mengenai variasi keruangan dalam hal bentuk penggunaan lahan. Kecamatan Sumbang merupakan daerah yang mempunyai potensi sebagai daerah penyedia lahan pertanian untuk bahan pangan (sawah, tegalan dan kebun untuk tanaman pangan) di Kabupaten Banyumas (Sarjanti dan Suwarno 2006). Penelitian ini mengkaji variasi keruangan tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas diharapkan dapat memberikan masukan mengenai data dasar untuk penilaian bentuk penggunaan lahan dalam perencanaan wilayah. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas meliputi 19 desa dengan luas 53,42 km2. Terletak diantara 109023 17 109025 15 BT dan 7012 05 7015 10 LS. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari Kantor Kecamatan dan desa di Kabupaten Banyumas meliputi data kependudukan, luas wilayah, luas penggunaan lahan, bentuk penggunaan lahan 2003 dan 2008 dan data hasil interpretasi foto udara serta peta rupa bumi dalam membantu mempermudah pengamatan penggunaan lahan di lapangan Data primer dengan pengamatan langsung di lapangan dengan mengambil sampel secara purposive sampling yang berdasarkan pada pertumbuhan penduduk dan luas wilayah di suatu desa sebanyak 5 desa diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh signifikan terhadap perubahan luas dan bentuk penggunaan lahan di suatu wilayah. Analisis setiap bentuk penggunaan lahan diutamakan pada bentuk-bentuk penggunaan lahan yang memiliki kemampuan potensial menghasilkan tanaman pertanian. sawah irigasi, sawah tadah hujan, tegalan, kebun campuran dan pekarangan (permukiman). Lahan yang digunakan dalam bentuk selain itu tidak dianalisis, dengan pertimbangan potensi produksi pertanian yang dihasilkan untuk penduduk lokal relatif kecil, selanjutnya dinilai menggunakan harkat dan tabel frekuensi. a. Analisis Data Kependudukan Data kependudukan berupa pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari data statistik kemudian diklasifikasikan menjadi lima kelas (pertumbuhan penduduk sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah) untuk asumsi pertumbuhan penduduk tinggi maka perubahan penggunaan lahan pertanian ke nonpertanian juga tinggi. Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Sarjanti, E. 7

Tabel 1. Skor Pertumbuhan penduduk No. Pertumbuhan Penduduk (%) Kategori Skor 1 2 Sangat tinggi 1 2 1,5 < 2 tinggi 2 3 1,0 < 1, 5 sedang 3 4 0,5 - < 1,0 rendah 4 5 < 0,5 Sangat rendah 5 Sumber : Pengolahan Data. b. Analisis Luas Konversi Lahan Pertanian ke non Pertanian Konversi lahan pertanian diketahui dari perubahan luas penggunaan lahan sawah di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas diperoleh dari data luas lahan pertanian dan nonpertanian tahun 2003 dan 2008. Tabel 2. Skor Luas Konversi Lahan Pertanian ke non Pertanian No. Konversi Lahan (%) Kategori konversi Skor 1 <10 Rendah 4 2 11-25 sedang 3 3 26-50 Tinggi 2 4 > 50 Sangat tinggi 1 Sumber : Pengolahan Data. c. Tingkat Konversi Lahan Adapun tingkat konversi lahan dengan menjumlahkan skor setiap pertumbuhan penduduk dan konversi lahan, sebagai berikut : Pt : Skor Pertumbuhan Penduduk Pk : Skor Konversi Lahan Selanjutnya dari hasil perhitungan tingkat konversi lahan pertanian ke non pertanian, tersebut diklasifikasi menjadi 4 kelas, yaitu : Tk = Pt x Pk Keterangan : Tk : Tingkat Konversi lahan Pertanian Tabel 3. Skor Tingkat Konversi Lahan Pertanian ke non Pertanian No. Skor Kategori konversi 1 0 5 Sangat tinggi 2 4 9 Tinggi 3 10-14 Sedang 4 15 20 Rendah Sumber : Pengolahan Data. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Wilayah a. Letak, Luas dan Batas Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas seluas 53,42 km2 dengan jumlah desa sebanyak 19 desa. Desa terluas adalah Desa Limpakuwus (10,75 km2) dan yang tersempit adalah Desa Kawungcarang (0,47 km2). Kecamatan Sumbang. b. Relief Wilayah Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas terletak di lereng Gunung Slamet membujur dari arah tenggara ke utara dan berada di sisi timur laut dari wilayah Kabupaten Banyumas. Sebagian besar relief wilayah hampir 47 % merupakan Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Sarjanti, E. 8

daerah bergelombang hingga berbukit yang membujur dari bagian tengah hingga puncak utara dan selebihnya merupakan daerah yang datar hingga landai. Ketinggian wilayah sebagian berada pada kisaran 100 300 m dpl meliputi area seluas 16,67 km2 dan sebagian besar pada ketinggian di atas 300 600 m dpl seluas 36,75 km2. Kemiringan wilayah Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas mempunyai kemiringan yaitu : 1) 0 4 % datar hingga landai meliputi areal seluas 12,49 km2 berada di bagian selatan (kaki gunung Slamet). 2) 4,1 8 % meliputi areal seluas 8,46 km2 yaitu di bagian lereng 3) 8,1 30 % meliputi areal seluas 6,38 km2 yaitu darerah lereng tengah 4) 30 45 % meliputi areal seluas 12,81 km2 yaitu daerah lereng tengah 5) lebih dari 45 % meliputi areal 16,76 km2 seluas yaitu daerah lereng atas gunung Slamet bagian utara. c. Iklim Kabupaten Banyumas mempunyai iklim Tropis basah dengan rara-rata suhu udara 26,3 o C. Suhu minimum sekitar 24,4 o C dan suhu maksimum sekitar 30,9 o C. Selama tahun 2010 di Kecamatan Sumbang Kabupaten Bnyumas terjadi hujan rata-rata sebanyak 185 hari dengan curah hujan rata-rata 2.355,56 mm. d. Kondisi Penggunaan Lahan Wilayah Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas yang memiliki luas sawah berjumlah 2192 Ha yang merupakan lahan sawah terdiri dari 115 Ha berpengairan setengah teknis dan 2077 Ha berpengairan sederhana (sawah berteras), lahan untuk bangunan/pekarangan 555 Ha, Hutan dan Perkebunan dan kayu-kayuan 147 Ha, Tegalan dan Kebun 1576 Ha, selebihnya digunakan untuk lahan lainnya (Kantor Kecamatan dan Monografi Desa, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa lahan pertanian hanya 41,03 % bagian dari luas wilayah dan luas penggunaan lahan tiap desa tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumbang No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1 Sawah 115 2,9 2 Sawah berteras 2077 38,9 3 Bangunan/pekarangan 555 10,4 4 Tegalan dan Kebun 1576 29,5 5 Hutan dan Perkebunan dan kayu-kayuan 147 2,7 6 Lain-lain 832 15,6 Jumlah 5342 Sumber : Kantor Kecamatan Sumbang 2009 dan Monografi Desa 2008 B. Konversi Lahan Pertanian a. Kondisi Jumlah dan Pertumbuhan penduduk Kondisi penduduk sangat berpengaruh terhadap ketersediaan lahan di suatu wilayah khususnya lahan untuk ketersedian lahan untuk sarana dan prasarana (permukiman), disisi lain untuk lahan pertanian. Penduduk Kecamatan Sumbang Tahun 2008 sebanyak 71905 jiwa tersebar di 19 desa dengan pertumbuhan penduduk 0,94 %. Penduduk terbanyak terdapat di Desa Kotayasa sebanyak 7.721 jiwa dan paling sedikit terdapat di Desa Kawungcarang yaitu 1.134 jiwa. Ditinjau dari pertumbuhan penduduknya, di Kecamatan Sumbang memiliki variasi pertumbuhan Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Sarjanti, E. 9

penduduk antara desa satu dengan lainnnya. Pertumbuhan penduduk terendah 0,31 % dan tertinggi 1,11% selama kurun waktu 5 tahun antara tahun 2003 dan 2008. Pertumbuhan penduduk terendah terdapat di Desa Datar dan tertinggi di Desa Karangturi. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat akan berpengaruh terhadap ketersediaan lahan untuk sarana dan prasarana yang semakin meningkat, yang dapat mengkonversi lahan pertanian, selain itu tekanan penduduk terhadap lahan pertanian juga semakin tinggi (Tabel 5). b. Konversi Lahan Pertanian Dalam penyelenggarakan kehidupannya manusia membutuhkan lahan untuk mengalokasikan sarana dan prasarana fisik dalam kegiatannya dan membutuhkan lahan sebagai sumberdaya penghasil bahan pangannya. Dua kebutuhan lahan ini seringkali berbenturan, pada saat salah satu pemenuhan kebutuhan lahan lebih dominan dari pada kebutuhan lainnya. Benturan kepentingan dalam mengelola lahan dapat berdampak pada imbangan antara sumberdaya lahan dengan manusia yang membutuhkannya. Konversi lahan pertanian ke non pertanian yang melebihi kemampuan lahan pertanian sebagai lahan produksi pangan dapat menyebabkan penurunan produktivitas lahan sebagai lahan produksi pangan, bila hal ini berlangsung secara berkelanjutan dimungkinkan dapat menuruan ketahanan pangan di Kabupaten Banyumas. Tabel 5. Luas dan Klasifikasi Pertumbuhan Penduduk (r) Luas Penduduk r No. Desa (km2) (Jiwa) Skor Kategori 2003 2008 % 1 Karanggintung 1,43 3.343 3603 0,64 4 Rendah 2 Tambak Sogra 2,60 6.171 6343 0,60 4 Rendah 3 Karang Cegak 1,20 2.253 2264 0,58 4 Rendah 4 Karang Turi 1,77 2.167 2168 0,58 4 Rendah 5 Silado 1,71 2.053 2073 0,59 4 Rendah 6 Susukan 2,08 3.722 3764 0,59 4 Rendah 7 Sumbang 2,36 5.134 5308 0,60 4 Rendah 8 Kebanggan 1,81 3.119 3291 0,63 4 Rendah 9 Karang Carang 0,47 1.089 1134 0,62 4 Rendah 10 Datar 0,87 2.214 2257 0,60 4 Rendah 11 Banjarsari Kulon 2,12 3.202 3289 0,60 4 Rendah 12 Banjarsari Wetan 1,97 2.641 2.738 0,62 4 Rendah 13 Banteran 3,36 5.899 6121 0,61 4 Rendah 14 Ciberem 2,34 3.424 3504 0,60 4 Rendah 15 Sikapat 3,97 3.165 3216 0,57 4 Rendah 16 Gandatapa 5,42 6.310 6376 0,59 4 Rendah 17 Kotayasa 5,06 7.557 7721 0,60 4 Rendah 18 Limpakuwus 11,7 4.205 4224 0,59 4 Rendah 19 Kedung Malang 0,95 2.389 2411 0,59 4 Rendah Sumber : Kantor Kecamatan (2004 dan 2009) dan Monografi Desa 2008 Berdasarkan analisis data yang diperoleh di Kecamatan Sumbang secara keseluruhan menunjukkan konversi lahan pertanian masih Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Sarjanti, E. 10

tergolong rendah hingga tinggi, akan tetapi terdapat 5 desa terjadi penambahan luas lahan pertanian yaitu di desa Tambaksogra, Susukan, Sumbang, Kebanggan dan Desa kawung Carang. Desa dengan konversi lahan pertanian kategori rendah terdapat di 11 desa, 2 desa kategori sedang yaitu Desa Karangcegak dan Silado dan 1 desa dengan konversi lahan pertanian kategori tinggi terdapat di Desa Sikapat, seperti tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Konversi Lahan Pertanian No. Desa Sawah (Ha) Konversi Konversi 2003 2008 Ha % Skor Kategori 1 Karanggintung 150,55 146-4,55-3,03 4 Rendah 2 Tambak Sogra 164 184 +20 12,2 4 Rendah 3 Karang Cegak 113,87 94-19,9-17,47 3 Sedang 4 Karang Turi 144 143-1 -0,007 4 Rendah 5 Silado 171 133-28 -16,37 3 Sedang 6 Susukan 90,47 114 +23,53 26 4 Rendah 7 Sumbang 182 186 +2 1,09 4 Rendah 8 Kebanggan 107,17 135 +27,83 25,96 4 Rendah 9 Karang Carang 29,86 32 +2,61 8,74 4 Rendah 10 Datar 51,9 52-0,1-0,002 4 Rendah 11 Banjarsari Kulon 99 97-2 -2,02 4 Rendah 12 Banjarsari Wetan 65,3 61-4,3-6,58 4 Rendah 13 Banteran 194 193-1 -0,005 4 Rendah 14 Ciberem 39,39 40-0,61-1,55 4 Rendah 15 Sikapat 242,2 169-73,2-30,22 2 Tinggi 16 Gandatapa 145 144-1 -0,007 4 Rendah 17 Kotayasa 186,05 193-6,95-3,7 4 Rendah 18 Limpakuwus 78 75-3 -3,85 4 Rendah 19 Kedung Malang 28 29,2-1,2-4,28 4 Rendah Sumber : Kantor Kecamatan (2004) dan Monografi Desa 2008 c. Tingkat Konversi Lahan Pertanian Konversi terhadap lahan pertanian disebabkan oleh jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk yang berlangsung terus menerus, bila melebihi ketersedian luas lahan sawah sebagai sumber kecukupan hidup layak bagi petani, maka terjadi peningkatan kemiskinan khususnya keluarga petani. Selain itu ketersediaan lahan pertanian yang semakin sempit dapat menurunkan produksi pertanian yang berdampak penurunan ketahanan pangan. Sumbang terdapat variasi antara desa satu dengan desa lainnya. Tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Sumbang terdapat berkategori dari rendah hingga tinggi. Sebagian besar desa mempunyai tingkat konversi rendah terdapat pada 16 desa. Tingkat konversi sedang terdapat di Kecamatan Karangcegak dan Desa Silado, dan hanya 1 desa berkategori tingkat konversinya tinggi yaitu di Desa Sikapat (Tabel 7). Ditinjau dari tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Sarjanti, E. 11

Tabel 7. Tingkat Konversi Lahan Pertanian No. Desa Skor Skor Skor Kategori Pt Pk Tk 1 Karanggintung 4 4 16 Tinggi 2 Tambak Sogra 4 4 16 Rendah 3 Karang Cegak 4 3 12 Sedang 4 Karang Turi 4 4 16 Rendah 5 Silado 4 3 12 Sedang 6 Susukan 4 4 16 Rendah 7 Sumbang 4 4 16 Rendah 8 Kebanggan 4 4 16 Rendah 9 Karang Carang 4 4 16 Rendah 10 Datar 4 4 16 Rendah 11 Banjarsari Kulon 4 4 16 Rendah 12 Banjarsari Wetan 4 4 16 Rendah 13 Banteran 4 4 16 Rendah 14 Ciberem 4 4 16 Rendah 15 Sikapat 4 2 8 Tinggi 16 Gandatapa 4 4 16 Rendah 17 Kotayasa 4 4 16 Rendah 18 Limpakuwus 4 4 16 Rendah 19 Kedung Malang 4 4 16 Rendah Sumber : Pengolahan data IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Sumbang terdapat variasi antara desa satu dengan desa lainnya. Tingkat konversi lahan pertanian di Kecamatan Sumbang berkategori dari rendah hingga tinggi. Sebagian besar desa mempunyai tingkat konversi rendah terdapat pada 16 desa. Tingkat konversi sedang terdapat di Kecamatan Karangcegak dan Desa Silado, dan hanya 1 desa berkategori tingkat konversinya tinggi yaitu di Desa Sikapat. B. Saran Perlu dikembangkan alternatif lain untuk membatasi pengembangan sarana dan prasarana penduduk yang tidak memanfaatkan lahan sawah, apabila Kecamatan Sumbang ditetapkan sebagai suplai bahan pangan di Kabupaten Banyumas. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya dukung lahan dengan memperhatikan produktivitas lahan, bahaya erosi, tekanan penduduk, kemampuan lahan dan kesesuaian lahan yang lebih terinci. DAFTAR PUSTAKA Hariyanto, 2004. Pola Konversi Lahan di Kota Semarang. Semarang Sarjanti, E. dan Suwarno, 2004. Pola spasial konversi lahan pertanian dan faktor-faktor yang berpengaruh di Purwokerto. Jurnal Saintek. Volume V (1). Sarjanti, E. dan Suwarno, 2007. Analisis potensi lahan pertanian bahan pangan di Kabupaten Banyumas. Laporan Penelitian. Purwokerto. Soemarwoto, O. 1985. A Qualitative of population Pressure and It s Potensial Use in Development Planning. Majalah Demografi Indonesia, Vol.12 (24). Jakarta. Sutikno, dan Suritohardoyo, 1996. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta: Fak. Geografi UGM Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Sarjanti, E. 12