UJI KADAR SERAT, PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DARI BAHAN DASAR KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG DAN BEKATUL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

KADAR PROTEIN DAN KUALITAS TEMPE KOMPOSISI KORO BENGUK DAN BEKATUL PADA VARIASI DAUN PEMBUNGKUS

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Pada era globalisasi ini pola konsumsi masyarakat, terutama masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

YUWIDA KUSUMAWATI A

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

PEMANFAATAN AMPAS DARI BERBAGAI JENIS KACANG - KACANGAN PADA PEMBUATAN TEMPE GEMBUS SKRIPSI. Disusun Oleh : SISWANTI BINTARATIH NPM.

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

UJI KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK BISKUIT DENGAN RATIO TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG DAUN KELOR

PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TELUR BEBEK DENGAN PERENDAMAN BEKATUL PADI NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

UJI ORGANOLEPTIK CAKE DENGAN SUBSTITUSI PATI SINGKONG (Manihot utilissima) DAN PEWARNA DAUN SUJI (Pleomale angustifolia) NASKAH PUBLIKASI

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

4.1. Hasil Analisa Kuantitatif spora Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus oligosporus serta Rhizopus oryzae (2:1) (2:1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FERMENTASI TEMPE MATERI KULIAH BIOINDUSTRI NUR HIDAYAT

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

Pemanfaatan Biji Turi Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kecap Secara Hidrolisis Dengan Menggunakan Estrak Pepaya Dan Nanas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

Tempe merupakan makanan tradisional hasil industri rakyat yang telah dikenal di Indo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dadih merupakan hasil olahan susu fermentasi yang berasal dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau.

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG GANYONG TERHADAP KUALITAS CAKE GANYONG WORTEL

PEMANFAATAN BIJI TANAMAN KESUMBA (Bixa orellana) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN ANTIOKSIDAN (VITAMIN C) UNTUK PEMBUATAN KUE BOLU DARI BERBAGAI MACAM TEPUNG

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

I PENDAHULUAN. khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe dibuat dengan cara

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi.

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progam Studi Pendidikan Biologi

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH AIR LERI BERAS IR-36 SEBAGAI BAHAN BAKU SIRUP DENGAN PROSES FERMENTASI DAN PENAMBAHAN PEWARNA ALAMI DAUN PANDAN WANGI

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

FERMENTASI TEMPE MATERI KULIAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI NUR HIDAYAT

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

UJI KADAR SERAT, PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DARI BAHAN DASAR KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: TUTUT LUSIYATININGSIH A 420 100 111 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Ul\ I V TII(DI I AS IYIU TIAIYIIVIAT'I I AII D U I(AAJT'j FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAFI Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Telp. (0271) 717417 Fax: 715448 Surakaria 57102 Website: hup:l/www.ums.ac,ld Email: ums@ums.ac.id Surat Persetuiuan Artikel Publikasi llmiah Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Nama : Dra. Aminah Asngat, M. Si. NIK :227 Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama : TUTUT LUSIYATININGSTH NIM : A420100 111 Program Studi : Pendidikan Biologi Judul Skripsi : "UJI KADAR SERAT, PROTEIN DAN SIFAT ORGAI{OLEPTIK PADA TEMPE DARI BAHAN DASAR KACAI\G MERAH @haseolus vulgaris L) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG DAN BEKATT]L'. Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat digunakan seperlunya. Surakarta 27 Februan 2014 Pembimbing, N.B. Pembimbing satu dosen

UJI KADAR SERAT, PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DARI BAHAN DASAR KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG DAN BEKATUL Tutut Lusiyatiningsih (1), Aminah Asngad (2) (1) : mahasiswa pendidikan biologi FKIP UMS (2) : dosen pembimbing biologi FKIP UMS ABSTRAK Kacang merah merupakan salah satu biji kacang-kacangan yang mengandung serat dan protein yang tinggi, begitu juga dengan jagung dan bekatul. Kacang merah dapat digunakan sebagai bahan pengganti pembuatan tempe dengan penambahan jagung dan bekatul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar serat, protein dan sifat organoleptik pada tempe dari bahan dasar kacang merah (Phaseolus vulgaris L) dengan penambahan jagung dan bekatul. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu faktor pertama jenis bahan isi (B 1 =jagung dan B 2 =bekatul) dan faktor kedua persentase bahan isi (F 1 = 15%, F 2 =20% dan F 3 =25%). Tempe kacang merah dengan penambahan jagung dan bekatul di uji organoleptik 15 panelis, kadar serat dan protein. Hasil uji organoleptik warna pada perlakuan B 2 F 3 paling putih kompak, aroma pada perlakuan B 1 F 1 tidak asam, sedangkan tekstur pada perlakuan B 2 F 3 sangat padat. Hasil penelitian kadar serat tertinggi B 2 F 1 yaitu 3,16 % dan terendah B 1 F 3 yaitu 0,76%. Kadar protein tertinggi B 2 F 1 yaitu 2,93 % dan terendah B 1 F 3 yaitu 0,83%. Kesimpulan dari hasil penelitian ini kadar serat dan protein tertinggi B 2 F 1 dan terendah B 1 F 3 serta organoleptik warna putih kompak pada perlakuan B 2 F 3, aroma tidak menyengat pada perlakuan B 1 F 1 dan tekstur sangat padat pada perlakuan B 2 F 3. Kata Kunci: Kacang merah, bekatul, jagung, serat, protein dan sifat organoleptik.

A. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir, biji koro dan sebagainya. Tempe telah dikenal sebagai pangan fungsional dengan bahan baku kedelai kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus (Winarno, 2003). Lama fermentasi pembuatan tempe sekitar 36-48 jam dengan ditandai adanya kapang yang hampir tetap dan tekstur yang lebih kompak. Setiap 100 g tempe mengandung 18-20 g protein, 4 g lemak, 12 g kabohidrat, serat 3,5 g dan mempunyai kandungan vitamin, fosfor, kalsium (Astawan dkk, 2004). Namun, akhir-akhir ini harga kedelai semakin mahal. Alternatifnya mengganti bahan dasar dengan kacang merah. Dalam 100 g kacang merah mengandung nutrisi protein 22,3 g, karbohidrat 61,2 g, lemak 1,5 g, vitamin A 30 SI, thiamin/ vitamin B 1 0,5 mg, riboflavin/ vitamin B 2 0,2 mg, niasin 2,2 mg, kalsium 260 mg, mg, fosfor 260 mg, besi 5,8 mg, mangan 194 mg, tembaga 0,95 mg, dan natrium 15 mg (Astawan 2009). Diantara jenis biji-bijian, kacang merah memiliki kandungan serat paling tinggi dengan kadar 26,3 g per 100 g bahan (Rusilanti, 2007). Bekatul merupakan limbah penggilingan padi yang seharusnya dibuang dan tidak dikonsumsi manusia, namun bekatul mempunyai kandungan serat yang sangat tinggi (Owily, 2010). Bekatul kaya akan kandungan protein dan vitamin B komplek (B 1,B 2,B 3,B 5,B 6 dan tokoferol) (Isnawati, 2013). Menurut Astawan 2009, dalam 100 g bekatul beras mengandung nutrisi protein 11,8 13,0 g, lemak 10,1 12,4 g, serat kasar 2,3 3,2 g, karbohidrat 51,1 55,0 g, kalsium 500 700 mg, magnesium 600 700 mg, fosfor 1.000 2.200 mg, seng 1,7 mg, vitamin B1 0,3 1,9 mg, riboflavin 0,17 0,24 mg, niasin 22,40 39,90 mg.

Masyarakat Indonesia sering mengkonsumsi jagung untuk bahan pengganti karbohidrat yang dihasilkan oleh padi. Biasanya masyarakat mengkonsumsi jagung cukup dengan dibakar, direbus, dan dibuat sayur. Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5%, protein 10,0%, lemak 4,0%, karbohidrat 61,0%, gula 1,4%, pentosa 6,0%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat lain 0,4% (Rukmana, 1997). Beberapa peneliti menggunakan jagung sebagai bahan penambahan ataupun bahan dasar pembuatan tempe. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin menganalisis uji kadar serat, protein dan sifat organoleptik pada pembuatan tempe dengan bahan dasar kacang merah (Phaseolus vulgaris L) dengan penambahan jagung dan bekatul. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktor yang terdiri dari 2 faktor dengan 6 kombinasi perlakuaan. Adapun faktor perlakuaan sebagai berikut: Tabel 3.1 Rancangan percobaan B 1 B 2 F 1 B 1 F 1 B 2 F 1 F 2 B 1 F 2 B 2 F 2 F 3 B 1 F 3 B 2 F 3 Keterangan: B 1 F 1 : kacang merah 170 g + jagung 30 g B 1 F 2 : kacang merah 160 g + jagung 40 g B 1 F 3 : kacang merah 150 g + jagung 50 g B 2 F 1 : kacang merah 170 g + bekatul 30 g B 2 F 2 : kacang merah 160 g + bekatul 40 g B 2 F 3 : kacang merah 150 g + bekatul 50 g Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menguji kadar serat, protein dan uji orgaoleptik (warna, aroma dan tekstur) pada tempe tersebut di Laboratorium D3 Pertanian UNS. Kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian uji kadar serat, protein dan organoleptik pada tempekacang merah (Phaseolus vulgaris L) dengan penambahan jagung dan bekatul pada konsentrasi yang berbeda yaitu penambahan tepung jagung 15%, 20%, 25% dan penambahan bekatul 15%, 20%, 25% adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Hasil Uji Kadar Serat dan Protein Tempe Kacang Merah dengan Penambahan Jagung dan Bekatul per 100 g Kode Sampel Protein (% wb) Serat kasar (% wb) Jagung 15% (B 1 F 1 ) 1,15 2,06 Jagung 20% (B 1 F 2 ) 0,91 1,5 Jagung 25% (B 1 F 3 ) 0,83** 0,76** Bekatul 15% (B 2 F 1 ) 2,93* 3,16* Bekatul 20% (B 2 F 2 ) 2,85 2,69 Bekatul 25% (B 2 F 3 ) 2,61 2,36 Keterangan: : Nilai protein dan serat yang tertinggi ** : Nilai protein dan serat yang terendah Satuan % wb

Tabel 4.2 Data Hasil Uji Organoleptik Tempe Kacang Merah dengan Penambahan Jagung dan Bekatul per 100 g Perlakuan (1) Organoleptik (2) Nilai (3) Keterangan (4) Warna 3,33 Putih B 1 F 1 Aroma 2,46 Agak menyengat Tekstur 2,26 Rapuh Warna 3,53 Putih agak kompak B 1 F 2 Aroma 2,13 Agak menyengat Tekstur 3,46 Agak padat Warna 4,4 Putih agak kompak B 1 F 3 Aroma 2,6 Menyengat Tekstur 4,47 Padat Warna 2,33 Putih agak kuning B 2 F 1 Aroma 1,4 Tidak menyengat Tekstur 2,53 Agak padat Warna 4,27 Putih agak kompak B 2 F 2 Aroma 2,53 Menyengat Tekstur 3,47 Agak padat Warna 4,6* Putih kompak B 2 F 3 Aroma 2,6** Menyengat Tekstur 4,67*** Sangat padat Keterangan: : Nilai warna tertinggi ** : Nilai aroma tertinggi *** : Nilai tekstur tertinggi 2. Pembahasan a. Kadar Serat Setelah dilakukan penelitian uji kadar serat tempe kacang merah dengan penambahan jagung dan bekatul menunjukkan semakin banyak persentase penambahan jagung dan bekatul maka kadar serat pada tempe kacang merah semakin menurun. Terlihat penambahan jagung B 1 F 1 (jagung 15%) sebesar 2,06%, B 1 F 2 (jagung 20%) sebesar 1,50%, B 1 F 3 (jagung 25%) sebesar 0,76% dan pada penambahan bekatul B 2 F 1 (bekatul 15%) sebesar 3,16%, B 2 F 2 (bekatul 20%) sebesar 2,69%, B 2 F 3 (bekatul 25%) sebesar 2,36%. Penurunan kadar serat pada tempe disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penambahan bahan, pengupasan kulit ari, perendaman, perebusan dan pemanasan. Penambahan bahan jagung

dan bekatul akan mempengaruhi banyaknya kandungan serat. Hal ini dikarenakan kandungan serat bahan baku (kacang merah) lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan serat pada bahan penambahan (jagung dan bekatul). Terlihat pada kandungan serat pada kacang merah sebesar 26,3 g per 100 g kacang merah (Rusilanti, 2007), kandungan serat pada jagung sebesar 2,3% per 100 g jagung (Rukmana, 1997), dan kandungan serat pada bekatul sebesar sebesar 2,3 3,2 g per 100 g bekatul (Astawan, 2009). Pengupasan kulit ari pada kacang merah saat pembuatan tempe mengurangi kandungan serat pada tempe. Dalam kulit ari kacang merah mengandung banyak serat makan jika kulit ari dikupas maka kandungan serat akan menurun. Perendaman kacang merah juga mengakibatkan penurunan kadar serat, karena larutnya komponen serat dalam perendaman air. Proses perebusan dan pemanasan (kacang merah, jagung dan bekatul) juga menyebabkan penurunan kadar serat. Perebusan dan pemanasan yang terlalu lama semakin merusak kandungan serat dalam bahan tersebut, sedangkan pemanasan yang cukup tidak akan mengurangi kandungan serat. Pada penelitian ini, perebusan dan pemanasan dilakukan terlalu lama pada kacang merah, jagung dan bekatul. Penambahan antara jagung dan bekatul, kadar serat tertinggi terlihat pada penambahan bekatul dibandingkan dengan penambahan jagung. Hal ini terjadi karena kandungan serat dalam bahan tambahan bekatul lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan serat pada jagung. Terlihat kandungan serat pada bekatul sebesar 2,3 3,2 g setiap 100 g bekatul (Astawan, 2009), kandungan serat pada jagung sebesar 2,3% setiap 100 g jagung (Rukmana, 1997). Bekatul juga memiliki protein dan karbohidrat yang cukup tinggi yang dapat mempercepat kesuburan jamur dan meningkatkan kandungan serat dalam tempe (Rasyat, 2000)

dibandingkan dengan jagung. Terlihat pada kandungan bekatul memiliki protein sebesar 11,8-13,0 g dan karbohidrat sebesar 51,1-55,0 g (Astawan, 2009) sedangkan kandungan jagung memiliki protein sebesar 2,9 g dan karbohidrat sebesar 17,1 g. Pada penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh penambahan bahan dan konsentrasi yang berbeda sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kadar serat pada tempe kacang merah tersebut. Terlihat dari hasil di atas perlakuan dengan penambahan bekatul B 2 F 1 sebesar 3,16 %, B 2 F 2 sebesar 2,69 %, B 2 F 3 sebesar 2,36 % sedangkan penambahan jagung B 1 F 1 sebesar 2,06 %, B 1 F 2 sebesar 1,50 %, B 1 F 3 sebesar 0,76 %. b. Kadar Protein Setelah dilakukan penelitian uji kadar protein tempe kacang merah dengan penambahan jagung dan bekatul menunjukkan semakin banyak persentase penambahan jagung dan bekatul maka kadar protein pada tempe kacang merah semakin menurun. Terlihat dari penambahan jagung B 1 F 1 (dengan persentase 15%) sebesar 1,15%, B 1 F 2 (dengan persentase 20%) sebesar 0,91%, B 1 F 3 (dengan persentase 25%) sebesar 0,83% dan pada penambahan bekatul B 2 F 1 (dengan persentase 15%) sebesar 2,93%, B 2 F 2 (dengan persentase 20%) sebesar 2,85%, B 2 F 3 (dengan persentase 25%) sebesar 2,61%. Penurunan kadar protein pada tempe disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penambahan bahan, pengukusan (pemanasan) dan lama fermentasi. Penambahan bahan jagung dan bekatul akan mempengaruhi banyaknya kandungan protein. Hal ini dikarenakan kadar protein bahan baku (kacang merah) lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein bahan penambah (jagung dan bekatul). Terlihat pada kandungan protein kacang merah sebesar 22,3 g per 100 g kacang merah, kandungan protein pada bekatul sebesar 11,8-13,0 g per 100 g bekatul (Astawan, 2009) dan

kandungan protein jagung sebesar 2,9 g per 100 g jagung (Lingga 2010). Proses pengukusan (pemanasan) yang terlalu lama dapat menurunkan kadar protein dalam tempe. Menurut Admin 2010, Panas yang berlebih yang digunakan selama proses pengolahan makanan akan menurunkan kecernaan protein. Kerusakan oleh pemanasan mengurangi ketersediaan asam amino essensial lisin karena terjadi denaturasi protein tersebut. Lama fermentasi selama 48 jam pada pembuatan tempe kacang merah dengan penambahan jagung dan bekatul mempengaruhi menurunnya kadar protein. Menurut Murata et al dalam Astuti et al 2000, jumlah asam amino bebas pada tempe jauh lebih besar dari pada kedelai karena aktivitas enzim protease yang dihasilkan kapang, tetapi setelah proses fermentasi 48 jam, jumlah asam amino keseluruhan mengalami penurunan dengan kisaran 3,62-27,9%. Setelah proses fermentasi kandungan total asam amino mengalami penurunan tetapi asam amino bebas akan meningkat dengan tajam, hal ini disebabkan karena kapang Rhizopus sp memakai asam amino sebagai sumber N (nitrogen) untuk pertumbuhannya. Penambahan antara jagung dan bekatul menunjukkan bahwa tempe kacang merah dengan penambahan bekatul memiliki kadar protein paling tinggi dibandingkan dengan tempe kacang merah dengan penambahan jagung. Hal ini terjadi karena kandungan protein dalam bahan tambahan bekatul lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan serat pada jagung. Menurut Astawan 2009, kandungan protein bekatul sebesar 11,8-13,0 g per 100 g bekatul dan menurut Lingga 2010, kandungan protein jagung sebesar 2,9 g per 100 g jagung. Pada penelitian ini menunjukkan ada pengaruh penambahan bahan dan konsentrasi yang berbeda terhadap tinggi rendahnya kadar protein pada tempe kacang merah

tersebut. Terlihat dari data di atas perlakuan dengan penambahan bekatul B 2 F 1 sebesar 2,93%, B 2 F 2 sebesar 2,85%, B 2 F 3 sebesar 2,61% sedangkan penambahan jagung B 1 F 1 sebesar 1,15%, B 1 F 2 sebesar 0,91%, B 1 F 3 sebesar 0,83%. c. Organoleptik 1. Warna Menurut Winarno 2002, penerimaan warna suatu bahan berbeda-beda tergantung faktor alam geografis dan aspek sosial masyarakat penerima. Biasanya tempe memiliki warna putih kompak dan padat jamur, begitu pula pada tempe kacang merah dalam penelitian ini. Tempe kacang merah ini yang memiliki warna tidak jauh beda dengan tempe biasanya, terdapat pada perlakuan F 3 B 2 menunjukkan warna putih kompak. Pembentukan warna putih ini dipengaruhi karena jalinanjalinan miselium pada tempe sangat padat sehingga terlihat warna putih. Warna ini dibentuk karena mengandung banyak spora yang dihasilkan oleh kapang jenis Rhizopus sp (Suprapti, 2003). Penambahan jagung dan bekatul berpengaruh terhadap nilai warna. Pada perlakuan B 1 F 1 memiliki warna putih, perlakuan B 1 F 2, B 1 F 3 dan B 2 F 2 memiliki warna putih agak kompak, perlakuan B 2 F 3 memiliki warna putih kompak dan B 2 F 1 memiliki warna putih agak kuning. Menurut Astawan dkk 2004, tempe yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri berwarna putih bersih yang merata pada permukaannya. Tempe yang segar adalah tempe yang sudah jadi yang berwarna putih dengan jamur yang banyak dan tebal (Suprapti, 2003).

2. Aroma Aroma sangat menentukan dalam penilaian produk makanan dengan menggunakan indra pembau seseorang. Aroma tempe kacang merah dalam penelitian ini yang baik pada perlakuan B 2 F 1 memiliki aroma tidak menyengat, B 1 F 1 dan B 1 F 2 memiliki aroma agak menyengat, B 2 F 2 dan B 2 F 3 memiliki aroma menyengat. Aroma menyengat dikarenakan persentase bekatul yang lebih banyak dibanding dengan perlakuan yang lain. Selain itu bekatul juga mengandung minyak tokofenol yang menyebabkan bau khas bekatul muncul (Dull, 2002). Begitu pula dengan penambahan tepung jagung dengan persentase yang lebih banyak juga akan menghasilkan aroma menyengat. 3. Tekstur Tekstur merupakan tingkat kelembutan dan kekasaran pada suatu benda atau pun makanan (Wiryawan, 2011). Tekstur tempe kacang merah dalam penelitian ini yang paling baik pada perlakuan B 2 F 3 yang memiliki tekstur sangat padat. Perlakuan B 1 F 2, B 2 F 1, B 2 F 2 memiliki tekstur agak padat, B 1 F 3 memiliki tekstur padat, dan B 1 F 1 memiliki tekstur rapuh. Tekstur tempe yang sangat padat dipengaruhi oleh persentase penambahan tepung jagung dan bekatul. Menurut Siswono dalam Asngad tahun 2011 halaman 32, bahwa hal tersebut disebabkan persentase bekatul yang lebih besar dapat membentuk miselium-miselium yang semakin banyak sehingga hifa kapang tumbuh dengan intensif dan merata membentuk jalinan yang mengikat biji kacang merah satu dengan biji yang lain sehingga menjadi kompak dan padat. Begitu juga dengan penambahan persentase pada tepung jagung yang semakin banyak juga berpengaruh pada tekstur tempe tersebut akan menjadi padat. Maka terbukti bahwa persentase penambahan

tepung jagung dan bekatul dalam pembuatan tempe sangat mempengaruhi tekstur tempe kacang merah tersebut. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan analisa hasil data dan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kadar serat dan protein tertinggi pada perlakuan B 2 F 1 dan terendah pada perlakuan B 1 F 3. 2. Ada pengaruh penambahan konsentrasi jagung dan bekatul terhadap tinggi rendahnya kadar serat dan protein pada tempe kacang merah tersebut. 3. Hasil uji organoleptik dilihat dari parameter warna, aroma dan tekstur menunjukkan adanya perbedaan pada setiap perlakuan. Warna pada perlakuan B 2 F 3 paling putih kompak, aroma pada perlakuan B 1 F 1 dengan aromanya tidak menyengat, sedangkan tekstur pada perlakuan B 2 F 3 sangat padat dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. 2. Saran 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penambahan bahan pembuatan tempe yang berdeda dengan persentase yang sama atau berbeda. 2. Perlu dikembangkan lebih lanjut mengenai pembuatan tempe dengan penambahan bahan agar bau bekatul tidak menyengat.

DAFTAR PUSTAKA Admin. 2010. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecernaan Protein Makanan. Http://agribiz-news.blogspot.com/2010/09/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html (diakses 15 Februari 2014). Asngad, Aminah., Suparti, Priyonggo Budi Laksono. 2011. Uji Kadar Serat, Karbohidrat, dan Sifat Organoleptik pada Pembuatan Tempe dari Bahan Dasar Kacang Merah (Vigna umbellate) dengan Penambahan Bekatul. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi Vol. 12. No 1: 23 36. Astawan, Made, Wresdiyati, Tutik. 2004. Diet Sehat dengan Makanan Berserat. Solo: Tiga Serangkai. Astawan, Made. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta: Penebar Swadaya. Astuti, Mary, Andreanyta Meliala, Fabien S. Dalais dan Mark L Wahlqvist. 2000. Review Article: Tempe, a Nutritious and Healty Food from Indonesia. Aisa Pasific J Clin Nutr (2000) 9 (4):322-325. Dull., Bob J. 2002. Brand New Function. Food Industry. Nutritive Value of Rice Bran Narasinga Rao. Isnawati, Nani. 2013. Bekatul Limbah Padi yang Sehat Dikonsumsi. Http://bbppbinuang.info/news21-bekatul-limbah-padi-yang-sehatdikonsumsi.html (diakses 1 Oktober 2013). Lingga, Lanny. 2010. Cerdas Memilih Sayuran. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Owily. 2010. Bekatul Kaya Manfaat. Http://www.medicalera.com/indeksphp?option=commy blog and show bekatul-kaya-manfaat.html&itemid (diakses 20 Oktober 2013). Rasyat, Muh. 2000. Bahan Makanan Unggas. Yogyakarta: Kanisius. Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta: Kanisius. Rusilanti dan Clara M. Kusharto. 2007. Sehat dengan Makanan Berserat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Suprapti, M. Lies. 2003. Pembuatan Tempe. Yogyakarta: Kanisius. Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Wiryawan, Adam. 2011. Uji Organoleptik. Http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/uji-organoleptik/ujiorganoleptik/ (diakses 1 Oktober 2013).