Efektifitas penggunaan bingkai jaring pada penjarangan benih kerang mutiara, Pinctada maxima

dokumen-dokumen yang mirip
BINGKAI BAMBU PENGGANTI POKET NET DALAM PEMELIHARAAN ANAKAN KERANG MUTIARA, Pinctada maxima. Pitjont Tomatala

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SPAT TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DI PERAIRAN TERNATE SELATAN PULAU TERNATE

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

STUDI PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) PADA KE DALAMAN BERBEDA DI TELUK KAPONTORI, PULAU BUTON

(Pinctada maxima) pada Kepadatan Berbeda

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA PENEMPELAN LARVA KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) PADA KOLEKTOR DENGAN POSISI TEBAR DAN KEDALAMAN BERBEDA

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

JENIS POLIKAETA YANG MENYERANG TIRAM MUTIARA PINCTADA MAXIMA DI PERAIRAN PADANG CERMIN, LAMPUNG

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

STUDI TINGKAT KEMATIAN BENIH TIRAM MUTIARA TERHADAP PERIODE PEMBERIAN PAKAN

DINAMIKA EKOSISTEM PERAIRAN BUDIDAYA TIRAM DAN PEMANFAATANNYA. IRMA DEWIYANTI, S.Pi., M.Sc

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Hlm , Juni 2014

EFEKTIFITAS ALAT PEMELIHARAAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN ANAKAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) DI TELUK KODEK, LOMBOK UTARA

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

BABI PENDAHULUAN A.LatarBelakang Sumber Daya Manusia merupakan aspek penting dalam melakukan suatu kegiatan budidaya, karena tanpa sumber daya

Variasi Padat Tebar Berbeda Untuk Kultur Teripang Pasir (Holothuria scabra Jeager) Menggunakan Sistem Jaring Tancap

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

BAHAN DAN METODE. Bahan. Hewan uji yang digunakan tiram mutiara jenis Pteria Penguin sebanyak

PEMBENIHAN TIRAM MUTIARA Pinctada maxima METODE DONOR SPERMA DAN THERMAL SHOCK DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

Efektifitas Modifikasi Rumpon Cumi sebagai Media Penempelan Telur Cumi Bangka (Loligo chinensis)

Kondisi perairan keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

BAB III BAHAN DAN METODE

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

Pengaruh Jenis Shelter Terhadap Sintasan Juvenil Lola (Trochus niloticus) Dedy Kurnianto dan Rosmi Nuslah Pesilette 1

PENGENDALIAN CACING POLIKAETA PADA TIRAM MUTIARA DENGAN PERENDAM-A-!Y DALAM SALINITAS YANG BERBEDA

Kepadatan Optimum dan Morfologi Spat Tiram Mutiara Pinctada maxima (Jameson) pada Pemeliharaan dengan Tingkat Kepadatan Berbeda

BAB III METODE PENELITIAN

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp. dengan Metode Penanaman yang Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

ANALISIS EKOLOGI TELUK CIKUNYINYI UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) ABSTRAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan

Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 02 No. 06 Jun 2013 (81 90) ISSN :

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Journal Of Aquaculture Management and Technology Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola meloloskan diri ikan kuwe dari alat tangkap jala buang di perairan Kelurahan Papusungan Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

Pengaruh Diameter Tali Polyethilen Sebagai Kolektor. Jumlah dan Ketahanan Penempelan Spat Tiram Mutiara

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA MUTIARA

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Cromileptes altivelis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

APLIKASI PERBAIKAN MANAJEMEN DALAM PERBENIHAN TIRAM MUTIARA (Pinctada Maxima)

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

KESESUAIAN KUALITAS AIR KERAMBA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI DANAU SENTANI DISTRIK SENTANI TIMUR KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Edwin Jefri 1*, Inayah Yasir 2, Sya uddin 2 Diterima: 20 April 2017 Disetujui: 22 Mei 2017 ABSTRACT

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Tiram (Crassostrea sp.)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

Transkripsi:

Efektifitas penggunaan bingkai jaring pada penjarangan benih kerang mutiara, Pinctada maxima (Effectiveness of using frame net in spacing process of pearl oyster seeds, Pinctada maxima) Pitjont Tomatala Politeknik Perikanan Negeri Tual Teknologi Budidaya Perikanan Abstract Pearl oyster Pinctada maxima is one of the sea resource that has an economic value in national and international market. Recently, many companies have succeeded in producing hundreds of thousand spat through hatchery. However, mortality rate of spat in rearing activityies in the sea was remain high. It was caused by unfavorable handling of spat during the spacing process. The purpose of this research was evaluate the effectiveness of using frame net in spat handling at spacing process. This research was conducted at Luv Bay of Tual City, Maluku Province on March to April 2012. The observation was conducted to measure the shell growth and survaival of P. maxima spat. The result suggested that the use of frame net in the spacing process of pearl oyster had great advantage. It was proven by the normal growth and high survival rate. Keywords : Pinctada maxima, spat, growth rate, survaival rate PENDAHULUAN Kerang mutiara merupakan salah satu sumberdaya laut yang bernilai ekonomis baik di pasaran Nasional maupun Internasional karena organisme ini dapat menghasilkan butiran mutiara yang bernilai jual tinggi. Di Indonesia terdapat beberapa jenis kerang yang dapat menghasilkan butiran mutiara. Pinctada maxima dan Pinctada margaritifera merupakan jenis kerang mutiara yang berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan jenis kerang mutiara lain yang ada di perairan Indonesia (Anonimous, 2004). Kerang mutiara jenis Pinctada maxima di pasaran dunia dikenal dengan nama Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl) dan 41,21 % mutiara yang dihasilkan dari kerang jenis ini yang beredar di pasaran dunia berasal dari Indonesia. Jumlah ini jauh di atas Australia 1 (34,27 %) dan masih terus mengalami peningkatan (Sujoko, 2010). Keelokan warna mutiara yang dihasilkan oleh kerang jenis ini menyebabkan permintaan pasar domestik maupun manca negara akan mutiara yang berasal dari P. maxima terus mengalami peningkatan. Permintaan pasar yang meningkat mengakibatkan semakin banyaknya individu kerang P. maxima yang dibutuhkan untuk menghasilkan mutiara (Zulendra, 2012). Pada satu dekade terakhir, banyak perusahaan swasta yang bergerak dibidang budidaya mutiara termasuk beberapa perusahaan mutiara yang ada di Kota Tual dan Maluku Tenggara telah berhasil memproduksi anakan kerang mutiara (spat) guna memenuhi kebutuhan produksi. Puluhan ribu hingga ratusan ribu spat yang dihasilkan dari sekali

breeding pada hatchery ketika dipelihara di perairan mengalami kematian yang relatif banyak terutama pada spat yang berukuran di bawah 3 cm (Aprisanto dkk, 2012). Salah satu penyebab tingginya mortalitas tersebut dipengaruhi oleh metode penanganan spat yang kurang bagus, terutama penanganan pada saat penjarangan spat hasil hatchery yang terlalu padat pada kolektor namun belum bisa dipelihara pada bendera (poket layar). Penjarangan yang umumnya dilakukan yaitu melepaskan spat dari kolektor dan ditebar kembali pada kolektor yang lain tanpa membiarkan spat melekat dengan baik pada kolektor yang baru. Hal ini menyebabkan spat yang baru ditebar umumnya berkoloni pada bagian bawah kantong waring sehingga mempengaruhi pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian. Di sisi lain, spat yang terlalu padat pada kolektor jika tidak dijarangkan dapat mengakibatkan pertumbuhan spat terhambat dan dampak terburuk yaitu kematian. Hal ini mempengaruhi suatu siklus perencanaan produksi dan menimbulkan kerugian. Berdasarkan itulah, maka penelitian ini dilaksanakan guna mengetahui manfaat penggunaan bingkai waring dalam penanganan spat saat penjarangan. METODE PENELITIAN Penelitian ini berlangsung selama sebulan tepatnya pada bulan Maret sampai April 2012 dan berlokasi pada perairan Teluk Luv Kota Tual, Propinsi Maluku. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : rakit apung, poketnet, kantong waring bermata jaring 1 mm, bingkai dari waring, tali nilon berdiameter 7 mm, tapisan terigu, kater, hand counter, kaliper digital, termometer, refaktometer, ph meter, DO meter dan currant meter. Spat yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian berukuran 1 1,5 cm dan diperoleh dari hasil breeding pada salah satu hatchery mutiara yang ada di Kota Tual. Sampel spat yang diperoleh dilepaskan dari kolektor dengan memotong bissusnya menggunakan kater dan ditampung pada tapisan terigu yang direndam pada wadah berisi air laut. Setelah itu, sampel spat ditebar sebanyak 100 individu pada bingkai waring berukuran 30x30 cm secara merata kemudian bingkai tersebut dibungkus dengan kantong waring dan digantung pada rakit apung selama 2 hari dengan posisi horisontal terhadap permukaan laut. Selanjutnya bingkai diangkat dan dikeluarkaan dari kantong waring dan diikat pada poket net kemudian poket net tersebut dibungkus dengan kantong waring dan digantung di rakit apung secara vertikal terhadap permukaan laut dengan kedalaman 2 3 meter. Penelitian ini dilakukan dengan ulangan sebanyak tiga kali. Selama pemeliharan dilakukan pengamatan morfologi, pengukuran cangkang dan perhitungan mortalitas dengan selang waktu dua minggu sekali. Cangkang spat yang diukur yaitu bagian ventral sampai dorsal dan sampel yang diukur sebanyak 30 individu. Selain itu, setiap hari dilakukan pengukuran kualitas air dan parameter kualitas air yang diukur antara lain suhu, salinitas, oksigen terlarut, derajat keasaman (ph) dan kecepatan arus. Untuk menjamin kelancaran sirkulasi air bagi spat dilakukan pergantian kantong waring seminggu sekali. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pertumbuhan. Pertumbuhan yaitu pertambahan ukuran panjang atau berat dalam selang waktu tertentu. Pertumbuhan kerang meliputi dua aspek yaitu pertumbuhan organ tubuh dan 2

pertumbuhan cangkang, namun umumnya yang sering dijadikan indikator pertumbuhan kerang yaitu pertumbuhan cangkang (Toja, 2005). Pada dua minggu pertama pemeliharaan, spat mengalami pertumbuhan 0,48 0,61 cm dengan rerata 0,55 cm sedangkan pada sebulan pemeliharaan spat mengalami pertumbuhan panjang cangkang sebesar 0,98 1,07 cm dengan rerata1,01 cm. Hasil ini (1,01 cm) termasuk pertumbuhan yang optimal bagi kerang mutiara. Van Bulow (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan optimal kerang mutiara bisa mencapai ± 1 cm per bulan. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Effendi dan Nikijuluw (2003), kerang mutiara, Pinctada maxima yang berukuran di bawah 5 cm pertumbuhannya mencapai 1 cm per bulan. Pertumbuhan optimal yang diperoleh diasumsikan terjadi karena spat yang melekat pada bingkai menyebar secara merata dan tidak saling menempel sehingga mempermudah spat memperoleh makanan. Winanto (2004) menjelaskan bahwa spat yang berkelompok dan saling menempel menyebabkan pertumbuhan salah satunya akan terhambat. Ditambahakan oleh Taufiq dkk (2007), pertumbuhan kerang dipengaruhi adanya kompetisi memperoleh ruang dan makanan. Peluang untuk mendapatkan makanan lebih besar terjadi pada spat yang tidak bergerombol dan saling menindih. Selama pemeliharaan juga teramati adanya tonjolan bibir cangkang (hasaky) yang menyerupai kipas pada cangkang spat. Selain itu, warna cangkang juga terlihat cemerlang. Menurut Hamzah dan Nababan (2009) indikator anakan kerang mutiara yang terlihat sehat dan normal yaitu terdapatnya tonjolan bibir cangkang dan warna cangkang yang cerah. Pertumbuhan yang optimal disebabkan karena pada bingkai waring tidak ditemukan adanya kompotitor dan biofouling. Sudradjat (2005) mengemukakan bahwa salah satu 3 faktor yang menghambat pertumbuhan pada kekerangan yaitu adanya kompotitor. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keberadaan kompotitor menyebabkan terjadinya kompetisi memperoleh ruang dan makanan dengan biota yang dibudidaya sehingga mempengaruhi pertumbuhan biota yang dibudidaya. Sedangkan menurut Hamzah dan Setyono (2009) keberadaan biofouling terutama teritip dapat mengurangi laju pertumbuhan sehingga kerang menjadi kerdil (siput kontet/siput datu). 3.2. Survival Survival adalah jumlah individu yang tetap hidup menurut satuan waktu atau persentase individu yang hidup terhadap jumlah total individu (Tomatala, 2008). Hasil perhitungan survaival spat selama penelitian ditampilkan pada Gambar 1. 100 P e 90 r s 80 e n 70 t a 60 s e 96 97 96 96,33 1 2 3 Rerata Ulangan Gambar 1. Persentase survival selama pemeliharaan Survaival Pada gambar di atas diketahui bahwa persentase survival (kelulusan hidup) sebesar 96 97 % dengan rerata 96,33 %. Hasil survival yang dicapai tergolong maksimal. Winanto (2004) menyatakan bahwa masa transisi yang cukup kritis dalam kehidupan spat terjadi setelah spat dipindahkan ke tempat pemeliharaan di laut dan bila tidak ditangani dengan baik menyebabkan kematian (mortalitas) mencapai 98 %. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Aprisanto dkk (2012)

bahwa spat sangat sensitif dan mudah stress sehingga tingkat kematian pada fase ini dapat mencapai 98 %. Tingginya persentase survival diasumsikan terjadi karena spat melekat dengan baik pada bingkai sehingga pada saat bingkai diikat pada poket dan digantung secara horisontal di dalam kolom perairan tidak ditemukan adanya spat yang terjatuh pada dasar kantong waring. Spat yang terdapat pada dasar kantong waring berpotensi besar mengalami kematian karena persaingan memperoleh makanan dan benturan dengan poket pada saat adanya gelombang. Sujoko (2010) melaporkan bahwa spat kerang mutiara memiliki cangkang yang tipis dan transparan sehingga mudah pecah bila terjadi benturan. Selain itu, persentase survival yang tinggi disebabkan karena kondisi spat yang sehat. Hal ini terlihat dari adanya tonjolan bibir cangkang pada cangkang spat dan ketika disentuh cangkang menutup dengan segera. Menurut Gosling (2003) kerang yang sehat jika disentuh atau merasa terancam akan merespon dengan segera menutup cangkangnya. 3.3. Kualitas Air. Secara umum persyaratan yang cocok untuk budidaya biota perairan meliputi persyaratan teknis dan non teknis. Faktor teknis adalah seluruh komponen yang berkaitan dengan aspek fisik kimia dan persyaratan biologis. Sedangkan persyaratan non teknis adalah merupakan pelengkap dan pendukung faktor teknis meliputi sumbser tenaga (SDM) dan fasilitas (Endang and Taufiq, 2011). Terkait dengan persyaratan teknis meliputi fisik kimia perairan selama pemeliharaan diperoleh hasil pengukuran kualitas air yang ditampilkan pada tabel 1 di bawah ini. 4 Tabel 1. Parameter kualitas air selama Pemeliharaan No Parameter Kisaran 1 Suhu ( C) 28,4-29,2 2 Salinitas (ppt) 32,6 33 3 ph 7,86-8,46 4 Oksigen terlarut (ppm) 5,73-5,87 5 Kecepatan arus (cm/det) 17 20 Pada tabel terlihat bahwa suhu perairan di lokasi penelitian tidak menunjukkan fluktuasi yang besar hal ini dikarenakan kondisi cuaca pada saat penelitian berlangsung relatif cerah. Winanto (2004) menjelaskan bahwa kerang mutiara dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik pada lingkungan perairan bersuhu 27-31 C. Ditambahkan oleh Endang and Taufiq (2011) bahwa spat kerang mutiara P. maxima dapat hidup pada perairan dengan 26.4 30 C. Ini berarti kisaran suhu selama pemeliharaan merupakan kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan spat P. maxima. Salinitas merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya kerang mutiara dan bivalvia jenis ini lebih menyukai hidup pada perairan yang bersalinitas tinggi (Sudjiharno dkk, 2001). Tomatala (2008) melaporkan bahwa larva dan spat kerang mutiara P. maxima survival dan bertumbuh pada perairan dengan salinitas 30 32 ppt. Sujoko (2010) mengemukakan bahwa salinitas perairan yang optimal untuk kerang mutiara berkisar antara 32 35 ppt. Ini menandakan bahwa kisaran salinitas yang diperoleh selama penelitian masih optimun untuk menunjang aktifitas spat P. maxima Derajat keasaman (ph) sangat berpengaruh pada pertumbuhan organisme perairan. Hasil pengukuran ph selama penelitian berkisar antara 7,86-8,46. Sudjiharno dkk, (2001) menyatakan bahwa kerang mutiara hidup pada perairan dengan

ph lebih dari 6,75. Winanto (2004) dan sujoko (2010) menegaskan bahwa ph yang layak untuk kehidupan kerang mutiara P. maxima berkisar antara 7,8 8,6. Dari hasil pengukuran ph selama penelitian disimpulkan bahwa ph yang diperoleh tergolong baik untuk menunjang kelangsungan spat P. maxima. Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas bagi biota perairan. Kerang mutiara hidup optimal pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut 5,2 6,6 ppm (Winanto, 2004; Sujoko, 2010). Endang dan Taufiq (2011) spat kerang P. maxima ditemukan hidup pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut di atas 5 ppm. Sementara itu, Hamzah dan Nababan (2009) memberikan kisaran yang lebih ekstrim yaitu antara 3,2 6,8. Ini berarti oksigen terlarut selama pemeliharaan (5,73-5,87) masih dalam kisaran normal untuk spat P. maxima. Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa air. Kecepatan arus pada perairan mempengaruhi laju filtrasi dari kerang yang bersifat filter feeder (Gosling, 2003). Sutaman (1993) menjelaskan Kecepatan arus yang ideal untuk budidaya kerang mutiara berkisar antara 15 25 cm/detik. Anonimous, (2005) dalam Taufiq dkk, (2007) menyatakan bahwa kecepatan arus yang baik bagi kerang mutiara P. maxima yaitu antara 10 30 cm/detik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan arus pada lokasi pemeliharaan tergolong optimun untuk spat P. maxima. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa bingkai waring yang digunakan pada penjarangan spat kerang mutiara P. maxima memiliki manfaat yang besar. Hal ini terbukti dari laju pertumbuhan yang normal (1,01 cm) pada spat dan 5 tingginya persentase survaival (96,33 %) yang diperoleh. UCAPAN TERIMA KASIH Diucapkan terima kasih kepada Bapak Jemi Djuanda selaku pemilik perusahaan yang telah membantu selama penelitian ini berlangsung sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2004. Budidaya Mutiara. www. Sistem informasi terpadu pengembangan usaha kecil. Aprisanto DL, Wildan, Sarifin H. 2012. Teknik Pembenihan dan Pendederan Spat Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Sebagai Pendukung Peningkatan Produksi Mutiara. www.ik-ijms.com Effendi I, Nikijuluw V. 2003. Pedoman Investasi Komoditas Mutiara di Indonesia. Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran. Departemen Perikanan dan Kelautan. Jakarta. 23 hal Endang A, Taufiq Nur SPJ. 2011. The Effect of Various Spat Collector Materials For Spat Attachment of Pearl Oyster (Pinctada maxima). Journal of Coastal Development, Vol. 15, Number 1. Gosling E. 2003. Bivalve Molluscs: Biology, Ecology and Culture. Fishing News Books, UK. 443 pp. Hamzah MS, Nababan B. 2009. Studi Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Anakan Kerang Mutiara (Pinctada maxima) Pada Kedalaman Berbeda di Teluk Kapontori, Pulau Buton. E. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. I No.2. Hamzah MS, Setyono DED. 2009. Studi Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara (Pinctada maxima) Pada Kondisi Suhu Yang

Berbeda. Prosiding Pertemuan Ilmiah ISOI. Bandung. Sudjiharno LE. Muawanah. 2001. Pemilihan Lokasi: Pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada maxima). Balai Budidaya Laut. Lampung. Hal: 13 19. Sudradjat A. 2005. Prospek dan Permasalahan Pengembangan Budidaya Tiram Crassostrea spp. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Sujoko A. 2010. Membenihkan Kerang Mutiara. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta. Sutaman, 1993. Tiram Mutiara Teknik Budidaya Dan Proses Pembuatan Mutiara. Kanasius. Yogyakarta. 93 hal Taufiq NR, Cullen HJ, Masjhoer JM. 2007. Pertumbuhan Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Pada Kepadatan Berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Toja YT. 2005. Pertumbuhan Tiram Saccostrea echinata Pada Perairan Teluk Ambon. Tesis. Universitas Sam Ratulangi. Manado Tomatala P. 2008. Pengaruh Makanan Terhadap Perkembangan dan Pengaruh Kolektor Terhadap Penempelan Larva Kerang Mutiara, Pinctada maxima (Jameson, 1901). Tesis. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Van Bulow D. 2002. Study Efektifitas Beberapa Kolektor Dalam Mendapatkan Benih Tiram Pteria penguin di Perairan Desa Lateri Kecamatan Baguala Kota Ambon. Skripsi. Universitas Pattimura. Ambon. Winanto T. 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. Penebar Swadaya. Jakarta. 95 hal Zulendra MNS. 2012. Teknologi Pemeliharaan Kerang Mutiara Untuk Masyarakat Pesisir. Laporan. Akademi Sampoerna. Bogor. 6