PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

DESAIN ULANG RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI RUMAH SUSUN Studi Kasus : Rumah Susun Kebon Kacang dan Bendungan Hilir I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia merupakan salah satu pusat

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

KAJIAN PERSEBARAN RUMAH SUSUN SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAKARTA. Freddy Masito S. Su Ritohardoyo

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN TEMA ARSITEKTUR TROPIS

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

PENERAPAN KONSEP RAMAH ANAK PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan

BAB III: DATA DAN ANALISA

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA

BAB III : DATA DAN ANALISA

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

APARTEMEN DAN PERKANTORAN DENGAN PENDEKATAN TERHADAP EKONOMI BERKELANJUTAN DI JAKARTA BARAT

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENYUSUNAN KONSEP

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN PEKARANGAN RUMAH

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif di mana peneliti akan bekerja dengan angka angka sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa.

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar

Transkripsi:

PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT Ditya Raras Vidyani, Albertus Prawata, Michael Isnaeni Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, JL. KH Syahdan No 9 Jakarta Barat 11480, 021-5345830, arch.raras@gmail.com ABSTRACT Central Jakarta has the highest number of population density in DKI Jakarta amd it causes the increase of living space in Central Jakarta. The establishment of vertical housing is the solution to address the problem of living space demand, one of them is known as Kebon Kacang Vertical Housing. However, based on the structure feasibility study conducted by Perum Perumnas, Kebon Kacang Vertical Housing is not in a proper physical condition. Moreover, this vertical housing has no adequate facilities such as open green space and children playground, as the basic standard for vertical housing by DKI Jakarta government. Hence, in this final assignment, writer will redesign Kebon Kacang Vertical Housing by applying the concept of urban farming. Therefore, the vertical housing will have the green open space that will be used as a communal space, and it can also function as an active farm that can provide the residents harvest to help fulfill their grocery needs. From this research there will be found the optimal zone for the land farm in the project site and the coverage of the farming land area needed to fulfill the residents needs. The method used in this research is by literature study and sun shade simulation on SketchUp software.(r) Keywords: Vertical Housing, Urban Farming, Verticulture ABSTRAK Jakarta Pusat merupakan kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di DKI Jakarta. Hal ini menyebabkan tingginya kebutuhan tempat tinggal di Jakarta Pusat. Pembangunan rumah susun merupakan solusi dari kebutuhan tempat tinggal ini, salah satunya adalah Rumah Susun Kebon Kacang. Namun, menurut studi kelayakan struktur yang dilakukan Perum Perumnas, rumah susun ini dalam kondisi fisik yang tidak layak. Selain itu Rumah Susun Kebon Kacang tidak memiliki fasilitas yang memadai seperti ruang terbuka hijau dan taman bermain, seperti standar program rumah susun pemerintah DKI Jakarta saat ini. Untuk itu dalam tugas akhir ini, penulis akan melakukan peremajaan Rumah Susun Kebon Kacang dengan menerapkan konsep urban farming. Sehingga rumah susun ini akan memiliki ruang terbuka hijau yang selain dapat menjadi ruang komunal, dapat menjadi kebun aktif yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh penghuni untuk pemenuhan kebutuhan dapur rumah tangga. Dalam penelitian ini akan ditemukan zoning lahan tanam vertikultur yang optimal di dalam tapak proyek dan luasan lahan tanam yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penghuni rumah susun. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan studi literatur dan simulasi cahaya matahari menggunakan software SketchUp.(DRV) Kata Kunci : Rumah Susun, Urban Farming, Vertikultur PENDAHULUAN Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta memiliki jumlah 1

penduduk sebanyak 9,5 juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan penduduk kota Jakarta mencapai 13,9 ribu jiwa/km 2. Di tahun 2010 angka kepadatan penduduk ini meningkat menjadi 14,6 ribu jiwa/km 2. Dari Hasil Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik kepadatan tertinggi ada di Jakarta Pusat yang mencapai 18,6 ribu jiwa/km 2. Tingginya angka kepadatan penduduk berarti laju penduduk tinggi namun luas wilayah tidak dapat memadai kebutuhan. Salah satunya adalah kebutuhan tempat tinggal. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, Ditjen Cipta Karya tahun 2006 diketahui bahwa kebutuhan rumah mencapai 800 ribu unit per tahun. Sedangkan kemampuan penyediaan rumah hanya mencapai 20% dari total kebutuhan rumah. Untuk menanggulangi permasalahan ini, Pemerintah DKI mencoba membuat alternatif penyediaan perumahan yaitu dengan penyediaan rumah susun sewa yang diperuntukan bagi masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah yang dirintis sejak tahun 1984. Salah satu proyek rumah susun pada saat itu adalah Rumah Susun Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Rumah Susun Kebon Kacang didirikan pemerintah untuk memindahkan warga kumuh di daerah Kebon Kacang yang pada masa itu sedang dilakukan penggusuran. Hingga saat ini bangunan rumah susun ini masih berdiri namun dengan kondisi yang kurang layak. Oleh karenanya Perum Perumnas berencana melakukan peremajaan pada Rumah Susun Kebon Kacang. Ditahun 2013 ini, Pemerintah DKI Jakarta memiliki misi untuk menjamin ketersedian hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Untuk mencapainya salah satu program kerja unggulan Pemerintah DKI Jakarta adalah mendorong warga pindah ke hunian vertikal, dengan membangun super blok one stop living yang terdiri dari hunian vertikal (rumah susun), ruang publik berupa taman, pasar, dan pusat layanan kesehatan untuk warga kelas menengah bawah. Relokasi penduduk yang terbiasa tinggal dihunian horizontal ke bangunan vertikal kerap memunculkan hambatan dalam hal adaptasi. Salah satunya adalah kebiasaan mereka berkumpul untuk berinteraksi antar tetangga. Untuk itu ruang komunal dibutuhkan dalam perancangan rumah susun. Menurut Purwanto (2012 : 27) ruang komunal merupakan ruang yang berfungsi untuk wadah kegiatan interaksi sosial penghuni, baik yang bersifat formal maupun informal merupakan ruang-ruang umum yang bersifat publik yang digunakan bersama di luar unit hunian. Ruang-ruang tersebut dapat berupa selasar, koridor, hall/lobby, tangga, atau taman lingkungan. Banyak rumah susun di Jakarta yang telah memperhatikan ruang komunal dalam perancangannya, khususnya ruang komunal berupa taman. Namun banyak dari ruang terbuka hijau tersebut berupa lahan yang terbengkalai. Sehingga tampak ruang hijau tidak terawat dan elok. Pada Rumah Susun Kebon Kacang sendiri, ruang komunal yang ada dapat dikatakan kurang. Ruang komunal hanya berupa selasar dan koridor di tiap lantai. Anak-anak bermain di jalan yang digunakan sebagai lahan parkir. Ruang terbuka hijau juga kurang di dalam kompleks rumah susun. Hanya ada pada titik-titik tertentu yang digunakan warga untuk menanam tanaman. Ruang terbuka hijau yang digunakan sebagai ruang komunal dapat menjadi jawaban untuk Rumah Susun Kebon Kacang, karena rumah susun ini membutuhkan fungsi keduanya. Untuk meminimalisir lahan terbuka yang terbengkalai pemanfaatan konsep urban farming dapat menjadi solusi, karena lahan tersebut dapat menjadi taman yang aktif untuk berkebun dan dikelola secara berkala. Urban farming merupakan salah satu upaya untuk mengatasi ketahanan pangan penduduk kota khususnya kelas menengah bawah dan mengurangi jejak ekologi pangan. Salah satu teknik urban farming yang mudah dan sering dilakukan adalah teknik vertikultur. Menurut Badan Penelitian Tanaman Sayuran, vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, umumnya pada lahan 1 m 2 hanya memungkinkan untuk menanam 5 batang tanaman, namun dengan menggunkan sistem vertikultur tanaman yang ditanam dapat mencapai 20 batang tanaman. Vertikultur dapat meningkatkan hasil pertanian hingga sepuluh kali lipat bahkan lebih. Veritkultur merupakan pemanfaatan lahan sempit dengan seoptimal mungkin. Ada banyak tanaman yang dapat ditanam secara vertikultur. Untuk menerapkan konsep urban farming dengan cara vertikultur, maka hal yang harus diketahui adalah tanaman jenis apa yang dapat ditanam di tapak perancangan rumah susun, dalam penilitian ini adalah kompleks Rumah Susun Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Setelah mengetahui jenis tanaman, yang harus diperhatikan adalah letak penanaman tanaman tersebut dilihat dari faktor alam, salah satunya faktor sinar matahari. Selain itu harus diketahui juga luasan lahan tanam yang dibutuhkan sehingga hasil panen dapat terdistribusi keseluruh penghuni rumah susun. Hal ini dikarenakan maksud awal penerapan urban farming pada rumah susun ini 2

adalah sebagai ruang komunal yang produktif bagi penghuni rumah susun, yaitu ketahanan pangan. Penelitian ini akan mencoba menjawab hal-hal penting tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan mengambil dan menganalisa data dengan perhitungan angka mengenai luasan lahan budidaya tanaman pada rumah susun yang dibandingkan dengan kebutuhan pangan rumah tangga, serta menentukan zoning lahan tanam yang optimal berdasarkan intensitas cahaya. Variabel yang akan digunakan adalah berupa data-data sekunder dan primer yang kemudia di olah oleh peneliti. Berikut ini data-data yang dimaksud : Data Primer Data primer merupakan data yang didapat langsung oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini merupakan data lokasi proyek perancangan rumah susun. Lokasi tersebut berada di Jalan Kebon Kacang 11, dimana letak Rumah Susun Kebon Kacang yang saat ini tidak layak huni dan akan dilakukan peremajaan. Peneliti akan mengambil data langsung ke lokasi proyek untuk mendapatkan informasi lingkungan sekitar, batasan wilayah, dan kondisi Rumah Susun Kebon Kacang. Selanjutnya data ini akan menjadi bahan analisa dalam penelitian untuk menentukan zoning lahan tanam vertikultur dan luasan lahan tanam yang dibutuhkan. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan atau diperoleh peneliti dari sumber yang telah ada sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini akan mencakup variabel : 1) Syarat Tumbuh Tanaman Pangan Rumah Tangga Pada dasarnya hampir semua jenis tanaman dapat dibudidayakan menggunakan teknik vertikultur, namun tidak semua tanaman dapat tumbuh di iklim Jakarta. Sehingga perlu dicari tahu persyaratan tumbuh tanaman pangan rumah tangga yang dapat ditanam dengan teknik vertikultur, untuk selanjutnya ditinjau dari kondisi iklim Jakarta. Sehingga ditemukan jenis tanaman yang optimal ditanam pada rumah susun di Kebon Kacang. Persyaratan ini juga akan digunakan untuk menganalisa lokasi optimal lahan tumbuh vertikultur di dalam kawasan rumah susun. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi literatur. 2) Intensitas Cahaya Tumbuh kembang tanaman bergantung pada intensitas cahaya, dan tiap tanaman memiliki intensitas cahaya yang berbeda. Sehingga harus diperhatikan perletakan lahan tumbuh vertikultur di dalam kawasan rumah susun agar mendapatkan intensitas cahaya yang sesuai. Dengan menggunakan software SketchUp, dilakukan simulasi pencahayaan pada lokasi proyek agar didapatkan lokasi yang paling optimal untuk penyinaran tanaman. Selanjutnya data tersebut dianalisa dengan persyaratan tumbuh tanaman. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi literatur dan simulasi. 3) Konsumsi Tanaman Pangan Rumah Tangga Jumlah konsumsi tanaman pangan juga menjadi sebuah pertimbangan dalam menentukan luasan lahan tanam vertikultur. Jumlah konsumsi ini akan mempengaruhi berapa luasan yang harus disediakan agar memenuhi kebutuhan pangan seluruh penghuni rumah susun, sehingga semua penghuni dapat merasakan manfaat urban farming yang ingin dicapai. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi literatur. Melalui data ini juga dilakukan pemilihan tiga sampel yang akan ditanam pada kawasan rumah susun ini. Tiga sampel tersebut akan dipilih berdasarkan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi literatur. 4) Produksi Panen Tanaman Rumah Tangga Dengan mengetahui rata-rata jumlah produksi panen dari tanaman pangan yang akan dibudidayakan, peneliti dapat mengolahnya bersama jumlah konsumsi tanaman pangan untuk 3

mendapatkan luasan yang optimal. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur. ANALISA DAN BAHASAN Luasan Lahan Tanam Sebelum menghitung luasan lahan tanam, diperlukan dulu jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengetahui tanaman apa saja yang akan ditanam pada lahan tanam, maka perlu diketahui jenis tanaman yang dapat hidup di alam Jakarta. Menurut data Badan Pusat Statistik, Jakarta memiliki suhu rata-rata 27,35% dan rata-rata kelembaban sebesar 74,25%. Dengan membandingkan persyaratan tumbuh tanaman pangan rumah tangga dengan kondisi iklim di Jakarta, maka terdapat 11 tanaman yang dapat dibudidayakan di Jakarta. Dari seluruh tanaman tersebut, rata-rata membutuhkan cahaya yang penuh agar dapat tumbuh optimal. Dalam ilmu pertanian, yang dimaksud dengan intensitas cahaya penuh adalah penyinaran 6-8 jam per hari, sedangkan matahari cukup adalah 4-6 jam per hari. Tabel 1. Tanaman Pangan yang Tumbuh di Jakarta No Jenis Tanaman Suhu ( o C) Kelembaban Intensitas Cahaya 1 Cabai Besar 18-30 60-80 4-6 jam 2 Cabai Rawit 18-30 60-80 4-6 jam 3 Terong 20-30 - 6-8 jam 4 Mentimun 21-30 80-85 4-6 jam 5 Kacang Panjang 20-35 - 6-8 jam 6 Paprika 21-27 80 4-6 jam 7 Kangkung 20-32 80-90 6-8 jam 8 Bawang Merah 30 70 6-8 jam 9 Kunyit 19-30 60-80 6-8 jam 10 Kencur 19-30 60-80 6-8 jam 11 Lengkuas 25-29 60-80 6-8 jam sumber : berbagai buku pertanian Untuk mendapatkan luasan lahan tanam vertilkultur yang dibutuhkan, variabel yang dipakai adalah : jumlah hasil produksi tanaman, konsumsi tanaman, dan banyaknya penghuni rumah susun. Dari data yang didapatkan peneliti banyaknya unit di Rumah Susun Kebon Kacang yang akan dilakukan peremajaan adalah sebanyak 600 unit dengan penghuni sebanyak 1.776 orang. Dalam data konsumsi sayuran yang paling umum dikonsumsi rumah tangga, yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian, dari sebelas jenis sayuran di Tabel 1 hanya ada 6 jenis sayuran yang paling umum dikonsumsi rumah tangga. Sayuran tersebut adalah cabai besar, terong, mentimun, kacang panjang, kangkung, dan bawang merah.dapat dilihat detail produksi dan konsumsi sayuran tersebut pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Sayuran Jenis Tanaman Kelompok Tanaman Konsumsi per Kapita / tahun (kg) Hasil Produksi (kg/m 2 /tahun) Cabai Besar Sayuran Buah 1,5 27,2 Terong Sayuran Buah 2,55 35,2 Mentimun Sayuran Buah 1,77 18,4 Kacang Panjang Sayuran Buah 3,4 14,6 Kangkung Sayuran Daun 4,3 10,4 Bawang Merah Sayuran Umbi 2,36 38,4 Sumber : Badan Pusat Statistik (2012), Latiffah (2012), dan Kementrian Pertanian (2012) Dalam penelitian ini akan diambil 3 sampel tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan di lahan vertikultur Rumah Susun Kebon Kacang. Pemilihan tersebut diambil dari tingkat konsumsi tertinggi dari 4

masing-masing kelompok tanaman. Sehingga hasil panen dapat lebih beragam. Dapat dilihat dari Tabel 2 bahwa konsumsi tertinggi dari tiap kelompok tanaman adalah kacang panjang (sayuran buah), kangkung (sayuran daun), dan bawang merah (sayuran umbi). Sehingga akan dihitung luasan lahan tanam yang dibutuhkan untuk menanam ketiga jenis sayuran agar dapat menunjang seluruh penghuni rumah susun. Jenis Tanaman Kebutuhan Penghuni Konsumsi per Kapita (kg) (1) Banyak Penghuni (2) Lahan yang Dibutuhkan Hasil Panen (kg/tahun/m 2 ) (3) Luas Lahan (m 2 ) [(1)x(2)] : (3) Kacang Panjang 3,4 1.776 14,6 413,5 Kangkung 4,3 1.776 10,4 734,4 Bawang Merah 2,36 1.776 38,4 109,5 TOTAL 1.257,4 Letak Lahan Tanam Tabel 3. Perhitungan Luas Lahan Tanam sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) 07.00-08.00 Tabel 4. Simulasi Pembayangan Matahari Pembayangan yang terjadi di sisi barat pada kedua sisi masih dalam intensitas yang sama, dimana pembayangan terjadi akibat bayangan masa bangunan yang lebih tinggi dari sisi timur. Pembayangan ini hanya terjadi di bagian tengah bangunan. 08.00-09.00 Pembayangan di bulan Maret dan Desember hanya terjadi dibagian timur laut. Namun, di bulan Juni, pembayangan terjadi diseluruh sisi timur tapak akibat dari bayangan gedung tinggi yang berada di seberang Kali Cideng. Pembayangan yang terjadi di jam sebelumnya telah berakhir pada ketiga bulan. Penyinaran Pembayangan mulai berkurang dari jam sebelumnya. Pembayangan di area timur laut 5

matahari maksimal mulai berlangsung. 09.00-10.00 masih terjadi pada bulan Maret dan Juni. Sedangkan pada bulan Desember sisi Timur mulai mengalami pencahayaan matahati yang maksimal. maksimal di ketiga bulan. 10.00-11.00 Pada sisi timur mulai terlihat penyinaran matahari sudah maksimal di ketiga bulan. 11.00-12.00 Di sisi timur penyinaran matahari masih terlihat pembayangan yang jatuh di sisi ini. 12.00-13.00 Di sisi timur penyinaran matahari masih terlihat pembayangan yang jatuh di sisi ini. 6

13.00-14.00 Pada bulan Maret, sisi timur masih disinari matahari dengan baik. Namun, pada bulan Juni dan Desember, pembayangan mulai terjadi walaupun area yang disinari matahari masih lebih dominan. 14.00-15.00 Pembayangan mulai terjadi di sisi Timur di bulan Maret. Pembayangan yang terjadi di bulan Juni dan Desember semakin meluas. Pembayangan yang terjadi di jam sebelumnya mengalami perluasan. Sehingga pada bulan Juni dan Desember seluruh area timur benar-benar mengalami pembayangan penuh. 15.00-16.00 7

16.00-17.00 Pembayangan yang terjadi di jam sebelumnya mengalami perluasan. Sehingga pada bulan Juni dan Desember seluruh area timur benar-benar mengalami pembayangan penuh, termasuk di bulan Maret. Di sisi barat, tidak terjadi pembayangan, namun penyinaran matahari sudah tidak maksimal karena matahari sudah mulai terbenam. Di ketiga bulan, seluruh area sisi timur mengalami pembayangan penuh. sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Dari hasil sumulasi SketchUp diatas, maka kesimpulannya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Kesimpulan Pembayangan Tapak Waktu Bulan Sisi Timur Sisi Barat Maret Pembayangan Pembayangan 07.00-08.00 Juni Pembayangan Pembayangan Desember Pembayangan Pembayangan Maret Penyinaran Pembayangan 08.00-09.00 Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Penyinaran Maret Penyinaran Penyinaran 09.00-10.00 Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran Maret Penyinaran Penyinaran 10.00-11.00 Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran 11.00-12.00 Maret Penyinaran Penyinaran Juni Penyinaran Penyinaran Hasil Penyinaran Timur Barat 8

Desember Penyinaran Penyinaran Maret Penyinaran Penyinaran 12.00-13.00 Juni Penyinaran Penyinaran Desember Penyinaran Penyinaran Maret Penyinaran Pembayangan 13.00-14.00 Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Pembayangan Maret Penyinaran Pembayangan 14.00-15.00 Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Pembayangan Maret Penyinaran Pembayangan 15.00-16.00 Juni Penyinaran Pembayangan Desember Penyinaran Pembayangan 16.00-17.00 Maret Pembayangan Pembayangan Juni Pembayangan Pembayangan Desember Pembayangan Pembayangan sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Dari Tabel 5 dapat terlihat bahwa di sisi barat lama penyinaran matahari berlangsung selama 8 jam yaitu dari jam 08.00-16.00. Hal ini telah memenuhi persyaratan tumbuh tanaman yang optimal bagi tanaman-tanaman tertentu yang membutuhkan pencahayaan penuh. Tiga tanaman sampel yang akan dibudidayakan adalah tanaman yang membutuhkan cahaya penuh, yaitu mendapatkan sinar matahari selama 6-8 jam. Sehingga area barat merupakan area optimal bagi pertumbuhan tanaman sampel yang dipilih. Sedangkan di sisi timur lama penyinaran berlangsung selama 4 jam yaitu dari jam 09.00-13.00. Empat jam merupakan persyaratan tumbuh tanam bagi tanaman yang membutuhkan matahari cukup (4-6 jam). Namun tanaman sampel yang digunakan tidak ada yang merupakan tanaman matahari cukup. Sehingga sisi ini bukan area optimal bagi tanaman sampel. Dapat disimpulkan bahwa lahan optimal untuk pertumbuhan tanaman vertikultur dalam penelitian ini berada pada sisi barat tapak. KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan simulasi pada software SketchUp di dapatkan letak lahan tanam yang optimal berdasarkan lama waktu penyinaran matahari. Lama waktu penyinaran dihitung pada titik-titik tertentu dalam tapak dan bangunan, sehingga di dapat titik mana yang optimal untuk tanaman tertentu dilihat dari syarat tumbuh tanaman tersebut. Hasil yang keluar dari analisa ini adalah letak optimal untuk tumbuh tanaman ada pada sisi barat dan timur tapak. Dimana pada sisi barat lama penyinaran mencapai 8 jam mulai pukul 08.00-16.00. Sedangkan pada sisi timur lama penyinaran hanya selama 4 jam mulai pukul 09.00-13.00. Tanaman sampel yang diambil untuk dibudidayakan adalah tanaman yang memerlukan cahaya penuh, sehingga titik optimal pada tapak untuk kehidupan tanaman-tanaman ini adalah pada sisi barat tapak. Pot vertikultur untuk tanaman yang membutuhkan sinar matahari selama 8 jam juga perlu diperhatikan. Karena penyusunan pot vertikultur adalah disusun secara vertikal, maka ada kemungkinan pot yang berada di barisan bawah terkena bayangan dari pot yang berada diatasnya. Bila ini terjadi maka tanaman tidak lagi mendapatkan sinar matahari selama 8 jam. Oleh karena itu perlu dirancang pot vertikultur yang tetap memperhatikan sinar matahari, walaupun zoning yang dipilih sudah tepat. Luasan Lahan Tanam Menggunakan perhitungan matematis yang melibatkan variabel jumlah produksi masing-masing jenis tanaman per meter persegi, jumlah rata-rata konsumsi, dan banyaknya penghuni, maka didapatkan luasan lahan yang dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan dapur seluruh penghuni. Dari perhitungan tersebut, maka didapatkan luasan tanam seperti pada Tabel 6. 9

Tabel 6. Luas Lahan Tanam No Jenis Tanaman Luas Lahan yang Dibutuhkan (m 2 ) 1 Kacang Panjang 413,5 2 Kangkung 734,4 3 Bawang Merah 109,5 JUMLAH 1.257,4 sumber : Hasil Olahan Pribadi (2013) Terlihat bahwa lahan yang dibutuhkan adalah 1.257,4 m 2 yang dapat membantu memenuhi kebutuhan dapur seluruh penghuni rumah susun yang berjumlah 1.776 orang di dalam 600 unit rumah susun. Luasan ini akan disebar ke zona lahan tanam yang telah dianalisis sebelumnya, yang terlihat pada Gambar 2, yaitu sisi barat. Dari luasan tersebut, area tanam dibagi menjadi beberapa blok yang terdiri dari modul-modul pot tanam vertikultur. Setiap blok ditanami jenis tanaman yang sejenis. Pada Gambar 1. terlihat peta persebaran blok pada area tanam. Kangkung 37 Modul Hasil Produksi = 740 kg Kebutuhan = 734,4 kg Kacang Panjang 21 Modul Hasil Produksi = 420 kg Kebutuhan = 413,5 kg Gambar 1. Peta Blok Tanaman Bawang Merah 6 Modul Hasil Produksi = 120 kg Kebutuhan = 109,5 kg MODEL POT VERTIKULTUR kacang panjang kangkung bawang merah Gambar 2. Zoning Lahan Tanam 10

REFERENSI Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2010). Jakarta Dalam Angka 2010. Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Badan Pusat Statistik Indonesia. (2012). Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Bawang Merah. Jakarta. Badan Pusat Statistik Indonesia, diakses 13 Juli 2013 dari www.bps.go.id Badan Pusat Statistik Indonesia. (2012). Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Merah. Jakarta. Badan Pusat Statistik Indonesia, diakses 13 Juli 2013 dari www.bps.go.id Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2012). Jakarta Dalam Angka 2012. Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Latifah, Evy. (2012). Potensi kebun Sayur Keluarga Untuk Pemenuhan Konsumsi dan Gizi Rumah Tangga. Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan & Energy. 1-10. Purwanto. (2012). Pola Ruang Komunal di Rumah Susun Bandarharjo Semarang. DIMENSI, 39 (1), 23-30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2012). Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2012. Jakarta. Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian. Rasapto, Pujo. (2006). Budaya Sayuran dengan Vertikultur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. 424-429 RIWAYAT PENULIS Ditya Raras Vidyani lahir di kota Jakarta pada 16 Mei 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada 2013. 11