BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Perancangan dalam arsitektur menurut John Wade dalam Barliana (2012 : 9) adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses : mengidentifikasi masalah-masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan masalah, dan pelaksanaan pemecahaan masalah. Dengan kata lain adalah pemograman, penyusunan rancangan, dan pelaksanaan perancangan. 2.2 Rumah Susun Pengertian Rumah Susun Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pengertian dan pembangunan rumah susun adalah : 1) Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas, di atasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara keseluruhan merupakan tempat permukiman. 2) Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok susun yang terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan pengelolaan. 11

2 12 3) Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga dapat disimpulkan, rumah susun dapat diartikan sebagai suatu bangunan gedung bertingkat yang memiliki sistem kepemilikan perseorangan dengan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian, untuk mewadahi fungsi dan aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana. Pembangunan rumah susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan komunitas kampung asalnya. Pembangunannya diprioritaskan pada lokasi di atas bekas kampung kumuh dan sasaran utamanya adalah penghuni kumuh itu sendiri yang mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah. Mereka diprioritaskan untuk dapat membeli atau menyewa rumah susun tersebut secara kredit atau angsuran ringan (Peraturan Pemerintah RI No 4/1988) Karakteristik Rumah Susun Berdasarkan peraturan pemerintah, karakteristik rumah susun di Indonesia memiliki ketetapan standar sebagi berikut (Teddy, 2010 : 11) : 1) Satuan Rumah Susun Mempunyai ukuran standar minimum 18 m 2, lebar muka minimal 3 meter. Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang penunjang) di dalam dan/atau diluar ruang utama. Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup, sistem evakuasi penghuni yang menjamin

3 13 kelancaran dan kemudahan, serta penyediaan daya listrik yang cukup, serta sistem pemompaan air. Batas pemilikan satuan rumah susun dapat berupa ruang tertutup dan/atau sebagian terbuka dan/atau ruang terbuka. 2) Benda Bersama Benda bersama dapat berupa prasaran lingkungan dan fasilitas lingkungan. 3) Bagian Bersama Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur, dan kelengkapan rumah susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu dengan bangunan rumah susun. 4) Prasarana Lingkungan Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan rumah susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri dari jaringan air limbah, sampah, pemadam kebakaran, listrik, gas, telepon, dan alat komunikasi lainnya. 5) Fasilitas Lingkungan Lingkungan rumah susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan perbelanjaan, lapangan tebuka, kesehatan, pendidikan, peribadatan, pelayanan umum, serta pertanaman. Menurut Yudohusodo dalam Audy (2008 : 9), rumah susun memiliki karakteristik yang berbeda dengan hunian horizontal. Rumah susun mengandung dualism sistem kepemilikan, yaitu kepemilikan seorangan

4 14 dan bersama baik dalam bentuk ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah yang dikenal dengan istilah condominium. Sistem ini diwajibkan untuk mengadakan pemisahan hak dari masing-masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan akta pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan digunakan sebagai penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang bersangkutan. Tipe unit rumah susun juga beragam. Kisaran luas unit rumah susun pada umumnya minimal 18m 2 dan paling besar adalah 50 m 2. Tabel 2.1 Tipe Unit Rumah Susun Tipe Unit Tipe 18 m 2 Tipe 21 m 2 Tipe 24 m 2 Tipe ini biasanya untuk keluarga muda atau seseorang yang belum memiliki keluarga Tipe 30 m 2 Tipe 36 m 2 Tipe 42 m 2 Tipe 50 m 2 Tipe ini untuk keluarga yang sudah memiliki anak Fasilitas - 1 kamar tidur - ruang tamu/keluarga - kamar mandi - dapur/pantry - 2 kamar tidur - ruang tamu / keluarga - kamar mandi / WC - dapur / pantry - ruang makan sumber : Rosfian (2009) Fasilitas Rumah Susun Rumah susun merupakan hunian vertikal yang menjadi tempat tinggal bagi sejumlah penduduk yang menjadi penghuninya, sehingga terdapat fasilitas-fasilitas tertentu yang disediakan guna menunjang kehidupan penghuni didalamnya. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI ) mengenai Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah

5 15 Susun Sederhana, rumah susun haruslah memiliki fasilitas lingkungan, yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang antara lain dapat berupa bangunan perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi), lapanagan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, pertamanan serta pemakaman (lokasi diluar lingkungan rumah susun atau sesuai rencana tata ruang kota). Fasilitas lingkungan rumah susun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut menurut Standar Nasional Indonesia adalah : 1) Memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya setempat 2) Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan gaya hidup di rumah susun 3) Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu 4) Menunjang fungsi-fungsi aktivitas penghuni yang paling pokok bagi dan segi besaran maupun jeni sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada 5) Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya. Tentunya, pelayanan sarana dan prasarana harus memenuhi kebutuhan penghuni. Dalam hal ini apabila fasilitas lingkungan masih dapat dilayani oleh fasilitas yang berada diluar lingkungan rumah susun, maka

6 16 pemenuhan kebutuhan jenis dan jumlah fasilitas lingkungan dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Perancangan Fasilitas Lingkungan Dalam melakukan perancangan fasilitas lingkungan pada rumah susun sederhana, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan guna memenuhi kebutuhan penghuni. Hal ini telah dijelaskan pula dalam Standar Nasional Indonesia, yaitu bahwa fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan rumah susun harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut : 1) Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan 2) Tidak ditempatkan lebih dari lantai 3 (tiga) bangunan rumah susun. Atas ketentuan tersebut maka luasan lahan yang digunakan untuk fasilitas lingkungan rumah susun harus diperhatikan. Luas lahan yang diperuntukan sebagai fasilitas lingkungan harus memenuhi ketentuan : 1) Luas lahan untuk fasilitas rumah susun seluas-luasnya 30% dari luas seluruhnya 2) Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai penghijauan, tempat bermain anak, dan atau lapangan olah raga seluas-luasnya 20% dari luas lahan fasilitas lingkungan rumah susun No Tabel 2.2 Peruntukan Luas Lahan Rumah Susun Luas Lahan Jenis Peruntukan Maksimum (%) Minimum (%) 1 Bangunan untuk hunian 50-2 Banguanan fasilitas 10-3 Ruang Terbuka - 20

7 Tabel 2.2 Peruntukan Luas Lahan Rumah Susun 4 Prasarana Lingkungan sumber : Standar Nasional Indonesia (2003) Jenis Fasilitas Lingkungan Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan fasilitas lingkungan yang dapat berupa ruang atau bangunan. Jenis fasilitas lingkungan yang pokok berada di lingkungan rumah susun ada 6 (enam) jenis seperti yang tertera pada tabel. Tabel 2.3 Fasilitas Lingkungan Rumah Susun No. Jenis Fasilitas Lingkungan Fasilitas Yang Tersedia - Warung - Toko-toko perusahaan dan 1 Fasilitas niaga dagang - Pusat perbelanjaan - Ruang belajar untuk pra belajar - Ruang belajar untuk sekolah dasar 2 Fasilitas pendidikan - Ruang belajar untuk sekolah lanjutan tingkat pertama - Ruang belajar untuk sekolah menengah umum - Posyandu - Balai pengobatan - BKIA dan ruamah bersalin 3 Fasilitas kesehatan - Puskesmas - Praktek dokter - Apotek - Musola 4 Fasilitas peribadatan - Masjid kecil - Kantor RT - Kantor/balai RW - Post hansip/siskamling - Pos polisi 5 Fasilitas pelayanan umum - Telepon umum - Gedung serba guna - Ruang duka - Kotak Surat - Taman - Tempat bermain - Lapangan olah raga 6 Ruang terbuka - Peralatan usaha - Sirkulasi - Parkir sumber : Standar Nasional Indonesia (2003)

8 Penghunian dan Pengelolaan Rumah Susun Di dalam sebuah rumah susun diharuskan memiliki perhimpunan penghuni rumah susun. Seperti yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun. Pada Pasal 54 tertulis bahwa para penghuni dalam suatu lingkungan rumah susun baik untuk hunian maupun bukan hunian wajib membentuk perhimpunan penghuni untuk mengatur dan mengurus kepentingan bersama yang bersangkutan sebagai pemilikan, penghunian, dan pengelolaannya. Perhimpunan penghuni mempunyai fungsi sebagai berikut : 1) Membina terciptanya kehidupan lingkungan yang sehat, tertib, dan aman 2) Mengatur dan membina kepetingan penghuni 3) Mengelola rumah susun dan lingkungannya Salah satu kegiatan yang dibentuk oleh perhimpunan penghuni pada rumah susun adalah unit koperasi penghuni. Seperti yang dilakukan oleh perhimpunan penghuni Rumah Susun Otorita Batam, Kota Batam. Koperasi ini bertujuan untuk menaungi pekerja dan penghuni Rumah Susun Otorita Batam khususnya dan masyarakat umumnya yang berminat beraktifitas di koperasi. Sistem koperasi yang dapat digunakan yang ada kaitannya dengan topik dan tema dalam penelitian ini, yaitu urban farming, adalah koperasi petani. Sebagai contoh sistem baru koperasi petani yang cukup efektif, Koperasi Jardin du Chorrotons, yang berada di Jenewa, Swiss. Koperasi ini didasarkan atas kesepakatan yang dibuat dengan petani dilingkungan

9 19 tempat tinggal para anggota dengan model pertanian yang didukung konsumen. Jumlah anggotanya mencapai 140 keluarga. Para anggota membayar iuran per tahun untuk produk yang disetujui antara anggota koperasi untuk ditanam di tanah tersebut. Sehingga dengan ini, petani yang bekerja mendapatkan kepastian gaji per bulannya. Tiap minggunya anggota koperasi mendapatkan keranjang bahan makanan. Hasil panen tidak ada yang dijual ke luar anggota koperasi. Resiko produk pangan yang dihasilkan ditanggung bersama. Jika produksi berlimpah, maka konsumen mendapatkan hasil panen yang banyak. Namun, jika produksi susut, maka konsumen juga mendapatkan hasil panen yang sedikit. Sebagai bentuk kontribusi anggota koperasi, tiap anggota wajib bekerja di lahan tani selama 16 jam per tahunnya. Dengan adanya kontrak antara anggota koperasi dan pekerja, maka menguatkan sistem koperasi ini berjalan, kontrak tidak boleh dilanggar. Sistem yang dilakukan Koperasi Jardin du Chorrotons ini dapat menjadi contoh aplikasi pengelolaan urban farming di dalam rumah susun Karakteristik Penghuni Rumah Susun Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harsiti (2003:99-115) pola perilaku masyarakat penghuni rumah susun dalam melestarikan fungsi lingkungan rumah susun adalah sebagai berikut : 1) Sikap terhadap lingkungan ikut menentukan perilaku melestarikan fungsi lingkungan permukiman. Makin tinggi sikap terhadap lingkungan maka makin baik perilaku melestarikan fungsi lingkungan permukiman.

10 20 2) Motivasi hidup sehat ikut menentukan perilaku melestarikan fungsi lingkungan permukiman. Makin kuat motivasi hidup sehat, maka makin baik perilaku masyarkat dalam melestarikan fungsi lingkungan. Sehingga untuk dapat melestarikan fungsi lingkungan permukiman, pola hidup sehat harus ditanamkan. 3) Status sosial ekonomi turut menentukan. Makin tinggi status sosial ekonomi maka makin baik perilaku melestarikan fungsi lingkungan permukiman. Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang paling kuat dalam menentukan perilaku melestarikan lingkungan secara berurutan adalah (1) status sosial, (2) sikap terhadap lingkungan, dan (3) motivasi hidup sehat. 2.3 Urban Farming Urban farming meliputi produksi, pengelolaan, dan distribusi ke berbagai bentuk makanan, termasuk produksi sayuran di dalam atau pada pinggiran suatu wilayah perkotaan. Termasuk kultivasi tanaman corps, buah dan sayuran formal, hutan, taman, kebun, kebun buah, dan aktivitas yang terkait. Urban farming yang dimaksud dalam perancangan ini adalah produksi dan pengelolaan makanan/tanaman berskala rumah tangga. Sehingga penghuni dapat melakukan aktivitas komunal berkebun yang dapat bermanfaat bagi seluruh keluarga untuk mengonsumsi sayuran yang sehat dan bergizi. Menurut Bakker dalam Herman (2000 : 37), menunjukan bahwa pertanian kota adalah salah satu pilihan untuk mengatasi ketahanan pangan

11 21 rumah tangga. Hal ini sejalan dengan pendapat Haletky dan Tylor (2006 : 51) bahwa pertanian kota adalah salah satu komponen kunci pembangunan sistem pangan masyarakat yang berkelanjutan. Kegiatan urban farming telah banyak diterapkan di negara-negara luar. Banyak komunitas yang melakukan kegiatan ini dalam satu lingkungan tempat tinggal. Contohnya adalah ReVision House Urban Farm yang berada di Boston, Massachusetts, diatas tanah 1 hektar. Mereka menanam banyak varietas buah-buahan, sayuran, dan bunga. Mereka memiliki dua rumah kaca dan 1/2 hektar tanah untuk menanam pertaniannya. Mereka menggunakan metode berkebun konvensional yang menggunakan media tanam tanah dan pupuk. Hasilnya digunakan untuk keperluan penampungan, didstrubusikan ke komunitas-komunitas dengan cara penjualan, dan dijual ke dua pasar terdekat. Dalam berkebun mereka selalu menggunakan produk dan metode yang sustainable. Gambar 2.1 ReVision House Urban Farm sumber : ReVision House Urban Farm Website Konsep urban farming juga sudah mulai diterapkan ke dalam konsep perancangan rumah tinggal vertikal guna memenuhi kebutuhan pangan penghuni, seperti yang The Weave yang berada di New Delhi, India. Living Weave membentuk sebuah komunitas hidup dan tani di dalam satu

12 22 modul. Dengan luas lahan sebesar 3 hektar di jantung kota New Delhi, bangunan ini dibagi menjadi blok-blok cluster yang merupakan kombinasi dari 4 unit rumah yang terintegrasi dengan pertanian individu. Blok-blok tersebut terkoneksi satu sama lain oleh plat lahan pertanian yang berada di atap dari unit blok. Gambar 2.2 Sistem Perawatan The Weave, India sumber : Archdaily (2012) Konsep urban farming yang diterapkan pada The Weave ini juga menggunakan sistem graywater bagi pemeliharaannya. Desain bangunan terintegrasi dengan sistem pemeliharaan dengan pemanfaatan graywater. Skema perawatan dan pemeliharaan lahan tanam pada The Weave dapat terlihat pada Gambar 2.2. Terdapat tangki yang berada di lantai atas yang berguna untuk mengumpulkan air hujan yang kemudian diolah dan dapat digunakan sebagai irigasi lahan pertanian. Sisa air yang digunakan untuk pengairan lahan pertanian juga diolah kembali dan diputar kembali untuk digunakan sebagai pengairan lahan pertanian.

13 Vertikultur Definisi Vertikultur Menurut Badan Penelitian Tanaman Sayuran, vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, umumnya pada lahan 1 m 2 hanya memungkinkan untuk menanam 5 batang tanaman, namun dengan menggunkan sistem vertikultur tanaman yang ditanam dapat mencapai 20 batang tanaman. Vertikultur dapat meningkatkan hasil pertanian hingga sepuluh kali lipat bahkan lebih. Veritkultur merupakan pemanfaatan lahan sempit dengan seoptimal mungkin. Sehingga lahan sempit yang tidak produktif dapat dimanfaatkan untuk produksi pertanian. Pada umur 50 hari tanaman sudah bisa memetik hasil panen sayuran, dan selang 1-7 hari kemudian dapat dilakukan panen kedua Kelebihan dan Kekurangan Vertikultur Budidaya secara vertikultur memiliki kelebihan dan kekurangan, Keuntungan budidaya secara vertikultur adalah (Pujo, 2006 : 425) : 1) Kualitas produksi lebih baik dan lebih bersih 2) Kuantitas produksi lebih tinggi dan kontinuitas produksi dapat dijaga 3) Menjadi lahan bisnis, baik langsung maupun tidak langsung 4) Dapat digunakan sebagai sumber tanaman obat keluarga

14 24 5) Menambah dan memperbaiki gizi keluarga 6) Efisiensi lahan, pupuk, air, benih, dan tenaga kerja 7) Menghilangkan stress atau mengurangi beban pikiran Sedangkan kekurangan dari budidaya secara vertikultur menurut Pujo (2006 : 425) adalah : 1) Rawan terhadap serangan jamur 2) Investasi awal yang dibutuhkan cukup tinggi 3) Apabila menggunakan atap plastik, maka harus dilakukan penyiraman tiap hari 4) Perlu tangga atau alat khusus yang dapat dinaiki untuk pemeliharaan dan pemanenan di lantai atas Jenis Vertikultur Menurut Ir. Mulyono Niti Sapto, staff edukatif pada Fakultas Pertanian UGM, jenis pot vertikultur dapat berupa gerabah, bambu, ataupun peralon. Jenis-jenis tersebut cocok untuk menanam sayuran berbatang kecil, seperti selada, sawi, kol, bunga, seledri, atau kangkung (Gede : 2012). Ada beberapa jenis vertikultur yang memiliki karakteristik yang berbeda, diantaranya adalah : 1) Vertikultur Vertikal Biasanya jenis ini ditemui dalam bentuk wadah-wadah kokoh berbentuk kolom yang tegak berdiri di lahan.

15 25 Gambar 2.3 Vertikultur Vertikal sumber : thegreenstall.blogspot.com 2) Vertikultur Horizontal Jenis ini ditemui dalam bentuk rak-rak atau tangga bertingkat. Gambar 2.4 Vertikultur Horizontal sumber : thegreenstall.blogspot.com 3) Vertikultur Gantung Jenis ini umum terlihat dalam bentuk pot-pot atau wadah yang diikat oleh tali/kawat dan digantung pada atap. Gambar 2.5 Vertikultur Gantung sumber : thegreenstall.blogspot.com

16 26 4) Vertikultur Susun Jenis ini mirip dengan vertikultur vertikal, hanya berbeda dalam penyajian wadah dan kolom untuk media tanam yang akan digunakan Gambar 2.6 Vertikultur Susun sumber : thegreenstall.blogspot.com Sistem Vertikultur Berikut ini merupakan sistem vertikultur yang dijelaskan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah (Pujo, 2006 : ) A. Media Tanam Media tanam yang dapat digunakan dalam becocok tanam secara vertikultur sebenarnya beragam. Namun pilihan yang paling baik adalah menggunakan tanah gambut. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, campuran media tanam yang baik digunakan adalah menggunakan campuran kompos, tanah, dan arang sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Sekam berfungsi untuk menampung air di di dalam tanah, sedangkan kompos berfungsi untuk menyediakan unsur-unsur penting yang dibutuhkan. Sebaiknya media

17 tanam juga ditambah dengan pupuk TSP dan KCL masing-masing 10 gram per tanaman, bisa juga menggunakan pupuk majemuk yaitu NPK Ponska. 27 B. Persemaian Sebelum penanaman ada proses yang disebut persemaian, yaitu proses pematangan benih hingga menjadi bibit sehingga siap untuk ditanam pada media tanam vertikultur. Beberapa jenis tanaman yang membutuhkan proses persemaian adalah tomat, cabai, terong, mentimun, bunga kol, brokoli, selada, caisim, kailan, dan lain-lain. Cara melakukan penyemaian yang diuraikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan adalah sebagai berikut : 1) Siapkan media untuk penyemaian benih yang biasanya terdiri dari campuran tanah kebun yang telah diayak dengan pupuk kandang atau pasir dengan perbandingan 2:1:2. Dapat pula dicampur dengan pupuk NPK. 2) Masukan media semai ke dalam wadah bak plastik datar, sementara itu benih yang akan disemai direndam terlebih dahulu kedalam air hangat selama kurang lebih satu jam. 3) Setelah direndam selama satu jam, benih langsung dibariskan kedalam bak persemaian dan ditutupi dengan hamparan media tipis. 4) Setelah tiga minggu benih telah tuimbuh menjadi bibit dan siap dipindahkan ke dalam pot verti.

18 28 Perawatan yang dilakukan selama dalam persemaian cukup dengan melakukan penyiraman saja dengan menggunakan hand sprayer yang disemprotkan secara halus. Gambar 2.7 Proses Persemaian sumber : ReVision House Urban Farm C. Penanaman Pada pot yang telah dipersiapkan, isikan media tanam yang telah disiapkan sebelumnya. Masukan media tanam sebanyak 2/3 bagian. Setelah pot diisi dengan media, sebaiknya disiram terlebih dahulu sehingga didapatkan kelembaban yang ideal. Setelahnya, barulah tanamkan bibit yang telah disemaikan. Pastikan semua bagian akar dari semua bibit telah tertanam kedalam media. Sedangkan untuk jenis tanaman kangkung, bayam, baby capro, lebih baik ditanam langsung dari saat masih benih. Karena menggunakan pot bertingkat, maka aturlah penanaman. Misalnya rak terbawah dengan satu jenis tanaman, kemudian rak atasnya lagi dengan jenis tanaman yang berbeda, sehingga akan didapatkan susunan yang serasi dan punya nilai seni.

19 29 D. Perawatan Perawatan mulai dilakukan sejak tanaman dipindahkan kedalam pot verti. Kegiatan perawatan terdiri dari penyiraman, pemupukan, dan pencegahan hama/penyakit yang dilakukan secara rutin dan teliti. Penyiraman pada tanaman sebaiknya dengan memperhatikan ukuran tanaman dan daya cengkeram akar terhadap medianya. Tanaman yang berukuran kecil dan akarnya halus dilakukan penyiraman dengan semprotan halus. Namun, tanaman yang berukuran besar dan relatif kuat bisa dengan gayung secara hati-hati. Hama/penyakit pada sayuran yang ditanam di dalam pot sangat relatif dikit. Namun, untuk mencegahnya perlu dilakukan dengan menjaga kelembaban. Kelembaban yang ada di area pot jangan terlalu tinggi, karena akan menjadi tidak sehat yang dapat menimbulkan kematian. Proses pemupukan juga tidak dapat dilepaskan dari aktivitas perawatan tanaman vertikultur. Pemupukan dilakukan secara rutin 2-7 hari sekali. Pada sayuran daun, karena titik beratnya pertumbuhan vegetatif, maka pupuk yang diberikan harus banyak mengandung unsur nitrogen, dosis 20gr pupuk urea atau ZA yang dilarutkan dalam 10 liter air yang disiramkan pada masing-masing pot secukupnya saja sampai media tanam basah. Apabila kesulitan menemukan pupuk, maka limbah dapur dan daun-daun kering dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan-bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang, dll). Pupuk ini dapat menjadi pupuk organik yang membantu menyuburkan tanah dan meningkatkan hasil pertanian.

20 30 E. Pemanenan Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar. Seperti pemanenan sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung, dan sebagainya. Apabila fungsi tanaman ini untuk dikonsumsi sendiri, maka akan lebih menghemat apabila pemanenan dilakukan dengan cara potong daunnya. Dengan cara tersebut maka tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan dapat dipanen berulang-ulang Jenis Tanaman Vertikultur Dalam bercocok tanam dengan sistem vertikultur persyaratannya adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang ditanam sebaiknya memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tidak semua jenis tanaman dapat ditanam secara vertikultur. Tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan dengan cara ini adalah jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif rimgan sehingga tidak akan membebani media tanam vertikultur pada pertumbuhan tanaman tersebut. Sebelum menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dengan menggunakan sistem vertikultur, harus diketahui terlebih dahulu sifat-sifat tanaman yang ingin ditanam. Karena tidak semua tanaman dapat ditanam secara vertikultur, ada tanaman yang hanya dapat tumbuh didataran rendah ada pula yang hanya dapat tumbuh di dataran tinggi. Pencahayaan matahari juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Badan Penelitian

21 31 Tanaman Sayuran mengatakan bahwa tanaman sayuran yang sering dibudidayakn secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat pare, kacang panjang, mentimun, dan tanaman sayuran daun lainnya. Pujo (2006 : 425) mengatakan bahwa jenis tanaman pangan rumah tangga yang dapat dibudidayakan menggunakan sistem vertikultur terbagi menjadi 5 jenis tanaman : 1) Sayuran Buah Jenis sayuran buah biasanya dikonsumsi bagian buahnya. Yang bisa ditanam dalam pot diantaranya adalah cabai besar, cabai rawit, terong, mentimun, tomat, kacang panjang, buncis, dan paprika. Pertumbuhan dan produksi paprika, kapri, dan tomat akan lebih bagus bila ditanam di daerah dataran tinggi. Namun, jenis tomat tertentu seperti mutiara, intan, berlian, dan tomat sayur dapat diusahakan di dataran rendah dengan hasil yang baik. 2) Sayuran Daun Jenis tanaman sayuran daun yang dapat dipotkan lebih beragam, antara lain : bayam, kangkung, selada, seledri, bawang daun, kobis, kemangi, pokcoy, dan kailan. Selada merupakan sayuran dataran tinggi. Namun, jenis selada betawi yang berdaun tipis dan rasanya renyah dapat diusahakan di dataran rendah. Beberapa sayuran yang baik diusahakan di dataran rendah adalah pokcoi, kailan, kubis, dan baby capri.

22 32 3) Sayuran Bunga Hanya beberapa jenis sayuran bunga saja yang bisa ditanam dalam pot, yaitu bunga kol dan brokoli. Itupun harus memperhatikan kondisi iklim setempat, karena kedua tanaman ini umumnya banyak ditanam di dataran tinggi. 4) Sayuran Umbi Sayuran umbi memang jarang ditemukan tumbuh di dalam pot. Syarat pot harus tinggi agar pertumbuhan umbinya maksimal. Jenis sayuran umbi yang dipotkan antara lain adalah wortel, kentang, bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay. Semua jenis sayuran umbi umumnya di dataran tinggi hanya bawang merah dan beberapa jenis bawang putih yang cocok diusahakan di dataran rendah. 5) Tanaman Empon-empon Jenis empon-empon umumnya banyak disukai ibu-ibu rumah tangga. Alasannya, jika memerlukan bumbu tidak perlu ke warung atau pasar. Jenis tanaman bumbu dan empon-empon yang dapat dipotkan adalah kunyit, kencur, lengkuas, dan lain-lain. Tanaman ini baik diusahakan di dataran rendah maupun tinggi. Dari penjabaran jenis tanaman diatas maka dapat dilihat bahwa jenis tanaman pangan untuk rumah tangga pada umumnya dapat ditanam secara vertikultur, yaitu :

23 33 Tabel 2.4 Jenis Tanaman Pangan Rumah Tangga No. Jenis Tanaman Kelompok Tanaman 1 Cabai Besar 2 Cabai Rawit 3 Terong 4 Mentimun Sayuran Buah 5 Tomat 6 Kacang Panjang 7 Buncis 8 Paprika 9 Bayam 10 Kangkung 11 Selada Sayuran Daun 14 Kemangi 15 Pokcoy 16 Kailan Sayuran Bunga 19 Wortel 20 Kentang 21 Bawang Merah Sayuran Umbi 22 Bawang Putih 23 Bawang Bombay 24 Kunyit Tanaman Empon-Emponan 27 Serai Seledri Bunga Kol Kencur Bawang Daun Brokoli Lengkuas sumber : Pujo Rasapto (2006) Syarat Tumbuh Tanaman Pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari faktor-faktor lingkungan yang ada di sekitarnya. Menurut para ahli pertanian, faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah nutrisi, air, cahaya, suhu, dan kelembapan. Persyaratan tumbuh masing-masing tanaman memiliki angka yang berbeda-beda. Pada Tabel 2.5 dapat terlihat syarat tumbuh tanaman pangan rumah tangga yang telah dijabarkan sebelumnya.

24 34 Tabel 2.5 Persyaratan Tumbuh Tanaman Pangan No Jenis Tanaman Suhu Kelembaban Intensitas ( o C) (%) cahaya 1 Cabai Besar Cukup 2 Cabai Rawit Cukup 3 Terong Penuh 4 Mentimun Cukup 5 Tomat Cukup 6 Kacang Panjang Penuh 7 Buncis Penuh 8 Paprika Cukup 9 Bayam Penuh 10 Kangkung Penuh 11 Selada Cukup 12 Seledri Cukup 13 Bawang Daun Cukup 14 Kemangi Cukup 15 Pokcoy Penuh 16 Kailan Penuh 17 Bunga Kol Cukup 18 Brokoli Cukup 19 Wortel Cukup 20 Kentang Penuh 21 Bawang Merah Penuh 22 Bawang Putih Penuh 23 Bawang Bombay Penuh 24 Kunyit Penuh 25 Kencur Penuh 26 Lengkuas Penuh sumber : berbagai buku pertanian Wilayah Kebon Kacang termasuk dalam Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat yang memiliki letak geografis lintang selatan dan bujur timur. Data iklim Jakarta rata-rata menurut bulan pada tahun 2011 dapat dilihat dari Tabel 2.6. No Tabel 2.6 Data Iklim Rata-Rata Jakarta Bulan Suhu ( o C) Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%) 1 Januari 27, ,8 2 Februari 27, ,6 3 Maret 27, ,8 4 April 28, ,3 5 Mei 28, ,7

25 35 Tabel 2.6 Data Iklim Rata-Rata Jakarta 6 Juni 28, ,8 7 Juli 28, ,0 8 Agustus 28, ,2 9 September 29, ,5 10 Oktober 29, ,5 11 November 28, ,2 12 Desember 28, ,7 sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta (2003) Dari data diatas maka didapatkan suhu rata-rata Jakarta adalah 27,35 o C, kelembaban rata-rata 74,25%, dan penyinaran matahari 60,92%. Produksi Tanaman Vertikultur Kemampuan produksi tiap tanaman berbeda-beda per meter perseginya. Untuk dapat mengetahui berapa luasan yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan seluruh penghuni rumah susun, maka harus diketahui banyaknya produksi tiap tanaman per meter perseginya, dapat dilihat pada tabel 2.7. Data didapatkan dari Data Kementrian Pertanian dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evy Latiffah pada tahun No Tabel 2.7 Hasil Panen Tanaman Pangan Jenis Tanaman Hasil Produksi per triwulan (kg/m 2 ) Hasil Produksi per tahun (kg/m 2 ) 1 Cabai Besar 6,8 27,2 Sumber Kementrian Pertanian 2 Terong 8,8 35,2 Evy Latiffah 3 Mentimun 4,6 18,4 Evy Latiffah 4 Kacang Panjang 3,6 14,6 Evy Latiffah 5 Kangkung 2,6 10,4 Evy Latiffah 6 Bawang Merah 9,6 38,4 sumber : Badan Pusat Statistik (2012) dan Latiffah (2012) Kementrian Pertanian

26 Kebutuhan Sayuran Rumah Tangga Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian dalam Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2012 mengeluarkan data konsumsi kelompok sayur-sayuran per kapita yang dapat dilihat pada Tabel 2.8. Tabel 2.8 Konsumsi Sayuran per Kapita No Jenis Sayuran Konsumsi per kapita/tahun (kg) 1 Cabai Besar 1,5 2 Terong 2,55 3 Mentimun 1,77 4 Kacang Panjang 3,4 5 Kangkung 4,3 6 Bawang Merah 2,36 Dari data di atas dapat terlihat kebutuhan konsumsi tiap orang terhadap jenis-jenis sayuran tertentu. sumber : Kementrian Pertanian (2012) 2.6 Kesimpulan Landasan Teori Sehingga dapat disimpulkan variabel yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian ini adalah : 1) Syarat Tumbuh Tanaman Pangan Rumah Tangga 2) Intensitas Cahaya 3) Konsumsi Tanaman Pangan Rumah Tangga 4) Produksi Panen Tanaman Pangan Rumah Tangga

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT

PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT PERANCANGAN RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP URBAN FARMING DI JAKARTA PUSAT Ditya Raras Vidyani, Albertus Prawata, Michael Isnaeni Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, JL. KH Syahdan No 9 Jakarta Barat

Lebih terperinci

Tenni Teknis Nasional Tenaga Fnngsional Pertanian 2006 mempunyai lahan sempit, namun ingin menanarn tanaman sebanyakbanyaknya Selain tanaman sayuran,

Tenni Teknis Nasional Tenaga Fnngsional Pertanian 2006 mempunyai lahan sempit, namun ingin menanarn tanaman sebanyakbanyaknya Selain tanaman sayuran, Tenm Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 BUDIDAYA SAYURAN DENGAN VERTIKULTUR PUIO RASAPTO W Balai Pengkajicin Teknologi Pertanian Jawa Tengah RINGKASAN Cara bercocok tanam secara vertikultur

Lebih terperinci

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I BUDI DAYA 122 Peta Materi IV Budi daya Tanaman Sayuran Jenis-Jenis Tanaman Sayuran Alternatif Media Tanam Tanaman Sayuran Tujuan Pembelajaran Prakarya 123 Bab IV Budi Daya Tanaman Sayuran Gambar 4.1 Tanaman

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

Pemanfaatan Pekarangan untuk Budidaya Sayuran

Pemanfaatan Pekarangan untuk Budidaya Sayuran Pemanfaatan Pekarangan untuk Budidaya Sayuran Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah maka disebut pekarangan rumah. Pekarangan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi   Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 BUDIDAYA SAYURAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi Email : paramita@uny.ac.id Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 Budidaya Tanaman Sayuran Langkah-langkah yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

TEKNOLOGI HEMAT LAHAN SISTIM VERTIKULTUR

TEKNOLOGI HEMAT LAHAN SISTIM VERTIKULTUR TEKNOLOGI HEMAT LAHAN SISTIM VERTIKULTUR OLEH : wiendarti indri werdhany BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN YOGYAKARTA 2012 windiedhany@yahoo.com 1 KATA PENGANTAR Pemanfaatan lahan pekarangan yang dilakukan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya

TINJAUAN PUSTAKA. memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Sawi Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya segar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki tanah yang sangat subur dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan, seperti padi, jagung, kopi, teh, cengkeh dan lain

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

AKUAPONIK. Sutrisno Estu Nugroho Anang Hari Kristanto,

AKUAPONIK. Sutrisno Estu Nugroho Anang Hari Kristanto, AKUAPONIK Sutrisno Estu Nugroho Anang Hari Kristanto, 1 PENDAHULUAN Budidaya perikanan umumnya memerlukan lahan yang luas dan sumber air yang melimpah Keterbatasan lahan dan air merupakan kendala, terutama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

Inovasi Terkini Budidaya Sayuran di Pekarangan

Inovasi Terkini Budidaya Sayuran di Pekarangan Inovasi Terkini Budidaya Sayuran di Pekarangan Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah. Pekarangan dapat

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Kegiatan ekonomi yang

Kegiatan ekonomi yang Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga untuk Budidaya Tanaman Sayuran Organik di Pekarangan Rumah Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup terutama pada

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya. Berdasarkan asal pembuatannya pupuk dibedakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

Baiklah sekarang saya lanjut mengenai cara menanam secara hidroponik.

Baiklah sekarang saya lanjut mengenai cara menanam secara hidroponik. BERKEBUN HIDROPONIK 5 LANGKAH MUDAH MEMBUAT KEBUN HIDROPONIK Hai sahabat Paket Berkebun kali ini saya akan membahas mengenai cara menanam yang modern banget nih, yaitu menanam secara hidroponik. Tentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO PENDAHULUAN Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RUMAH PANGAN LESTARI SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LAHAN DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS RUMAH TANGGA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RUMAH PANGAN LESTARI SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LAHAN DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS RUMAH TANGGA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RUMAH PANGAN LESTARI SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LAHAN DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS RUMAH TANGGA BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA-PENGABDIAN

Lebih terperinci

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK System of Rice Intensification Prepared by : Utju Suiatna Beberapa Contoh Pesawahan SRI Pembibitan Penyiapan Tegalan Penyemaian Untuk bibit 1 ha diperlukan sekitar 5 kg benih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan dan industri. Apabila pertanian dianggap sebagai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO Ahmad Agus.W, Nurkayati, Ico Silvia.S, Ardiansyah dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada

Lebih terperinci

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Lokasi Proyek Lokasi proyek Rumah Susun dalam penelitian ini adalah lokasi yang sama dengan lokasi Rumah Susun Kebon Kacang saat ini. Lokasi berada di Jalan Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TEKNIK PRAKTIS PENANAMAN BENIH BAWANG MERAH VARIETAS TUKTUK

TEKNIK PRAKTIS PENANAMAN BENIH BAWANG MERAH VARIETAS TUKTUK TEKNIK PRAKTIS PENANAMAN BENIH BAWANG MERAH VARIETAS TUKTUK IRIN ADIN Februari 2013 Slide 2 BENIH BAWANG MERAH VARIETAS TUKTUK Berukuran kecil dengan jumlah benih/gram lebih kurang 350 butir Slide 3 KENAPA

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Lampiran 1. Ekspor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Ekspor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volum Nilai (US$) e (Kg) Tanaman pangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi BAB V DINAMIKA PROSES AKSI A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi Kompos Dalam proses aksi yang akan pendamping lakukan bersama masyarakat. Pendamping berkonsultasi terlebih dahulu

Lebih terperinci

Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan Tanaman SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi Berkebun Sayur secara Vertikultur pada Siswa Sekolah Dasar di Purwokerto, Jawa Tengah

Penerapan Teknologi Berkebun Sayur secara Vertikultur pada Siswa Sekolah Dasar di Purwokerto, Jawa Tengah Penerapan Teknologi Berkebun Sayur secara Vertikultur pada Siswa Sekolah Dasar di Purwokerto, Jawa Tengah 1 Sapto Nugroho Hadi, 1 Ahadiyat Yugi Rahayu, 1 Ida Widiyawati 1 Program Studi Agroteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Pola Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Pola Pemanfaatan Lahan Pekarangan A. Latar Belakang Pola Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rajiman Peningkatan jumlah penduduk menuntut penyediaan bahan pangan yang cukup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan mulai dari rumah tangga.

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Judul Proyek : Rumah Susun Bersubsidi Tema : Green Architecture Lokasi : Jl. Tol Lingkar Luar atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) Kel. Cengkareng Timur -

Lebih terperinci