BAB IV PEMBAHASAN Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH NOMOR 05 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2013

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 11

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BIDANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah. Saat ini di Indonesia telah

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode )

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 18 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

lq". '#,, Bangunan Perdesaan dan Perkotaan perlu dilakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang

1 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 28 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS lbukota JAKARTA, TENTANG

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

WALIKOTATARAKAN PROVINSI KALIMANTANUTARA PERATURANDAERAH KOTATARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hak untuk mengurus sendiri rumah tangga daerahnya. Papua merupakan salah satu

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan luar negri. Kondisi di

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XI/2013 Tentang Pajak Terhadap Pusat Kebugaran

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya dikenal 2 fungsi pajak yaitu, budgetair dan regulerend. Budgetair

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 3 Tahun 2011 Seri: C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2012 SERI B.9 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN BUPATI TANAH BUMBU,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN

b. PP No. 91 Tahun 2010 tentang Pembayaran Pajak yang ditetapkan oleh Bupai dan Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PAJAK HIBURAN BUPATI BANTUL,

Menimbang: a. bahwa pajak hiburan merupakan salah satu sum be r pendapatan daerah yang penting guna membiayai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH FORMULIR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK RETRIBUSI BADAN/PEMILIK USAHA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

BUPATI SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN

BAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 12 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II LANDASAN PUSTAKA 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan

BUPATI TELUK WONDAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PAJAK HIBURAN

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

UJDIH BPK RI PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK HIBURAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG

ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. PAJAK. Tata Cara, pengelolaan, pajak, hiburan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA TAHUN : 2014

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soemohamijaya dalam Diana Sari (2013:22) pengertian pajak

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten Semarang Sesuai dengan Undang-Undang tentang otonomi daerah, Pemerintah daerah di Kabupaten Semarang memiliki kewajiban untuk menggali sumber penerimaan daerah dalam melaksanakaan pembangunan daerah sendiri. Setiap tahunnya, DPPKAD Kabupaten Semarang memiliki target Pajak Hiburan yang akan terealisasi pada tahun berikutnya. Berikut ini target dan realisasi Pajak Hiburan selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Tabel 4.1 Target dan Realisasi Pajak Hiburan tahun 2013 sampai dengan 2015 di Kabupaten Semarang (Rupiah) TAHUN TARGET REALISASI SELISIH % SELISIH TERHADAP TARGET 2013 630.000.000 389.330.482-240.669.518-38,20% 2014 784.710.000 680.919.084-103.790.916-13,23% 2015 884.710.000 885.994.130 1.284.130 0,15% Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang,data diolah(2016) 40

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa target pada tahun 2013 sebesar Rp630.000.000 dan realisasinya sebesar Rp389.330.482, selisih realisasi terhadap target tahun 2013 yaitu sebesar -Rp240.669.518 atau selisih sebesar -38,20% dari target yang telah ditentukan. Pada tahun 2014 targetnya sebesar Rp784.710.000 dan tereaslisasi sebesar Rp680.919.084. Sesuai target yang telah ditentukan, pada tahun 2014 realisasi pajak hiburan tidak memenuhi target sebesar -Rp103.790.916 atau selisih -13,23%. Sedangkan pada tahun 2015 target yang ditentukan oleh DPPKAD sebesar Rp884.710.000, target tersebut lebih besar dari target yang ditentukan pada tahun 2014. Realisasi pada tahun 2015 mencapai target sebesar Rp885.994.130, jumlah tersebut melebihi target yang ditentukan pada tahun 2015 yaitu lebih Rp1.284.130 atau lebih 0,15% dari target yang telah ditentukan DPPKAD. Penerimaan Pajak Hiburan diperoleh dari beberapa objek pajak hiburan, antara lain yaitu : 1. Tontonan film; 2. Pagelaran kesenian, musik dan tari; 3. Kontes kecantikan, pagelaran busana, binaraga dan sejenisnya; 4. Pameran; 5. Diskotik, karaoke dan klab malam; 6. Sirkus, akrobat sulap; 7. Permainan bilyard dan bowling; 8. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan; 41

9. Panti mandi uap/spa, refleksi, dan pusat kebugaran atau fitnes center; 10. Pertandingan olahraga. Berikut ini penerimaan realisai pajak hiburan pada tahun 2013 sampai dengan 2015 : Tabel 4.2 Penerimaan Realisasi Pajak Hiburan Tahun 2013 sampai dengan 2015 di Kabupaten Semarang (Rupiah) No. 1 Obyek Pajak Realisasi Hiburan 2013 2014 2015 Pagelaran Kesenian/Musik/Tari/ Busana 1.550.000 2.050.000 2.550.000 2 Karaoke 336.349.502 614.456.059 786.532.580 Pacuan Kuda 3 (Perlombaan Binatang) 500.000 500.000 500.000 4 5 Balap Kendaraan Bermotor 2.250.000 2.250.000 2.750.000 Permainan Ketangkasan 11.455.500 13.491.500 31.050.750 6 Mandi Uap 7 31.550.480 38.954.525 50.075.800 Pertandingan Olahraga 5.675.000 9.217.000 12.535.000 TOTAL 389.330.482 680.919.084 885.994.130 Sumber: DPPKAD Kabupaten Semarang, data diolah (2016) Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 penerimaan dari objek pajak hiburan tertinggi yaitu dari karaoke sebesar Rp336.349.502. Sedangkan penerimaan terendah yaitu dari pacuan kuda sebesar Rp500.000. 42

Selanjutnya, pada tahun 2014 penerimaan obyek pajak hiburan tertinggi masih dari karaoke. Objek pajak hiburan seperti permainan ketangkasan, mandi uap dan pertandingan olahraga mengalami peningkatan. Permainan ketangkasan pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp13.491.500, mandi uap sebesar Rp38.954.525, pertandingan olahraga Rp9.217.000. Total penerimaan pajak hiburan dari masing-masing objek pajak hiburan pada tahun 2014 sebesar Rp680.919.084. Pada tahun 2015, penerimaan objek pajak hiburan seperti pagelaran kesenian/musik/tari/busana dari tahun 2014 yang sebesar Rp2.050.000 meningkat menjadi Rp2.550.000, balap kendaraan bermotor pada tahun 2014 dari Rp2.250.000 meningkat menjadi Rp2.750.000, mandi uap dari Rp38.954.525 menjadi sebesar Rp50.075.800, sedangkan dari pertandingan olahraga pada tahun 2015 penerimaannya meningkat menjadi sebesar Rp12.535.000. Total realisasi pajak hiburan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, Total Realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp.885.994.130, sedangkan total realisasi pajak hiburan terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp.389.330.482. Dari tabel penerimaan realisasi pajak hiburan tersebut dapat dilihat bahwa yang memiliki potensi penerimaan pajak yang cukup tinggi yaitu berasal dari karaoke, sedangkan potensi objek pajak hiburan yang lain masih cukup rendah sehingga perlunya pengawasan yang optimal supaya 43

penerimaan pajak hiburan setiap tahunnya selalu meningkat dan penerimaan dari masing-masing objek pajak menjadi tinggi. Tabel dibawah ini menunjukkan besar persentase pertumbuhan pajak hiburan dari masing-masing objek pajak hiburan. Untuk mengetahui persentase pertumbuhan pajak hiburan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 rumus yang digunakan sebagai berikut : Persentase Pertumbuhan = Selisih Obyek Pajak Hiburan Objek Pajak tahun Sebelumnya 100 44

Tabel 4.3 Persentase Pertumbuhan Objek Pajak Hiburan pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015 di Kabupaten Semarang No. 1 Obyek Pajak Hiburan Pertumbuhan Pajak Hiburan 2013 2014 2014-2015 Rp % Rp % Pagelaran Kesenian/Musik/Tari/ Busana 500.000 32,26% 500.000 24,39% 2 Karaoke 278.106.557 82,68% 172.076.521 28,00% 3 Pacuan Kuda (Perlombaan Binatang) 0 0,00% 0 0,00% 4 Balap Kendaraan Bermotor 0 0,00% 500.000 22,22% 5 Permainan Ketangkasan 2.036.000 17,77% 17.559.250 130,15% 6 Mandi Uap 7.404.045 23,47% 11.121.275 28,55% Pertandingan 7 Olahraga 3.542.000 62,41% 3.318.000 36,00% TOTAL 291.588.602 74,89% 205.075.046 30,12% Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang, data diolah (2016) Tabel diatas menunjukkan persentase pertumbuhan dari masingmasing objek pajak hiburan di Kabupaten Semarang. Pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 persentase pertumbuhannya tertinggi yaitu dari karaoke sebesar 82,68% atau sebesar Rp278.106.557, sedangkan yang tidak mengalami pertumbuhan penerimaan dari tahun 2013 sampai dengan 2014 yaitu dari pacuan kuda dan kendaraan bermotor. Untuk pagelaran kesenian/musik/tari/busana dari tahun 2013 hingga 2014 persentase pertumbuhannya sebesar 32,62% atau sebesar Rp500.000, permainan 45

ketangkasan penerimaannya meningkat ditahun 2014 yaitu sebesar Rp2.036.000 atau sebesar 17,77%, mandi uap sebesar 23,47% atau Rp7.404.045, dan dari pertandingan olahraga persentase pertumbuhannya dari tahun 2013 sampai dengan 2014 sebesar 62,41% atau meningkat sebesar Rp3.542.000. Selanjutnya, persentase pertumbuhan objek pajak hiburan dari tahun 2014 sampai dengan 2015 yang tertinggi diperoleh dari permainan ketangkasan yaitu sebesar 130,15% atau meningkat sebesar Rp17.559.250, sedangkan pada tahun 2014 sampai dengan 2015 objek pajak hiburan yang tidak mengalami pertumbuhan yaitu dari pacuan kuda, balap kendaraan bermotor mengalami peningkatan sebesar 22,22% atau sebesar Rp500.000. pagelaran kesenian persentase pertumbuhan dari tahun 2014 sampai dengan 2015 sebesar 24,39%, karaoke sebebar 28,00%, mandi uap sebesar 28,55% dan yang terakhir yaitu pertandingan olahraga persentase pertumbuhannya yaitu 36,00%. Total pertumbuhan dari tahun 2013 sampai dengan 2014 yaitu sebesar Rp291.588.602 atau pada tahun 2014 penerimaan objek pajak hiburan mengalami peningkatan sebesar 74,89%. Sedangkan pada tahun 2014 sampai dengan 2015 total pertumbuhan objek pajak hiburan sebesar Rp205.075.046 atau pada tahun 2015 persentase pertumbuhan objek pajak hiburan sebesar 30,12%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurang optimalnya pengelolaan pajak hiburan sehingga tingkat persentase pertumbuhan mengalami penurunan. 46

Tabel dibawah ini menunjukkan besar distribusi pajak hiburan dari masing-masing objek pajak hiburan pada tahun 2013 sampai dengan 2015. Tabel 4.4 Distribusi Realisasi Pajak Hiburan Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015 di Kabupaten Semarang No 1 Obyek Pajak Tahun Hiburan 2013 2014 2015 Pagelaran Kesenian/Musik/Tari/ Busana 0,40% 0,30% 0,29% 2 Karaoke 86,39% 90,24% 88,77% 3 Pacuan Kuda (Perlombaan Binatang) 0,13% 0,07% 0,06% 4 Balap Kendaraan Bermotor 0,58% 0,33% 0,31% 5 Permainan Ketangkasan 2,94% 1,98% 3,50% 6 Mandi Uap 8,10% 5,72% 5,65% Pertandingan 7 Olahraga 1,46% 1,35% 1,41% TOTAL 100,00% 100,00% 100,00% Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang, data diolah (2016) Dari tabel 4.4 dapat diihat dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, penyumbang pajak hiburan terbesar yaitu dari karaoke. Sedangkan penyumbang pajak hiburan terendah dari tahun 2013 sampai dengan 2015 yaitu dari pacuan kuda (Perlomban Binatang). Dari tabel distribusi pajak hiburan tersebut, persentase penerimaan pajak hiburan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 cenderung mengalami penurunan, terlihat dari persentase pagelaran kesenian/musik/tari/busana, pacuan kuda, balap 47

kendaraan bermotor, mandi uap, cenderung mengalami penurunan. Objek pajak hiburan yang penerimaan bisa menjadi penyumbang pajak hiburan yang cukup besar setiap tahunnya yaitu karaoke, diharapkan karaoke menjadi objek pajak hiburan yang potensinya dapat lebih digali dan dilakukan pengawasan yang lebih optimal. 4.2. Tingkat Ketercapaian Pemungutan Pajak Hiburan Dalam menentukan tingkat ketercapaian penerimaan pajak hiburan dari masing-masing Obyek Pajak Hiburan terhadap realisasi tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, penulis menggunakan rumus sebagai berikut : Tingkat Ketercapaian = Realisasi Obyek Pajak Hiburan Total Target Pajak Hiburan 100% 48

Tabel 4.5 Tingkat Ketercapaian Pajak Hiburan terhadap Target Pajak Hiburan Tahun 2013 sampai dengan 2015 di Kabupaten Semarang (Rupiah) TAHUN TARGET REALISASI % KETERCAPAIAN KETERANGAN 2013 630.000.000 389.330.482 61,80% TIDAK TERCAPAI 2014 784.710.000 680.919.084 86,77% TIDAK TERCAPAI 2015 884.710.000 885.994.130 100,15% TERCAPAI, MELEBIHI TARGET Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang,data diolah (2016) Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 tingkat ketercapaian pajak hiburan terhadap target pajak hiburan sebesar 61,80% atau terealisasi sebesar Rp389.330.482. Pada tahun 2014 terealisasi sebesar Rp680.919.084 atau tingkat ketercapaiannya sebesar 86,77%. Sedangkan pada tahun 2015 persentase tingkat ketercapaian pajak hiburan terhadap target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 100,15% atau terealisasi sebesar Rp885.994.130. Realisasi pajak hiburan terhadap target pajak hiburan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 penerimaan pajak hiburan yang memenuhi target pajak hiburan yang ditetapkan oleh DPPKAD yaitu pada tahun 2015, target yang ditetapkan pada tahun 2015 yaitu Rp884.710.000 dan terealisasi sebesar Rp885.994.130. Sedangkan pada tahun 2013 dan tahun 2014 realisasi pajak hiburan penerimaannya tidak memenuhi target yang telah di 49

tetapkan oleh DPPKAD Kabupaten Semarang. Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, target yang ditetapkan DPPKAD Kabupaten Semarang tiap tahunnya selalu lebih tinggi dari target tahun sebelumnya. Hal ini tingkat ketercapaian pajak hiburan setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Walaupun realisasi pajak hiburan tidak mencapai atau melebihi target yang telah ditentukan setiap tahunnya, namun realisasi yang diperoleh selalu mengalami peningkatan penerimaan. 50

4.3. Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Dalam menghitung kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Semarang penulis menggunakan rumus sebagai berikut : Kontribusi Pajak Hiburan = Realisasi Pajak Hiburan Pendapatan Asli Daerah 100% Tabel 4.6 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2015 di Kabupaten Semarang TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 PENDAPATAN ASLI DAERAH REALISASI PAJAK HIBURAN KONSTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PAD 26.228.584.340 329.031.550 1,25% 39.116.306.524 375.891.300 0,96% 46.984.376.568 396.716.960 0,84% 80.714.508.227 389.330.482 0,48% 83.602.417.258 680.919.084 0,81% 2015 95.576.297.169 885.994.130 0,93% Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang, data diolah (2016) Tabel 4.6 menunjukkan konstribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Semarang. Rumus yang digunakan 51

untuk menghitung besar konstribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah adalah jumlah realisasi pajak hiburan tiap tahun dibagi jumlah Pendapatan Asli Daerah tiap tahun, dikali 100 persen. Besar konstribusi pajak hiburan dari tahun 2010 sampai dengan 2015 cukup sedikit. Pada tahun 2010, konstribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah sebesar 1,25%. Konstribusi pajak hiburan pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,96%. Pada tahun 2012 realisasi pajak hiburan sebesar Rp396.716.960 atau konstribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah sebesar 0,84%. Selanjutnya, pada tahun 2013 jumlah realisasi pajak hiburan turun menjadi Rp389.330.482. Persentase konstribusi pajak hiburannya sebesar 0,48%. Tahun 2014, dengan realisasi pajak hiburan sebesar Rp680.919.084 memiliki konstribusi terhadap pendapatan asli daerah sebesar 0,81%. Sedangkan, pada tahun 2015 yang memiliki penerimaan pajak hiburan sebesar Rp885.994.130, besar konstribusi terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2015 yaitu sebesar 0,93%. Penerimaan Pajak hiburan dari tahun 2010 sampai dengan 2015 yang memiliki konstribusi terhadap pendapatan asli daerah tertinggi yaitu pada tahun 2010 sebesar 1,25% sedangkan persentase konstribusi terendah diperoleh pada tahun 2013 sebesar 0,48%. Dilihat dari persentase konstribusi pajak hiburan dari tahun 2010 sampai dengan 2015 cenderung sedikit, tidak lebih dari 1% hanya pada tahun 2010 saja yang melebihi 1%. Hal tersebut disebabkan karena pemantauan terhadap kegiatan-kegiatan hiburan yang digelar dan yang menggunakan tiket belum optimal. 52

Kendalanya yaitu pihak penyelenggara belum melapor kegiatan, jumlah serta besaran tiket yang dijual, sehingga kemungkinan besar belum dimasukkan sebagai Pendapatan Asli Daerah. 4.4. Kendala dalam Pengelolaan Penerimaan Pajak Hiburan Dalam proses yang berkaitan dengan birokrasi pasti terdapat faktor pendukung dan penghambat begitu pula dengan pengelolan Pajak Hiburan di Kabupaten Semarang yang tentu juga ada kendala, walaupun semua pihak pasti mengharapkan adanya kelancaran dari semua pekerjaan, agar tercipta kelancaran tersebut tidak bisa dari satu pihak tetapi dari semua pihak. Berikut ini kendala-kendala yang ada dalam pengelolaan Pajak Hiburan menurut pihak yang melakukan Pendataan dan Pengawasan di DPPKAD Kabupaten Semarang : a. Rendahnya kesadaran WP dalam melakukan kewajiban pajaknya. Hal ini disebabkan karena ketidakpahaman masyarakat tentang ketentuan membayar pajaknya. Apalagi dengan diberlakukannya sistem self asseasment pada Pajak Daerah, salah satunya Pajak Hiburan, yang menuntut masyarakat sebagai Wajib Pajak melaksanakan kewajiban pajaknya secara aktif, mulai dari mendaftarkan diri, menghitung, membayar serta melaporkan pajaknya; 53

b. Tidak tepatnya waktu melakukan penagihan pada WP yang sudah jatuh tempo. WP tidak tepat dalam pembayaran pajaknya salah satunya dikarenakan pihak DPPKAD tidak tepat waktu dalam melakukan penagihan pajak pada WP yang sudah jatuh tempo dikarenakan pihak DPPKAD tidak rutin melihat realisasi pembayaran; c. Kurangnya jumlah personil yang berada dilapangan untuk melaksanakan pengawasan dilapangan dalam melakukan pendataan; 4.5. Upaya Intensifikasi dan Ektensifikasi terhadap Pajak Hiburan Berikut ini upaya-upaya secara intensifikasi dan ekstensifikasi DPPKAD Kabupaten Semarang untuk meningkatkan penerimaan Pajak Daerah terutama Pajak Hiburan : 1. Upaya Intensifikasi a. Melakukan pembinaan dan sosialisasi peraturan terkait pajak hiburan. b. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan hiburan yang berada dilapangan. c. Melakukan pengecekan kembali terhadap penerimaan pajak hiburan dari masing-masing Wajib Pajak Hiburan, sehingga jika ada Wajib Pajak Hiburan yang terlambat bayar dapat segera dilakukan penagihan. 54

2. Upaya ekstensifikasi a. Menambah wajib pajak hiburan dengan melakukan pengawasan dan pendataan ulang terhadap wajib pajak hiburan, sehingga para pelaku usaha yang usahanya menjadi objek pajak hiburan dan belum terdaftar serta belum melaksanakan kewajiban pajaknya dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya. b. Menambah wajib pajak hiburan berdasarkan data yang dimiliki DPPKAD melakukan pengukuhan bahwa pelaku usaha tersebut termasuk objek pajak hiburan dan wajib melaksanakan kewajiban pajaknya. c. Menambah jumlah personil yang melakukan pendataan dilapangan, sehingga proses pendataan dapat berjalan dengan optimal. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan bahwa DPPKAD Kabupaten Semarang dapat meningkatkan penerimaan Pajak Hiburan. 55