PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SEDIAAN RADIOISOTOP 169 ErCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN ERBIUM-168 DIPERKAYA 97,75% Azmairit Aziz

dokumen-dokumen yang mirip
J. Iptek Nuklir Ganendra Vol. 16 No. 1, Januari 2013 : ISSN

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PENANDAAN PARTIKEL HIDROKSIAPATIT DENGAN SEDIAAN RADIOISOTOP 175 YbCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN 174 Yb DIPERKAYA

PEMBUATAN RADIOISOTOP ERBIUM-169 ( 169 Er) MENGGUNAKAN SASARAN ERBIUM ALAM

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina

Azmairit Aziz. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN - Bandung

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM DALAM PENANDAAN LIGAN EDTMP DENGAN RADIOISOTOP 170 Tm

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

ANALISIS FISIKO KIMIA RADIOISOTOP PRASEODIMIUM-143 ( 143 Pr) UNTUK APLIKASI RADIOTERAPI

HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN GADOLINIUM OKSIDA ALAM RADIOISOTOPE FROM IRRADIATED NATURAL GADOLINIUM OXIDE TARGET

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 175 Yb-EDTMP. Azmairit Aziz, Marlina, Muhammad Basit Febrian

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 170 Tm-EDTMP

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

EVALUASI BIOLOGIS RADIOFARMAKA 175 Yb-EDTMP UNTUK TERAPI PALIATIF PADA TULANG 1. Rizky Juwita Sugiharti, Iim Halimah, Azmairit Azis

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PEMBUATAN DAN ANALISIS FISIKO-KIMIA RADIOISOTOP SKANDIUM-47 ( 47 Sc) DARI BAHAN SASARAN TITANIUM OKSIDA ALAM. Duyeh Setiawan, Titin Sri Mulyati

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE )

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

PEMISAHAN RADIOISOTOP 161 Tb HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN GADOLINIUM OKSIDA DIPERKAYA ISOTOP 160 Gd MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI EKSTRAKSI

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

PENINGKATAN EFISIENSI PEMISAHAN RADIOISOTOP TERBIUM-161 BERBASIS KROMATOGRAFI KOLOM UNTUK APLIKASI TERAPI KANKER. Azmairit Aziz

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98%

PENANDAAN CHITOSAN DENGAN RADIONUKLIDA HOLMIUM-166

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

STUDI BANDING KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

EVALUASI KINERJA DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-55tR UNTUK PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOISOTOP 175 Yb

RADIOAKTIVITAS IODIUM-125 PADA UJI PRODUKSI MENGGUNAKAN TARGET XENON-124 DIPERKAYA

GENERATOR 188W/188Re BERBASIS ALUMINA

PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP PADA HEWAN UJI SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

UJI TOKSISITAS AKUT RADIOFARMAKA 99m Tc- CTMP PADA MENCIT (Mus musculus)

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

RADIOSINOVEKTOMI SEBAGAI ALTERNATIF PENGOBATAN RADANG SENDI TANPA OPERASI

Kata kunci: Lutesium-177, Yterbium-176, DOTA-TOC, bebas pengemban, radioterapi

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

Triani Widyaningrum, Triyanto, Endang Sarmini, Umi Nur Sholikhah, Sunarhadijoso Soenarjo.

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PEMISAHAN FRAKSI OSMIUM DAN IRIDIUM DALAM MATRIKS OSMIUM ALAM PASCA IRADIASI DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI PELARUT

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

KARAKTERISTIK 188 Re- HIDROKSIAPATIT UNTUK SINOVEKTOMI RADIASI

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

OPTIMASI PENGGUNAAN HCl SEBAGAI LARUTAN PENGELUSI ITRIUM-90 DALAM DOWEX 50WX8-200

PEMISAHAN DAN KARAKTERISASI SPESI SENYAWA KOMPLEKS YTRIUM-90 DAN STRONSIUM-90 DENGAN ELEKTROFORESIS KERTAS

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR

APPLICATION OF NEUTRON ACTIVATION ANALYSIS IN CHARACTERIZATION OF ENVIRONMENTAL SRM SAMPLES

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TABUNG PENYIMPANAN TERMODIFIKASI

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186

PEMBUA T AN 186Re_Sn KOLOID UNTUK TERAPI RADIOSINOVEKTOMI.

PENGARUH KONSENTRASI URANIUM DALAM PROSES ELEKTRODEPOSISI HASIL EKSTRAKSI DENGAN TBPjOK

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON

PENENTUAN UNSUR Hf PADA TENAGA KARAKTERISTIK DENGAN METODA ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN)

ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

ANALISIS IRADIASI TARGET TULIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN STUDI PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DENGAN BAHAN TARGET LARUTAN URANIL NITRAT PADA REAKTOR KARTINI ABSTRAK

PEMISAHAN MATRIKS 90 Sr/ 90 Y MENGGUNAKAN ELEKTROKROMATOGRAFI BERBASIS FASA DIAM CAMPURAN ALUMINA-SILIKA

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

KARAKTERISTIK RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION. Nurlaila Z., Maula Eka Sriyani

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN BERBASIS PZC (POLY ZIRCONIUM COMPOUND)

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN RADIONUKLIDA 188 W MELALUI REAKSI AKTIVASI NEUTRON TERHADAP SASARAN LOGAM TUNGSTEN DIPERKAYA

STUDI PERBANDINGAN METODE AKTIVASI NEUTRON DAN ELEKTRODEPOSISI PADA PENENTUAN URANIUM DAN THORIUM DALAM CONTOH URIN

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PROSES RADIOISOTOP MEDIS 131 I MENGGUNAKAN METODE KOLOM RESIN PENUKAR ION UNTUK APLIKASI KEDOKTERAN NUKLIR

PROTOTIPE GENERATOR RADIOISOTOP TERAPI 188 W/ 188 Re BERBASIS ALUMINA. PROTOTYPE OF THERAPEUTIC RADIOISOTOPE 188 W/ 188 Re GENERATOR BASED ALUMINA

PEMISAHAN RADIOISOTOP MEDIS 177 Lu DARI MATRIK Yb-Lu PASKA IRADIASI MELALUI RESIN PENUKAR ION DENGAN ELUEN α-hiba DAN LARUTAN HNO 3

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI RENIUM DAN WOLFRAM DENGAN METODE EKSTRAKSI MENGGU- NAKAN PELARUT METIL ETIL KETON

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA

Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam

PEMBUATAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 UNTUK SINTESA ATP BERTANDA 32 P [(Y 32 P)ATP]

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

FISIKA ATOM & RADIASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

PREDIKSI SECARA TEORI AKTIVITAS 18F DARI HASIL REAKSI 18O(p,n)18F PADA BEBERAPA SIKLOTRON MEDIK

Transkripsi:

Pembuatan dan Karakterisasi Sediaan Radioisotop 169 ErCl 3 Hasil Iradiasi Bahan Sasaran 168 Erbium Diperkaya 97,75 % (Azmairit Aziz) ISSN 1411 3481 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SEDIAAN RADIOISOTOP 169 ErCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN ERBIUM-168 DIPERKAYA 97,75% Azmairit Aziz Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri - BATAN Jl.Tamansari 71 Bandung, 40132 E-mail: aaziz@batan.go.id Diterima:16-02-2012 Diterima dalam bentuk revisi: 10-07-2012 Disetujui: 24-07-2012 ABSTRAK PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SEDIAAN RADIOISOTOP 169 ErCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN ERBIUM-168 DIPERKAYA 97,75%. Erbium-169 ( 169 Er) merupakan salah satu radioisotop pemancar β yang dapat digunakan untuk radiosinovektomi. Pada penelitian ini dikembangkan pembuatan radioisotop 169 ErCl 3 dengan cara iradiasi bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan pengayaan 168 Er sebesar 97,75%. Sebelum digunakan dalam pembuatan radiofarmaka, larutan 169 ErCl 3 dikarakterisasi supaya memenuhi syarat aplikasinya. Karakterisasi fisiko-kimia radioisotop 169 ErCl 3 yang meliputi kejernihan; ph; muatan listrik; kemurnian radiokimia; dan kemurnian radionuklida; masing-masing ditentukan dengan cara visual; kertas indikator ph; metode elektroforesis kertas; kromatografi kertas dan elektroforesis kertas; serta spektrometer γ saluran ganda. Kestabilan larutan ditentukan dengan mengamati kemurnian radiokimia larutan 169 ErCl 3 setiap hari selama satu bulan penyimpanan pada temperatur kamar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 169 ErCl 3 berupa larutan jernih, memiliki ph 1,5 2, tidak bermuatan, kemurnian radiokimia sebesar 99,51 ± 0,41% dan kemurnian radionuklida sebesar 99,84 ± 0,1%. Aktivitas jenis dan konsentrasi radioaktif larutan 169 ErCl 3 masing-masing sebesar 1,26 3,38 mci/mg Er dan 11,05 29,59 mci/ml pada saat end of irradiation (EOI). Uji stabilitas menunjukkan bahwa larutan 169 ErCl 3 masih stabil sampai satu bulan dengan kemurnian radiokimia sebesar 99,65 ± 0,09%. Larutan 169 ErCl 3 yang diperoleh dari bahan sasaran erbium oksida diperkaya 97,75% memiliki karakteristik fisiko-kimia yang memenuhi syarat untuk radiosinovektomi. Kata kunci : erbium-169, 169 Er, diperkaya, radiosinovektomi ABSTRACT PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF 169 ErCl 3 RADIOISOTOPE FROM IRRADIATED 97.75% ENRICHED ERBIUM-168 TARGET. Erbium-169 ( 169 Er) is one of radioisotopes that can be used for radiosynovectomy due to its β particle emission. The preparation of 169 ErCl 3 radioisotope has been developed by irradiation of enriched erbium oxide target with 97.75% of 168 Er enrichment. Before it is used in radiopharmaceuticals preparation, the 169 ErCl 3 solution was characterized to fulfil its application criteria. The physico-chemical characterization of 169 ErCl 3, including solution clarity; ph; electric charge; the radiochemical purity; and the radionuclidic purity, were determined by visual observation; ph indicator paper; paper electrophoresis technique; paper chromatography and paper electrophoresis techniques; and multichannel γ spectrometry, respectively. The stability of 169 ErCl 3 solution was determined by daily observation of radiochemical purity during one month at room temperature. The present study has shown that 169 ErCl 3 was a clear solution, the ph of 1.5 2, neutral, the radiochemical purity of 99.51 ± 0.41% and radionuclidic purity of 99.84 ± 0.1%. The solution had specific activity and radioactive concentration of 1.26 3.38 mci/mg Er and 11.05 29.59 mci/ml at the end of irradiation (EOI), respectively. Stability evaluation indicated that 169 ErCl 3 solution was still stable for one month at room temperature with radiochemical purity of 99.65 ± 0.09%. Based on the results, 169 ErCl 3 solution from enriched erbium oxide target with 97.75% of 168 Er enrichment has suitable physico-chemical characteristics for radiosynovectomy. Keywords: erbium-169, 169 Er, enriched, radiosynovectomy 95

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 13, No.2,Agustus 2012; 95-108 ISSN 1411 3481 1. PENDAHULUAN Rheumatoid arthritis merupakan salah satu penyakit autoimun, yaitu terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh (1-3). Gangguan tersebut terjadi karena sel kekebalan tubuh dalam darah menjadi terlalu aktif. Pada kondisi ini, sel kekebalan tubuh tidak berfungsi menyerang atau memakan sel kuman penyakit seperti bakteri dan virus, akan tetapi justru menyerang sel yang sehat, yaitu membran sinovial. Membran sinovial merupakan lapisan paling dalam pada kapsul sendi yang berfungsi untuk menghasilkan cairan pelumas sendi. Pada rheumatoid arthritis terjadi produksi cairan sendi berlebihan, sehingga menimbulkan radang pada membran sinovial, bengkak pada kapsul sendi dan rasa nyeri yang sangat mengganggu. Rheumatoid arthritis stadium lanjut dapat mengakibatkan kerusakan pada kartilago, sehingga terjadi pengikisan pada ujung tulang, perubahan bentuk sendi, bahkan kehilangan fungsi sendi. Hal ini mengakibatkan penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup menurun (4). Sekitar 1 % dari populasi penduduk dunia terserang rheumatoid arthritis (1). Radiosinovektomi adalah teknik untuk pemulihan membran sinovial menggunakan radionuklida pemancar β dari suatu radiofarmaka berbentuk koloid atau partikel yang diinjeksikan secara intra-artikular, sehingga dapat masuk dan kontak dengan jaringan sinovial (1-3,5,6). Radiosinovektomi paling efektif untuk menghilangkan rasa nyeri, bengkak dan radang pada sendi yang merupakan karakteristik dari rheumatoid arthritis dan penyakit radang sendi lainnya (5,7,8). Teknik ini telah digunakan di Eropa lebih dari 50 tahun (2). Radionuklida yang dapat digunakan untuk radiosinovektomi adalah pemancar β, yang daya tembusnya di dalam jaringan hanya beberapa milimeter saja sehingga tidak merusak jaringan yang sehat di sekitarnya. Radionuklida pemancar β dalam bentuk koloid atau partikel dianggap sebagai benda asing oleh sel makrofag yang ada di lapisan paling luar membran sinovial yang meradang. Benda asing dimakan dengan cepat oleh sel-sel tersebut melalui proses yang disebut fagositosis. Apabila jumlah radioaktivitas yang diinjeksikan memadai, maka radioisotop dalam bentuk radiofarmaka pemancar β dapat masuk ke lapisan yang lebih dalam pada membran sinovial dan akan menghancurkan atau merusak jaringan membran sinovial yang meradang. Apabila jaringan yang meradang tersebut telah hilang, maka jaringan membran sinovial yang baru, sehat dan normal akan terbentuk kembali (1,3,8,9). Radioisotop merupakan bagian yang penting dalam pembuatan suatu radiofarmaka. Radioisotop yang digunakan secara in vivo untuk terapi di bidang kedokteran nuklir harus memperhatikan tiga syarat utama, yaitu memiliki kemurnian radionuklida dan kemurnian radiokimia yang tinggi serta aktivitas jenis yang memadai. Radioisotop dengan aktivitas jenis relatif rendah dapat digunakan dalam pembuatan radiofarmaka partikulat, seperti untuk radiosinovektomi dan terapi kanker hati (10). 96

Pembuatan dan Karakterisasi Sediaan Radioisotop 169 ErCl 3 Hasil Iradiasi Bahan Sasaran 168 Erbium Diperkaya 97,75 % (Azmairit Aziz) ISSN 1411 3481 Radioisotop yang ideal digunakan untuk radiosinovektomi adalah pemancar β yang memiliki energi dengan daya tembus maksimum pada jaringan lunak sejauh 5-10 cm, waktu paro (T 1/2 ) yang pendek (dalam orde hari), dan tidak memancarkan sinar γ atau memiliki emisi sinar γ rendah. Jenis radioisotop yang digunakan untuk radiosinovektomi bergantung pada ukuran sendi (1,2,11). Radioisotop yang memiliki energi β lemah digunakan untuk sendi ukuran kecil, seperti sendi yang terdapat pada jari tangan atau kaki. Radioisotop dengan energi beta menengah digunakan untuk sendi berukuran lebih besar seperti pada sendi pergelangan tangan, siku, bahu, pergelangan kaki dan pinggul, sedangkan radioisotop yang memiliki energi β besar digunakan untuk sendi lutut. Erbium-169 ( 169 Er) merupakan salah satu radioisotop yang dapat digunakan untuk radiosinovektomi karena merupakan pemancar β dengan T 1/2 selama 9,4 hari dan E β maksimum sebesar 0,34 MeV serta E γ sebesar 0,008 MeV. Energi β sebesar 0,34 MeV tersebut memiliki jarak tembus maksimum pada jaringan lunak sejauh 1,0 mm, sehingga sangat cocok digunakan untuk radiosinovektomi pada sendi ukuran kecil, yaitu sendi jari tangan dan jari kaki (2,3). Pada penelitian terdahulu telah diperoleh kondisi optimum pembuatan radioisotop 169 ErCl 3 dari bahan sasaran erbium oksida alam dan karakteristiknya. Bahan sasaran diiradiasi di reaktor TRIGA 2000 Bandung dengan fluks neutron sekitar 10 12 n.cm -2.det -1 (12). Radioisotop 169 ErCl 3 yang diperoleh memiliki aktivitas jenis yang sangat rendah yaitu sebesar 0,01 0,02 mci/mg Er, sehingga tidak memadai jika digunakan dalam pembuatan radiofarmaka untuk radiosinovektomi. Untuk mendapatkan radioisotop 169 ErCl 3 dengan aktivitas jenis yang memadai, maka perlu dilakukan pengembangan pembuatan larutan radioisotop 169 ErCl 3 menggunakan bahan sasaran erbium oksida yang diperkaya dengan isotop 168 Er dan diiradiasi di reaktor nuklir dengan fluks neutron yang lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh radioisotop 169 ErCl 3 dengan karakteristik fisiko-kimia yang memenuhi syarat untuk radiosinovektomi, khususnya untuk sendi ukuran kecil. Dalam makalah ini dikemukakan pengembangan pembuatan larutan radioisotop 169 ErCl 3 mengunakan bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan pengayaan isotop 168 Er sebesar 97,75% dan diiradiasi di RSG G.A. Siwabessy dengan fluks neutron sekitar 1,8 x 10 14 n.cm -2.det -1. Sebelum radioisotop 169 ErCl 3 digunakan dalam pembuatan radiofarmaka untuk radiosinovektomi di bidang kedokteran nuklir, terlebih dahulu harus dilakukan karakterisasi fisikokimianya. Karakterisasi fisiko-kimia yang dilakukan meliputi pemeriksaan kejernihan, penentuan ph, radioaktivitas, muatan listrik, kemurnian radiokimia, kemurnian radionuklida dan penentuan kestabilan. Radiofarmaka bertanda radioisotop 169 Er untuk radiosinovektomi harus memiliki karakteristik yang memenuhi persyaratan antara lain aktivitas sediaan sebesar 0,3 1 mci dengan volume sediaan sebanyak 0,5 1 ml dan kemurnian radionuklida > 99%. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh 97

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 13, No.2,Agustus 2012; 95-108 ISSN 1411 3481 radioisotop 169 ErCl 3 dengan karakteristik fisiko-kimia yang memenuhi syarat sehingga dapat digunakan dalam pembuatan radiofarmaka untuk radioisonovektomi. sampai hampir kering di atas pemanas dan pengaduk magnetik. Setelah itu residu dilarutkan kembali dengan 1 ml akuabides steril. 2. TATA KERJA 2.1. Bahan dan Peralatan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk erbium oksida (Er 2 O 3 ) diperkaya dengan pengayaan isotop 168 Er sebesar 97,75% buatan Oak Ridge National Laboratory (ORNL), asam klorida, dinatrium hidrogen fosfat, natrium dihidrogen fosfat dan asam asetat buatan E.Merck, serta akuabides steril buatan IPHA. Bahan penunjang yang digunakan adalah kertas kromatografi Whatman 3 MM dan kertas indikator ph. Peralatan yang digunakan terdiri dari spektrometer γ saluran ganda dengan detektor HPGe (Canbera), pencacah β dengan detektor Geiger Muller (Ortec), alat pemanas dan pengaduk magnetik (Nuova), seperangkat alat kromatografi kertas dan elektroforesis kertas, pipet mikro (Thermo Scientific) dan peralatan gelas. 2.2 Tata Kerja 2.2.1. Preparasi radioisotop 169 ErCl 3 dari bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan 168 Er sebesar 97,75% Sebanyak 10 mg serbuk Er 2 O 3 diperkaya hasil iradiasi selama 3-5 hari di RSG - G.A. Siwabessy dimasukkan ke dalam gelas kimia berukuran 50 ml, kemudian dilarutkan dengan 5 ml larutan HCl 1 N. Larutan dikisatkan perlahan-lahan 2.2.2. Penentuan kejernihan Kejernihan larutan 169 ErCl 3 ditentukan dengan meletakkan larutan 169 ErCl 3 di depan lampu yang terang dengan latar belakang putih dan hitam. Pengamatan dilakukan secara visual untuk melihat keberadaan partikel di dalam larutan 169 ErCl 3. 2.2.3. Penentuan ph Nilai ph larutan 169 ErCl 3 ditentukan menggunakan kertas indikator ph. Larutan 169 ErCl 3 diteteskan pada kertas indikator ph, kemudian ph ditentukan dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi pada kertas ph dengan warna yang tertera pada kertas indikator ph. 2.2.4. Penentuan kemurnian radiokimia dan muatan listrik Kemurnian radiokimia larutan 169 ErCl 3 ditentukan dengan metode kromatografi kertas dan elektroforesis kertas. Penentuan kemurnian radiokimia larutan 169 ErCl 3 dengan metode kromatografi kertas dilakukan menggunakan sistem kromatografi yang cocok berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya, yaitu dengan menggunakan kertas kromatografi Whatman 3 MM (2 x 10 cm 2 ) sebagai fase diam dan larutan asam asetat 50% sebagai fase gerak (12). Kemurnian radiokimia dan muatan listrik 169 ErCl 3 ditentukan menggunakan metode 98

Pembuatan dan Karakterisasi Sediaan Radioisotop 169 ErCl 3 Hasil Iradiasi Bahan Sasaran 168 Erbium Diperkaya 97,75 % (Azmairit Aziz) ISSN 1411 3481 elektroforesis kertas dengan kertas kromatografi Whatman 3 MM (2 x 38 cm 2 ) dan larutan dapar fosfat 0,02 M ph 7,5 sebagai larutan elektrolitnya, pemisahan dilakukan selama 1 jam pada tegangan 350 V. Kertas kromatografi dan kertas elektroforesis dikeringkan, dipotong-potong sepanjang 1 cm dan dicacah dengan alat pencacah β dengan detektor Geiger Muller. Kemurnian radiokimia merupakan persentase distribusi radioaktivitas senyawa 169 ErCl 3 terhadap radioaktivitas total (radioaktivitas senyawa 169 ErCl 3 dan senyawa lain dari radioisotop 169 Er, yaitu 169 Er(OH) 3 ) yang ada di dalam larutan 169 ErCl 3. Muatan listrik senyawa 169 ErCl 3 dan senyawa lain sebagai pengotor radiokimia yang mungkin ada di dalam larutan radioisotop yang diperoleh diketahui berdasarkan pergerakan senyawa tersebut ke arah anoda jika senyawa bermuatan negatif. Sebaliknya jika senyawa bermuatan positif maka akan bergerak ke arah katoda. Apabila senyawa tidak bermuatan, maka akan tetap berada pada titik nol. 2.2.5. Penentuan kemurnian radionuklida Sebanyak 2 μl larutan 169 ErCl 3 diteteskan pada kertas saring, lalu dikeringkan dan dimasukkan ke dalam bungkus plastik, kemudian dicacah dengan alat spektrometer γ saluran ganda selama 10 menit. 2.2.6. Penentuan aktivitas Konsentrasi radioaktif dan aktivitas jenis larutan 169 ErCl 3 ditentukan menggunakan pencacah Geiger Muller. Sebanyak 5 μl larutan 169 ErCl 3 yang sudah diencerkan sampai memungkinkan untuk dicacah diteteskan di atas planset aluminium, kemudian dibiarkan sampai kering dan dicacah dengan alat pencacah Geiger Muller. Konsentrasi radioaktif (mci/ml) merupakan aktivitas radioisotop 169 Er per volume larutan 169 ErCl 3, sedangkan aktivitas jenis (mci/mg) merupakan aktivitas radioisotop 169 Er per berat isotop 168 Er dalam bahan sasaran Er 2 O 3 diperkaya. 2.2.7. Penentuan kestabilan Kestabilan larutan 169 ErCl 3 diamati dengan melihat kemurnian radiokimia larutan setiap hari selama satu bulan penyimpanan pada temperatur kamar. Selama waktu tersebut (~ 3 kali T 1/2 ) radioaktivitas 169 ErCl 3 masih memadai untuk dicacah. Kemurnian radiokimia ditentukan dengan metode kromatografi kertas dan elektroforesis kertas seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada sub bab 2.2.4. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sediaan radioisotop yang akan digunakan dalam pembuatan suatu radiofarmaka harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu memiliki kemurnian radionuklida dan kemurnian radiokimia yang tinggi, konsentrasi radioaktif dan aktivitas jenis yang memadai, serta berupa larutan jernih (10,13). Larutan radioisotop 169 Er dalam bentuk senyawa 169 ErCl 3 telah diperoleh dari 5 kali hasil iradiasi sebanyak 10 mg bahan sasaran erbium oksida (Er 2 O 3 ) diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 99

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 13, No.2,Agustus 2012; 95-108 ISSN 1411 3481 97,75% dan dilarutkan dalam larutan HCl 1 N. Dari pemeriksaan kejernihan larutan 169 ErCl 3 secara visual diperoleh 169 ErCl 3 berupa larutan yang jernih (tidak mengandung partikel). Di samping itu, pemeriksaan terhadap ph larutan 169 ErCl 3 yang ditentukan dengan kertas indikator ph diperoleh ph larutan berkisar antara 1,5 2. Dalam pembuatan larutan radioisotop 169 ErCl 3, radionuklida 169 Er yang dihasilkan diharapkan hanya berada dalam bentuk senyawa 169 ErCl 3. Pengotor radiokimia yang mungkin ada di dalam larutan tersebut adalah senyawa 169 Er(OH) 3 jika pada larutan radioisotop yang dihasilkan terbentuk suatu koloid (14). Gambar 1 memperlihatkan hasil analisis kromatografi kertas senyawa 169 ErCl 3 menggunakan kertas kromatografi Whatman 3 MM (2x10 cm 2 ) sebagai fase diam dan asam asetat 50% sebagai fase gerak. Pada sistem kromatografi kertas terlihat senyawa 169 ErCl 3 bergerak ke arah aliran fase gerak dengan Rf = 0,9, sedangkan pengotor radiokimia dalam bentuk senyawa 169 Er(OH) 3 tetap berada pada titik nol (Rf = 0). Pada kromatogram tidak terlihat keberadaan pengotor 169 Er(OH) 3 dalam larutan 169 ErCl 3 yang dibuktikan dengan tidak terdapatnya distribusi radioaktivitas pada Rf = 0. Hasil yang diperoleh mirip dengan yang dikemukakan peneliti sebelumnya pada pembuatan radiolantanida 175 YbCl 3 karena sifatnya yang mirip sebagai radiolantanida. Senyawa 175 YbCl 3 bergerak ke arah aliran fase gerak dengan Rf = 0,8-0,9 dan tidak terdapat distribusi radioaktivitas pada Rf = 0 (15). Cacahan (cps) 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 169 ErCl -2-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jarak migrasi (cm) Gambar 1. Hasil kromatografi kertas 169 ErCl 3 dari bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 97,75%. 100

Pembuatan dan Karakterisasi Sediaan Radioisotop 169 ErCl 3 Hasil Iradiasi Bahan Sasaran 168 Erbium Diperkaya 97,75 % (Azmairit Aziz) ISSN 1411 3481 25000 20000 169 ErCl 3 Cacahan (cps) 15000 10000 5000 0-12 -10-8 -6-4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Jarak migrasi (cm) Gambar 2. Hasil elektroforesis kertas 169 ErCl 3 dari bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 97,75%. Hasil analisis elektroforesis kertas menggunakan kertas kromatografi Whatman 3 MM (2x38 cm 2 ) sebagai pelat pendukung dan larutan dapar fosfat 0,02 M ph 7,5 sebagai larutan elektrolitnya diperlihatkan pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat bahwa senyawa 169 ErCl 3 tetap berada pada titik nol dengan Rf = 0. Senyawa 169 ErCl 3 merupakan kompleks yang stabil dan terbentuk melalui ikatan antara logam erbium sebagai atom pusat dan klor sebagai ligan. Ikatan antara erbium dan klor adalah transisi antara ikatan kovalen dan ionik akibat perbedaan keelektronegatifan antara unsur Er dan Cl sebesar 1,92, dimana keelektronegatifan Er = 1,24 dan Cl = 3,16. Perbedaan keelektronegatifan sebesar 1,6-2,0 merupakan transisi antara pembentukan ikatan kovalen dan ionik (16). Hasil elektroforesis juga menunjukkan bahwa senyawa 169 ErCl 3 tidak bermuatan. Hasil yang diperoleh mirip dengan yang dikemukakan oleh peneliti sebelumnya dalam pembuatan radioisotop golongan lantanida (radiolantanida) lainnya, yaitu 175 YbCl 3, 170 TmCl 3, 177 LuCl 3 dan 153 SmCl 3 (17-20). Pada elektroforetogram tidak terlihat keberadaan pengotor radiokimia berupa spesi senyawa kompleks erbium seperti [ 169 ErCl 4 ] -, [ 169 ErCl 5 ] 2-, [ 169 ErCl 6 ] 3-, dan [ 169 ErCl 8 ] 5- yang dibuktikan dengan tidak terdapatnya distribusi radioaktivitas pada anoda. Spesi senyawa kompleks erbium tersebut dapat terbentuk apabila senyawa erbium oksida dilarutkan menggunakan larutan HCl dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Berdasarkan penentuan kemurnian radiokimia menggunakan metode kromatografi kertas dan elektroforesis kertas, diperoleh kemurnian radiokimia larutan 169 ErCl 3 sebesar 99,51 ± 0,41%. Kemurnian radiokimia larutan 169 ErCl 3 yang diperoleh memenuhi syarat untuk digunakan di bidang kedokteran nuklir, yaitu lebih dari 95% (21). Nilai kemurnian radiokimia larutan radioisotop 169 ErCl 3 yang diperoleh sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kemurnian radiokimia larutan radioisotop 169 ErCl 3 hasil iradiasi bahan sasaran erbium oksida alam yang memiliki kemurnian radiokimia sebesar 98,32 ± 1,28% (12). Di 101

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 13, No.2,Agustus 2012; 95-108 ISSN 1411 3481 samping itu reprodusibilitas yang diperoleh juga lebih tinggi dengan diperolehnya nilai standar deviasi yang lebih rendah. Untuk mengetahui pengotor radionuklida yang diperoleh dari hasil iradiasi bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 97,75%, dilakukan pencacahan larutan 169 ErCl 3 menggunakan alat spektrometer γ saluran ganda selama 10 menit. Spektrum sinar γ dari berbagai pengotor radionuklida dalam larutan 169 ErCl 3 dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3 tidak terlihat keberadaan 169 Er karena radionuklida 169 Er merupakan pemancar β serta pemancar γ dengan energi rendah, yaitu sebesar 8 kev dan tidak dapat terlihat pada spektrum. Hasil analisis spektrum sinar γ menunjukkan adanya pengotor radionuklida utama dalam larutan 169 ErCl 3 yaitu 170 Tm dan 169 Yb. Radionuklida 170 Tm dan 169 Yb terbentuk melalui reaksi inti (n,γ) isotop 169 Tm (σ = 105 barn) dan 168 Yb (σ = 2300 barn) yang terdapat dalam bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 97,75%. Radionuklida 170 Tm dan 169 Yb memiliki waktu paro masing-masing selama 129 dan 30,6 hari. Dengan menghitung aktivitas pengotor radionuklida 170 Tm dan 169 Yb, maka kemurnian radionuklida larutan 169 ErCl 3 sesuai Gambar 3 dapat diketahui seperti pada Tabel 1. Gambar 3. Spektrum sinar γ beberapa pengotor radionuklida dalam larutan 169 ErCl 3 dari bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 97,75%. 102

Pembuatan dan Karakterisasi Sediaan Radioisotop 169 ErCl 3 Hasil Iradiasi Bahan Sasaran 168 Erbium Diperkaya 97,75 % (Azmairit Aziz) ISSN 1411 3481 Tabel 1. Kemurnian radionuklida larutan 169 ErCl 3 Radionuklida pengotor Energi (kev) Cacahan Efisiensi detektor Aktivitas radionuklida pengotor (mci) Aktivitas 169 Er (mci) Kemurnian radionuklida (%) Tm-170 84,72 7,12E+002 7,44E-002 0,0073 Yb-169 109,93 2,39E+002 7,84E-002 0,0006 11,05 99,92 Keberadaan pengotor radionuklida 170 Tm dan 169 Yb dalam larutan 169 ErCl 3 dari 5 kali iradiasi bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 97,75% diperoleh masing-masing sebesar 0,08%. Jumlah kedua pengotor radionuklida tersebut < 1%, sehingga larutan 169 ErCl 3 yang diperoleh mempunyai kemurnian radionuklida yang tinggi, yaitu sebesar 99,84 ± 0,1%. Kemurnian radionuklida larutan 169 ErCl 3 yang diperoleh memenuhi syarat untuk digunakan di bidang kedokteran nuklir, yaitu lebih dari 99% (21). Pada penelitian lain juga dikemukakan oleh Ingrand bahwa sediaan radioisotop 169 Er memiliki kemurnian radionuklida di atas 99% dengan pengotor radionuklida berupa 171 Er (T 1/2 = 7,5 jam) dan 171 Tm (T 1/2 = 1,9 tahun) masing-masing sekitar 0,01% (22). Perbedaan pengotor radionuklida yang diperoleh kemungkinan disebabkan oleh perbedaan spesifikasi bahan sasaran yang digunakan. Nilai kemurnian radionuklida larutan radioisotop 169 ErCl 3 yang diperoleh tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan nilai kemurnian radionuklida larutan radioisotop 169 ErCl 3 hasil iradiasi bahan sasaran erbium oksida alam yang memiliki kemurnian radionuklida sebesar 99,98%. Pengotor radionuklida utama yang terdapat di dalam larutan radioisotop 169 ErCl 3 hasil iradiasi bahan sasaran erbium oksida alam adalah 171 Er dan 166 Ho (12). Radionuklida 171 Er dan 166 Ho memiliki waktu paro masing-masing sebesar 7,52 jam dan 1,11 hari. Waktu paro kedua pengotor radionuklida tersebut sangat singkat dibanding radionuklida 169 Er (t ½ = 9,4 hari), sehingga dengan dilakukan pendinginan (cooling) selama 3 hari setelah iradiasi, maka radioaktivitas dari kedua radionuklida tersebut sudah sangat kecil. Aktivitas yang dibutuhkan sediaan radiofarmaka untuk radiosinovektomi yang diinjeksikan pada sendi jari tangan atau jari kaki berkisar antara 0,3 1 mci dengan volume sediaan sebanyak 0,5 1 ml (23). Pada penelitian terdahulu telah diperoleh kondisi optimum pembuatan radioisotop 169 ErCl 3 dari bahan sasaran erbium oksida alam beserta karakteristiknya (12). Radioisotop 169 ErCl 3 yang diperoleh memiliki aktivitas jenis yang sangat rendah yaitu sebesar 0,01 0,02 mci/mg Er, sehingga tidak memadai jika digunakan dalam pembuatan radiofarmaka untuk radiosinovektomi pada sendi ukuran kecil. Aktivitas larutan 169 ErCl 3 hasil 5 kali iradiasi 10 mg serbuk erbium oksida diperkaya dengan 168 Er 97,75% diperlihatkan pada Tabel 2. 103

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 13, No.2,Agustus 2012; 95-108 ISSN 1411 3481 Tabel 2. Aktivitas jenis 169 Er pada saat end of irradiation (EOI) dari hasil iradiasi 10 mg bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan 168 Er sebesar 97,75% di RSG-G.A. Siwabessy pada fluks neutron 1,8 x 10 14 n.cm -2.det -1 No. Waktu iradiasi Aktivitas Aktivitas jenis (hari) (mci) (mci/mg Er) 1. 5 25,34 2,90 2. 5 29,59 3,38 3. 4 26,46 3,03 4. 3 11,05 1,26 5. 3 14,87 1,70 100 Kemurnian radiokimia (%) 98 96 94 92 90 0 5 10 15 20 25 30 35 Hari ke- Gambar 4. Kestabilan larutan 169 ErCl 3 dari bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 97,75%. Pada Tabel 2 terlihat bahwa hasil iradiasi sebanyak 10 mg bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 97,75% memberikan aktivitas jenis dan konsentrasi radioaktif pada saat end of iradiaation masing-masing sebesar 1,26 3,38 mci/mg Er dan 11,05 29,59 mci/ml. Aktivitas jenis yang diperoleh cukup memadai dalam pembuatan radiofarmaka untuk radiosinovektomi pada sendi ukuran kecil. Berdasarkan literatur diketahui ErCl 3 memiliki toksisitas rendah, dimana nilai LD 50 pada hewan percobaan mencit (injeksi secara intraperitoneal) sebesar 535 mg/kg (24). Dalam penyediaan radiofarmaka untuk radiosinovektomi dengan aktivitas sebesar 1 mci dibutuhkan 169 ErCl 3 sebanyak 0,5 1,5 mg, sehingga radiofarmaka yang dihasilkan tidak bersifat toksik. Sediaan radioisotop yang akan digunakan dalam pembuatan suatu radiofarmaka harus memiliki kestabilan yang cukup tinggi, baik secara fisika maupun kimia. Hasil pengamatan kestabilan larutan 169 ErCl 3 selama penyimpanan diperlihatkan pada Gambar 4. Stabilitas larutan 169 ErCl 3 diamati dengan melihat kemurnian radiokimianya setiap hari selama 104

Pembuatan dan Karakterisasi Sediaan Radioisotop 169 ErCl 3 Hasil Iradiasi Bahan Sasaran 168 Erbium Diperkaya 97,75 % (Azmairit Aziz) ISSN 1411 3481 satu bulan pada temperatur kamar. Pada Gambar 4 terlihat bahwa larutan 169 ErCl 3 cukup stabil selama satu bulan penyimpanan. Larutan 169 ErCl 3 memiliki kemurnian radiokimia masih tinggi, yaitu sebesar 99,65 ± 0,09%. Berdasarkan pengamatan secara visual, larutan 169 ErCl 3 masih terlihat jernih (tidak mengandung partikel). Di samping itu, larutan 169 ErCl 3 juga memiliki ph yang stabil selama penyimpanan, yaitu masih memiliki ph 1,5-2. Nilai ph yang diperoleh mirip dengan ph sediaan radioisotop golongan lantanida lainnya yang telah diaplikasikan selama ini untuk terapi di bidang kedokteran nuklir, seperti 166 HoCl 3 dan 177 LuCl 3 yang memiliki ph 1 2 (25, 26). 4. KESIMPULAN Pembuatan radioisotop 169 ErCl 3 dengan cara iradiasi bahan sasaran erbium oksida diperkaya menghasilkan 169 ErCl 3 dengan karakteristik fisiko-kimia berupa larutan jernih, memiliki ph 1,5 2, tidak bermuatan, kemurnian radiokimia sebesar 99,51 ± 0,41% dan kemurnian radionuklida sebesar 99,84 ± 0,1%. Larutan tersebut memiliki aktivitas jenis dan konsentrasi radioaktif masing-masing sebesar 1,26 3,38 mci/mg Er dan 11,05 29,59 mci/ml pada saat end of irradiation. Uji stabilitas menunjukkan bahwa larutan tersebut masih stabil sampai satu bulan dengan kemurnian radiokimia sebesar 99,65 ± 0,09 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh, larutan 169 ErCl 3 dari bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan isotop 168 Er sebesar 97,75% memiliki karakteristik fisikokimia yang memenuhi syarat untuk radiosinovektomi. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Hotman Lubis dan Sdr. Abidin dari PRR-BATAN yang telah membantu dalam persiapan iradiasi bahan sasaran di RSG-G.A. Siwabessy Serpong. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Nana Suherman, Sdri. Titin S.M., Sdri. Neneng N., dan Sdri. Syukria yang telah membantu penulis di dalam penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Das BK. Role of radiosynovectomy in the treatment of rheumatoid arthritis and hemophilic athropathies. Biomed Imaging Interv J 2007;3(4):e45. 2. Schneider P, Farahati J, Reiners C. Radiosynovectomy in rheumatology, orthopedics, and hemophilia. J Nucl Med 2005;46(1):48S-54S. 3. Kampen WU, Brenner W, Czech N, Henze E. Intraarticular application of unsealed beta-emitting radionuclides in the treatment course of inflammatory joint diseases. [Online]. [diakses 23-11- 2004]; Available:http://www.bentham.org/samp le-issues/cmcaiaa1-1/kampen/kampenms.htm. 4. Pandey U, Bapat K, Sarma HD, Dhami PS, Naik PW, Samuel G, et al. Bioeveluation of 90 Y-labeled particles in animal model of arthritis. Ann Nucl Med 2009;23:333-9. 5. Melichar F, Kropacek M, Srank J, Beran M, Mirzajevova M, Zimova J, et 105

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 13, No.2,Agustus 2012; 95-108 ISSN 1411 3481 al. Labelled compounds as radiopharmaceuticals for radiosynoviorthesis. J Radioanal Nucl Chem 2009;280(2):353-8. 6. Srivastava SC. Treatment of bone and joint pain with electron emitting radiopharmaceuticals. Indian J Nucl Med 2004;19(3):89-97. 7. Cuoto RM, Souza AA, Herrerias R, Muramoto E, Araujo EB, Megatti J, et al. Hydroxyapatite labeled with Y-90 or Lu-177 for radiosynovectomy. 2007 International Nuclear Atlantic Conference; 2007 September 30 - October 5; Santos SP, Brazil. 8. Chattopadhyay S, Vimalnath KV, Saha S, Korde A, Sarma HD, Pal S, et al. Preparation and evaluation of a new radiopharmaceutical for radiosynovectomy, 111 Ag-labelled hydroxyapatite (HA) particles. J Appl Radiat Isot 2008;66:334-9. 9. Arguelles MG, Berlangga ISL, Torres EA. Preparation of 153 Sm-particles for radiosynovectomy. J Radioanal Nucl Chem 1999;2:509-11. 10. Unni PR, Kothari K, Pillai MRA. Radiochemical processing of radionuclides ( 105 Rh, 166 Ho, 153 Sm, 186 Re and 188 Re) for targeted radiotherapy. In: therapeutic applications of radiopharmaceuticals. IAEA-TECDOC-1228. Vienna: International Atomic Energy Agency; 2001. p. 90 8. 11. Chakraborty S, Das T, Banerjee S, Subramanian S, Sarma HD, Venkatesh M. 175 Yb-labeled hydroxyapatite: a potential agent for use in radiation synovectomy of small joints. J Nucl Med Biol 2006;33:585-91. 12. Aziz A, Suherman N. Pembuatan radioisotop erbium-169 ( 169 Er) menggunakan sasaran erbium alam. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir; 3 Juni 2009; Bandung. Bandung: PTNBR-BATAN; 2009. p. 318-25. 13. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia. ed 4. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1995. 14. International Atomic Energy Agency.. Optimization of production and quality control of therapeutic radionuclides and radiopharmaceuticals. Production Protocols. IAEA-TECDOC-1114. Vienna: International Atomic Energy Agency; 1999. p. 79 82. 15. Chakraborty S, Unni PR, Venkatesh M, Pillai MRA. Feasibility study for production of 175 Yb: a promising therapeutic radionuclide. J Appl Radiat Isot 2002;57:295-301. 16. Electronegativity table of the elements. [Online]. [diakses 1 Februari 2012]; Available from: http://www.tutorhomework.com/chemistry_help/electro negativity_ table/electronegativity.html. 17. Mathew B, Chakraborty S, Das T, Sharma HD, Banerjee S, et al. 175 Yb labeled polyaminophosphonates as potential agents for bone pain palliation. J Appl Radiat Isot 2004;60:635-42. 18. Das T, Chakraborty S, Sarma HD, Tandon P, Banerjee S, et al. 170 Tm- 106

Pembuatan dan Karakterisasi Sediaan Radioisotop 169 ErCl 3 Hasil Iradiasi Bahan Sasaran 168 Erbium Diperkaya 97,75 % (Azmairit Aziz) ISSN 1411 3481 EDTMP: a potential cost-effective alternative to 89 SrCl 2 for bone pain palliation. J Nucl Med Biol 2009;36:561-8. 19. Das T, Chakraborty S, Unni PR, Banerjee S, Samuel G, et al. 177 Lulabeled cyclic polyaminophosphonates as potential agents for bone pain palliation. J Appl Radiat Isot 2002;57(2):177-84. 20. Banerjee S, Chakraborty S, Das T, Kothari K, Samuel G, et al. 177 Lu- DOTMP, 153 -DOTMP, 175 Yb-EDTMP and 186/188 Re-CTMP: Novel agents for bone pain palliation and their comparison with 153 Sm-EDTMP. Founder s Day Special Issue 2005:22-35. 21. International Atomic Energy Agency. Manual for reactor produced radioisotopes, IAEA-TECDOC-1340. Vienna: International Atomic Energy Agency; 2003. p. 189 91. 22. Ingrand J. Characteristics of radioisotopes for intra-articular therapy. J Ann Rheum Dis 1973;32:supp p.1-9. 23. EANM Procedure Guidelines for radiosynovectomy; 2002. 24. Susan B, Maryadele JO, Ann S, Patricia EH, Joanne FK, editors. The merck index an encyclopedia of chemicals, drugs and biologicals. 12 th ed. New York: Merck Research Laboratories, Division of Merck & C., Inc; 1996. 25. MURR Isotope information sheet. [Online]. [Diakses 4 Juli 2012]; Available from: http://www.missouri.edu/images/ho- 166. 26. Lu-177 Trichloride GMP produced. [Online]. [Diakses 4 Juli 2012]; Available from: http://www.idb- holland.com/products/6/14_lu- 177_trichloride_gmp-produced.html. 107

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 13, No.2,Agustus 2012; 95-108 ISSN 1411 3481 108