BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. berbagai stresor dan ancaman ketika perusahaan tersebut dinyatakan pailit. Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB V HASIL PENELITIAN

`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB II FENOMENA KELUARGA DAHULU DAN SEKARANG. bekerja, peran istri yang bekerja terhadap keharmonisan keluarga, dan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan menuju usia lanjut, sebuah perjalanan hidup yang memang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat

BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

melihat pekerja sosial sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai pekerja sosial yang bekerja untuk pemerintah, sehingga mendapat status sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pegawai swasta berdasarkan undang undang republik indonesia nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mutu tingkat pendidikan antardaerah yang dilakukan oleh pusat penilaian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ketidakpastian. Ketidakpastian ini dapat berbentuk banyak hal, misalnya

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masalah nasional dari kalangan pengusaha dan para ahli yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. kawasan Asia terutama yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. disabilitas fisik. Individu yang memiliki disabilitas fisik sudah sewajarnya memiliki

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

LATAR BELAKANG KRISIS EKONOMI PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN KASUS PEMBUNUHAN KEKERASAN PADA ANAK KASUS PENJUALAN BAYI KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. selesaikan oleh individu untuk kemudian di lanjutkan ketahapan berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Membicarakan sumber daya manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses manajemen lainnya seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen dan pengembangan organisasi. Keterkaitan antara aspekaspek manajemen itu sangat erat sekali sehingga sulit bagi kita untuk menghindar dari pembicaraan secara terpisah satu dengan lainnya. Mendengar kata resiliensi memang masih asing bagi masyarakat kebanyakan. Namun mendengar definisinya, masyarakat sudah sangat memahami hal tersebut. Masalah trauma, stres, dan frustasi sendiri sering terjadi pada masyarakat luas, khususnya pada orang-orang yang tidak dapat mengendalikan emosinya, sehingga banyak diantara mereka yang tidak dapat mengatasi trauma, stres, maupun frustasinya. Resiliensi sendiri adalah proses dimana seseorang dapat bangkit kembali dari keterpurukan keadaan serta bagaimana seseorang tersebut dapat menjalani hidup lebih baik dari sebelumnya dengan tidak berlarut-larut dalam masalah yang sedang dihadapi. Seseorang yang memiliki tingkat resiliensi yang rendah akan cenderung lebih lama untuk mampu menghadapi cobaan yang datang dan sebaliknya jika tingkat 1

2 resiliensi seseorang itu tinggi maka akan dengan mudah menghadapi cobaan seberat apapun. Karyawan adalah manusia yang memiliki sifat kemanusiaan, perasaan dan kebutuhan yang beraneka ragam. Kebutuhan ini bersifat fisik maupun non fisik yang harus dipenuhi agar hidup secara layak dan manusiawi. Karyawan harus mendapatkan perlakuan sedemikian rupa sehingga kerja sama antara pimpinan dan karyawan sebagai bawahan dapat terjalin dengan baik. Jika hubungan antara pimpinan dan karyawan terjalin dengan baik maka tujuan perusahaan akan dapat tercapai dengan mudah. Pada perkembangan organisasi dan perubahan struktur yang terdapat dalam organisasi menyebabkan kebutuhan akan pekerjaan baru semakin meningkat. Sebelum organisasi melakukan seleksi terhadap karyawan yang akan menduduki jabatan yang baru, maka manajer sumber daya manusia perlu mengetahui dan mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana pekerjaan dilakukan serta jenis personal yang bagaimana yang layak menduduki pekerjaan tersebut. Dalam hal ini, organisasi perlu menetapkan standar-standar pekerjaan dan kriteria keterampilan, pendidikan, dan pengalaman yang diperlukan. Ketika kebutuhan akan pekerjaan baru semakin meningkat, maka akan banyak orangorang kompeten yang akan masuk untuk mengisi jabatan tersebut. Hal tersebut, secara langsung akan memunculkan ketakutan tersendiri bagi karyawan yang kurang kompeten untuk mengalami pemutusan hubungan kerja.

3 Pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah suatu hal yang sangat ditakuti oleh setiap karyawan yang sedang bekerja di kantor, perusahaan, dan lain-lain sebagainya. Bagi karyawan, PHK adalah akhir dari kehidupan karena dengan diberhentikannya karyawan tersebut maka dia akan mencari lagi sebuah pekerjaan baru dan beradaptasi lagi dengan lingkungan kerja baru, sehingga karyawan yang di PHK akan mengalami proses dari awal lagi. Tidak jarang seseorang yang mengalami pemutusan hubungan kerja akan dapat menerima kondisi tersebut. Orang yang memiliki ketahanan emosional yang lemah maka akan cenderung terbelenggu dengan keadaan, bahkan akan mengalami frustasi yang berkepanjangan. Pemutusan hubungan kerja merupakan salah satu cara dari sekian banyak alasan agar laju perekonomian perusahaan dapat selalu stabil. Karena dengan mengurangi karyawan maka permasalahan ekonomi perusahaan dapat sedikit ditanggulangi agar perusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Di Indonesia sendiri, masalah pemutusan hubungan kerja sudah menjadi masalah yang biasa. Karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja tidak serta merta dikeluarkan begitu saja, akan tetapi juga diberikan pesangon agar karyawan yang di PHK masih dapat menjalani hidup. Namun pada kenyataannya, uang pesangon yang diberikan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup selama mantan karyawan tersebut diberhentikan dari pekerjaannya. Oleh karena resiliensi pada karyawan yang mengalami PHK sangat menarik untuk dikaji maka penulis ingin meneliti bagaimana proses seseorang bangkit

4 kembali untuk memperbarui dan memperbaiki kehidupannya. Post Power Syndrome merupakan salah satu penyakit kejiwaan. Syndrome adalah kumpulan gejala-gejala negatif, sedangkan power adalah kekuasaan, dan post adalah pasca. Dengan demikian terjemahan dari post power syndrome adalah gejala-gejala setelah berakhirnya kekuasaan. Pengertian Post Power Syndrome menurut Kartini Kartono (1989) adalah reaksi somatisasi dalam bentuk sekumpulan simptom penyakit luka-luka dan kerusakan fungsi-fungsi jasmani dan mental yang progresif karena orang-orang yang bersangkutan tidak bekerja, pensiun, tidak menjabat atau tidak berkuasa lagi. Post Power Syndrome dapat terjadi bila seseorang tidak memiliki system ketahanan yang kuat. Seperti halnya yang dimuat dimedia elektronik (detik.com diakses pada tanggal 20 September 2013), bahwasannya krisis finansial yang sempat melayang karena bunuh diri. Hal ini berhubungan dengan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan banyak perusahaan di negara-negara yang mengalami krisis. Para peneliti kesehatan menganalisis data angka bunuh diri orang-orang yang berusia diatas 15 tahun di 54 negara di dunia, mereka kemudian membandingkan data yang didapatkan, yaitu sebelum dan sesudah masa krisis melanda. Pada 2009, ada lebih dari 4.884 kasus bunuh diri dibandingkan angka data normal di tahun-tahun lainnya. Angka bunuh diri pada 2009 meningkat4,2 persen di 27 negara di benua Eropa.

5 Demikian pula di 18 negara kawasan Karibian dan Amerika Latin, yaitu meningkat sebesar 6,4 persen. Sementara itu dari segi gender (detik.com diakses pada tanggal 20 September 2013), tindakan bunuh diri yang dilakukan kaum pria meningkat sebesar 3,3 persen di tahun 2009 jika dibandingkan dengan tren di tahun-tahun sebelumnya. Dikalangan pria usia 15-24 tahun di Eropa sendiri, terjadi peningkatan sebesar 11,7 persen. Sedangkan di kawasan benua Amerika, peningkatan terbesar terjadi di kelompok usia 45-64 tahun, yaitu sebesar 5,2 persen. Setelah krisis ekonomi yang terjadi pada 2008, angka kasus bunuh diri meningkat, terutama di negara-negara benua Eropa dan Amerika. Kaum pria lebih banyak melakukan aksi bunuh diri, terutama di negaranegara yang paling banyak terjadi pemecatan atau PHK. Kejadian itu dapat terjadi akibat orang-orang tersebut tidak memiliki system ketahanan tubuh yang cukup kuat. Sehingga membuat seseorang tersebut mengalami post power syndrome dan akhirnya lebih memilih bunuh diri. Berbeda dengan yang peneliti temukan, terdapat dua orang yang mampu bangkit dari keterpurukan akibat PHK. Subjek pertama disebut AM, diberhentikan oleh PT. Aneka Tama pada tahun 2000. Sebelumnya AM menjabat sebagai Koordinator produksi. Namun karena permasalahan yang dialami oleh pabrik, maka AM keluar dari pabrik dan memutuskan untuk bekerja mandiri, yaitu dengan berjualan bakso keliling. AM ini tinggal bersama 1 orang istri, 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki. AM berusia 39 tahun, sedangkan istrinya

6 berusia 42 tahun menjadi Ibu Rumah Tangga dan terkadang dimintai tolong tetangga untuk memasak, seperti catering. Anak pertama AM berusia 17 tahun, sedang duduk dibangku SMK daerah Surabaya. Sedangkan anak kedua berusia 12 tahun, sedang duduk dibangku SMP. Anak yang terakhir berjenis kelamin laki-laki berusia 8 tahun sedang duduk dibangku SD kelas 2. AM mampu bangkit dari keterpurukan karena berfikir positif dan menanggapi semua masalah dengan tenang juga memasrahkan semua kepada Allah SWT. Subjek kedua adalah PHK dari PT. Java Pasifik, Sidoarjo. Subyek memiliki istri dan tiga orang anak. Anak yang pertama subjek berusia 13 tahun berjenis kelamin laki-laki. Anak yang kedua berusia 8 tahun berjenis kelamin laki-laki juga, sedangkan anak yang ketiga berjenis kelamin perempuan, masih berusia 6 tahun. di depan rumah AH terdapat toko sembako yang cukup besar. Selain berjualan sembako AH juga berjualan galon dan merupakan agen LPG. Toko AH tidak pernah sepi dari pembeli. Dalam melayani pembeli AH selalu mengutamakan pelayanan yang baik, sehingga AH selalu ramah dengan para pembeli. Pada penelitian kali ini, resiliensi digunakan untuk mengetahui bagaimana ketahanan emosional seorang karyawan dalam menghadapi masalah di kantor maupun perusahaan. Khususnya pada karyawan yang sudah mengalami pemutusan hubungan kerja. Setiap individu memiliki perbedaan sikap dalam menghadapi masalah Pemutusan hubungan kerja. Kebanyakan individu gagal karena tidak berhasil keluar dari keterpurukan PHK. Individu yang seperti itu berfikiran bahwa dengan

7 diberhentikannya dari pabrik, secara langsung pemasukkan keluarga tidak ada lagi. Sehingga terkadang juga mengakibatkan ketidakharmonisan dalam hubungan keluarga. Namun bagi seseorang yang mampu mengatasi masalah PHK maka akan mudah bangkit dan mencari perkerjaan ataupun usaha yang lebih baik lagi untuk tetap bisa melanjutkan hidup. Kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah mengalami situasi yang berat bukanlah sebuah kebetulan namun karena individu tersebut mampunyai kemampuan tertentu dalam menghadapi setiap musibah. 2. Fokus Penelitian Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang sudah dijelaskan diatas, focus penelitian kali ini adalah bagaimana bentuk resiliensi pada karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). 3. Tujuan Tujuan penelitian dilakukan adalah agar mengetahui bagaimana bentuk resiliensi pada seseorang yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). 4. Manfaat Dari penelitian ini, diharapkan dapat member manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat secara teoritis

8 a. Menambah khasanah informasi dan hasil penelitian dalam bidang psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi. b. Menambah khasanah informasi dan hasil penelitian dalam bidang kewirausahaan. c. Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peneliti lain yang berkenaan dengan kewirausahaan. 2. Manfaat Secara Praktis a. Sebagai referensi dan informasi bagi masyarakat untuk mengetahui faktor yang mendorong minat berwirausaha serta pentingnya wirausaha itu sendiri. b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai inspirasi bagi masyarakat yang pernah atau sedang mengalami PHK c. Sebagai masukan bagi peneliti berikutnya dalam mengembangkan penelitian tentang pengetahuan dibidang kewirausahaan. 5. Keaslian Penelitian Terdapat penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini untuk dikaji, yaitu : Penelitian Jabbal Apriawal (2012) jurnal penelitian yang berjudul resiliensi pada karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Hasil dari penelitian tersebut adalah kondisi ekonomi merupakan tuntutan terbesar untuk bergerak cepat karena sadar sebagi tulang punggung keluarga, tidak membutuhkan

9 waktu lama kedua subjek akhirnya mampu bangkit untuk mencari pekerjaan baru dan mencoba hal-hal baru. Faktor utama yang mempungaruhi subjek cepat bangkit adalah dukungan sosial dari keluarga maupun kerabat subjek. Kedewasaan sosial yang baik menjadikan subjek mampu menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar. Tukino (2009) dengan judul korelasi antara resiliensi yang dimiliki lanjut usia Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian, sebanyak 24 orang (63,16%) memiliki resiliensi yang tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mereka dapat menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan sekitar di lingkungannya. Wahyu Budi Nugroho (2012) dengan judul penguatan resiliensi sebagai preduksi angka bunuh diri di kalangan pemuda Indonesia. Hasil penelitiannya adalah upaya dan strategi guna memperkuat dimensi resiliensi pada pemuda dapat diwujudkan melalui sarana refleksi diri, institusi keluarga, masyarakat, maupun penetrasinya melalui budaya pop yang akrab dalam keseharian hidup pemuda. Namun demikian perlu ditegaskan bahwa perihal utama dan terampuh guna mewujudkannya adalah dengan mempelajarinya sendiri. Penelitian diatas dapat menjadi rujukan atau tambahan referensi bagi peneliti dalam melengkapi data-data yang peneliti perlukan. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini adalah pada metode penelitian yang digunakan, lokasi

10 penelitian, dan subjek penelitian. Kesamaan yang dimiliki dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengungkap resiliensi dan terdapat beberapa juga menggunakan jenis penelitian kualitatif.