I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

BAB I PENDAHULUAN. rasa bahan pangan. Produk ini berbentuk lemak setengah padat berupa emulsi

BAB I PENDAHULUAN. fase lemak (O Brien, 2009). Banyak minyak nabati yang telah dimodifikasi untuk

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Margarin merupakan salah satu produk berbasis lemak yang luas

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

RINGKASAN. Pencucian lilin lebah menggunakan air dengan

RINGKASAN. Pencucian lilin lebah menggunakan air dengan

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM :

Nadia Kesuma Astuti Dosen Penguji. Jaka Rukmana, ST., MT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahan pangan hasil pertanian seperti buah-buahan, umbiumbian

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. jumlah produksi sebesar ton per tahunnya. Biji kakao di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. Cokelat adalah olahan yang dihasilkan dari bahan baku yaitu biji dan lemak

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

FORMULASI DAN PENGOLAHAN MARGARIN MENGGUNAKAN FRAKSI MINYAK SAWIT PADA SKALA INDUSTRI KECIL SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PLASTISISASI 14/01/2014

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat. (20,2%) dengan persentasi 13,6% (BPS, 2011).

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, rata-rata konsumsi lemak secara nasional mencapai 47,2 gram atau 25,6 persen dari total konsumsi energi yang dianjurkan oleh Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Hal ini mengakibatkan adanya kolesterol yang berlebihan di dalam tubuh yang akan menimbulkan kondisi ateroklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Masalah ateroklerosis menjadi masalah kesehatan yang paling besar di banyak negara, baik negara-negara yang sudah maju maupun negaranegara berkembang (Astuti, 2013). Ada beberapa cara yang telah ditempuh untuk mengurangi pengaruh negatif akibat konsumsi lemak, antara lain mengganti sebagian lemak dengan lemak pengganti (fat substitutes) dari bahan nabati seperti minyak dari kacang kedelai (Agus, 2011). Minyak kedelai adalah minyak nabati yang dihasilkan dari biji kedelai. Minyak kedelai terdiri dari trigliserida sebesar 90% - 95%, sedangkan sisanya ialah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan tokoferol. Jumlah fosfatida dalam kedelai sekitar 2% yang terdiri dari lesitin dan sephalin. Asam lemak dalam minyak kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh (Sulistyawati, dkk., 2006).

Menurut Kementrian Perindustrian RI, sejak tahun 2004 penggunaan komoditi minyak kedelai mencapai sekitar 25 juta ton dengan pertumbuhan ratarata 3,8% per tahun. Dalam industri pangan, minyak kedelai dapat digunakan sebagai minyak goreng, minyak salad, bahan baku untuk margarin, dan bahan bahan baku shortening. Lebih dari 50% produk pangan dibuat dari minyak kedelai, terutama margarin, dan hampir 90% dari produksi minyak kedelai digunakan dalam bentuk yang telah di hidrogenasi (Isa, 2011). Margarin adalah produk yang mengandung lemak jenuh. Lemak memberikan cita rasa dan aroma yang spesifik pada makanan dan sulit digantikan oleh komponen pangan lainnya (Agus, 2011). Margarin dimaksudkan sebagai pengganti mentega dengan rupa, bau konsistensi rasa dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Margarin mengandung 80 % lemak, 16 % air dan beberapa zat lain (Shahidi, 2005). Menurut Rahayuningsih (1989), formula dasar margarin adalah lemak atau minyak 80%, garam 2-4%, air 16%, antioksidan 0,2%, pengemulsi 0,3%, pewarna dan perasa secukupnya. Menurut Weiss (1983), penambahan mentega putih (shortening) dalam adonan dapat memberi tekstur yang lembut dan kaya rasa, menambah keempukan dan mencegah terjadinya aerasi untuk menjaga kelembaban dan penambahan ukuran. Menurut Winarno (2008), penggunaan pengemulsi seperti gliserin adalah untuk mempertahankan kestabilan emulsi pada produk tersebut. Sifat gliserin

yaitu mempunyai kemampuan mengikat air. Selain itu gliserin dapat memberikan tekstur yang tidak begitu keras pada makanan setengah basah. Menurut Lestari (2010), penelitian yang dilakukan dalam pembuatan margarin ikan patin didapatkan tekstur margarin bersifat plastis pada perbandingan stearin dan minyak murni ikan patin sebesar 60:40 sedangkan dengan perbandingan 40:60 dan 50:50 margarin ikan patin mempunyai tekstur yang terlalu lunak dan emulsinya tidak stabil. Menurut Ismiarni (1996), dalam penelitian pembuatan margarin rendah kalori didapatkan formulasi dengan hasil terbaik yaitu perbandingan lilin lebah dan minyak sawit 40% : 60%, Tween-80 0,5%, tepung tapioka 7,7% dan gum arab 0,5%, natrium benzoat 0,2%, garam 2,5%, butter flavor 0,4 ml dan air 35% dengan tekstur menjadi lebih halus dan mengurangi rasa lengket di lidah. Optimalisasi formulasi adalah penentuan formulasi optimal berdasarkan respon yang diteliti. Optimasi dapat juga dijelaskan sebagai suatu kumpulan formula matematis dan metode numerik untuk menemukan dan mengidentifikasikan kandidat terbaik. Penentuan optimalisasi formulasi dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya pemograman linear, software lindo, fasilitas solver pada Microsoft Excel, dan Design Expert metode permukaan respon (Response Surface Methodology). Response Surface Methodology (RSM) disebut juga Metode Permukaan Respon adalah sebuah model matematis dengan menggunakan software Design Expert yang meliputi perancangan percobaan (design of experiment, DoE),

pengembangan model matematis dan penentuan formulasi optimum untuk variabel berubah sehingga memperoleh hasil maksimum. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah apakah dapat dihasilkan formulasi yang optimal pada pembuatan margarin dengan menggunakan minyak kedelai, mentega putih (shortening) dan gliserin dengan menggunakan metode permukaan respon (Response Surface Methodology). 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk pemanfaatan minyak kedelai secara optimal serta memperluas diversifikasi penggunaan minyak kedelai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan formulasi yang optimal untuk pembuatan margarin dari campuran minyak kedelai, mentega putih (shortening) dan gliserin dengan menggunakan metode permukaan respon. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi yang optimal dari pembuatan margarin minyak kedelai sehingga meningkatkan diversifikasi produk kedelai menjadi suatu produk bernilai gizi tinggi yang dapat diterima oleh masyarakat serta dapat menambah wawasan tentang metode pengolahan.

1.5. Kerangka Pemikiran Margarin adalah suatu emulsi air dalam minyak (w/o emulsion). Air sebagai fasa dispersi didistribusikan secara homogen dan sangat halus di dalam fasa kontinyu (lemak). Sebagai bahan utama atau bahan baku penyusun margarin, lemak atau campuran lemak merupakan faktor yang sangat penting di dalam formulasi margarin. Sifat fisik dan karakteristik lemak sangat berpengaruh pada titik leleh dari margarin, sehingga akan mempengaruhi kemampuan oles margarin tersebut. Komposisi standar dari margarin secara umum adalah fat (lemak) minimal 80%, air maksimum 16 % dan komponen lain yang terdiri dari garam, protein, emulsifier, vitamin, bahan pewarna, dan bahan penambah citarasa (Nastiti, 2013). Menurut Ketaren (2005), lemak yang digunakan untuk pembuatan margarin dapat berasal dari lemak hewani atau nabati. Penggunaan lemak pengganti (fat subtitutes) dalam pembuatan margarin diperlukan dengan mencampurkan lemak hewani dengan lemak nabati sehingga dihasilkan kadar lemak yang sesuai. Awalnya margarin dibuat dengan menggunakan minyak hewani kemudian beralih ke minyak nabati yang telah mengalami hidrogenisasi. Minyak atau lemak yang terhidrogenisasi telah diketahui mengandung asam lemak trans yang berbahaya bagi kesehatan (Berger dan Idris, 2005). Di Indonesia, dua dari delapan sampel margarin yang beredar mengandung asam lemak trans sebesar 0,11 sampai 0,5% (Siahaan dan Sinaga, 2014). Upaya untuk menghindari adanya asam lemak trans pada margarin dapat dilakukan dengan menggunakan alternatif proses lain yaitu interesterifikasi dan blending

(pencampuran) antara minyak yang berbentuk cair, semipadat dan padat (Hasibuan dan Aga, 2015). Menurut Ramadhana dan Kusnadi (2016) dalam penelitian formulasi pengembangan produk margarin dilakukan pencampuran minyak ikan tuna dengan stearin kelapa sawit, dimana stearin kelapa sawit digunakan untuk membentuk sifat fisik margarin yang plastis, sehingga menghindari penggunaan proses hidrogenasi yang dapat menimbulkan adanya lemak trans. Formulasi pengembangan produk margarin ikan tuna terbaik diperoleh pada proporsi minyak ikan tuna : stearin kelapa sawit 40% : 60% dengan konsentrasi antioksidan BHA sebesar 200 ppm. Karakteristik margarin perlakuan terbaik adalah bilangan peroksida 11,10 mek/kg, bilangan asam 1,94 mgkoh/g, bilangan iodin 48,81 g iod/100 g, warna kecerahan 85,90, warna kekuningan 18,40, stabilitas emulsi 90,95 %, titik leleh 41,70 C, daya oles 9,00 cm. Menurut Noviria, dkk. (2013), penelitian yang dilakukan dalam pembuatan mentega mangga didapatkan perlakuan terbaik parameter fisik dan kimia adalah mentega mangga dengan konsentrasi minyak 5% dan shortening 30% dengan karakteristik kadar air 32,5%, kadar lemak 35,6%, tingkat kecerahan 72,6, dan tingkat kekuningan 49,6. Kesukaan panelis terhadap aroma mentega mangga sebesar 4,95 (agak menyukai), rasa mentega mangga sebesar 5 (agak menyukai), tekstur mentega mangga sebesar 5,25 (agak menyukai), warna mentega mangga sebesar 5,45 (agak menyukai), dan kenampakan mentega mangga sebesar 5,15 (agak menyukai).

Menurut Soh, dkk. (2013), penelitian yang dilakukan dengan penambahan konsentrasi mentega putih (25%, 30%, 35%) dan gliserin (2%, 3%, 4%) didapatkan perlakuan terbaik pada penambahan konsentrasi mentega putih 30% dan konsentrasi gliserin 4%. Kualitas fisik yang dihasilkan dari perlakuan ini adalah rendemen sebesar 38,8%, daya oles sepanjang 18,5 cm. Sedangkan kualitas kimia yang dihasilkan adalah kadar air sebesar 16,5% dan kadar lemak sebesar 39,03%. Menurut Soh, dkk. (2013), penambahan mentega putih dimaksudkan untuk mendapatkan sifat produk yang padat pada suhu kamar, namun mudah meleleh di mulut. Gliserin dan mentega putih yang ditambahkan pada pembuatan margarin tamarilo akan menghasilkan daya oles dan tekstur yang berbeda. Menurut Nauli (2004), penambahan gliserin pada pembuatan margarin bekerja secara optimal pada jumlah 3% jika melebihi maka kemampuan gliserin akan berkurang dalam menyerap air. Gliserin mampu mengikat air dan akan memberikan tekstur tidak begitu keras pada makanan, membantu margarin putih terlarut dalam air. Menurut Fitriyaningtyas dan Widyaningsih (2015), pada pembuatan margarin sari apel manalagi penggunaan lesitin dapat menurunkan kadar air, dimana penambahan lesitin 3% menghasilkan kadar air sebesar 34,7654% sedangkan penambahan lesitin 5% menghasilkan margarin dengan kadar air 29.7902%. Menurut Namai (2010), penambahan lesitin kacang kedelai pada pembuatan margarin minyak ikan patin adalah sebagai pengemulsi.

Lesitin kedelai mempunyai sifat multifungsional, fleksibel, dan versatile. Lesitin merupakan pengemulsi paling baik yang berperan meningkatkan soliditas margarin dan membentuk tekstur, selain berkontribusi pada sifat gurih (Estiasih, dkk., 2015). Menurut Fatimah, dkk. (2005), emulsi dengan kadar minyak jagung 30% dapat terbentuk dengan adanya tween 20 atau tween 80 pada konsenterasi 0,5%. Menurut William (1966), susu merupakan komponen fase air dan dapat digunakan sebagai campuran pembuatan margarin atau mentega. Penggunaannya tergantung dari kesukaan. Penambahan susu dimaksud untuk memberikan flavor pada margarin dan sebagai bahan subtitusi lemak hewani sehingga margarin atau mentega yang dihasilkan memiliki kandungan gizi yang baik. Menurut Bas dan Boyaci (2007), Response Surface Methodology (RSM) merupakan teknik statistik dan matematik yang digunakan untuk pengembangan, perbaikan dan optimasi proses dalam respon utama yang diakibatkan oleh beberapa variabel dan tujuannya adalah optimasi respon tersebut. Menurut Nurmiah, dkk. (2013), optimasi menggunakan Program DX 7.0 dengan RSM-Box-Behnken menghasilkan formula pengolahan yang optimal dengan konsentrasi KOH 6%, suhu 78,67 C selama 1 jam. Pada kondisi ini dihasilkan ATC dengan rendemen sebesar 38,72% dan kekuatan gel 1105,31 g/cm 2. Menurut Muhandri, dkk. (2011), dalam penelitian optimasi proses ekstruksi mi jagung dengan metode permukaan respon didapatkan hasil produk yang optimum pada kondisi proses kadar air tepung 70%, suhu ekstruder 90 C dan

kecepatan screw ekstruder 130 rpm. Pada kondisi ini mi jagung memiliki karakteristik kekerasan 3039,79 gf, skor kelengketan -116,26 gf, skor persen elongasi 318, 68% dan skor cooking loss 4,56%. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan maka dapat diambil sebuah hipotesis bahwa penerapan metode permukaan respon dapat menentukan formulasi optimal dalam pembuatan margarin minyak kedelai dan dapat sesuai dengan karakteristik margarin berdasarkan SNI. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudi No. 193 Bandung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni sampai selesai.