1 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

Kata Kunci: pelayanan Barang Impor, Prosedur Pelaksanaan Barang Impor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kas negara yang digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan instansi di bawah Kementrian

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar

UPAYA MENGURANGI POTENSI KERUGIAN NEGARA DARI PENYIMPANGAN IMPOR CBU

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak 2005 dan 2006 (Rp miliar)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. peningkatan taraf hidup yang lebih baik untuk perkembangan negara juga

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat kita bahas melalui topik tersebut. Pada kesempatan ini, penulis ingin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pajak langsung maupun pajak tidak langsung, bea cukai, dan retribusi.

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan yang sedang. dilaksanakan pemerintah Indonesia dewasa ini, perkembangan teknologi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebebasan berpikir atau membuat konsep-konsep serta kebebasan. makna demokrasi yang didalamnya ada unsur-unsur keikutsertaan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi perekonomian negara kita dalam meningkatkan proses

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara dalam menyediakan infrastruktur ekonomi, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penulisan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi negara maka penerimaan pajak sebesar-besarnya sesuai ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 65/PMK.04/2007 TENTANG PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan judul Ali purwito M, 2013:60 ) Siti resmi,2009:2

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-86509/PP/M.VII.A/19/2017. Jenis Pajak : Bea Masuk

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

KOP PERUSAHAAN. Nomor & tanggal surat Hal : Permohonan sebagai MITA. Kepada : Yth. Kepala KPU... Di...

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan dari sektor bukan pajak. Sumber penerimaan yang. tahun terakhir selalu mengalami kenaikan.

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak dikarenakan

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian. Pajak memiliki peranan yang sangat penting karena pajak merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. objek pajaknya, seiring dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Tesis ini menganalisis perilaku menyimpang ( misbehavior) aparatur

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

Pembahasan 1 : Gambaran umum kepabeanan dan cukai, hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai.

BAB I PENDAHULUAN. tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang-barang, melemahnya nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dalam hal perekonomian. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemerintah di Indonesia selalu berusaha untuk mengelola dan menjalankan

Executive Summary Model Proyeksi Penerimaan Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya, membutuhkan. ditempuh pemerintah adalah melalui pembangunan nasional.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara harus dapat menjalankan roda perekonomiannya dengan baik. Hal ini berpengaruh terhadap pembangunan negara untuk kemakmuran masyarakatnya. Salah satu aspek dalam penyelenggaraan pembangunan diperlukan dana, berasal dari penerimaan pajak. Pajak merupakan salah satu alat yang penting bagi pemerintah dalam mencapai tujuan ekonomi, politik, dan sosial yang mengandung berbagai sasaran sebagai berikut : 1 (1) Pengalihan sumber dana dari sektor swasta ke sektor pemerintah; (2) Pendistribusian beban pemerintah secara adil dalam kelas-kelas penghasilan (vertical equity) dan secara merata bagi masyarakat yang berpenghasilan sama (horizontal equity); (3) M endorong pertumbuhan ekonomi, stabilisasi harga dan perluasan kesempatan kerja. Sejak awal tahun 1980-an, pajak merupakan primadona penerimaan negara. Penerimaan pajak menjelma menjadi andalan penerimaan negara. 2. Penerimaan pajak. diantaranya dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Pajak perdagangan internasional itu terdiri dari bea masuk (impor) dan bea keluar (ekspor). Sumbangan penerimaan pajak perdagangan internasional, yang memberikan kontribusi yang besar adalah bea masuk. Hal ini sesuai dengan peraturan kepabeanan, yaitu kegiatan impor akan dikenakan pajak impor dan bea masuk, yang bertujuan sebagai pemasukan kas negara dan melindungi industri dalam negeri. Kegiatan ekspor hampir sebagian besar tidak dikenakan pajak, hanya atas beberapa jenis ekspor saja. Hal ini bertujuan agar mendorong industri dalam negeri mampu bersaing di pasar internasional. Berikut ini tabel yang menunjukkan perkembangan penerimaan pajak internasional yang terdiri dari bea masuk dan bea keluar dari tahun ke tahun. 1 Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, Jakarta 2005 : Salemba Empat, hal.6 2.John Hutagaol,2005, LTO Tonggak Modernisasi Administrasi Kantor Pajak Indonesia, Jurnal Pajak, Volume 4, No.8,. 1

2 Tabel 1.1 Penerimaan Perpajakan 2007-2008 (dalam miliar rupiah) 2007 2008 U r a i a n APBN UU. thd RAPBN-P thd APBN-P thd RAPBN thd APBN thd 18/2006 PDB PDB PDB PDB PD B (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) A. PajakDalam Negeri 494,591.6 13.1 472,756.9 12.4 474,551.0 12.6 568,272.8 13.2 569,971.7 13. 2 i. Pajak penghasilan 261,698.3 6.9 249,954.2 6.6 251,748.3 6.7 305,262. 5 7.1 305,961.4 7.1 1. PPh migas 41,241.7 1.1 37,473.5 1.0 37,267.6 1.0 40,950.9 1.0 41,649.8 1.0 2. PPh nonmigas ii. Pajak pertambahan nilai iii. Pajak bumi dan bangunan 220,456.6 5.8 212,480.7 5.6 214,480.7 5.7 264,311.6 6.1 264,311.6 6.1 161,044.2 4.3 152,057.2 4.0 152,057.2 4.0 186,626.7 4.3 187,626.7 4.4 21, 267.0 0.6 22,025.8 0.6 22,025.8 0.6 24,159.7 0.6 24,159.7 0.6 iv. BPHTB 5,389.9 0.1 3,965.5 0.1 3,965.5 0.1 4,852.7 0.1 4,852.7 0.1 v. Cukai 42,034.7 1.1 42,034.7 1.1 42,034.7 1.1 44,426.5 1.0 44,426.5 1.0 vi. Pajak lainnya 3,157. 5 0.1 2,719.5 0.1 2,719.5 0.1 2,944.6 0.1 2,944.6 0.1 B. Pajak Perdagangan Internasional 14,870.4 0.4 17,134.9 0.5 17,459.9 0.5 15,402.8 0.4 22,006.7 0.5 i. Bea masuk 14,417.6 0.4 14,417.6 0.4 14,417.6 0.4 14,940.8 0.3 17,940.8 0.4 ii. Pajak ekspor / bea keluar 452.8 0.0 2,717. 3 0.1 3,042.3 0.1 462.0 0.0 4,065.9 0.1 J U M L A H 509,462.0 13.5 489,891.8 12.9 492,010.9 13.1 583,675.6 13.6 591,978.4 13. 7 Dari tahun 2007 hingga 2008 penerimaan bea masuk selalu meningkat. Penerimaan bea masuk berkaitan erat dengan kegiatan impor, yang berasal dari nilai transaksi. Nilai transaksi tersebut berasal dari harga penjualan antara pembeli dan penjual ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pembeli hingga barang tersebut sampai ke dalam daerah tujuan. Nilai transaksi tersebut digunakan sebagai dasar penetapan nilai pabean. Dalam prakteknya sering terjadi perbedaan antara importir dengan petugas pabean tentang nilai pabean, yang diberitahukan importir melalui Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Dalam peran kepabeanannya yang dibebankan oleh negara yaitu selain peran sebagai fasilitas perdagangan (trade facilitator), juga peran sebagai pemungut pajak (revenue collection), walaupun terdapat perbedaan penetapan nilai pabean, petugas pabean mempunyai hak untuk menetapkan sendiri nilai pabeannya. Hak tersebut tidak terlepas dari sifat pungutan pajak tersebut

3 adalah memaksa dan dalam pemerintahan, negara mempunyai hak untuk memutuskan sesuatu untuk kepentingan negara itu sendiri. Perbedaan nilai pabean tersebut yang berpengaruh terhadap pembayaran bea masuk dan pajak impor. Akibatnya terjadi sengketa kepabeanan yaitu keberatan importir atas keputusan yang menetapkan adanya kekurangan pembayaran bea masuk yang dilakukan oleh pejabat pabean. Bentuk keputusan tersebut adalah dengan diterbitkannya Surat Penetapan yaitu Surat pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk (SPKPBM). Atas penerbitan SPKBM tersebut importir dapat menerima keputsan tersebut, yang diteruskan dengan pembayaran kekurangan pajak impor dan bea masuk atau sebaliknya yaitu menolaknya. Permasalahannya bila pihak importir menolak hasil temuan yang dituangkan dalam bentuk suatu keputusan yaitu penerbitan SPKPBM, maka hal tersebut telah menimbulkan sengketa pajak antara wajib pajak dengan petugas pabean. Adapun penolakan yang dilakukan oleh pihak importir disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya : Terdapat perbedaan nilai pabean atau pemberitahuan nilai pabean yang salah Terdapat perbedaan jenis barang yang diberitahukan Terdapat perbedaan jumlah barang, tariff atas barang tersebut Dan lain-lain Seperti telah disebutkan, sengketa kepabeanan ini berasal dari keberatan akibat ketidaksetujuan atau penolakan importir / pengguna jasa kepabeanan atas keputusan yang diterbitkan oleh pejabat bea dan cukai di bidang klasifikasi barang dan nilai pabean. 3 Dalam aspek kepabeanan yaitu keadilan maka terhadap keberatan importir ini diterima sebagai azas pelaksanaan good governance. Untuk itu sebagai realisasinya pihak pabean akan mengadakan suatu pemeriksaan ulang dan pengujian terhadap penetapan nilai pabean yang disengketakan tersebut melalui audit khusus. Pemeriksaan dan pengujian nilai pabean ini berdasarkan nilai transaksi, meliputi dokumen-dokumen yang berhubungan dengan impor dan diolah 3 Ali Purwito M, Reformasi Kepabeanan UU No.17 Tahun 2006 Pengganti UU No.10 Tahun 1995, Yogyakarta : Graha Ilmu 2007, hal. 175

4 sehingga ditemukan nilai pabean yan sebenarnya. Apabila pemeriksaan dan pengujuan tersebut masih kurang maka dilakukan audit khusus. Audit khusus dibidang kepabean tersebut dilakukan sebagai dasar banyaknya pertimbangan atau alasan penetapan nilai pabean yang berbeda guna mendapatkan nilai transaksi yang sebenarnya. Pada akhirnya nilai pabean yang diragukan oleh pihak pabean tersebut menjadi jelas. Namun demikian tidak semua keberatan importir mengenai nilai pabean tersebut, dilakukan audit khusus. Apabila terdapat keberatan yang diajukan oleh importir terhadap SPKPBM, maka pihak pabean untuk sebagian importir, akan diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan langsung ke pengadilan pajak dan sebagian lagi, terlebih dahulu diadakannya audit khusus. Dalam pelaksanaan audit khusus tersebut berbeda dengan audit umum, pabean hanya mengambil beberapa indikator penyebab perbedaan nilain pabean, diantaranya mengecek harga barang dipasaran, jenis barang, profil penjual & importir dan lain sebagainya. Hasil pelaksanaan audit khusus tersebut juga berbeda dengan audit umum, yaitu importir tidak diberikan daftar temuan sementara dan laporan hasil audit. Importir hanya diberitahu apakah keberatannya diterima atau ditolak yang berasal dari hasil audit. Berikut ini disajikan tabel importir yang mengajukan keberatan lalu dilakukan audit khusus dan hasilnya pada bulan Oktober 2007-M aret 2008 yang hanya dilakukan di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jakarta. TABEL 1.2 HAS IL AUDIT KHUS US OKTOBER 2007-MARET 2008 DI DJBC NO BULAN KEBERATAN AUDIT KHUSUS DITOLAK DITERIMA 1 OKTOBER-DESEMBER 278 38 36 2 2 JANUARI 143 15 15-3 FEBRUARI 139 11 9 2 4 MARET 166 37 32 5 TOTAL 726 101 92 9 *Sumber: Audit khusus yang hanya dilakukan di bagian Keberatan DJBC tidak termasuk yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Utama (KPU), Kantor Wilayah (Kanwil)

5 Berdasarkan tabel diatas dalam kurun waktu 6 (enam) bulan hampir sebagian besar importir yang mengajukan keberatan dan dilakukan audit khusus, hasilnya ditolak. Hal ini tentu menimbulkan citra yang kurang baik bagi pabean dalam penanganan audit khusus. Importir berharap bahwa dengan diadakannya audit khusus dapat menjawab keberatan yang diajukan importir. Sebagian besar hasil audit khusus yang seharusnya dapat memberikan jawaban, dalam hal ini harus dapat menjawab keberatan yang diajukan importir mengenai perbedaan nilai pabean, tidak jelas. Ketidakjelasan dalam hal ini adalah tidak adanya kepastian hukum. Kepastian hukum disini selain importir merasakan adanya transparansi dalam audit khusus sehingga hasilnya dapat memberikan kepastian tentang nilai pabean yang disengketakan, juga dasar dilakukannya audit khusus tersebut harus dapat memberikan kepastian hukum bagi importir. Pabean harus dapat memberikan penjelasan mengapa ada sebagian importir yang diaudit khusus dan sebagian lagi tidak, apabila terjadi sengketa nilai pabean. Berdasarkan beberapa uraian maka dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul : ANALISIS KEPASTIAN HUKUM DALAM AUDIT KHUSUS KEPABEANAN 1.2 PERMAS ALAHAN Implikasi penerapan self assessment sistem dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka menguji kepatuhan wajib pajak maka dilakukan pemeriksaan untuk meneliti apakah yang dilaporkan wajib pajak telah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Dalam hal kepabeanan khususnya bidang import apabila terdapat sengketa nilai pabean yaitu perbedaan terhadap pemberitahuan impor barang yang berujung pada penetapan nilai pabean maka dilakukan audit khusus untuk menjamin kepastian hukum bagi importir. Kepastian hukum tersebut dalam hal peraturan dan sistem administrasi kepabeanan sehingga hasilnya dapat memberikan kepastian tentang nilai pabean yang disengketakan tersebut. Dari uraian diatas dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam skripsi ini yang akan dianalisis adalah :

6 Bagaimanakah kepastian hukum dalam audit khusus kepabeanan bagi importir? 1.3 TUJUAN PEN ELITIAN Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka adapun tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui kepastian hukum dalam pelaksanaan audit khusus bagi importir. 1.4 S IGNIFIKANS I PEN ELITIAN 1. Signifikansi Akademis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah dan literatur keilmuan dalam kajian tentang administrasi perpajakan khususnya di bidang audit khusus kepabeanan. 2. Signifikasi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan diperoleh informasi yang bermanfaat bagi petugas bea dan cukai serta wajib pajak tentang arti pentingnya kepastian hukum dalam audit dibidang kepabeanan. 1.5 S IS TEMATIKA PENULIS AN BAB 1 : PENDAHULUAN Di dalam bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini beserta pertanyaan penelitiannya, tujuan dan signifikansi penelitian yang ditinjau dari sisi akademis dan praktis dan sistematika penulisan yang menjelaskan susunan bab per bab pada penelitian ini. BAB 2 : KERANGKA TEORI & M ETODE PENELITIAN Bab ini akan menjabarkan teori-teori perpajakan yang berkaitan dengan judul penelitian, yang dikaji lebih dalam dari berbagai literatur sehingga dapat memberikan gambaran mengenai kerangka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. BAB 3 : IMPOR DAN AUDIT KHUSUS KEPABEANAN

7 Dalam bab ini berisi mengenai gambaran umum penelitian tentang penjabaran prosedur impor dan pelaksanaan audit khusus kepabeanan di kantor Direktorat Bea dan Cukai. BAB 4: ANALISIS KEPASTIAN HUKUM DALAM AUDIT KHUSUS KEPABEANAN Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian, dan analisis data. BAB 5 : SIM PULAN DAN REKOM ENDASI Bab terakhir dari penulisan ini yang berupa simpulan dari bab-bab sebelumnya serta saran yang diberikan penulis sebagai harapan untuk menciptakan keadaan yang lebih baik.