PENGKAJIAN PEMBUATAN EMPING JAGUNG DARI TIGA VARIETAS DENGAN DUA TEKNIK PEMBUATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. jagung mengandung pati 54,1-71,7%, sedangkan kandungan gulanya 2,6-12,0%.

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

BAB II DATA DAN ANALISA

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

METODOLOGI PENELITIAN

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

OLEH: YULFINA HAYATI

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

PENGOLAHAN UBI KAYU. Kue Pohong Keju

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

: Laila Wahyu R NIM :

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

TANAMAN PENGHASIL PATI

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

JARINGAN MASYARAKAT GUNUNG HALIMUN DAN PEKA INDONESIA MODUL PELATIHAN PENGOLAHAN PRODUK HASIL PERTANIAN HALIMUN, SUKABUMI APRIL 2006

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Usaha Bersama Jagung Goreng Gurih di Kelurahan

MANISAN KERING BENGKUANG

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

INOVASI PEMBUATAN ANEKA PRODUK OLAHAN DARI BENGKUANG. OLEH : Gusti Setiavani, STP. MP

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

PERBAIKAN MUTU KERIPIK JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN KACANG KEDELAI DAN PERLAKUAN PERENDAMAN PADA LARUTAN KAPUR

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Analisis Usaha Diversifikasi Produk Olahan Tempe. Oleh Siti Marwati Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

Transkripsi:

PENGKAJIAN PEMBUATAN EMPING JAGUNG DARI TIGA VARIETAS DENGAN DUA TEKNIK PEMBUATAN SS. Antarlina dan Amik Krismawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Emping jagung merupakan produk diversifikasi pangan yang dapat mendukung pengembangan agroindustri pedesaan dan meningkatkan nilai tambah. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan kombinasi varietas jagung dan cara pembuatan emping bermutu. Pengkajian dilakukan di Desa Klampok, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. emping jagung dikerjakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT). Varietas jagung yang digunakan adalah Bisi-2, Bisi-16, dan NK-99. Emping jagung di buat dengan dua cara. Cara I adalah perendaman sekitar 15 jam (semalam), perebusan, pemipihan, dan pengeringan. Cara II adalah perebusan biji jagung, perendaman sekitar 15 jam (semalam), perebusan, pemipihan, dan pengeringan. Rancangan percobaan acak kelompok, dengan enam perlakuan, dan tiga ulangan. Pengamatan terhadap karakteristik fisik tongkol dan biji jagung, komposisi kimia emping jagung, dan uji organoleptik emping jagung goreng. Komposisi kimia emping jagung dari tiga varietas tersebut tidak berbeda. Rendemen emping jagung yang dihasilkan berkisar antara 84-98%. Hasil uji organoleptik menunjukkan warna, aroma, tingkat kerenyahan, dan rasa emping jagung cukup disukai, meskipun perlu perbaikan cara pemberian bumbu karena tidak merata, sehingga beberapa emping terasa hambar dan sebagian terlalu asin. Pada dasarnya ketiga varietas jagung dapat diolah menjadi emping jagung, namun cara II (perebusan diawal) menghasilkan emping jagung yang lebih baik kualitasnya. Kata kunci: Jagung, varietas, emping, karakteristik fisik, komposisi kimia, uji organoleptik PENDAHULUAN Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain sebagai bahan makanan pokok, jagung merupakan bahan baku berbagai industri. Beberapa produk olahan dari jagung telah umum dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok. Jagung dapat dikonsumsi dalam tiga bentuk yaitu makanan pokok, laukpauk dan makanan kecil. Jagung dapat dijadikan berbagai macam olahan. Produk yang paling umum dikenal adalah jagung bakar dan rebus yang diolah dari jagung muda. Biji jagung dapat diolah menjadi minyak, gula cair, cornflake, tortila, kerupuk, pati, tepung, dan berbagai macam kue termasuk makanan tradisional. Tepung jagung dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai kue/roti, sedangkan pati jagung dapat digunakan antara lain dalam industri tekstil, untuk membuat dekstrin, bahan baku lem, sabun, dan sirup gula. Selain sebagai bahan pangan, jagung mempunyai potensi sebagai bahan baku industri makanan, minuman, kimia, farmasi dan industri lainnya (Direktorat Serealia 2001; Sumaryanto dan Rusastra 1991). Jagung dapat diolah menjadi berbagai produk olahan, sehingga mempunyai banyak pilihan produk olahan yang dapat dikembangkan. 530 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik

Produk olahan yang akan dipilih perlu dipertimbangkan dari berbagai faktor, antara lain: (1) ketersediaan sumber bahan mentah, (2) produk olahan yang mempunyai nilai tambah tinggi, dan (3) peralatan yang mudah dioperasionalkan, harga terjangkau dan kapasitas sesuai untuk skala rumah tangga (Bahtiar 2007; Suhardjo 2006). Salah satu jenis olahan jagung yang potensial untuk pengembangan industri pangan di perdesaan adalah emping jagung. Emping jagung atau marning gepeng adalah biji jagung rebus yang dipres tipis (dipipihkan) dan dikeringkan, bentuknya seperti emping dari biji belinjo. Di negara barat emping jagung ini disebut corn flake. Emping jagung mempunyai rasa netral, untuk menambah variasi rasa dapat diberi tambahan rasa lain yaitu rasa manis atau diberi bumbu tabur yang banyak dijual di pasaran, seperti rasa keju, kaldu ayam, daging panggang, balado, dan lai-lain. Emping jagung ini juga dapat dimakan dengan menuangkan susu di atasnya dan biasanya digunakan untuk sarapan. Cara seperti ini di Indonesia belum membudaya. Meskipun demikian keberadaan emping jagung di Indonesia dewasa ini semakin berkembang dan berdampak positif dalam usaha diversifikasi menu makanan. Teknologi pembuatan emping jagung dapat dikembangkan di perdesaan karena pada umumnya masyarakat perdesaan telah banyak mengenal pembuatan emping dari belinjo. Oleh karena itu adopsi teknologi ini tidak akan mengalami banyak kesulitan. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan kualitas emping jagung dari tiga varietas dengan menggunakan dua teknik pembuatannya. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Pengkajian dilaksanakan pada tahun 2009, di Desa Klampok, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pengkajian dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Arumanis, yang dibagi dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok melakukan pembuatan emping jagung sebanyak tiga varietas dan dua cara teknik pembuatan. Bahan dan Peralatan Bahan utama pada pembuatan emping jagung adalah biji jagung, kapur tohor, dan bumbu (garam, bawang putih dan penyedap). Jagung diperoleh dari pertanaman petani di lokasi pengkajian. Varietas jagung yang digunakan adalah Bisi-2, Bisi-16, dan NK-99. Peralatan utama yang diperlukan adalah alat pengepres biji jagung menggunakan motor untuk memipihkan. Peralatan tambahan yang lain adalah dandang, panci, baskom, alas untuk menjemur (tampah), kompor, dan wajan. Rancangan Percobaan Rancangan percoaan acak kelompok, enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari: (1) varietas Bisi-2 diolah dengan cara I (2) varietas Bisi-2 diolah dengan cara II (3) varietas Bisi-16 diolah dengan cara I (4) varietas Bisi-16 diolah dengan cara II (5) varietas NK-99 diolah dengan cara I (6) varietas NK-99 diolah dengan cara II Data yang dikumpulkan adalah karakteristik fisik jagung dari tiga varietas, komposisi kimia emping jagung goreng, dan rendemen emping jagung. Uji organoleptik terhadap emping jagung setelah digoreng, dengan metode uji kesukaan (Hedonic Test), jumlah panelis 20 orang. Emping Jagung Proses pembuatan emping jagung pada dasarnya sangat sederhana, yaitu menghilangkan kulit ari biji jagung, pemasakan, pemipihan, pengeringan dan penggorengan. Pada pengkajian ini, pembuatan emping jagung menggunakan dua cara. Perbedaan dua cara tersebut 531 Seminar Nasional Serealia 2011

adalah pada proses awal, yaitu cara I biji jagung direndam satu malam kemudian direbus, cara II biji jagung direbus terlebih dahulu kemudian direndam satu malam, sedangkan proses lanjutannya dari kedua cara tersebut sama, secara rinci adalah sebagai berikut. Cara I (Gambar 1): 1. Biji jagung dibersihkan, direndam dalam air kapur 3% selama ±12 jam (satu malam), untuk memudahkan menghilangkan kulit luarnya. 2. Kemudian direbus dengan rendaman air kapur hingga setengah matang, sekitar 1 jam. 3. Dicuci hingga bersih dan menghilangkan kulit arinya. 4. Direbus lagi hingga matang, sekitar 2 jam, perebusan dihentikan apabila di bagian dalam biji jagung sudah tidak nampak warna putih. Biji Jagung 5. Kemudian dilakukan pemipihan menggunakan alat pemipih bermotor sehingga biji jagung gepeng. 6. Penjemuran dan pemberian bumbu dengan cara dipercikkan pada emping (garam, bawang putih, penyedap rasa) sesuai selera. 7. penjemuran menggunakan alas di bawah sinar matahari selama 2 hari, atau pengeringan dalam oven pada suhu 50 o C selama 12 jam, hingga kering. 8. Setelah emping jagung kering dikemas dalam kantong plastik, atau digoreng kemudian dilanjutkan pengemasan dalam kantong plastik (emping jagung goreng), dan siap dipasarkan. Pengemasan menggunakan kantong plastik PP dengan ketebalan 0,08 mm. Rendam dalam air kapur 3% Selama satu malam ( 12 jam) Rebus bersama rendaman air kapur hingga setengah matang ( 1 jam) Cuci bersih, hilangkan kulitnya Rebus hingga matang Pemipihan biji jagung menggunakan alat pemipih Penjemuran ( 2 hari) / Pengeringan dengan oven (50 0 C, 12 jam) Pemberian bumbu Emping jagung kering (mentah) Penggorengan Emping jagung goreng Pengemasan Gambar 1. Tahapan pembuatan emping jagung cara I 532 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik

Cara II (Gambar 2): 1. Biji jagung direbus menggunakan air kapur 3 % hingga setengah matang, sekitar 1 jam. 2. Kemudian direndam dalam air kapur rebusan tersebut selama ± 12 jam (satu malam), untuk memudahkan menghilangkan kulit luarnya. 3. Dicuci hingga bersih dan menghilangkan kulit arinya. 4. Direbus lagi hingga matang, sekitar 2 jam, perebusan dihentikan apabila di bagian dalam biji jagung sudah tidak nampak warna putih. 5. Kemudian dilakukan pengepresan sehingga biji jagung gepeng. 6. Penjemuran dan pemberian bumbu dengan cara dipercikkan pada emping (garam, bawang putih, penyedap rasa) sesuai selera. 7. Penjemuran menggunakan alas di bawah sinar matahari selama 2 hari, atau pengeringan dalam oven pada suhu 50 o C selama 12 jam, hingga kering. 8. Setelah emping jagung kering dikemas dalam kantong plastik, atau digoreng dan juga dilanjutkan pengemasan dalam kantong plastik, siap dipasarkan. Pengemasan dapat dilakukan dengan menggunakan kantong plastik dengan ketebalan sekitar 0,08 mm jenis plastik PP. Biji Jagung Rebus dengan air kapur 3% hingga setengah matang ( 1 jam) Rendam dalam air kapur rebusan Selama satu malam ( 12 jam) Cuci bersih, hilangkan kulitnya Rebus hingga matang Pemipihan biji jagung menggunakan alat pemipih Penjemuran ( 2 hari) / Pengeringan dengan oven (50 0 C, 12 jam) Pemberian bumbu Emping jagung kering (mentah) Penggorengan Pengemasan Emping jagung goreng Gambar 2. Tahapan pembuatan emping jagung cara II 533 Seminar Nasional Serealia 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Biji Jagung Karakter fisik dari jagung tongkol dan bijinya tiga varietas, ada beberapa menunjukkan perbedaan (Tabel 1). Panjang tongkol dan jumlah baris/tongkol dari tiga varietas tidak menunjukkan perbedaan, sedangkan karakter yang lain menunjukkan perbedaan. Nampak dari pengamatan bahwa jagung tongkol varietas NK-99 paling kecil dibandingkan dengan varietas Bisi-2 dan Bisi-16. Ukuran tongkol yang kecil (NK-99) diikuti dengan nilai yang lain yaitu bobot tongkol, diameter tongkol. Lingkar tongkol, bobot biji/tongkol, bobot janggel, jumlah biji/tongkol, dan berat 100 biji. Menurut Anonim (2009) bahwa warna biji varietas Bisi-2 adalah kuning oranye, tipe biji semi mutiara, jumlah barisan biji/tongkol 12 14 baris, bobot 1000 biji sebesar ± 265 g. Warna biji varietas Bisi-16 adalah oranye kekuningan, tipe biji semi gigi kuda, jumlah baris/tongkol 14 18 baris, dan bobot 1000 biji ± 336 g. Varietas NK-99 mempunyai tipe biji semi mutiara, warna biji oranye kuning, jumlah baris/tongkol Tabel 1. Karakteristik fisik biji jagung tiga varietas Karakteristik Fisik 14 16 baris, bobot 1000 biji ± 312 g. Ternyata bahwa karakter fisik pada satu varietas dari pengamatan dibandingkan dengan yang tercantum dalam diskripsi varietas (Anonim 2009) tidak persis sama, hal ini disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan, pemeliharaan, pemupukan, sehingga terdapat sedikit variasi. Komposisi Kimia Emping Jagung Pada Tabel 2 menunjukkan komposisi kimia emping jagung goreng. Kadar air sekitar 11.90 14,34%, hal ini menunjukkan tingkat kerenyahan emping jagung. Kadar protein emping jagung 4,18 6,87%, lebih rendah dari kadar protein biji jagung (8,7 9,2%) (Anonim, 1981; Antarlina dan Utomo, 1993) dan tepung jagung (9,2%) (Antarlina dan Ginting 1992; Susila dan Resmisari 2005). Demikian pula kadar lemak emping (1,06 2,57%) mengalami penurunan, dibandingkan dengan biji jagungnya (4,5%). Penurunan kadar protein dan lemak pada emping jagung disebabkan karena proses pembuatan emping jagung itu sendiri, yaitu karea proses perendaman, perebusan yang dilakukan dua kali, pencucian, kemudian pengeringan dan penggorengan emping. Varietas Jagung Bisi-2 Bisi-16 NK-99 Bobot jagung tongkol (tanpa kulit) (g) 244,05 a 256,99 a 184,50 b Panjang jagung tongkol (cm) 18,85 a 18,75 a 18,17 a Diameter jagung tongkol (cm) - Ujung - Tengah - Pangkal Lingkar jagung tongkol (cm) - Ujung - Tengah - Pangkal 4,23 a 4,93 a 5,09 a 13,30 a 15,51 a 15,99 a 4,10 a 5,01 a 5,29 a 12,88 a 15,74 a 16,62 a 3,36 b 4,58 b 4,35 b 10,55 b 14,40 b 13,65 b Bobot biji/tongkol (g) 185,10 ab 200,41 a 172,42 b Bobot janggel (tongkol tanpa biji) (g) 56,13 a 56,04 a 26,58 b Jumlah biji jagung/tongkol 501,67 b 580,08 a 494,50 b Bobot 100 biji jagung (g) 35,68 a 34,43 ab 31,58 b Jumlah barisan biji/tongkol 13,00 a 13,83 a 14,00 a Keterangan: nilai rata-rata dalam satu lajur yang diikuti huruf sama dinyatakan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5% 534 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik

Tabel 2. Komposisi kimia emping jagung goreng tiga varietas yang diolah dengan dua cara Perlakuan Komposisi Kimia (%) Varietas x Cara Air Protein Lemak Karbohidrat Abu Bisi-2 x Cara I 11,90 4,18 2,57 79,65 1,70 Bisi-2 x Cara II 12,18 5,52 2,38 79,52 0,40 Bisi-16 x Cara I 13,97 5,87 1,59 78,28 0,29 Bisi-16 x Cara II 13,00 6,31 1,89 77,47 1,33 NK-99 x Cara I 14,34 6,57 1,71 76,10 1,28 NK-99 x Cara II 13,03 6,87 1,06 77,87 2,17 100 90 80 70 60 50 1 2 3 4 5 6 Gambar 3. Rendemen (%) emping jagung Keterangan: 1 (Bisi-2 x Cara I), 2 (Bisi-2 x Cara II), 3 (Bisi-16 x Cara I), 4 (Bisi-16 x Cara II), 5 (NK- 99 x Cara I), 6 (NK-99 x Cara II) Rendemen Emping Jagung Rendemen emping jagung dari enam perlakuan setelah penjemuran diperoleh sebanyak 84 98% (Gambar 3). Dalam proses pembuatan emping jagung ini tidak banyak bagian yang terbuang, sedangkan bagian yang terbuang adalah kulit bijinya. Namun, dalam proses ini perlu dipisahkan bagian emping yang utuh dan potongan kecil dari emping jagung, untuk pemasaran akan menentukan harga. Uji Organoleptik Emping Jagung Hasil uji organoleptik terhadap emping jagung goreng (Tabel 3), menunjukkan bahwa penilaian warna emping jagung varietas Bisi-16 dengan proses cara I, warna emping paling tidak disukai (nilai 2,4), sedangkan warna emping yang disukai adalah dari varietas Bisi-2 dengan proses cara II (nilai 4,3) dan NK-99 dengan proses cara II (nilai 4,5). Sedangkan penilaian aroma emping jagung tidak ada perbedaan. Kerenyahan emping jagung, tingkat kesukaan terhadap rasa emping jagung serta rasa gurih emping terdapat perbedaan penilaian. Nampak bahwa emping jagung varietas Bisi-2 dengan proses cara II dinyatakan paling renyah (nilai 4,2), rasa disukai dan cukup gurih. Dari hasil penilaian secara keseluruhan terhadap emping jagung goreng, nampak bahwa pengolahan cara II relatif menghasilkan kualitas emping jagung lebih baik dilhat dari penilaian terhadap warna, tingkat kerenyahan dan rasa. Hal tersebut didukung oleh data persentase jumlah panelis yang menilai (Tabel 4). 535 Seminar Nasional Serealia 2011

Tabel 3. Hasil preferensi paelis terhadap emping jagung Perlakuan Kriteria uji emping jagung goreng Varietas x Cara Warna Aroma Kerenyahan Rasa Rasa gurih Bisi-2 x Cara I 3,3 b 3,5 a 3,7 abc 3,1 b 3,0 b Bisi-2 x Cara II 4,3 a 3,5 a 4,2 a 3,5 ab 3,4 ab Bisi-16 x Cara I 2,4 c 3,3 a 3,4 c 3,1 b 3,2 ab Bisi-16 x Cara II 3,3 b 3,3 a 3,9 ab 3,6 a 3,6 a NK-99 x Cara I 3,1 b 3,5 a 3,5 bc 3,3 ab 3,0 b NK-99 x Cara II 4,5 a 3,5 a 3,7 abc 3,4 ab 3,2 ab Keterangan: - Cara I adalah proses awal perendaman biji jagung - Cara II adalah proses awal perebusan biji jagung - Nilai rata-rata dalam satu kolom yang diikuti huruf sama dinyatakan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5% Penilaian: - warna dengan skor 1 (sangat tidak suka) 5 (sangat suka) - aroma dengan skor 1 (sangat tidak suka) 5 (sangat suka) - kerenyahan dengan skor 1 (sangat tidak renyah) 5 (sangat renyah) - rasa dengan skor 1 (sangat tidak suka) 5 (sangat suka) - rasa gurih dengan skor 1 (sangat hambar) 5 (sangat gurih) Jumlah panelis yang menyatakan suka terhadap warna emping jagung goreng relatif lebih tinggi pada proses cara II. Persentase panelis sebanyak 55% menyatakan sangat suka dan 40% menyatakan suka terhadap warna emping jagung goreng dari varietas NK- 99 dengan proses cara II. Sebenarnya warna juga dipengaruhi oleh lama menggoreng, karena makin lama warna emping jagung makin gelap. Namun dalam hal ini waktu dan cara menggoreng untuk semua perlakuan dibuat sama. Warna emping jagung lebih disukai dengan proses cara II, yaitu dilakukan perebusan biji jagung terlebih dahulu sebelum direndam, hal ini karena semua proses metabolisme dalam biji jagung dihentikan karena perebusan termasuk perubahan warna sehingga warna tetap cerah. Jumlah panelis yang menyatakan lebih renyah adalah nampak pada proses olah cara II, demikian pula tingkat kesukaan terhadap rasa. Namun, untuk rasa emping juga dipengaruhi oleh rasa gurihnya. Jumlah panelis yang lebih menyukai rasa emping ternyata juga menyatakan rasanya lebih gurih. Rasa gurih ini dipengaruhi oleh cara (merata/tidak) dan jumlah pemberian bumbu. 536 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik

Tabel 4. Presentase jumlah panelis dalam penilaian terhadap emping jagung goreng Kriteria Warna Bisi-2 x Cara I Bisi-2 x Cara II Varietas x Cara Bisi-16 x Cara I Bisi-16 x Cara II NK-99 x Cara I NK-99 x Cara II sangat suka 5 40 0 0 5 55 Suka 20 45 10 40 30 40 cukup suka 70 15 25 45 40 5 tidak suka 5 0 60 15 20 0 sangat tdk suka 0 0 5 0 5 0 Aroma sangat suka 0 5 5 0 0 0 Suka 50 40 35 40 45 45 cukup suka 45 50 40 50 55 55 tidak suka 5 5 20 10 0 0 sangat tdk suka 0 0 0 0 0 0 Kerenyahan sangat renyah 10 25 20 25 10 10 renyah 50 65 15 45 40 50 cukup renyah 35 10 45 25 35 40 tidak renyah 5 0 20 5 15 0 sangat tdk renyah 0 0 0 0 0 0 Rasa sangat suka 0 5 0 10 0 0 Suka 30 40 35 50 50 45 cukup suka 45 50 40 30 30 50 tidak suka 25 5 25 10 20 5 sangat tdk suka 0 0 0 0 0 0 Rasa Gurih sangat gurih 5 10 0 15 5 5 Gurih 25 35 45 35 20 25 cukup gurih 30 40 25 40 45 50 hambar 40 15 30 10 30 20 sangat hambar 0 0 0 0 0 0 KESIMPULAN DAN SARAN Pada dasarnya varietas Bisi-2, Bisi- 16, dan NK-99, dapat diolah menjadi emping jagung. II cara pembuatan emping jagung, (biji jagung direbus terlebih dahulu) menghasilkan produk yang lebih baik kualitasnya. Guna mendapatkan kualitas emping jagung yang lebih baik, disarankan bumbu diberikan pada saat perebusan kedua, sehingga bumbu dapat lebih meresap pada biji dan dapat merata ke seluruh bagian biji. 537 Seminar Nasional Serealia 2011

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R I. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 57 h. Anonim. 2009. Deskripsi Varietas Unggul Palawija 1918 2009. Dikompilasi oleh: Hermanto, D. Sadikin, dan E. Hikmat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 330 h. Antarlina, S.S. dan E. Ginting. 1992. Kue basah dari Tepung Jagung Komposit. Penelitian Palawija Vol. 7 No. 1 dan 2, p 34 45. Antarlina, S.S. dan J. S. Utomo. 1993. Kue Kering dari Bahan Tepung Campuran Jagung, Gude dan Kedelai. Rísalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1992. Balittan Malang. Bahtiar. 2007. Prospek Pengembangan Jagung Komposit Varietas Sukmaraga di Propinsi Sumatera Selatan. Dalam Armanto, M.E. et al., (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Pangan Nasional dan Pengembangan Bioenergi untuk Kesejahteraan Masyarakat. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Palembang: 68 75. Direktorat Serealia. 2001. Data Base Tanaman Jagung. Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta. Buku. 342 h. Suhardjo. 2006. Pengolahan Hasil Berbasis Jagung. Kumpulan Tulisan I Teknologi Pasca Panen Hasil Pertanian. Kelompok Pengkaji Psaca Panen (Tidak Dipublikasikan). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur. Malang. 8 h. Suhardjo. 2006. Paket Teknologi Pangan Lauk Pauk dan Snack/Camilan. Kumpulan Tulisan I Teknologi Pasca Panen Hasil Pertanian. Kelompok Pengkaji Psaca Panen (Tidak Dipublikasikan). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur. Malang. 17 hal. Sumaryanto dan Rusastra. 1991. Perkembanga Penggunaan Jagung Dalam Negeri Tahun 1980 2004. Dalam Damardjati, Subandi. I.K. Kariasa. Zubachtirodin, dan Sania Saenong, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 51 h. Susila B.A. dan A. Resmisari. 2005. Review: Tepung Jagung Komposit, dan Pengolahannya. Dalam Munarso, J. et al., (Penyunting). Prosiding Seminar Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Buku I: Proses dan Pengolahan Hasil. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor: 462 473. 538 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik