BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

ANALISIS DISTRIBUSI DAN FAKTOR RESIKO TUBERKULOSIS PARU MELALUI PEMETAAN BERDASARKAN WILAYAH DI PUSKESMAS CANDILAMA SEMARANGTRIWULAN TERAKHIR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. ibu kepada anaknya melalui plasenta pada saat usia kandungan 1 2 bulan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia (Kemenkes RI, 2011). Hanya dengan sumberdaya yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa, tetapi pembangunan kesehatan di Indonesia masih mengalami banyak masalah. Masalah yang menjadi perhatian saat ini yaitu pengendalian penyakit menular. Salah satu penyakit menular yang sedang dikendalikan adalah penyakit tuberkulosis. Penyakit tuberkulosis masih juga menjadi masalah kesehatan dunia terutama negara yang berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat tuberkulosis. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama myobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2011). Penularan penyakit ini melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah 1

beterbangan di udara dan terhisap oleh orang sehat dan masuk kedalam paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang terjadi di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia. Kejadiannya kasus paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1,5 juta orang. Urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan di Indonesia menduduki urutan ketiga dengan penderita 583.000 orang pada tahun 2009 (Kemenkes RI, 2011). Menurut WHO (2012), di Indonesia setiap tahun terjadi 540 kasus baru dengan kematian 120 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Kejadian kasus tuberkulosis paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah (Depkes RI, 2006). Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dan dipengarui oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kepadatan hunian lingkungan tempat tinggal. Menurut Depkes RI (2006) Sekitar 75% penderita tuberkulosis paru adalah usia produktif secara ekonomis yaitu 15-50 tahun dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Diperkirakan seseorang penderita tuberkulosis paru dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika meninggal akibat penyakit tuberkulosis paru, pendapatannya akan hilang sekitar 15 2

tahun. Selain merugikan secara ekonomis, penderita tuberkulosis paru secara sosial bahkan kadang akan dikucilkan oleh masyarakat. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi tuberkulosis semua kasus adalah sebesar 660.000dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat tuberkulosis diperkirakan 61.000 kematian pertahun (WHO, 2010). Pada tahun 2010 didapat prevalensi tuberkulosis berdasarkan diagnosis sebesar 725 per 100.000 penduduk di Indonesia. Provinsi dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi yaitu Papua sebesar 1.441 per 100.000 penduduk yang diikuti oleh Banten sebesar 1.282 per 100.000 penduduk, dan sulawesi utara sebesar 1.221 per 100.000 penduduk. Sedangkan prevalensi terendah Provinsi Lampung sebesar 270 per 100.000 penduduk, diikuti oleh Bali sebesar 306 per 100.000 penduduk, dan Yogyakarta sebesar 311 per 100.000 penduduk (Ditjen P2 & PL, Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan hasil laporan bagian P2 & PL Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada tahun 2012 ada 407 kasus tuberkulosis, pada wilayah kota Yogyakarta ditemukan 205 kasus dan 202 kasus tuberkulosis berasal dari luar Kota Yogyakarta, untuk tahun 2013 tercatat ada 243 kasus, dari 243 kasus, kasus yang paling banyak ditemui di Puskesmas Gedongtengen. 3

Pada saat ini, pelaksanaan upaya pengendalian tuberkulosis di Indonesia secara administratif berada di bawah dua Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan, yaitu Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan (Ditjen BUK) dan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2 & PL), Subdit Tuberkulosis yang bernaung di bawah Ditjen P2 & PL. Pembinaan puskesmas berada di bawah Ditjen BUK dan merupakan tulang punggung layanan tuberkulosis dengan arahan dari subdit tuberkulosis, sedangkan pembinaan rumah sakit berada di bawah Ditjen BUK. Pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota merupakan tulang punggung dalam program pengendalian tuberkulosis. Pada tingkat kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan bertanggung jawab atas pemantauan pelayanannya. Di seksi pembrantasan penyakit menular (P2M), wakil supervisor (wasor) tuberkulosis bertanggung jawab atas pemantauan program, register dan ketersediaan obat. Register tuberkulosis di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta berisi tentang identitas penderita, fasilitas yang memberi layanan, hasil pemeriksaan dahak, klasifikasi dahak, tanggal mulai berobat, jenis obat yang diberikan, dan status kesembuhan. Sampai saat ini, pengolahan register tuberkulosis di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta masih berupa tabel dan grafik. Pada tahun 2011, pernah dilakukan penyajian data dalam bentuk pemetaan, tapi hal itu tidak bisa berjalan. Sistem surveilans seharusnya dapat 4

mengidentifikasi sebaran kasus tuberkulosis hingga tingkat individual. Identifikasi lokasi penderita tuberkulosis bisa saja dilakukan pada tingkat individu karena dalam register tuberkulosis terdapat alamat penderita yang dapat dipetakan dengan menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) melalui penyajian data spasial. Pendekatan spasial atau keruangan dengan analisis SIG penting untuk dilakukan karena pendekatan tersebut dapat ditentukan kepadatan insidensi penyakit. Konsekuensinya, keakuratan penyajian data spasial berbanding lurus dengan keakuratan item alamat pada rekam medis pasien. Oleh karena itu, penulisan alamat secara pasti pada berkas rekam medis di rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4) sangat penting bahkan esensial (Achmadi, 2005). Penggunaan peta kesehatan sebagai salah satu bentuk penyajian data sebaiknya dapat dilakukan karena dengan satu lembar peta kita dapat mengetahui dan mengamati distribusi penyakit menurut lokasi secara langsung, dan jika data telah masuk selama periode tertentu yang mempunyai karakteristik khusus (Aji, 2006). Peta dapat menampilkan informasi jenis penyakit dalam hal ini tuberkulosis dan lokasinya diambil dari register tuberkulosis di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta, hal ini diharapkan mempermudah dan mempercepat tindakan antisipasi dari pihak yang berwenang agar tanggap terhadap kejadian di masyarakat. 5

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penyajian data spasial kasus tuberkulosis di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menyajikan data spasial distribusi penyakit tuberkulosis dalam bentuk peta persebaran penyakit tuberkulosis di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a. Menyajikan data spasial distribusi kasus tuberkulosis dari data Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta pada bulan Januari danfebruari 2014 dalam bentuk peta titik koordinat dan mendeskrispsikan kejadian tuberkulosis di Wilayah Puskesmas Gedongtengen. b. Menyajikan peta distribusi kasus tuberkulosis berdasarkan jenis kelamin penderita. c. Menyajikan peta distribusi kasus tuberkulosis berdasarkan golongan umur penderita. d. Menyajikan buffer lokasi Puskesmas Gedongtengen dengan tempat tinggal penderita. 6

e. Menyajikan peta kepadatan penduduk Kecamatan Gedongtengen dengan titik lokasi penderita tuberkulosis. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas kesehatan Kota Yogyakarta Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan untuk salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan memperoleh cara untuk menjalankan program yang sesuai untuk mengendalikan sebaran kasus penyakit tuberkulosis. b. Bagi Penulis Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas dalam kepedulian penanggulangan penyakit tuberkulosis. c. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi kepada masyarakat untuk mewaspadai persebaran penyakit tuberkulosis sehingga masyarakat juga berperan dalam penanggulangan penyakit ini. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai tambahan pustaka untuk memperkaya kajian ilmu rekam medis. 7

b. Bagi Peneliti Lain Dapat digunakan sebagai acuan pendalaman materi yang bersangkutan untuk kelanjutan penelitian yang relevan. E. Keaslian penelitian Penelitian tentang Penyajian Data Spasial Kasus Tuberkulosis Di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta belum pernah dilakukan orang lain, namun penelitian yang hampir sama pernah dilakukan, antara lain: 1. Penelitian Ruswanto (2010) Judul Penelitian: Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau Dari Faktor lingkungan Dalam dan Luar rumah di Kabupaten Pekalongan. Hasil penelitiannya adalah adanya hubungan antara kejadian tuberkulosis dengan kepadatan hunian, luas ventilasi, kelembaban dalam rumah, suhu udara dalam rumah, pencahayaan alami, jenis lantai, suhu udara luar rumah, pengetahuan dan status gizi. a. Persamaan penelitian Penelitian ini dengan penelitian Ruswanto (2010) adalah sama mengangkat penyakit tuberkulosis sebagi kasus dalam penelitian ini. 8

b. Perbedaan penelitian Dalam penelitian Ruswanto (2010) jenis penelitian yang digunakan adalah studi obsevasional analitik dengan menggunakan metode rancangan penelitian case control, sedangkan pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode rancangan penelitian cross sectional. 2. Penelitian Sulistianto (2009) Judul penelitian : Penyajian Data Rekam Medis Dalam Bentuk Peta hasil penelitiannya adalah dapat menyajikan data penyakit ISPA dalam bentuk peta. a. Persamaan Persamaan penelitian ini dengan Sulistianto (2009) adalah samasama menampilkan data penyakit dalam bentuk peta. b. Perbedaan Perbedaan penelitian ini dengan Sulistianto (2009) adalah dalam penelitian ini tidak hanya menampilkan peta saja tapi mempunyai tujuan yang lebih khusus yaitu juga mengetahui penyebaran atau distribusi penyakit yaitu tuberkulosis. Metode pengumpulan data mempunyai perbedaan, jika penelitian ini menggunakan data dalam penelitian ini menggunakan data dari kasus tuberkulosi dari Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta sedangkan penelitian Sulistianto menggunakan data yang dikumpulan dari berkas 9

rekam medis pasien rawat inap dengan kasus ISPA di Puskesmas Godean I. 3. Penelitian Prihutami (2009) Judul penelitian : Analisis Kestabilan Model Penyebaran Penyakit Tuberkulosis. a. Persamaan Persamaan penelitian ini dengan Prihutami (2009) adalah samasama mengangkat kasus tuberkulosis sebagai kasus dalam penelitian ini. b. Perbedaan Perbedaan penelitian ini dengan Prihutami (2009) adalah pada tujuan. Pada penelitian ini memilki tujuan menyajikan data spasial kasus tuberkulosis dari data Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta, sedangkan pada penelitian Prihutami (2009) memiliki tujuan mengetahui model matematika penyebaran penyakit tuberkulosis, perilaku pada sub populasi susceptible, latent infectious, active infectious F. Ruang Lingkup Menyadari keterbatasan sarana, tenaga, dana, waktu dan kemampuan penulis dalam penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 10

1. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada 3 Febuari sampai dengan 15 Maret 2014. 2. Ruang Lingkup Materi Masalah dibatasi hanya pada penyajian data spasial distribusi penyakit tuberkulosis pada tempat tinggal penderita tuberkulosis. 3. Ruang Lingkup Tempat Tempat penelitian ini di wilayah Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta 11