ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

VII. ANALISIS PENDAPATAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

I Peternakan Ayam Broiler

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009)

VII. ANALISIS FINANSIAL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER MILIK BAPAK RESTU DI DESA CIJAYANTI, KECAMATAN BABAKAN MADANG, KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK SKRIPSI ARIO PRIAMBODO H

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN INVESTASI USAHA TERNAK Deskripsi Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

BAB III MATERI DAN METODE

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

Brooding Management. Danang Priyambodo

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

ANALISIS RISIKO USAHA PEMOTONGAN AYAM BROILER (Kasus pada Usaha Pemotongan Ayam Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor)

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

Transkripsi:

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN FAISHAL ABDUL AZIZ. Analisis Risiko dalam Usahaternak Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor). Di Bawah Bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA. Usaha peternakan ayam broiler mempunyai risiko yang tinggi. Risiko tinggi yang dihadapi peternak ayam broiler sangat dirasakan oleh Bapak Rahmat, pemilik usaha peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Usaha peternakan X adalah usaha peternakan ayam broiler plasma yang mempunyai kapasitas produksi sebanyak 4000 ekor setiap periodenya. Risiko yang dihadapi usaha peternakan X adalah risiko harga (baik harga input maupun harga jual output), risiko produksi (cuaca dan iklim bisa menyebabkan tingkat mortalitas sebesar 30-50 persen dan penyakit bisa menyebabkan tingkat mortalitas sebesar 50 persen), dan risiko sosial. Risiko-risiko tersebut sangat berpengaruh terhadap keuntungan atau pendapatan bersih yang diterima peternak. Kemampuan dalam meminimalkan risiko sangat dibutuhkan usaha peternakan X dalam menjalankan produksinya. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi peternak untuk meminimalkan atau menghindari risiko yang dihadapinya. Berdasarkan kondisi di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah : (1). Bagaimana pengaruh risiko terhadap pendapatan usaha peternakan X?, (2). Bagaimana alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X?. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : (1). Menganalisis pengaruh risiko terhadap pendapatan usaha peternakan X, (2). Menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X. Penelitian dilakukan pada usaha peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner, observasi dan wawancara dengan pemilik peternakan, kepala kandang, anak kandang, dan field controller perusahaan inti. Data primer tersebut berupa keadaan umum lokasi penelitian dan manajemen risiko yang diterapkan usaha peternakan X. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data sekunder tersebut diantaranya berupa data harga input dan output, laporan biaya, penerimaan, dan pendapatan perusahaan. Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis risiko dan analisis deskriptif. Analisis risiko digunakan untuk menganalisis tingkat risiko yang dihadapi usaha peternakan X. Analisis risiko yang digunakan adalah dengan menghitung expected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), koefisien variasi (coefficient variation), dan batas bawah pendapatan. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan X. Usaha peternakan X berdiri pada akhir tahun 2002 dan mulai beroperasi pada bulan Maret 2003. Usaha peternakan X telah menjalin kemitraan dengan tiga perusahaan inti, yaitu PT Inter Agro Prospek (2003-2004), PT Prima Karya Persada (2004-2006), dan PT Super Unggas Jaya (2006-sekarang). Usaha peternakan X terletak di Kampung Cibentang RT 01/ RW 05, Desa Tapos,

Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Usaha peternakan X memiliki struktur organisasi yang sangat sederhana. Struktur organisasi sederhana dapat mengantisipasi perubahan lingkungan dengan cepat. Nilai expected return yang diterima usaha peternakan X adalah sebesar Rp 5.768.199. Nilai ini menggambarkan bahwa pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh oleh usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 5.768.199 (cateris paribus). Nilai standard deviation yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar Rp 10.095.088. Nilai tersebut menunjukkan bahwa risiko yang harus dihadapi usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 10.095.088 (cateris paribus). Nilai coefficient variation yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar 1,75. Nilai coefficient variation sebesar 1,75 menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh peternak sebesar 175 persen dari nilai return yang diperoleh peternak. Nilai coefficient variation yang lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa usaha peternakan X akan menghadapi peluang merugi pada setiap periode di masa yang akan datang (cateris paribus). Nilai batas bawah pendapatan yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar Rp 14.421.977. Nilai ini menunjukkan bahwa kemungkinan risiko paling rendah atau kerugian terendah yang akan dihadapi usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 14.421.977 (cateris paribus). Berdasarkan hasil analisis risiko, risiko yang dihadapi usaha peternakan X yaitu risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosial sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternakan X. Risiko-risiko tersebut menyebabkan pendapatan usaha peternakan X berfluktuasi tajam. Bahkan pada periode ke-6 dan ke-12 usaha peternakan X mengalami kerugian masingmasing sebesar Rp 3.326.570 dan Rp 21.213.029. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa manajemen risiko yang diterapkan di usaha peternakan X adalah manajemen risiko harga, manajemen risiko produksi dan manajemen risiko sosial. Manajemen risiko produksi (proses persiapan kandang dan proses budidaya) dan manajemen risiko harga yang diterapkan masih belum efektif. Hal ini diindikasikan karena masih tingginya rata-rata tingkat mortalitas dan nilai FCR yaitu masing-masing sebesar 10 persen dan 1,88. Jumlah tersebut melebihi angka mortalitas dan nilai FCR standar yaitu sebesar 5 persen dan 1,5-1,6. Indikasi lain belum efektifnya manajemen risiko produksi dan manajemen risiko harga yang diterapkan adalah tingginya fluktuasi pendapatan bersih yang diterima usaha peternakan X. Manajemen risiko sosial yang diterapkan juga belum efektif, karena masih terjadinya kasus pencurian ayam. Alternatif manajemen risiko yang dapat diterapkan oleh usaha peternakan X diantaranya adalah mendatangkan tim medis yang dikepalai oleh seorang dokter hewan yang bertanggung jawab penuh terhadap kesehatan ayam secara keseluruhan. Adanya tim medis ini diharapkan dapat meminimalkan tingkat mortalitas akibat penyakit yang mewabah di usaha peternakan X. Alternatif manajemen risiko yang dapat juga diterapkan oleh usaha peternakan X adalah memperbaiki teknologi dalam hal pengaturan sirkulasi kandang. Perbaikan teknologi dalam hal pengaturan sirkulasi kandang dapat meminimalkan tingkat mortalitas akibat cuaca dan iklim yang tidak menentu. Beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah membuat air deflector, memasang insulasi di atap kandang (Roof Insulation), dan memasang kipas angin.

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN AGRIBISNIS Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa Nomor Registrasi Pokok Program Mayor Judul : Faishal Abdul Aziz : H34066044 : Agribisnis : Analisis Risiko Dalam Usahaternak Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui : Dosen Pembimbing Ir. Juniar Atmakusuma, MS. NIP. 130 804 891 Mengetahui : Ketua Departemen Agribisnis Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. NIP. 131 415 082 Tanggal Kelulusan : Januari 2009

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (STUDI KASUS USAHA PETERNAKAN X DI DESA TAPOS, KECAMATAN TENJO, KABUPATEN BOGOR) ADALAH HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Januari 2009 Faishal Abdul Aziz H34066044

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 21 Oktober 1984 sebagai anak kandung dari Bapak Jaya Rahmat dan Ibu Rohani. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Kawunggading Cianjur dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SMP Negeri 2 Cianjur. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Cianjur. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun 2002 ke Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Setelah lulus pada tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan pada tahun 2006 ke Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif pada berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan seperti di Departemen Islamic Social Economic Development (ISED) Keluarga Muslim Sosek (KMS) pada tahun 2002-2003, Biro Aplikasi Pertanian Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) pada tahun 2003-2004, dan Biro Kerohanian Islam Forum Komunikasi MAB (FK-MAB) pada tahun 2002-2004. Selain itu, penulis juga pernah aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bulu Tangkis IPB pada tahun 2002. Penulis pernah bekerja pada tahun 2006-2007 di PT Pamapersada Nusantara, sebuah perusahaan kontraktor pertambangan batu bara unit bisnis Heavy Equipment PT Astra Internasional, Tbk. Jabatan penulis selama bekerja di perusahaan tersebut adalah sebagai Community Development Officer pada Community Development Department. Penulis kemudian merintis usaha peternakan ayam broiler dengan kapasitas produksi sebesar 4.000 ekor di Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor pada tahun 2007 hingga sekarang.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan kepada penulis dalam menyusun tulisan ilmiah ini. Tulisan ilmiah ini disusun penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tulisan ilmiah ini berjudul Analisis Risiko dalam Usahaternak Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor). Tulisan ilmiah ini menguraikan tingkat risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X dan manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan X. Pola pemikiran penulis diawali dengan melihat tingginya risiko yang dihadapi dalam usaha peternakan ayam broiler yang merupakan bagian dari sub sektor peternakan di Indonesia. Pola pemikiran ini terus berkembang, sehingga pada akhirnya penulis mencoba untuk menganalisis risiko dalam usahaternak ayam broiler pada usaha peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari para pembaca sebagai masukan untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam perkembangan keilmuan dan kehidupan bagi semua pihak. Bogor, Januari 2009 Faishal Abdul Aziz H34066044

UCAPAN TERIMAKASIH Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis mulai dari tahap awal sampai pada tahap akhir penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS dan Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku Penguji Utama dan Penguji Komdik yang telah memberikan arahan dan saran untuk perbaikan terhadap isi dan format penulisan skripsi ini. 3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator kolokium yang telah memberikan saran untuk perbaikan isi skripsi ini. 4. Bapak Rahmat, Bapak Junaedi, dan Bapak Syaiful Basri, S.Pt selaku fasilitator dalam kegiatan penelitian di lapangan yang telah bersedia memberikan kesempatan, fasilitas dan data yang dibutuhkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ayah dan ibu tercinta atas perhatian dan kasih sayang yang diberikan serta dorongan moril dan materil yang tidak terhingga jumlahnya kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 6. dr. Anggia Nurafrilla, S.Ked sahabat hati yang telah memberikan motivasi dan saran yang sangat dibutuhkan penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengembangan keilmuan di masa yang akan datang. Bogor, Januari 2009 Penulis

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 6 1.3. Tujuan Penelitian... 11 1.4. Kegunaan Penelitian... 12 II. TINJAUAN PUSTAKA... 13 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler... 13 2.2. Faktor-Faktor Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler... 16 2.2.1. Lahan... 16 2.2.2. Kandang dan Peralatan Kandang... 17 2.2.3. Day Old Chick (DOC)... 19 2.2.4. Pakan... 20 2.2.5. Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin... 21 2.2.6. Tenaga Kerja... 22 2.3. Risiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis... 22 2.4. Penelitian Terdahulu... 24 III. KERANGKA PEMIKIRAN... 30 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... 30 3.1.1. Konsep Dasar Risiko... 30 3.1.2. Sumber Sumber Risiko... 33 3.1.3. Sikap dalam Menghadapi Risiko... 35 3.1.4. Konsep Manajemen Risiko... 36 3.1.5. Ukuran Risiko... 40 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional... 41 IV. METODE PENELITIAN... 45 4.1. Lokasi dan Waktu... 45 4.2. Data dan Sumber Data... 45 4.3. Teknik Pengumpulan Data... 46 4.4. Metode Analisis Data... 46 4.4.1. Analisis Deskriptif... 48 4.4.2. Analisis Risiko... 48 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 54 5.1. Keadaan Umum Usaha Peternakan X... 54 5.1.1. Sejarah Perusahaan... 54 vi viii ix

5.1.2. Lokasi Perusahaan... 57 5.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan... 58 5.2. Kegiatan Produksi Ayam Broiler Usaha Peternakan X... 61 5.2.1. Persiapan Kandang... 62 5.2.2. Kegiatan Budidaya... 65 5.2.2.1. Tahap Periode Pemanasan (Brooding Period)... 65 5.2.2.2. Tahap Pertumbuhan... 71 5.2.3. Pemanenan... 74 5.2.4. Saluran Pemasaran... 76 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 77 6.1. Analisis Pengaruh Risiko terhadap Pendapatan Usaha Peternakan X... 77 6.1.1. Pengaruh Risiko terhadap Produksi Usaha Peternakan X... 77 6.1.2. Pendapatan Bersih Usaha Peternakan X... 85 6.1.2.1. Biaya Produksi... 85 6.1.2.2. Penerimaan... 88 6.1.2.3. Pendapatan Bersih... 91 6.1.3. Hasil yang Diharapkan (Expected Return)... 94 6.1.4. Ragam (Variance)... 95 6.1.5. Simpangan Baku (Standard Deviation)... 96 6.1.6. Koefisien Variasi (Coefficient Variation)... 97 6.1.7. Batas Bawah Pendapatan (L)... 98 6.2. Analisis Manajemen Risiko yang Telah Diterapkan Usaha Peternakan X... 99 6.2.1. Manajemen Risiko Harga... 101 6.2.2. Manajemen Risiko Produksi... 102 6.2.2.1. Manajemen Risiko Persiapan Kandang... 102 6.2.2.2. Manajemen Risiko Budidaya Usahaternak... 103 6.2.2.3. Manajemen Risiko Pemanenan... 107 6.2.3. Manajemen Risiko Sosial... 108 6.3. Penerapan Manajemen Risiko Usaha Peternakan X... 111 6.4. Alternatif Manajemen Risiko Usaha Peternakan X... 113 VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 116 7.1. Kesimpulan... 116 7.2. Saran... 119 DAFTAR PUSTAKA... 121 LAMPIRAN... 123

Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Populasi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007... 1 2. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2000-2007... 2 3. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007... 3 4. Produksi Ternak Unggas di Kota Bogor Tahun 2006... 4 5. Fluktuasi Harga DOC, Pakan, Broiler Hidup dan Daging Broiler di Usaha Peternakan X Tahun 2003-2008... 8 6. Luas Kandang Ayam Broiler... 17 7. Jenis Alat Pemanas Berdasarkan Sumber Energinya... 18 8. Kandungan Gizi Daging Ayam Broiler per 100 Gram... 19 9. Kebutuhan Zat Nutrisi Berdasarkan Energi Metabolisme dan Protein... 20 10. Program Vaksinasi Ayam Broiler... 21 11. Penelitian Terdahulu tentang Ayam Broiler dan Risiko... 25 12. Metode Analisis untuk Menjawab Tujuan Penelitian... 47 13. Kebutuhan Temperatur untuk DOC Selama Periode Pemanasan. 66 14. Jadwal Penerangan dan Pencahayaan Ayam Broiler... 67 15. Waktu Produksi Usahaternak di Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 77 16. Tingkat Mortalitas Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 80 17. Feed Convertion Ratio (FCR) Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 82 18. Jumlah Ayam Hilang di Usaha Peternakan X karena Kasus Pencurian Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 83 19. Biaya Sosial Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 84 20. Biaya Produksi Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 86 21. Kontribusi Penggunaan Biaya terhadap Total Biaya Produksi dalam Setiap Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 87 22. Penerimaan Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 89

23. Pendapatan Bersih Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 91 24. Expected Return Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 94 25. Nilai Ragam (Variance) Usaha Peternakan X (Rupiah)... 95

Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Fluktuasi Tingkat Mortalitas di Usaha Peternakan X... 10 2. Sikap dalam Menghadapi Risiko... 35 3. Tahapan dalam Proses Manajemen Risiko... 37 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional... 44 5. Struktur Organisasi Usaha Peternakan X... 59 6. Saluran Pemasaran Usaha Peternakan X... 76 7. Fluktuasi Harga Input dan Output Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 79 8. Fluktuasi Pendapatan Bersih Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan (13 Februari 2006-23 Desember 2007)... 93

Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Populasi Daging Ayam Broiler Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2003 2007 (000 Ekor)... 124 2. Produksi Daging Ayam Broiler Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2003 2007 (Ton)... 125 3. Konsumsi Daging Ayam Broiler Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2003 2007 (Ton)... 126 4. Rincian Penggunaan Biaya Pakan, DOC, dan Obat-Obatan Usaha Peternakan X Selama Periode Pengamatan... 127 5. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-1 (13 Februari-23 Maret 2006) 128 6. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-2 (12 April-20 Mei 2006)... 129 7. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-3 (18 Juni-27 Juli 2006)... 130 8. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-4 (17 Agustus-25 Sept 2006).. 131 9. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-5 (16 Oktober-22 Nov 2006).. 132 10. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-6 (14 Des 2006-21 Jan 2007).. 133 11. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-7 (11 Februari-20 Maret 2007) 134 12. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-8 (13 April-18 Mei 2007)... 135 13. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-9 (8 Juni-17 Juli 2007)... 136 14. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-10 (9 Agustus-8 Sept 2007)... 137 15. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-11 (27 September-26 Okt 2007) 138 16. Daftar Harga Kontrak Periode Ke-12 (16 November-23 Des 2007) 139 17. Kuesioner Risiko dan Manajemen Risiko... 140

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah (added value) bagi pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin dibangun di masa depan adalah yang mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasar dan mampu berkembang secara berkelanjutan. Peternakan ayam broiler adalah salah satu andalan dalam sub sektor peternakan di Indonesia. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat). Pembangunan peternakan ayam broiler di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan jumlah populasinya. Jumlah populasi ayam broiler di Indonesia disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Populasi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003 2007 No Tahun Jumlah (Ekor) Pertumbuhan (%) 1 2003 847.743.895-2 2004 778.969.843-8,11 3 2005 811.188.684 4,13 4 2006 797.527.446-1,68 5 2007 920.851.121 15,46 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008

Berdasarkan Tabel 1, jumlah populasi ayam broiler terus berkembang. Jumlah populasi ayam broiler pada tahun 2007 merupakan jumlah populasi tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 920.851.121 ekor. Jumlah populasi yang besar ini merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik agar usaha peternakan ayam broiler bisa terus berkembang di masa yang akan datang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan masyarakat akan daging ayam semakin meningkat. Faktor lain yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan daging ayam adalah meningkatnya jumlah pendapatan masyarakat, meningkatnya daya beli masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan daging ayam dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging ayam. Jumlah konsumsi daging ayam broiler di Indonesia disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003 2007 No Tahun Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%) 1 2003 1.368.200-2 2004 1.425.300 4,17 3 2005 1.573.000 10,36 4 2006 1.486.100-5,52 5 2007 1.564.200 5,25 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008 Berdasarkan Tabel 2, jumlah konsumsi daging ayam broiler terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 1.573.000 ton dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10,36 persen dari tahun sebelumnya. Besarnya jumlah konsumsi tersebut merupakan apresiasi yang baik dari masyarakat terhadap produk peternakan ayam

broiler. Potensi inilah yang harus dikembangkan dengan baik agar usaha peternakan ayam broiler dapat terus berkembang secara berkelanjutan. Peternakan ayam broiler mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah siklus produksi yang sangat pendek yaitu sekitar 30-40 hari. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadi daya tarik bagi para peternak karena perputaran modalnya relatif lebih cepat. Modal yang telah dikeluarkan akan cepat kembali, sehingga keuntungan akan cepat didapatkan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap minat para peternak untuk terus memproduksi ayam broiler. Jumlah produksi ayam broiler terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi terhadap daging ayam broiler. Jumlah produksi ayam broiler di Indonesia disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003 2007 No Tahun Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%) 1 2003 771.112-2 2004 846.097 9,72 3 2005 779.109-7,91 4 2006 861.262 10,54 5 2007 918.479 6,64 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008 Berdasarkan Tabel 3, jumlah produksi ayam broiler terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 918.479 ton dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,64 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah produksi di tahun 2007 meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi daging ayam di tahun 2007 yaitu sebesar 1.564.200 ton (Tabel 2). Jumlah produksi ayam broiler dari tahun ke tahun ternyata tidak mampu memenuhi jumlah permintaan ayam broiler. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya jumlah produksi ayam broiler dibandingkan

dengan jumlah konsumsi ayam broiler. Peningkatan jumlah produksi ayam broiler harus terus dilakukan untuk memenuhi jumlah konsumsi daging ayam broiler. Kota Bogor merupakan salah satu daerah sentra produksi ayam broiler di Jawa Barat. Jumlah produksi ayam broiler memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap jumlah produksi unggas secara keseluruhan di Kota Bogor, namun jumlahnya masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah produksi ayam buras. Jumlah produksi ternak unggas di Kota Bogor disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Produksi Ternak Unggas di Kota Bogor Tahun 2006 No Jenis Unggas Jumlah (Ekor) Kontribusi (%) 1 Ayam Buras 554.434 75,12 2 Ayam Broiler 178.000 24,11 3 Ayam Ras Petelur 2.500 0,34 4 Itik/Bebek 3.094 0,42 Jumlah 738.028 100 Sumber : Dinas Agribisnis Kota Bogor, 2007 Berdasarkan Tabel 4, jumlah produksi ayam broiler di Kota Bogor sebanyak 178.000 ekor dengan kontribusi sebesar 24,11 persen terhadap jumlah keseluruhan ternak unggas di Kota Bogor. Jumlah produksi tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan dengan jumlah produksi ayam buras yaitu sebesar 554.434 ekor. Peningkatan produksi ayam broiler di Kota Bogor harus dilakukan untuk memenuhi permintaan ayam broiler yang terus meningkat. Pengembangan usahaternak ayam broiler akan berhasil apabila peternak mampu mengelola usahaternaknya dengan baik. Pengelolaan usahaternak ayam broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, sampai kepada manajemen pemasaran. Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki

kompetensi yang baik dalam mengelola seluruh fungsi perusahaan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan usahanya. Kemampuan manajemen yang baik harus ditunjang oleh infrastruktur peternakan yang memadai. Infrastruktur yang memadai dapat ditunjukkan dengan kemudahan akses terhadap jalan, jaringan listrik dan telepon, sumber mata air, tersedianya kandang dan peralatan kandang yang layak pakai, dan sebagainya. Penggunaan teknologi yang tepat guna juga merupakan faktor yang penting dalam mendukung infrastruktur peternakan yang memadai. Infrastruktur yang baik merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan usahaternak ayam broiler yang dijalankan. Usaha peternakan ayam broiler tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam mengusahakan peternakan ayam broiler. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Risiko yang dihadapi dalam usahaternak ayam broiler ini adalah risiko harga, baik harga-harga input seperti Day Old Chick (DOC), pakan dan obat-obatan, maupun harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Risiko lain yang dihadapi dalam usahaternak ayam broiler adalah risiko produksi (yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit) dan risiko sosial. Tingginya risiko yang dihadapi peternak ayam broiler sangat dirasakan oleh Bapak Rahmat, pemilik usaha peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Usaha peternakan X milik Bapak Rahmat adalah usaha peternakan rakyat yang memproduksi ayam broiler dengan kapasitas produksi sebanyak 4000 ekor. Usaha peternakan ini merupakan usaha peternakan plasma yang bekerjasama dengan perusahaan inti yaitu PT Super Unggas Jaya. Usaha

peternakan X memiliki kapasitas produksi ayam terbanyak diantara peternakan ayam broiler lainnya di Desa Tapos. Hal itulah yang menjadi alasan penelitian ini dilakukan di usaha peternakan X milik Bapak Rahmat. Pengelolaan usahaternak ayam broiler yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan peternak dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk meminimalkan risiko, sehingga peternak bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi peternak dalam proses pengambilan keputusan untuk mengurangi atau menghindari risiko yang dihadapinya. Manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan X harus efektif agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Harapannya adalah usaha peternakan X milik Bapak Rahmat dapat menjalankan usahanya dengan meraih keuntungan yang tinggi dan terjaminnya kontinuitas usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu kajian yang menganalisis risiko dan manajemen risiko dalam usahaternak ayam broiler. Kajian ini diperlukan untuk menekan peluang risiko yang terjadi dalam usahaternak ayam broiler. Dengan kajian ini, diharapkan peternak dapat mengambil keputusan yang tepat dan strategis terkait dengan risiko yang dihadapinya. Harapannya adalah para peternak ayam broiler dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik di masa yang akan datang. 1.2. Perumusan Masalah Usaha peternakan X milik Bapak Rahmat sebagai peternak plasma yang bekerjasama dengan PT Super Unggas Jaya menghadapi berbagai risiko dalam

menjalankan usahanya. Risiko tersebut adalah risiko harga, risiko produksi (yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit) dan risiko sosial. Risiko-risiko tersebut harus dikelola dengan baik agar kelangsungan usahaternak ayam broiler dapat dijaga dengan baik. Risiko harga yang dihadapi usaha peternakan X merupakan risiko yang paling berat. Harga input produksi yang tidak stabil bahkan cenderung naik sangat merugikan peternak. Kenaikan harga-harga input produksi salah satunya merupakan akibat dari kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 Juni 2008 sebagai akibat dari kenaikan harga minyak dunia yang mencapai US$ 147/barel. Selain harga-harga input produksi, harga jual output pun sangat berfluktuatif dan tidak menentu. Harga jual yang diterima peternak berdasarkan harga kontrak dengan perusahaan inti, dimana harga kontrak tersebut ditetapkan berdasarkan harga pasar. Harga kontrak tersebut setiap periodenya selalu berubah karena mengikuti harga pasar sehingga terjadi fluktuasi harga. Harga daging ayam broiler paling tinggi biasanya terjadi pada hari raya Idul Fitri. Setelah hari raya Idul Fitri berakhir, harga daging ayam broiler kembali turun. Harga daging ayam broiler akan kembali naik secara perlahan hingga mencapai harga tertinggi pada hari raya Idul Fitri berikutnya. Fluktuasi harga DOC, pakan, broiler hidup dan daging broiler di usaha peternakan X disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Fluktuasi Harga DOC, Pakan, Broiler Hidup dan Daging Broiler di Usaha Peternakan X Tahun 2003 2008 Tahun No Komoditi Satuan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 -------------------------------------- Rp ------------------------------------ 1 DOC Ekor 2.500 3.000 2.800 3.400 3.500 3.800 2 Pakan 1*) Kg 3.475 3.400 3.650 3.500 3.550 4.475 3 Pakan 2*) Kg 3.400 3.375 3.625 3.475 3.500 4.450 4 Broiler Kg 8.050 9.528 10.380 9.936 10.414 11.140 5 Daging Kg 9.625 10.725 11.425 10.850 11.525 12.650 Keterangan *) : Pakan 1 = Pakan Starter, Pakan 2 = Pakan Finisher Sumber : Usaha Peternakan X, 2008 Berdasarkan Tabel 5, harga-harga untuk setiap komoditas sangat berfluktuasi dan menunjukkan trend yang naik. Harga DOC paling rendah terjadi pada tahun 2003 dengan harga Rp 2.500/ekor, namun harga tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp 3.800/ekor. Kecenderungan harga naik juga sangat terlihat pada harga pakan, baik pakan starter maupun pakan finisher. Harga pakan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp 4.475/kg. Kelangkaan dan kenaikan harga kedelai dan jagung sebagai bahan baku pakan ayam broiler adalah salah satu penyebab tingginya harga pakan. Begitu juga halnya dengan harga-harga output berupa broiler hidup dan daging ayam yang berfluktuasi. Fluktuasi harga jual output salah satunya disebabkan karena tingkat permintaan yang berfluktuasi. Risiko produksi adalah salah satu risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X. Sumber risiko produksi adalah perubahan cuaca dan iklim yang semakin tidak menentu sebagai akibat dari pemanasan global. Perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya ternak ayam broiler. Saat musim hujan, suhu udara di dalam kandang menjadi dingin, udara dalam kandang sangat lembab, dan banyak terdapat genangan air. Sebaliknya di musim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar

karbondioksida meningkat, penguapan meningkat, dan kekeringan pun tidak bisa dihindari. Kondisi seperti itu membuat ternak ayam sulit beradaptasi sehingga mengakibatkan kematian dengan tingkat mortalitas yang sangat tinggi yaitu sekitar 30-50 persen (PT Super Unggas Jaya, 2008). Sumber risiko produksi selain cuaca dan iklim adalah penyakit dan parasit yang berbahaya. Ayam broiler sangat rentan terhadap gangguan dari berbagai macam parasit dan penyakit. Salah satu penyebab rentannya ayam broiler terhadap penyakit adalah karena perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu. Penyakit yang menyerang ayam broiler di usaha peternakan X adalah Coccidiosis (penyakit berak darah), Fowl Typoid, Fowl Cholera (penyakit berak hijau), Nutritional Deficiency (penyakit defisiensi nutrisi), Newcastle Disease (penyakit tetelo), dan Pullorum Disease (penyakit berak putih). Penyakit-penyakit tersebut dapat mengakibatkan tingginya tingkat mortalitas ayam broiler yang bisa mencapai 50 persen (PT Super Unggas Jaya, 2007). Bahkan menurut Fadilah et al. (2007), tingkat mortalitas akibat penyakit Pullorum Disease (penyakit berak putih) bisa mencapai 100 persen. Tingkat mortalitas di usaha peternakan X berfluktuatif setiap periodenya. Fluktuasi tingkat mortalitas di usaha peternakan X disajikan dalam Gambar 1.

Tingkat Mortalitas (%) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Periode Gambar 1. Fluktuasi Tingkat Mortalitas di Usaha Peternakan X Sumber : Usaha Peternakan X, 2008 Berdasarkan Gambar 1, tingkat mortalitas di usaha peternakan X sangat berfluktuasi. Tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada periode ke-12 yaitu hampir mendekati 50 persen. Tingkat mortalitas yang tinggi juga terjadi pada periode ke-6 yaitu hampir mendekati 25 persen. Tingginya tingkat mortalitas yang terjadi pada periode ke-6 dan ke-12 ini disebabkan oleh penyakit Pullorum Disease (penyakit berak putih) yang menyerang usaha peternakan X. Risiko sosial merupakan salah satu risiko yang harus dihadapi usaha peternakan X dalam menjalankan usahanya. Usahaternak ayam broiler dapat menyebabkan polusi udara yang tidak sedap, kondisi keamanan yang tidak terjamin, dan bahkan bisa menciptakan kecemburuan sosial di lingkungan masyarakat setempat. Risiko sosial dapat diatasi jika peternak memiliki tanggung jawab sosial (social responsibility) terhadap lingkungan masyarakat setempat.

Bentuk tanggung jawab sosial tersebut misalnya merekrut calon tenaga kerja dari lingkungan masyarakat setempat, memberikan kompensasi yang layak kepada masyarakat karena efek negatif yang ditimbulkan dari usahaternak, dan bentuk kegiatan lainnya yang melibatkan lingkungan masyarakat sekitar. Apabila tanggung jawab sosial tidak dijalankan dengan baik, maka akan terbentuk citra yang buruk di masyarakat sehingga tidak akan tercipta rasa aman dan rasa saling memiliki terhadap usaha yang dijalankan. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh risiko terhadap pendapatan usaha peternakan X? 2. Bagaimana alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis pengaruh risiko terhadap pendapatan usaha peternakan X. 2. Menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X.

1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, antara lain : 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi usaha peternakan X dalam mengambil suatu keputusan bisnis, sehingga usaha peternakan X dapat mengambil keputusan bisnis yang strategis dan tepat sasaran. 2. Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Harapannya adalah penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan bisa menganalisis lebih dalam lagi berkaitan dengan penulisan ilmiah tentang usahaternak khususnya tentang risiko dalam usahaternak ayam broiler. 3. Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan menulis dan menganalisis terhadap suatu permasalahan yang kompleks terkait dengan agribisnis, khususnya di bidang usahaternak ayam broiler. Harapannya adalah penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis usaha peternakan ayam broiler di masa yang akan datang.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Usaha peternakan ayam pedaging atau ayam broiler pada awalnya merupakan usaha sampingan dari usaha peternakan ayam petelur. Seiring dengan berjalannya waktu, industri peternakan ayam broiler saat ini telah banyak berdiri. Melalui aktivitas bisnisnya yaitu memproduksi ayam pedaging, yang meliputi budidaya ayam broiler (farming operation) dan industri pengolahan daging ayam, industri peternakan ayam broiler telah memberikan peranan yang nyata terhadap perkembangan sub sektor peternakan di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari segi tingkat efisiennya. Banyak para pelaku usaha menekuni usaha peternakan ayam broiler, baik secara sistem mandiri maupun secara sistem plasma. Alasannya adalah selain jumlah permintaan daging ayam yang terus meningkat, perputaran modal yang sangat cepat merupakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan ayam broiler ini. Alasan lainnya adalah tersedianya faktor-faktor produksi dalam jumlah yang banyak. Khusus untuk usaha peternakan ayam broiler dengan sistem plasma, faktor-faktor produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan, vaksinasi, dan vitamin tidak harus dibayar langsung. Faktor-faktor produksi tersebut sudah bisa dipakai untuk diproduksi selama masa produksi yaitu selama 30-40 hari dan baru bisa dibayar setelah ayam broiler dipanen. Usaha peternakan ayam broiler dapat diusahakan dalam berbagai skala produksi, baik skala besar maupun skala kecil. Saat ini telah banyak para pelaku

usaha ayam broiler yang menggabungkan beberapa unit usaha menjadi satu kesatuan unit usaha yang terintegrasi (integrated). Misalnya usaha pembibitan ayam bergabung dengan usaha pakan ternak, usaha beternak ayam broiler komersial, dan proses pemotongan ayam. Bahkan banyak diantaranya yang menggabungkan usahanya dengan usaha pengolahan ayam, sehingga ayam potong yang dijual tidak hanya dalam bentuk ayam hidup ataupun dalam bentuk karkas tetapi bisa berupa produk hasil olahan seperti fillet atau nugget. Produk hasil olahan ini diproduksi berdasarkan permintaan konsumen yang terus berkembang. Usaha peternakan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternak Rakyat, Pengusaha Kecil Peternakan, dan Pengusaha Peternakan. Peternak Rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha Kecil Peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Pengusaha Peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode. Pengusaha peternakan ini bahkan memiliki kelebihan yaitu berhak mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan bahwa Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan.

Menurut Deshinta (2006), saat ini usaha peternakan ayam broiler dikembangkan secara terintegrasi, yaitu dengan kecenderungan ke arah integrasi vertikal. Ditambahkan lagi oleh pendapatnya bahwa integrasi vertikal merupakan bagian dari struktur industri tipe industrial dimana seluruh bidang pada satu alur produk disatukan dalam satu kelompok usaha yang kemudian dikenal dengan istilah Unit Agribisnis Industrial. Unit Agribisnis Industrial mengintegrasikan antar sub sistem dalam sistem agribisnis peternakan, yaitu sub sistem agribisnis hulu, sub sistem agribisnis usahaternak, sub sistem agribisnis hilir, dan sub sistem agribisnis lembaga penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh proses produksi sapronak (sarana produksi ternak) seperti DOC, pakan, obat-obatan, mesin, dan peralatan peternakan. Sub sistem agribisnis usahaternak berkaitan dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan oleh sub sistem agribisnis hulu untuk menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub sistem agribisnis hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh sub sistem usahaternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Aktivitas perdagangan dan distribusi merupakan bagian dari sub sistem ini. Sedangkan sub sistem lembaga penunjang adalah sub sistem yang ikut menunjang keberhasilan ketiga sub sistem diatas. Sub sistem lembaga penunjang ini meliputi lembaga keuangan baik lembaga keuangan bank atau non bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan, transportasi, komunikasi, dan kebijakankebijakan pemerintah.

2.2. Faktor Faktor Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler Menurut Murtidjo (1990) dalam Gustriyeni (2007), faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap terdiri dari lahan, kandang, dan peralatan. Adapun faktor produksi variabel terdiri dari DOC, pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, sekam, air, listrik, bahan bakar untuk pemanas, dan tenaga kerja. 2.2.1. Lahan Lokasi lahan yang dipilih untuk usaha peternakan ayam broiler harus jauh dari pemukiman penduduk. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya konflik dengan lingkungan masyarakat sekitar akibat polusi udara atau polusi debu yang ditimbulkan. Tujuan lainnya adalah agar ayam terhindar dari kontaminasi penyakit yang dibawa oleh manusia atau binatang lainnya seperti ayam kampung, itik, kambing, sapi, kerbau, dan sebagainya. Selain lokasi lahan harus jauh dari pemukiman penduduk, lokasi lahan yang dipilih harus memiliki sumber air yang cukup. Kebutuhan air akan sangat terasa terutama pada musim kemarau. Air adalah kebutuhan penting bagi ayam karena kandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70 persen (Fadilah et al., 2007). Lokasi lahan yang dipilih juga harus memiliki akses yang baik terhadap infrastruktur seperti jalan, jaringan listrik, dan jaringan telepon serta dekat dengan tempat pemasaran. Usaha peternakan ayam broiler banyak berhubungan dengan aktivitas transportasi, seperti pengiriman DOC, pakan, dan pengangkutan pada

saat pemanenan ayam. Jaringan listrik berfungsi untuk penerangan lampu, pompa air, dan peralatan kandang lainnya. Sedangkan jaringan telepon berfungsi untuk mempermudah sarana komunikasi. Lokasi lahan harus dekat dengan tempat pemasaran karena akan terhindar dari risiko kematian yang tinggi, biaya transportasi yang dikeluarkan rendah, serta kondisi ayam yang lebih segar bila datang lebih awal. 2.2.2. Kandang dan Peralatan Kandang Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian kandang diantaranya adalah arah kandang, ukuran kandang, bentuk dan konstruksi kandang, dan ventilasi kandang. Kandang yang baik adalah kandang yang arahnya menghadap timur atau barat. Tujuannya adalah untuk mencegah masuknya sinar matahari dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama. Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah populasi ayam yang akan diproduksi. Luas kandang ayam broiler disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Luas Kandang Ayam Broiler Umur Ayam Luas per Ekor Luas Tempat Pakan Luas Tempat Minum No (Minggu) (Cm 2 ) per Ekor (Cm 2 ) per Ekor (Cm 2 ) 1 0 4 279 2,5 0,5 2 4 8 697 2,5 0,5 Sumber : Fadilah et al., 2007 Bentuk dan konstruksi kandang didasarkan pada kegunaan dan rencana usaha yang akan dijalankan. Menurut Fadilah et al. (2007), bentuk kandang dapat dibagi berdasarkan lantainya. Bentuk kandang berdasarkan lantainya yaitu tipe lantai (floor types) dan tipe sangkar (cage types).

Kandang yang baik adalah kandang yang memiliki ventilasi udara yang baik. Kandang ayam harus bebas dari segala penghalang sehingga udara dapat lebih mudah masuk ke kandang. Salah satu kendala beternak ayam broiler di daerah beriklim tropis adalah tingginya temperatur udara. Temperatur di daerah tropis adalah 22-39 o Celcius. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap produktivitas ayam broiler. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tingginya temperatur udara adalah memasang kipas angin, membuat hujan buatan, menanam pohon di sekitar kandang, menanam rumput atau tanaman pendek di sekitar kandang, dan sebagainya. Peralatan kandang yang digunakan dalam usahaternak ayam broiler adalah tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, dan peralatan lainnya seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dan gerobak pengangkut pakan. Tempat pakan yang sering digunakan adalah berbentuk tabung dengan kapasitas 5-7 kg. Tempat minum ayam bisa bertipe galon manual atau galon otomatis. Tempat pakan dan minum tersebut harus selalu dijaga kebersihannya serta tata letak dan ketinggiannya harus benar. Peralatan pemanas selama periode pemanasan (umur 1-14 hari) terdiri dari pemanas (brooder) dan lingkaran pelindung. Jenis pemanas sangat beragam tergantung dari sumber energi yang digunakan (Tabel 7). Tabel 7. Jenis Alat Pemanas Berdasarkan Sumber Energinya No Sumber Energi Alat Pemanas Kapasitas Jenis Pemanas (Ekor) 1 Minyak Tanah Kompor 250-700 2 Gas LPG Gasolec dan Regulator 1000-1500 3 Batu Bara Kompor 750-1200 4 Listrik Lampu 40-100 Watt 100-250 5 Sekam Kompor 100-500 Sumber : Fadilah et al., 2007

2.2.3. Day Old Chick (DOC) Day Old Chick (DOC) adalah komoditas unggulan perunggasan hasil persilangan dari jenis-jenis ayam berproduktifitas tinggi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satu ciri khas yang dimiliki komoditas ini adalah memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Day Old Chick merupakan faktor produksi utama dalam usahaternak ayam broiler. Beberapa ciri DOC yang berkualitas baik diantaranya adalah bebas dari penyakit, bobot DOC tidak kurang dari 37 gram (tergantung dari strain ayamnya), DOC terlihat aktif, berbulu cerah, kakinya besar dan basah, dan tampak segar, tidak ada cacat fisik, dan tidak ada lekatan tinja atau kotoran di duburnya. Day Old Chick yang baik akan menghasilkan ayam broiler yang baik, dimana daging ayam broiler memiliki ciri khas rasa dagingnya yang enak dan empuk serta memiliki kandungan gizi protein hewani yang banyak (Tabel 8). Day Old Chick yang berkualitas juga dapat dilihat dari jumlah mortalitas yang tidak melebihi jumlah mortalitas standar yaitu sebesar 4-5 % dari total populasi ayam yang diproduksi per periodenya (Fadilah et al., 2007). Tabel 8. Kandungan Gizi Daging Ayam Broiler per 100 Gram No Kandungan Gizi Jumlah Satuan 1 Kalori 404 Kkal 2 Protein 18,2 Gram 3 Lemak 25 Gram 4 Kolesterol 60 Mg 5 Vitamin A 243 Mcg 6 Vitamin B1 0,8 Gram 7 Vitamin B6 0,16 Gram 8 Asam Linoleat 6,2 Mg 9 Kalsium 14 Gram 10 Posfor 200 Mg Sumber : Fadilah et al., 2007

2.2.4. Pakan Seperti halnya DOC, pakan merupakan faktor produksi yang penting dalam usahaternak ayam broiler. Menurut Fadilah et al. (2007), jenis pakan ayam broiler terbagi menjadi tiga, yaitu starter, grower, dan finisher. Pakan starter diberikan pada ayam berumur 1-14 hari, pakan grower diberikan pada ayam berumur 15-39 hari, dan pakan finisher diberikan pada ayam berumur 40 hari sampai panen. Pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi seperti energi, protein, lemak, vitamin, mineral, dan suplemen nutrisi lainnya. Adapun kebutuhan nutrisi berdasarkan kandungan Energi Metabolisme (porsi energi yang tidak hilang melalui feses, urine, dan gas) dan protein disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Kebutuhan Zat Nutrisi Berdasarkan Energi Metabolisme dan Protein No Jenis Pakan Umur Ayam Energi Metabolisme Protein (Hari) (Kkal/Kg Pakan) (%) 1 Starter 1 14 3.080 24 2 Grower 15 39 3.190 21 3 Finisher 40 panen 3.300 18,5 Sumber : Fadilah et al., 2007 Indikator penggunaan pakan yang efektif dapat diukur dengan nilai Feed Conversion Ration (FCR). Feed Conversion Ration adalah rasio perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot ayam yang dihasilkan. Penggunaan pakan akan efektif jika nilai FCR yang dihasilkan lebih kecil dari nilai FCR standar. Nilai standar FCR bervariasi tergantung dari jumlah populasi ayam yang dipelihara yaitu sekitar 1,5-1,6 (Fadilah et al., 2007).

2.2.5. Obat-Obatan, Vaksin, dan Vitamin Obat-obatan, vaksin, dan vitamin merupakan faktor produksi dalam usahaternak ayam broiler yang cukup penting. Program pengobatan dilakukan pada ayam yang telah terdeteksi terkena penyakit. Beberapa contoh antibiotik yang dapat dipakai untuk mengatasi penyakit pada ayam broiler diantaranya adalah Salynomycin, Sulfonamida, Tetracycline, Nitrofuran, Quinolon, Aminocilycoside, Betalactam, Macrolide, dan Cloramphenicol. Pemberian obat secara umum dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui air minum, melalui pakan, dan melalui suntikan. Program vaksinasi merupakan cara yang digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Cara melakukan vaksinasi diantaranya adalah melalui tetes mata, tetes hidung, mulut, suntik daging, suntik bawah kulit, tusuk jarum, melalui air minum, pakan, dan penyemprotan. Vaksin pada ayam broiler terdiri dari Vaksin Tetelo 1 (ND Live), Vaksin Gumboro (IBD Live), dan Vaksin Tetelo 2 (ND Live). Program vaksinasi ayam broiler disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Program Vaksinasi Ayam Broiler No Umur (Hari) Jenis Vaksin Dosis Aplikasi 1 4 ND Killed dan ND Live 0,5 Ds (Normal) Tetes Mata 2 9 12 IBD Live Normal Air Minum 3 18 23 IBD Live Normal Air Minum 4 21 ND Live Normal Air Minum 5 32 ND Live Normal Air Minum Sumber : Fadilah et al., 2007