V GAMBARAN UMUM PASAR INDUK KRAMAT JATI

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

BAB 3 POTENSI BIOGAS DAN PERENCANAAN DIGESTER DI AREA PASAR INDUK KRAMAT JATI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tahun Bawang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

Pada bulan Perkembangan harga berbagai komoditas bervariatif. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bulan terjadi deflasi sebesar

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

30% Pertanian 0% TAHUN

Pada bulan Maret 2016 Perkembangan harga berbagai komoditas sangat bervariatif. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bulan Maret

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pada bulan Agustus Perkembangan harga berbagai komoditas sangat bervariasi. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bulan Agustus te

5. STA CIGOMBONG KABUPATEN CIANJUR

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BATAM DESEMBER 2016 INFLASI 0,26 PERSEN

I. PENDAHULUAN *

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BATAM JUNI 2016 INFLASI 1,46 PERSEN

3. STA BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Perkembangan Ekonomi Makro

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA DAN RANTAI PEMASARAN KOMODITAS CABAI MERAH DI PROPINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2013

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,06 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BATAM OKTOBER 2016 INFLASI 0,07 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG

BERITA RESMI STATISTIK

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER 2011 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI FEBRUARI 2017 INFLASI 0,45 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI MEI 2016 INFLASI 0,18 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

Tinjauan Pasar Bawang Merah

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI NOVEMBER 2016 INFLASI 0,38 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. petani. Indonesia merupakan negara yang agraris dengan komoditas pertanian yang

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

KOTA BANDAR LAMPUNG BULAN MARET 2016 INFLASI SEBESAR 0,49 PERSEN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Transkripsi:

V GAMBARAN UMUM PASAR INDUK KRAMAT JATI 5.1 Manajemen Pasar Induk Kramat Jati Pasar Induk Kramat Jati dengan dasar hukum menurut Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 tahun 2009 tanggal 28 Juli 2009 tentang pengelolaan area pasar yang didirikan dengan akta pendirian pasar induk berdasarkan SK Gubernur KDKI Jakarta No. D-V, a18/1/17/1973 tanggal 28 Desember 1973 tentang Pendirian Pasar Induk sayur mayur dan buah-buahan serta ketentuan pengurusannya. Pasar Induk Kramat Jati merupakan fasilitas pusat perdagangan besar sayur mayur dan buah-buahan di DKI Jakarta yang bersifat menyeluruh dengan fasilitas pelengkap yang diperlukan, beralamat di Jalan Raya Bogor Km. 17 Jakarta Timur. Secara organisasi dan administrasi PIKJ merupakan salah satu pasar dari 151 pasar yang dikelola oleh PD Pasar Jaya, dan telah melakukan peremajaan pasar pada tahun 2003 dengan luas 14,7 ha. Pasar Induk Kramat Jati memiliki 4.428 tempat usaha yang terdiri dari tempat usaha eksisting sebanyak 3.653 kios, tempat usaha bebas terdiri dari 890 kios, Uniko dengan jumlah 76 tempat dan juga terdapat Agro Outlet sebanyak 29 kios. Tugas pokok Pasar Induk Kramat Jati diantaranya adalah mengatur dan menyelenggarakan pengurusan fasilitas untuk kelancaran arus bahan makanan sayur-mayur dan buah-buahan, menyediakan fasilitas perdagangan dan pemasaran yang diperlukan bagi penyelenggaraan perdagangan besar sayur mayur dan buah-buahan. Sedangkan fungsi dari Pasar Induk Kramat Jati adalah menyediakan dan mengatur fasilitas-fasilitas perdagangan/pemasaran, menyediakan fasilitas umum, mengatur kegiatan angkutan dan bongkar muat, pencatatan harga dan tonase. Pasar Induk Kramat Jati memiliki berbagai macam fasilitas layanan umum lengkap. Terdapat sebuah masjid dan tiga mushola yang menjamin kelancaran para pengguna pasar dalam beribadah. Fasilitas umum lainnya berupa toilet di 14 lokasi, Bank umum yang terdiri dari Bank Mandiri dan Mayapada, serta lahan parkir seluas 14.737 m 2. Layanan keamanan dan kebersihan pasar ini masingmasing dikelola oleh PT. Kelola Jasa Amanusa dan PT. Garda Transmoes Mandiri. Sedangkan untuk layanan angkutan dikelola oleh KABAPIN dengan jumlah angkutan sebanyak 700 unit. Pasar Induk Kramat Jati juga menyediakan 51

jasa bongkar muat yang dikelola oleh suatu badan yang disebut BAPENGKAR. Selain itu BAPENGKAR juga menyediakan jasa penimbangan komoditi yang kemudian akan dilaporkan ke kantor Pasar Induk Kramat Jati. Pola distribusi yang terjadi di Pasar Induk Kramat Jati disajikan pada Gambar 11. Petani/Produsen dari Sumatera Petani/Produsen dari Jawa Barat Petani/Produsen dari Jawa Tengah dan Jawa Timur Petani/Produsen dari luar negeri (Pelabuhan) PASAR INDUK KRAMAT JATI Pasar-pasar Swalayan Pasar-pasar Wilayah di BOTABEK Hotel dan Restoran Pasar-pasar Wilayah di DKI Gambar 11. Pola Distribusi Sayur-mayur dan Buah-buahan di Pasar Induk Kramat Jati Sumber: Pasar Induk Kramat Jati, 2011 Pasokan sayur-mayur dan buah-buahan yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati (Gambar 11) berasal dari beberapa daerah sentra seperti dari provinsi Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta dari Luar Negeri. Untuk komoditas kentang, pasokan berasal dari daerah Garut, Medan, Dieng, Pangalengan, Padang. Untuk komoditas kubis, pasokan berasal dari daerah Dieng, Pangalengan, Garut, Cipanas, Medan, Padang, Malang. Komoditas tomat, pasokan berasal dari daerah Garut, Pangalengan, Cipanas, Dieng (Tabel 11). Untuk sayur-mayur yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati berdasarkan daerah asal untuk setiap jenis komoditas disajikan dalam Tabel 11. 52

Tabel 11. Pasokan sayur-mayur untuk setiap komoditas dari beberapa daerah asal di Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas Daerah Asal Kubis Dieng, Pangalengan, Garut, Cipanas, Medan, Padang, Malang Kembang Kol Pangalengan, Cipanas, Garut Sawi Cipanas, Sukabumi, Kuningan, Bogor Buncis Sukabumi, Cipanas, Lembang Wortel Pangalengan, Cipanas, Garut, Sukabumi Tomat Garut, Pangalengan, Cipanas, Dieng Labu Siem Cipanas, Sukabumi, Bogor, Garut Terong Purwakarta, Bogor, Subang, Cirebon Timun Cikarang, Cipanas, Purwakarta, Subang Cabe(Kriting,Merah Magelang, Wates, Wonosobo, Malang, Banyuwangi, Besar, Rawit Merah Madura, Rembang, Tasik, Sukabumi, Ciwidey, dan Hijau) Pangalengan, Cipanas, Wonosobo, Klaten Bawang Merah Brebes, Tegal, Patrolimport Nganjuk Bawang Putih Wonosobo, Import Daun Bawang Sukabumi, Cipanas, Pangalengan, Garut Daun Sledri Sukabumi, Bogor, Cipanas Nangka Muda Padang, Lampung, Bogor, Serang Caisin Cipanas, Bogor, Sukabumi Jagung Garut, Cirebon, Tegal, Brebes Jengkol Lampung, Tegal, Banyuwangi Kentang Garut, Medan, Dieng, Pangalengan, Padang Kelapa Lampung, Tasik, Serang, Padang Sumber: Pasar Induk Kramat Jati, 2011 Setiap harinya Pasar Induk Kramat Jati menerima pasokan sayur-sayuran, buah-buahan, umbi-umbian dan bumbu dapur dari berbagai daerah di Indonesia. Sebanyak 99,05 persen pasokan diperoleh dari luar daerah. Tonase dari masingmasing komoditas yang diperjualbelikan tersebut yaitu sayuran dengan jumlah 1100-1400 ton, buah-buahan sebanyak 1200-1500 ton, umbi-umbian dengan jumlah 90-120 ton dan bumbu dapur dengan jumlah 10-30 ton.sedangkan untuk permintaan sayur-mayur dari Pasar Induk Kramat Jati berasal dari pasar-pasar swalayan, hotel dan restoran, pasar-pasar di wilayah DKI Jakarta, serta pasarpasar wilayah Bogor, Tangerang, Bekasi. 5.2 Perkembangan Harga Sayuran di Pasar Induk Kramat Jati Komoditas sayuran yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDB hortikultura nasional. Sayuran tersebut meliputi beberapa komoditas termasuk kentang, kubis, dan tomat. Kontribusi terhadap PDB sayuran pada tahun 2009 53

komoditas kentang sebesar 8,16%, kubis sebesar 6,66%, dan tomat sebesar 7,48% (Ditjen Hortikultura, 2009a). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas sayuran tersebut terutama kentang, kubis, dan tomat memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masayarakat Indonesia terutama petani yang mengusahakan ketiga komoditas tersebut. 5.2.1 Perkembangan Harga Kentang Perkembangan harga kentang cenderung mengalami fluktuasi setiap tahun sehingga hal ini menyebabkan ketidakpastian atas harga yang diperoleh pihakpihak terkait terutama petani dan pedagang. Berdasarkan plot data deret waktu harga kentang diperoleh pola data harga yang dapat dilihat pada Gambar 12. Harga (Rp/kilogram) 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 250 500 750 1000 1250 1500 1750 Hari Gambar 12. Plot Harga Kentang Periode Januari 2006 Februari 2011 Sumber : Pasar Induk Kramat Jati, 2011 Berdasarkan Gambar 12, menunjukkan adanya fluktuasi harga yang tinggi untuk komoditas kentang yang terjadi setiap hari. Harga jual kentang yang tertinggi sebesar Rp. 8.000 per kilogram yang terjadi pada periode 1094-1095 pada bulan Januari 2009. Sedangkan untuk harga terendah sebesar Rp. 2.000 per kilogram yang terjadi pada periode ke 332 pada bulan Desember 2006. Kondisi ini tidak lepas dari keseimbangan pasar antara penawaran dan permintaan yang terjadi di Pasar Induk Kramat Jati. Pasokan kentang yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati dengan pasokan pada harga tertinggi sebesar 3.244 ton bulan Januari 2009 dengan jumlah permintaan sebesar 2.595 ton. Sedangkan harga terendah dengan pasokan kentang sebesar 3.676 ton pada bulan Desember 2006 dengan jumlah permintaan sebesar 2.941 ton (Lampiran 1). Harga tertinggi yang dicapai 54

disebabkan oleh jumlah pasokan yang lebih sedikit dibandingkan dengan saat harga mencapai titik terendah. 5.2.2 Perkembangan Harga Kubis Harga kubis dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan ketidakpastian atas hasil yang diperoleh atas komoditas yang di jual. Berdasarkan plot data deret waktu harga kubis diperoleh pola data harga yang dapat dilihat pada Gambar 13. 6,000 5,000 Harga 4,000 3,000 2,000 1,000 0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 Hari Gambar 13. Plot Harga Kubis Periode Januari 2006 Februari 2011 Sumber : Pasar Induk Kramat Jati, 2011 Berdasarkan Gambar 13 menunjukkan bahwa kubis cenderung mengalami fluktuasi harga setiap harinya. Harga tertinggi kubis mencapai Rp. 6.000 per kilogram pada peiode 1612 bulan Juni 2010. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pasokan yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati sebesar 2.302 ton karena daerah sentra penghasil kubis di Dieng, Pangalengan, Garut, Cipanas, Medan, Malang, dan Padang panennya tidak maksimal atau belum panen sehingga menyebabkan harga meningkat. Sedangkan harga terendah mencapai Rp. 700 per kilogram yang terjadi pada periode ke 794-795 dan 807 bulan Februari dan Maret 2008 dengan jumlah pasokan yang masuk sebesar 2.861 dan 3.459 ton (Lampiran 2). Harga terendah pada kubis disebabkan oleh daerah sentra panen secara bersamaan sehingga menyebabkan peningkatan jumlah pasokan yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati. 55

5.2.3 Perkembangan Harga Tomat Harga tomat cenderung mengalami fluktuasi yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan plot data deret waktu harga tomat diperoleh pola data harga yang dapat dilihat pada Gambar 14. 10,000 8,000 6,000 Harga 4,000 2,000 0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 Hari Gambar 14. Plot Harga Tomat Periode Januari 2006 Februari 2011 Sumber : Pasar Induk Kramat Jati, 2011 Pada Gambar 14, menunjukkan bahwa komoditas tomat cenderung mengalami fluktuasi harga setiap harinya. Harga tertinggi tomat mencapai Rp. 9.500 per kilogram pada peiode 1549 bulan April 2010. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pasokan yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati sebesar 2.030 ton karena daerah sentra penghasil tomat di Dieng, Pangalengan, Garut, dan Cipanas mengalami gagal panen sehingga menyebabkan harga meningkat. Sedangkan harga terendah mencapai Rp. 900 per kilogram yang terjadi pada periode ke 648-649 dan 654-655 bulan September 2007 dengan jumlah pasokan yang masuk sebesar 3.167 ton (Lampiran 3). Harga terendah pada tomat disebabkan oleh daerah sentra panen secara bersamaan sehingga menyebabkan peningkatan jumlah pasokan yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati. 56