PENINGKATAN ANGKA PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG CURAH TERHADAP PENGGORENGAN BERULANG TEMPE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

Penurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang kepok (Musa normalis L)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MUTU MINYAK GORENG

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LAMA PENAMBAHAN BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM LINN.) DALAM MINYAK GORENG BEKAS PAKAI TERHADAP PENURUNAN BILANGAN PEROKSIDA

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS. Korry Novitriani M.Si Iin Intarsih A.Md.Ak. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

PRAKTEK PENGGORENGAN DAN MUTU MINYAK GORENG SISA PADA RUMAH TANGGA DI RT V RW III KEDUNGMUNDU TEMBALANG SEMARANG

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

UJI KUALITAS MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN DI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB III METODE PENELITIAN

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG AYAM GORENG KAKI LIMA DI SINGARAJA

ANALISIS BILANGAN PEROKSIDA MINYAK SAWIT HASIL GORENGAN TEMPE PADA BERBAGAI WAKTU PEMANASAN DENGAN TITRASI IODOMETRI

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG GORENGAN DI JL. A.W SJAHRANIE SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Lemak dan minyak digolongkan

LAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan medium penggoreng bahan pangan yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

EFEKTIVITAS AIR PERASAN BUAH NANAS (Ananas comocus) PADA PENINGKATAN NILAI MUTU MINYAK KELAPA (Coconus nucifera)

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

PENGARUH PENAMBAHAN KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG YANG MENGALAMI PEMANASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN KUALITAS LEMAK PADA BAGIAN PERUT IKAN PATIN DJAMBAL (Pangasius djambal)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

MUTU MINYAK GORENG PADA PEDAGANG MAKANAN GORENGAN DI PERUMNAS TODDOPULI KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

I. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

Pulp - Cara uji bilangan kappa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

PENGARUH GORENGAN DAN INTENSITAS PENGGORENGAN TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG

TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriptif.

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

Metodologi Penelitian

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Analisis Pangan: Penentuan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kedelai Dengan Variasi Menggoreng

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Recovery Minyak Jelantah Menggunakan Mengkudu Sebagai Absorben

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

tak dengan oksigen dalam udara. Semakin tinggi kecepatan dan lama sentrifugasi terhadap minyak kelapa murni maka akan lebih mudah teroksidasi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

Transkripsi:

PENINGKATAN ANGKA PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG CURAH TERHADAP PENGGORENGAN BERULANG TEMPE Rosmayani Hasibuan Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Abstrak Minyak goreng merupakan kebutuhan pokok yang digunakan dalam memasak sebagai media penghantar panas pada proses menumis maupun menggoreng yang akan memberikan citarasa yang lebih lezat, dan aroma serta penampilan makanan yang lebih menarik. Kerusakan minyak goreng ditandai dengan terjadinya perubahan bau atau flavor dalam minyak yaitu berupa bau tengik yang disebabkan oleh karena penggunanan minyak goreng secara berulang - ulang dan juga karena penyimpanan minyak goreng yang tidak baik sehingga menyebabkan minyak terhidrolisis dan teroksidasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan angka peroksida pada minyak goreng curah terhadap penggorengan berulang tempeyangdilaksanakan di Laboratorium Politeknik Kesehatan Jurusan Analis Kesehatan dengan menggunakan metode titrasi Iodometri pada bulanapril Juni 2012. Dari hasil penelitian terhadap 5 (lima) sampel minyak goreng curah sebelum penggorengan, terdapat 1 (satu) sampel yang memenuhi syarat mutu minyak goreng sesuai dengan SNI-3741-1995 yaitu sampel A sebesar 1,99 meq/kg, sedangkan 4 (empat) sampel yang lainnya ( B, C, D dan E) tidak memenuhi syarat mutu minyak goreng, yaitu sebesar 2,19-2,80 meq/kg. Setelah dilakukan penggorengan berulang sebanyak 5 (lima) kali, terjadi peningkatan angka peroksida yaitupada penggorengan I sebesar 1,19-1,28 meq/kg, penggorengan II sebesar 2,30-2,62 meq/kg, penggorengan III sebesar 2,96-3,15 meq/kg,penggorengan IV sebesar3,67-4,00 meq/kg dan penggorengan V sebesar 5,44-5,76 meq/kg. Kata Kunci : Minyakgorengcurah,Bilangan peroksida, Iodometri PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting adalah pangan.dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas.untuk melakukan itu kita memerlukan energi, seperti halnya karbohidrat, protein, dan lemak merupakan sumber energi bagi tubuh (Budiyanto, 2004).Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein.satu gram lemak dan minyakdapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal setiap gram (Winarno, 2005).Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. Badan WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15 30 % kebutuhan energi totaldianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Salah satu bahan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan lemak manusia adalah minyak goreng.minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan.minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Konsumsi minyak goreng biasanya digunakan sebagai media untuk menggoreng bahan pangan, menambah cita rasa, ataupun shortening yang membentuk tekstur pada pembuatan roti (Dwi Oktaviani, 2009). Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, stabil pada cahaya matahari, tidak merusak flavour hasil gorengan, sedikit gum, menghasilkan produk dengan tekstur dan rasa yang bagus, asapnya sedikit setelah digunakan berulangulang, serta menghasilkan warna keemasan pada produk (SusinggihWijana, dkk, 2005). Kerusakan minyak atau lemak juga diakibatkan pemanasan pada suhu tinggi (200-250 C), yang terjadi selama proses penggorengan, hal ini akan mempengaruhi kualitas minyak dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng (Sunita, Almatsier. 2004). Penggorengan merupakan proses thermal yang menghasilkan karakteristik makanan gorengan dengan warna coklat keemasan, tekstur krispi penampakan dan flafour yang diinginkan sehingga makanan gorengan sangat popular (Boskou, et al, 2006). Selama penggorengan akan terjadi oksidasi dari dekomposisi minyak yang dipengaruhi oleh bahan pangan dan kondisi penggorengan ( Chatzilazaro, et al, 2006 ). Produksi komponen komponen minyak selama penggorengan dapat memberikan efek yang dapat merugikan kesehatan. Salah satu fenomena yang dihadapi dlm proses penggorengan adalah menurunnya kualitas minyak setelah digunakan secara berulang pada suhu yang 258

Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 8 No.. 3 Januari - April 2014 relative tinggi ( 160-180⁰C). Paparan oksigen dan suhu tinggi pada minyak goreng akan memicu terjadinya oksidasi..(t. Panangan, Almunady. 2010) Penggunaan minyak jelantah yang berkelanjutan oleh manusia dapat menyebabkan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit kanker, dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya, dan pengendapan lemak dan pembuluh darah. Selain itu, selama penggorengan akan terbentuk senyawa akrolein yang bersifat racun dan menimbulkan gatal pada tenggorokan (Wildan, Farihan. 2002.). Saat ini masih banyak ditemukan minyak goreng tidak bermerek tanpa kemasan di pasaran yang dijual secara eceran per-kilogram dengan harga murah atau lebih dikenal dengan minyak goreng curah, seperti yang terlihat di Pasar Aksara Medan. Minyak ini disimpan dalam wadah yang cukup besar seperti : jerigen, drum, atau wadah lain sejenisnya dan dalam keadaan terbuka sebelum disalurkan kepada masyarakat. Masyarakat selama ini masih banyak yang menggunakan minyak goreng curah yang didistribusikan dalam bentuk tanpa kemasan yang berarti bahwa minyak goreng curah sebelum digunakan banyak terpapar oksigen.namun kondisi ini sering kali menjadi sebuah dilema, disatu sisi masyarakat kita cenderung masih berorientasi pada nilai ekonomis ketimbang nilai kesehatannya. Selain daripada itu masyarakat Indonesia suka menggunakan minyak goreng secara berulang bahkan warna minyak gorengpun menjadi berubah coklat sampai kehitaman, hal ini sangat memungkinkan terjadinya oksidasi yang lebih tinggi (Aminah dan Isworo 2009 ). Salah satu makanan yang sering dikonsumsi masyarakat baik untuk di restoran maupun rumah tangga yang penggorengannya selalu dilakukan berulang adalah tempe. Penggorengan berulang paling sering dilakukan pada waktu menggoreng bahan tersebut, dimana terkadang sampai warna tempetersebut tidak bersih lagi seperti pertama kali digoreng. Semakin banyak pengulangan penggorengan maka bilangan peroksida semakin meningkat.berdasarkan standard mutu minyak goreng di Indonesia yang diatur dalam SNI-3741-1995 bahwa standard bilangan peroksida untuk minyak goreng adalah maksimal 2 meq/kg (SusinggihWijana, dkk, 2005). Mengingat banyaknya minyak goreng curah yang digunakan masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian tentangangka peroksida dalam minyak goreng yang telah digunakan berulang. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah yaituseberapa besar peningkatanangka peroksida dalam minyak goreng yang telah digunakan berulang. Tujuan Penelitian Tujuan umum Untuk mengetahuipeningkatan angka peroksidapada minyak goreng curah sesudah penggorengan berulang terhadap tempe. Tujuan khusus 1.Untuk menentukan angka peroksida dalam minyak goreng curah sebelum penggorengan. 2. Untuk menentukan angka peroksida dalam minyak goreng curah sesudah penggorengan berulang. Manfaat Penelitian 1.Sebagai bahan pengetahuan kepada masyarakat agar lebih teliti dalam memilih minyak goreng yang akan dikonsumsi setiap hari dan tidak membiasakan penggunaan minyak goreng secara berulang. 2.Sebagai bahan informasi untuk penelitian yang sama dengan bahan makanan yang berbeda METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jurusan Analis.pada bulanapril Juni 2012. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survey yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan angka peroksida pada minyak goreng curah yang digunakan berulang sebanyak 5 (lima) kali. Populasi, sampel, dan Bahan makanan. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh minyak goreng curahyang diperjualbelikandari10 pedagang di Pasar Aksara Medan. Sampel Penelitian dan bahan. Sampel pada penelitian yaitu 5 jenis minyak goreng curah dari 10pedagang. Sampel diambil dari ciri ciri minyak goreng yaitu tidak jernih, sedikit tengik dan wadah yang terbuka.bahan makanan yang digoreng adalah tempe. Metode pemeriksaan Metode pemeriksaan dilakukan dengan metode Iodometri dengan cara titrasi. Alat Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Labu erlenmeyer bertutup, Labu ukur, Gelas ukur, Gelas kimia, Pipet berskala, Buret, Klem dan statif, Neraca analitik, Batang pengaduk, Penangas air Reagensia Reagensia yang digunakan dalam penelitianini adalah,natrium thiosulfat 0,1 N, Natrium thiosulfat 0,01 N, 259

Rosmayani Hasibuan Peningkatan Angka Peroksida... KI 20 %, Larutan KIO 3 0,1 N, Larutan KIO 3 0,01 N, HCL 4 N, Larutan amilum 1 % Prosedur Kerja Standarisasi larutan Na 2 S 2 O 3 0,01 N Dipipet 10,00 ml KIO 3 0,01 N lalu dimasukkan ke dalam labu erlemeyer 250 ml. Kemudian ditambah 10 ml KI 20 % dan 10 ml HCL 4 N masukkan ke dalam labu erlenmeyer di atas, kocok dan biarkan beberapa menit sambil ditutup dengan plastik. Lalu diencerkan dengan aquades sebanyak 10 ml. Dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,01 N hingga warna kuning muda Kemudian ditambah 1 ml amilum 1 % dan titrasi kembali dengan Na 2 S 2 O 3 0,01 N hingga warna biru tepat hilang. Penetapan Blanko Kedalam labu erlenmeyer 250 ml, dimasukkan aquadest sebanyak 5,00 ml. lalu ditambah 30 ml campuran larutan dari 20 ml asam asetat glasial, 25 ml methanol 95%, dan 55 ml kloroform. Kemudian Ditambah satu gram kristal Kalium Iodida dan disimpan di tempat gelap selama 30 menit. Lalu ditambahkan 50,00 ml air suling bebas CO 2, Dititrasi dengan larutan standard natrium thiosulfat dengan larutan kanji (amylum) sebagai indikator Penentuan Angka Peroksida Sebelum Penggorengan. Ditimbang ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, sebanyak ± 5,0 gram minyak goreng curah yang belum digunakan untuk menggoreng, lalu ditambah 30 ml campuran larutan dari 20 ml asam asetat glasial, 25 ml methanol 95 %, dan 55 ml kloroform. Kemudian Ditambah satu gram kristal Kalium Iodida dan disimpan di tempat gelap selama 30 menit. Lalu ditambahkan 50,00 ml air suling bebas CO 2, Dititrasi dengan larutan standard natrium thiosulfat dengan larutan kanji (amylum) sebagai indikator. Penentuan Angka Peroksida Sesudah Penggorengan. Ditimbang ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, sebanyak ± 5,0 gram minyak goreng curah yang sudah digunakan untuk menggoreng tempe ( 1 s/d 5 kali penggorengan ) lalu ditambah 30 ml campuran larutan dari 20 ml asam asetat glasial, 25 ml methanol 95 %, dan 55 ml kloroform. Kemudian Ditambah satu gram kristal Kalium Iodida dan disimpan di tempat gelap selama 30 menit. Lalu ditambahkan 50,00 ml air suling bebas CO 2, Dititrasi dengan larutan standard natrium thiosulfat dengan larutan kanji (amylum) sebagai indikator Perhitungan (VV1 VVVV)xxxxxx1000 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA (mmmmmm/kkkk) = mm Keterangan : V o adalah nilai numerik volume dari larutan natrium thiosulfat untuk blanko, dinyatakan dalam ml V 1 adalah numerik volume dari larutan natrium thiosulfat untuk contoh, dinyatakan dalam ml T adalah normalitas larutan standard natrium thiosulfat yang digunakan dinyatakan dalam meq/ml m berat sampel ( gram ) HASIL DANPEMBAHASAN Data Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap minyak goreng curah di laboratorium Politeknik Kesehatan Jurusan Analis Kesehatan Medan, maka diperoleh hasil sebagai berikut NO Kode Sampel Tabel Data Penimbangan Sampel dan Hasil Titrasi. Volume Titrasi Rata rata Na 2 S 2 O 3 Berat Sampel Rata rata (gr) (ml) SP P1 P2 P3 P4 P5 SP P1 P2 P3 P4 P5 1 A 5,0222 5,0488 5,0069 5,0085 5,0108 5,0618 1,50 2,15 3,30 4,85 6,75 9,70 2 B 5,0002 5,0235 5,0124 5,0339 5,0091 5,0186 1,75 2,40 3,60 5,20 7,00 10,00 3 C 5,0130 5,0421 5,0096 5,0050 5,0115 5,0516 1,90 2,50 3,80 5,35 7,20 10,00 4 D 5,0005 5,0240 5,0130 5,0350 5,0102 5,0192 1,60 2,20 3,40 4,90 7,00 9,90 5 E 5,0325 5,0502 5,0125 5,0138 5,0256 5,0745 1,80 2,40 3,60 5,20 7,05 9,95 6 F 0,50 Keterangan Sampel : A E = Sampel Minyak Goreng Curah F = Blanko SP = Sebelum Penggorengan P1- P5 = 1s/d 5 x penggorengan 260

Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 8 No.. 3 Januari - April 2014 Data Hasil Bilangan Peroksida Tabel.Angka Peroksida Sebelum dan Sesudah Penggorengan Berulang. Hasil (meq/kg) NO Kode Sampel SP P1 P2 P3 P4 P5 1 A 1,99 3,30 5,60 8,68 12,47 18,17 2 B 2,50 3,78 6,18 9,33 13,33 18,92 3 C 2,80 3,96 6,58 9,69 13,36 18,80 4 D 2,19 3,38 5,78 8,74 12,97 18,73 5 E 2,53 3,76 6,18 9,33 13,03 18,62 NO Tabel.Peningkatan Angka Peroksida Pada Penggorengan Berulang Peningkatan Angka Peroksida (meq/kg) Kode Sampel P1 P2 P3 P4 P5 1 A 1,31 2,30 3,08 3,79 5,70 2 B 1,28 2,40 3,15 4,00 5,60 3 C 1,16 2,62 3,11 3,67 5,44 4 D 1,19 2,40 2,96 4,23 5,76 5 E 1,23 2,42 3,15 3,70 5,59 PEMBAHASAN Menurut SNI-3741-1995 tentang syarat minyak goreng untuk Angka peroksida maksimum adalah 2 meq/kg. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 5 (lima) sampel minyak goreng curah yang diperjualbelikan di Pasar Aksara Medan, terdapat hanya 1 (satu) sampel minyak goreng sebelum penggorengan yang hampir memenuhi syarat mutu minyak goreng yaitu sampel A yaitu sebesar 1,99 meq/kg sedangkan sampel yang lainnya tidak memenuhi syarat mutu minyak goreng, yaitu sampel A, C, D, dan E, lebih dari 2 meq/kg. Setelah dilakukan 5 (lima) kali pengggorengan, terdapat penigkatan yang signifikan pada tiap kali dilakukan penggorengan berulang. Hal ini disebabkan karena pemanasan pada suhu tinggi yang terjadi selama proses penggorengan, terutama pada penggorengan yang dilakukan berulangulang dan ini akan mempengaruhi kualitas minyak dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Faktor yang mempercepat kerusakan minyak juga adalah adanya cahaya, oksigen, air, dan panas.penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu dapat juga menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida pada minyak lalu membentuk gliserol, asam lemak bebas, dan menyebabkan pembentukan bilangan peroksida pada minyak. (SusinggihWijana, dkk, 2005). Penyimpanan minyak goreng curah di pasaran tidak terlalu memperhatikan nilai kesehatannya. Salah satu contoh penyimpanan minyak goreng yang salah yang sering kita lihat di pasar adalah, penyimpanaan pada wadah dalam kondisi terbuka, di mana bila minyak goreng dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara dan juga cahaya akan menyebabkan minyak goreng teroksidasi dan terhidrolisis. Pada proses hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan lemak atau minyak karena terdapat sejumlah air di dalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik. Hasil penelitian Alyas et al. (2006) menunjukkan peningkatan bilanganperoksida yang signifikan dengan meningkatnya suhu dan waktupenggorengan. Aidos et al. (2001) juga melaporkanbahwa peningkatan bilangan peroksida signifikan dengan peningkatan suhupenyimpanan. Hasil tersebut menunjukkan adanya efek sinergis suhu yangtinggi dengan waktu yang lama terhadap bilangan peroksida. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari 5 (lima) sampel sebelum penggorengan diperoleh hasil bilangan peroksidanya 1,99-2,80meq/kg.Dari 5 (lima) sampel minyak goreng curah yang dianalisa, terdapat 1 (satu) sampel minyak goreng sebelum penggorengan yang masih memenuhi syarat mutu minyak goreng yaitu sampel A, sebesar 1,99 meq/kg sedangkan sampel yang lainnya tidak memenuhi syarat mutu minyak goreng yaitu maksimum sebesar 2 meq/kg. Setelah dilakukan penggorengan berulang sebanyak lima kali, terjadi peningkatan angka peroksida pada penggorengan I adalah sebesar 1,19-1,28 meq/kg, penggorengan II sebesar 2,30-2,62 meq/kg penggorengan III sebesar 2,96-3,15 meq/kg, penggorengan IV sebesar 3,67-4,00 meq/kg dan penggorengan V sebesar 5,44-5,76 meq/kg. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan penulis adalah : 1. Kepada produsen minyak goreng curah supaya lebih memperhatikan penyimpanan minyak goreng 261

Rosmayani Hasibuan Peningkatan Angka Peroksida... agar tidak terjadi kerusakan kualitas minyak goreng yang akan didistribusikan kepada masyarakat, misalnya penyimpanan pada wadah yang tertutup dan terbuat dari bahan aluminium atau stainless dan menghindari kontaminasi dengan udara, air, dan juga matahari supaya tidak terjadi hidrolisis dan oksidasi pada minyak. 2. Dianjurkan kepada masyarakat untuk tidak menggunakan minyak goreng secara berulang, karena pemakaian minyak goreng yang berulang menyebabkan kerusakan pada minyak goreng itu sendiri, di mana hal ini akan mempengaruhi kualitas minyak goreng dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. 3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang peningkatan angka peroksida terhadap bahan makanan yang lain. DAFTAR PUSTAKA Aidos, I., Padt, A.F.D.,Remko, B.M., and Luten, JB., (2001). Upgrading of Maatjesherring by-products: production of crude fish oil. Journal Agriculture and FoodChemistry Vol.49 No. 8:3697-3704. Alyas, S.A., Abdullah, A., Idris, N.A. 2006. Change of Carotene Content DuringHeating of Red Palm Olein. Journal of Oil Research (Special Issue-April 2009),p.99-120 Aminah, S., Iswara T.J. 2009.Praktek penggorengan dan mutu minyak goring sisa pada rumah tangga Rt 05 Rw III Kedungmundu Tembalang Semarang. Budiyanto, Moch.Agus Krisno. 2004. DasarDasar Ilmu Gizi. Edisi 3 Universitas Nuhammadiyah, Malang Dwi Oktaviani, Nita. 2009. Hubungan lamanya pemanasan dengan Kerusakan Minyak Goreng Curah Ditinjau dari Bilangan Peroksida.Jurnal Biomedika. 1 (1) : 31-35. Ketaren,Slamat.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Le mak Pangan. ed1. Universitas IndonesiaJogjakarta. Standar Nasional Indonesia 01-3741-1995. Cara Uji Minyak Goreng. DEPKES RI : Jakarta. Sudarmadji, Slamat, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian LibertyYogyakarta. Sunita, Almatsier. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.ed- 4. PT.Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Seto, Agung. 2001.Pangan dan Gizi. IPB: Bogor. T. Panangan, Almunady. 2010. Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang Merah (allium ascalonicum) Terhadap Bilangan Peroksida dan Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Goreng Curah.Jurnal Penelitian Sains. hal : 1-3. Wildan, Farihan. 2002. Penentuan Bilangan Peroksida dalam Minyak Nabati dengan Cara Titrasi.Balai Penelitian Ternak-Ciawi. P. O. Box 221: Bogor. Hal 63-69. Wijana, Susinggih,dkk. 2005. Mengolah Minyak Goreng B ekas.ed1 Trubus Agrisarana: Surabaya. Winarno, F.G. 2002.Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia Pustaka Utama:Jakarta 262