BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 54 responden orang tua siswa di TK Sang Timur Salatiga diperoleh karakteristik responden orang tua dan oral hygiene anak seperti tertera pada Tabel 4.1 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh anak dengan kondisi gigi sehat sebanyak 35% dan sisanya (65%) dengan karies gigi. Tabel 4.1 Karakteristik responden orang tua dan oral hygiene anak Faktor Karakteristik Responden: Jumlah Responden Persentase Pendidikan SMA Perguruan Tinggi 25 29 46% 54% Ekonomi Menengah Tinggi 21 33 39% 61% Pengetahuan Oral hygiene anak: Sedang 16 38 30% 70% Frekuensi Menyikat Gigi Kurang baik Sangat baik 30 17 7 56% 31% 13% Waktu Menyikat Gigi Kurang baik 31 23 57% 43% Kebiasaan Makan Kariogenik Jarang Sering 33 21 61% 39% Tabel 4.1 menunjukkan mayoritas responden memiliki pendidikan perguruan tinggi, dengan tingkat ekonomi tinggi. Secara umum, faktor 20
21 pengetahuan yang dimiliki responden ada pada tingkat pengetahuan yang baik. Frekuensi dan waktu menyikat gigi dari anak-anak responden menunjukkan mayoritas kurang baik. Anak-anak, umumnya jarang memiliki kebiasaan makan kariogenik, dan kondisi gigi anak secara dominan kurang sehat. Hasil kuesioner yang diperoleh dihubungkan dengan prevalensi karies gigi anak untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak. Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik orang tua dengan kebiasaan oral hygiene anak yang dihubungkan dengan prevalensi karies gigi pada 54 responden di TK Sang Timur Salatiga. Tabel 4.2. Hubungan karakteristik orang tua dan oral hygine anak dengan prevalensi karies gigi pada anak Karakteristik dan oral hygiene anak Sehat Kondisi Gigi Karies Pendidikan SMA 8(32%) 17(68%) Perguruan Tinggi 11(38%) 18(62%) Ekonomi Menengah 6(29%) 15(71%) Tinggi 13(40%) 20(60%) Pengetahuan Sedang 8(50%) 8(50%) 11(30%) 27(70%) Frekuensi Menyikat Gigi Kurang 4(14%) 26(86%) Sangat baik 10(59%) 5(71%) 7(41%) 2(29%) Waktu Menyikat Gigi Kurang 3(10%) 28(90%) 16(70%) 7(30%) Kebiasaan Makan kariogenik Jarang 12(36%) 21(64%) Sering 7(33%) 14(67%)
22 Tabel 4.2 Menunjukkan enam faktor yang dapat mempengaruhi kondisi gigi anak. Faktor dominan yang dapat mempengaruhi seorang anak memiliki karies gigi adalah faktor frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi, dan kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik. Sedangkan faktor yang tidak dominan adalah faktor pendidikan, ekonomi, dan pengetahuan. Faktor-faktor dominan dianalisa kembali untuk menunjukkan keterkaitan faktor yang berperan dalam menentukan kondisi gigi anak. Tabel 4.3. menunjukkan bahwa dari 35 anak dengan karies gigi, 80% memiliki kebiasan waktu menyikat gigi kurang baik, 71% memiliki frekuensi menyikat gigi kurang baik dan 43-48% memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik Tabel 4.3 Keterkaitan antara faktor frekuensi dan waktu menyikat gigi dan kebiasaan makan kariogenik anak, dengan kondisi gigi anak. Anak dengan kondisi karies gigi 35 anak Frekuensi menyikat gigi (kurang baik) 25 anak (71%) Kebiasaan makan kariogenik(sering) 12 anak (48%) Waktu menyikat gigi (kurang baik) 28 anak (80%) 12 anak (43%) Pembahasan Pada penelitian terhadap 54 responden (anak) di TK Sang Timur Salatiga didapatkan hasil, mayoritas anak memiliki kondisi karies gigi, yaitu sebanyak 35 (65%) anak dan 19 (35%) anak dengan kondisi gigi sehat. Tingginya angka kondisi karies gigi pada 35 anak tersebut disebabkan oleh
23 waktu menyikat gigi kurang baik, frekuensi menyikat gigi kurang baik dan kebiasaan mengkonsumsi kariogenik. Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor pendidikan, pengetahuan terhadap kebersihan gigi dan faktor ekonomi bukan merupakan faktor yang berperan terhadap prevalensi karies gigi. Pada umumnya tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi tingkat pengetahuan orang tua tersebut, dalam hal ini tentang karies gigi pada anak yang pada akhirnya mempengaruhi sikap orang tua dalam menjaga kesehatan gigi anak. Tingkat pendidikan orang tua anak-anak di TK Sang Timur Salatiga mayoritas adalah Perguruan tinggi (54%), namun tingkatan anak dengan kondisi gigi karies tinggi (62%). Ini menunjukkan faktor pendidikan bukanlah faktor yang dominan. Hasil penelitian yang serupa diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Irdawati dan Sariningrum E. (2009) yang menyatakan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kejadian caries pada anak balita. Penelitian tersebut dilakukan di PAUD Jatipurno. Faktor pengetahuan bukan merupakan faktor yang berperan dalam pencegahan karies gigi. Hasil penelitian menyatakan bahwa orang tua memiliki pengetahuan tinggi (70%) tetapi angka prevalensi karies pada anak sebesar (70%). Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Baginska dan Rodakowska (2012) yang menyatakan, ibu dalam survey mereka memiliki pengetahuan dasar pencegahan karies. Namun, pengetahuan
24 teoritis mereka tidak sepenuhnya tercermin dalam cara mereka merawat gigi anak-anak mereka. Tingkat ekonomi orang tua anak-anak di TK Sang Timur Salatiga mayoritas adalah ekonomi tinggi (61%), tetapi jika dilihat tingkatan anak dengan kondisi gigi karies tinggi (60%). Ini menunjukkan faktor ekonomi bukanlah faktor yang dominan. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Moses (2011) yang menyatakan bahwa pada tingkat ekonomi rendah prevalensi karies gigi mencapai 81% sedangkan pada tingkat ekonomi tinggi pervalesi karies gigi 71%. Dengan demikian prevalensi karies gigi pada kedua tingkatan cukup tinggi. Di dalam penelitian ini, tingkat ekonomi tinggi (61%) karies gigi (60%), tingkat ekonomi menegah (39%) karies gigi (71%). Faktor dominan pengaruhnya terhadap pravalensi karies gigi anak TK Sang Timur Salatiga, adalah faktor waktu menyikat gigi, faktor frekuensi menyikat gigi dan faktor kebiasaan anak dalam mengkonsumsi makanan kariogenik. Faktor waktu adalah faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap prevalensi karies gigi anak di TK Sang Timur. Dari data yang diperoleh, 35 anak dengan kondisi gigi karies didominasi oleh anak yang memiliki waktu menyikat gigi dengan kurang baik, yaitu 28 (80%) anak. Jika dilihat hubungan faktor waktu dengan faktor kebiasaan anak dalam mengkonsumsi makanan kariogenik, walaupun hanya sedikit anak dengan kebiasaan sering maupun jarang mengkonsumsi kariogenik tetap saja jumlah anak dengan kondisi karies gigi tinggi.
25 Faktor frekuensi menyikat gigi adalah faktor dominan kedua, yang berhubungan dengan teratur tidaknya seorang anak melakukan sikat gigi (faktor menyikat gigi). Dari 35 anak dengan kondisi gigi karies diperoleh sebanyak 25 (71%) anak mempunyai frekuensi yang kurang baik dalam menyikat gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Razmiene dkk (2011), menyatakan anak-anak yang rutin menyikat gigi 2 kali sehari memiliki prevalensi karies gigi yang lebih rendah. Penelitian tersebut menunjukkan bagaimana pentingnya faktor frekuensi menyikat gigi pada anak, khususnya pada anak prasekolah. Faktor frekuensi merupakan faktor yang tidak bisa lepas dari faktor waktu. Dari data yang ada, dari 35 anak diperoleh 71% anak dengan frekuensi menyikat gigi yang kurang baik, dan berpengaruh pada pravalensi karies gigi anak, dengan tingkat kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik. M. Paneva (2007), menyatakan bahwa prevalensi karies gigi akan menurun apabila seorang anak memiliki frekuensi menyikat gigi dengan teratur. Dari data yang telah ada, diketahui persentase anak dengan kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik sebesar 43% 48%, jika dilihat persentasenya belum separuhnya memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik. Namun, angka tersebut tidak mempengaruhi turunnya prevalensi karies gigi anak di TK Sang Timur Salatiga. Data menunjukkan bahwa seorang anak yang mempunyai kebiasaan sering maupun jarang mengkonsumsi makanan kariogenik tidak
26 memiliki faktor waktu dan frekuensi menyikat gigi dengan baik, maka tingkat pravelensi karies gigi anak tinggi. Efek negatif dari sisa makanan kariogenik yang menempel pada permukaan gigi maupun pada sela-sela gigi akan diubah menjadi asam oleh bakteri, jika hal tersebut dibiarkan maka akan dapat merusak lapisan gigi dan berakibat karies gigi.