BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 54 responden

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB I PENDAHULUAN. progresif karena gigi terpajan lingkungan rongga mulut (Hartono dan. umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan pada masa. dengan adanya nanah di dalam gusi (Gunadi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN SUSU BOTOL DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA PRASEKOLAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATFAL DESA LEBAKSIU LOR

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

Eviyati Sariningrum.* Irdawati, A.Kep,. M.Si,.Med ** Keyword: old fellow education, position of old fellow, knowledge, case caries, balita.

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

HUBUNGAN ANTARA UPAYA IBU DALAM MENCEGAH KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AL-IHSAN KECAMATAN BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : THOMAS RIADI PURBA NIM:

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TOMY ADI NUGROHO J

HUBUNGAN PENGETAHUAN PELIHARA DIRI KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU DENGAN JUMLAH KARIES PADA ANAK PRA SEKOLAH TK PERTIWI II BANJARNEGARA

PENGARUH PERAN ORANG TUA TENTANG PERAWATAN GIGI TERHADAP TERJADINYA KARIES DENTIS PADA ANAK PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh masyarakat di dunia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. pengunyah makanan. Dengan diketahuinya fungsi-fungsi gigi tersebut

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden penelitian

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah. Disusun Oleh : Harry Maulana Prakoso J

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

BAB I PENDAHULUAN. luas penyebaranya, diperkirakan 90% lebih banyak melanda anak anak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB 5 HASIL PENELITIAN

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

PRAKTEK MERAWAT GIGI PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

MINUM SUSU DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN TANPA GULA DENGAN JUMLAH KARIES ANAK USIA 3-6 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PREVALENSI KARIES GIGI DI TK ISLAM AR RAHMAN JLN. MEDAN TG. MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 54 responden orang tua siswa di TK Sang Timur Salatiga diperoleh karakteristik responden orang tua dan oral hygiene anak seperti tertera pada Tabel 4.1 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh anak dengan kondisi gigi sehat sebanyak 35% dan sisanya (65%) dengan karies gigi. Tabel 4.1 Karakteristik responden orang tua dan oral hygiene anak Faktor Karakteristik Responden: Jumlah Responden Persentase Pendidikan SMA Perguruan Tinggi 25 29 46% 54% Ekonomi Menengah Tinggi 21 33 39% 61% Pengetahuan Oral hygiene anak: Sedang 16 38 30% 70% Frekuensi Menyikat Gigi Kurang baik Sangat baik 30 17 7 56% 31% 13% Waktu Menyikat Gigi Kurang baik 31 23 57% 43% Kebiasaan Makan Kariogenik Jarang Sering 33 21 61% 39% Tabel 4.1 menunjukkan mayoritas responden memiliki pendidikan perguruan tinggi, dengan tingkat ekonomi tinggi. Secara umum, faktor 20

21 pengetahuan yang dimiliki responden ada pada tingkat pengetahuan yang baik. Frekuensi dan waktu menyikat gigi dari anak-anak responden menunjukkan mayoritas kurang baik. Anak-anak, umumnya jarang memiliki kebiasaan makan kariogenik, dan kondisi gigi anak secara dominan kurang sehat. Hasil kuesioner yang diperoleh dihubungkan dengan prevalensi karies gigi anak untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak. Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik orang tua dengan kebiasaan oral hygiene anak yang dihubungkan dengan prevalensi karies gigi pada 54 responden di TK Sang Timur Salatiga. Tabel 4.2. Hubungan karakteristik orang tua dan oral hygine anak dengan prevalensi karies gigi pada anak Karakteristik dan oral hygiene anak Sehat Kondisi Gigi Karies Pendidikan SMA 8(32%) 17(68%) Perguruan Tinggi 11(38%) 18(62%) Ekonomi Menengah 6(29%) 15(71%) Tinggi 13(40%) 20(60%) Pengetahuan Sedang 8(50%) 8(50%) 11(30%) 27(70%) Frekuensi Menyikat Gigi Kurang 4(14%) 26(86%) Sangat baik 10(59%) 5(71%) 7(41%) 2(29%) Waktu Menyikat Gigi Kurang 3(10%) 28(90%) 16(70%) 7(30%) Kebiasaan Makan kariogenik Jarang 12(36%) 21(64%) Sering 7(33%) 14(67%)

22 Tabel 4.2 Menunjukkan enam faktor yang dapat mempengaruhi kondisi gigi anak. Faktor dominan yang dapat mempengaruhi seorang anak memiliki karies gigi adalah faktor frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi, dan kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik. Sedangkan faktor yang tidak dominan adalah faktor pendidikan, ekonomi, dan pengetahuan. Faktor-faktor dominan dianalisa kembali untuk menunjukkan keterkaitan faktor yang berperan dalam menentukan kondisi gigi anak. Tabel 4.3. menunjukkan bahwa dari 35 anak dengan karies gigi, 80% memiliki kebiasan waktu menyikat gigi kurang baik, 71% memiliki frekuensi menyikat gigi kurang baik dan 43-48% memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik Tabel 4.3 Keterkaitan antara faktor frekuensi dan waktu menyikat gigi dan kebiasaan makan kariogenik anak, dengan kondisi gigi anak. Anak dengan kondisi karies gigi 35 anak Frekuensi menyikat gigi (kurang baik) 25 anak (71%) Kebiasaan makan kariogenik(sering) 12 anak (48%) Waktu menyikat gigi (kurang baik) 28 anak (80%) 12 anak (43%) Pembahasan Pada penelitian terhadap 54 responden (anak) di TK Sang Timur Salatiga didapatkan hasil, mayoritas anak memiliki kondisi karies gigi, yaitu sebanyak 35 (65%) anak dan 19 (35%) anak dengan kondisi gigi sehat. Tingginya angka kondisi karies gigi pada 35 anak tersebut disebabkan oleh

23 waktu menyikat gigi kurang baik, frekuensi menyikat gigi kurang baik dan kebiasaan mengkonsumsi kariogenik. Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor pendidikan, pengetahuan terhadap kebersihan gigi dan faktor ekonomi bukan merupakan faktor yang berperan terhadap prevalensi karies gigi. Pada umumnya tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi tingkat pengetahuan orang tua tersebut, dalam hal ini tentang karies gigi pada anak yang pada akhirnya mempengaruhi sikap orang tua dalam menjaga kesehatan gigi anak. Tingkat pendidikan orang tua anak-anak di TK Sang Timur Salatiga mayoritas adalah Perguruan tinggi (54%), namun tingkatan anak dengan kondisi gigi karies tinggi (62%). Ini menunjukkan faktor pendidikan bukanlah faktor yang dominan. Hasil penelitian yang serupa diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Irdawati dan Sariningrum E. (2009) yang menyatakan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kejadian caries pada anak balita. Penelitian tersebut dilakukan di PAUD Jatipurno. Faktor pengetahuan bukan merupakan faktor yang berperan dalam pencegahan karies gigi. Hasil penelitian menyatakan bahwa orang tua memiliki pengetahuan tinggi (70%) tetapi angka prevalensi karies pada anak sebesar (70%). Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Baginska dan Rodakowska (2012) yang menyatakan, ibu dalam survey mereka memiliki pengetahuan dasar pencegahan karies. Namun, pengetahuan

24 teoritis mereka tidak sepenuhnya tercermin dalam cara mereka merawat gigi anak-anak mereka. Tingkat ekonomi orang tua anak-anak di TK Sang Timur Salatiga mayoritas adalah ekonomi tinggi (61%), tetapi jika dilihat tingkatan anak dengan kondisi gigi karies tinggi (60%). Ini menunjukkan faktor ekonomi bukanlah faktor yang dominan. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Moses (2011) yang menyatakan bahwa pada tingkat ekonomi rendah prevalensi karies gigi mencapai 81% sedangkan pada tingkat ekonomi tinggi pervalesi karies gigi 71%. Dengan demikian prevalensi karies gigi pada kedua tingkatan cukup tinggi. Di dalam penelitian ini, tingkat ekonomi tinggi (61%) karies gigi (60%), tingkat ekonomi menegah (39%) karies gigi (71%). Faktor dominan pengaruhnya terhadap pravalensi karies gigi anak TK Sang Timur Salatiga, adalah faktor waktu menyikat gigi, faktor frekuensi menyikat gigi dan faktor kebiasaan anak dalam mengkonsumsi makanan kariogenik. Faktor waktu adalah faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap prevalensi karies gigi anak di TK Sang Timur. Dari data yang diperoleh, 35 anak dengan kondisi gigi karies didominasi oleh anak yang memiliki waktu menyikat gigi dengan kurang baik, yaitu 28 (80%) anak. Jika dilihat hubungan faktor waktu dengan faktor kebiasaan anak dalam mengkonsumsi makanan kariogenik, walaupun hanya sedikit anak dengan kebiasaan sering maupun jarang mengkonsumsi kariogenik tetap saja jumlah anak dengan kondisi karies gigi tinggi.

25 Faktor frekuensi menyikat gigi adalah faktor dominan kedua, yang berhubungan dengan teratur tidaknya seorang anak melakukan sikat gigi (faktor menyikat gigi). Dari 35 anak dengan kondisi gigi karies diperoleh sebanyak 25 (71%) anak mempunyai frekuensi yang kurang baik dalam menyikat gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Razmiene dkk (2011), menyatakan anak-anak yang rutin menyikat gigi 2 kali sehari memiliki prevalensi karies gigi yang lebih rendah. Penelitian tersebut menunjukkan bagaimana pentingnya faktor frekuensi menyikat gigi pada anak, khususnya pada anak prasekolah. Faktor frekuensi merupakan faktor yang tidak bisa lepas dari faktor waktu. Dari data yang ada, dari 35 anak diperoleh 71% anak dengan frekuensi menyikat gigi yang kurang baik, dan berpengaruh pada pravalensi karies gigi anak, dengan tingkat kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik. M. Paneva (2007), menyatakan bahwa prevalensi karies gigi akan menurun apabila seorang anak memiliki frekuensi menyikat gigi dengan teratur. Dari data yang telah ada, diketahui persentase anak dengan kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik sebesar 43% 48%, jika dilihat persentasenya belum separuhnya memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi makanan kariogenik. Namun, angka tersebut tidak mempengaruhi turunnya prevalensi karies gigi anak di TK Sang Timur Salatiga. Data menunjukkan bahwa seorang anak yang mempunyai kebiasaan sering maupun jarang mengkonsumsi makanan kariogenik tidak

26 memiliki faktor waktu dan frekuensi menyikat gigi dengan baik, maka tingkat pravelensi karies gigi anak tinggi. Efek negatif dari sisa makanan kariogenik yang menempel pada permukaan gigi maupun pada sela-sela gigi akan diubah menjadi asam oleh bakteri, jika hal tersebut dibiarkan maka akan dapat merusak lapisan gigi dan berakibat karies gigi.