BAB I PENDAHULUAN. keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus. kemih yang disebut dengan bladder training.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Monako dengan rata-rata usia 90 tahun (Mubarak, 2012). atau World Health Organization (WHO) tahun 1999 meliputi: Usia

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.

PENGARUH PEMBERIAN KEGEL EXERCISE TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KENANGA DAN KANTHIL DI DESA DELANGGU

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2012

BLADDER TRAINING MODIFIKASI CARA KOZIER PADA PASIEN PASCABEDAH ORTOPEDI YANG TERPASANG KATETER URIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. setelah dilaksanakan intervensi ( Arikunto, 2006) dengan menggunakan. Intervensi A 1. Bladder training

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

PENGARUH LATIHAN KEGEL TERHADAP INKONTINENSIA URINE PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA MECI ANGI BIMA. Dahlan D.

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi penduduk usia lanjut dewasa yang bertambah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

KEGEL EXERCISE TERHADAP PENURUNAN INKONTINENSIA URINE PADA LANSIA DI DESA UNDAAN LOR KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III STANDAR OPERATIONAL PROSEDURE BLADDER TRAINING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.

BAB I PENDAHULUAN orang dan sekitar kasus SCI terjadi karena kasus. kecelakaan bermotor. Sekitar kasus baru muncul setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010, orang dengan serangan stroke berulang (NCHS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Muttaqin, 2011). dapat menimbulkan komplikasi apabila dibiarkan tanpa

BAB I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PENGARUH BLADDER TRAINING TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA DESA SUMBERDEM KECAMATAN WONOSARI MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

Pengaruh latihan Kegel Terhadap Frekuensi lnkontinensia Urine Pada Lansia di Panti Wreda. Pucang Gading Semarang. Akhmad Mustofa, Wahyu Widyaningsih

: ENDAH SRI WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

PENGARUH LATIHAN SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BERKEMIH PADA LANSIA

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/gad),

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia (BPH) dilaporkan terus meningkat yang banyak dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. penuaan (Madjid dan Suharyanto, 2009). tindakan untuk mengatasi BPH yang paling sering yaitu Transurethral

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan. dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006). Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, dokter, dan kualitas keperawatan yang dirasakan. Pengalaman pasien

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Efektivitas Bladder Training Terhadap Retensi Urin Pada Pasien Post Operasi BPH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat memiliki peranan penting dalam melakukan perawatan pasien yang terpasang kateter. Selama kateter urin terpasang, otot detrusor kandung kemih tidak secara aktif mengkontraksikan dinding kandung kemih pada proses pengosongan urin. Hal ini disebabkan urin mengalir keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus sehingga detrusor tidak dapat segera merespon untuk mengosongkan kandung kemih ketika kateter dilepas. Kondisi ini disebut instabilitas detrusor pasca kateterisasi (Black & Hawks, 2005). Instabilitas detrusor ini dapat diminimalisir atau diatasi dengan latihan kandung kemih yang disebut dengan bladder training. Tindakan bladder training ditujukan pada pasien yang memiliki kemampuan kognitif dan dapat berpartisipasi secara aktif (Brenda et al., 2007). Bladder training merupakan latihan kandung kemih sebagai salah satu upaya mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan (Lutfie, 2008). Setelah kateter dilepas, terdapat beberapa kemungkinan yang akan dialami oleh pasien berhubungan dengan proses dan reflek berkemihnya. Efek samping dari pemasangan kateter adalah terjadinya inkontnensia urin dan retensi urine (Perry & Potter, 2005). Inkontinensia urine adalah keluhan keluarnya urine diluar kehendak 1

2 sehingga menimbulkan masalah sosial atau kesehatan. Inkontinensia urine seringkali menyebabkan pasien dan keluarga frustasi, bahkan depresi. Bau yang tidak sedap dan perasaan kotor, tentu akan menimbulkan masalah social dan psikologis. Selain itu inkontinensia urine juga mengganggu aktivitas fisik, seksual dan dehidrasi karena umumnya penderita akan mengurangi minumnya khawatir terjadi ngompol. Masalah lain yang dapat ditemukan adalah adanya dekubitus dan infeki saluran kemih yang berulang, disamping dibutuhkan biaya perawatan sehari-hari yang relative lebih tinggi untuk keperluan membeli pampers(setiati, 2001 dalam Mustofa, 2009). Salah satu metode latihan berkemih, yaitu metode bladder training.terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul), delay urination (menunda berkemih), dan scheduled bathroom trips (jadwal berkemih) Suryahanto (2008). Latihan kegel (kegel exercises) merupakan aktivitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh. Data di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10-12 juta orang dewasa mengalami inkontinensia urine. Penduduk dunia sekitar 200 juta mengalami inkontinensia urin (Data dari WHO, dalam Collein, 2012). Penderita inkontinensia mencapai 13 juta dengan 85% diantaranya perempuan di Amerika Serikat. Sekitar 50% usia lanjut diinstalasi perawatan kronis dan 11 30% dimasyarakat mengalami inkontinensia urine. Prevalensinya meningkat seiring dengan peningkatan umur.

3 Perempuan lebih sering mengalami inkontinensia urine dari pada laki laki dengan Perbandingan1,5:1(Yuliana, 2011). Pengamatan secara langsung yang peneliti lakukan diruang mawar yang merupakan ruang rawat inap penyakit dalam kelas 3 diperoleh data surveillance pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2015 sebanyak 265 pasien yang terpasang kateter urine. Dengan rata-rata lama rawat inap 3 hari. Rata-rata dalam 3 bulan jumlah pasien yang terpasang kateter setiap bulan adalah 88 pasien. Pasien yang terpasang kateter di ruang rawat inap penyakit dalam adalah pasien dengan kasus Congestif Heart Faillure (CHF), Chronic Kidney Disease (CKD), Diabetes Millitus (DM) dan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Hasil penelitian Ida Ramadhani (2015) menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efektivitas pelvic floor muscle exercise dan bladder training terhadap inkontinensia urin pada pasien post operasi Benign Prostat Hiperplasia (BPH) di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Penelitian yang dilakukan Ida Ramadhani (2015) menggunakan kuesioner modifikasi dari ICSmaleSF. Terdiri dari 6 pertanyaan tentang factor inkontinensia (IS), skor terendah 0 dan skor tertinggi 24. Kesimpulannya ICSmaleSF menunjukan komprehensif, singkat, valid dan reliable sebagai instrument untuk mengevaluasi pasien dengan inkontinensia urine. Hasil penelitian Fransiska A. Sinaga (2009) menyimpulkan bahwa pasien yang terpasang kateter diruang penyakit dalam dan ruang bedah

4 yang termasuk dalam criteria inklusi tidak mengalami inkontinensia setelah dilakukan bladder training. Sehingga dapat dikatakan bahwa bladder training memberikan pengaruh terhadap minimalisasi inkontinensia. Kuesioner inkontinensia urin disusun dimodifikasi dari instrument Long Island Cente rfor Inkontinence and Voiding Dysfunction. Kuesioner inkontinensia urin terdiri dari sepuluh pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak (dichotomy). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Berdasarkan masalah dan fenomena yang peneliti uraikan diatas, peneliti ingin meneliti tentang Perbedaan efektivitas kegel exercise dan delay urination terhadap inkontinensia urine di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Adakah Perbedaan Efektivitas Kegel Exercise Dan Delay Urination Terhadap Inkontinensia Urine Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan dari penelitian ini mengetahui bagaimana perbedaan efektivitas kegel exercise dan delay urination terhadap inkontinensia

5 urine di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Skor inkontinensia metode kegel exercise b. Skor inkontinensia metode delay urination c. Skor inkontinensia kelompok kontrol d. Mengidentifikasi metode yang paling efektif antara metode kegel exercise dan delay urination terhadap inkontinensia urine di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto D. Manfaat Penelitian 1) Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan media penerapan ilmu pengetahuan yang telah di dapatkan dalam teori dan manambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti khususnya efektivitas kegel exercise dan delay urination terhadap fungsi berkemih pada pasien di ruang penyakit dalam yang terpasang keteter. 2) Bagi Responden Dapat dijadikan sebagai pengalaman responden dalam menghadapi pengaruh yang mungkin muncul pada pasien yang dilakukan pemasangan kateter, kondisi setelah kateter dilepas dan latihan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan untuk

6 berkemih setelah kateter dilepas sehingga responden mengalami peningkatan pengetahuan dalam manajemen perawatan kateter. 3) Instansi Terkait (Bidang Keperawatan) Untuk pengembangan tindakan mandiri keperawatan, khususnya perawat yang berminat di pengembangan sistem urinaria, hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam pelaksanaaan tindakan perawat sehari-hari terhadap pasien dengan asuhan keperawatan gangguan eliminasi. 4) Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penunjang dalam referensi ilmu dan dapat menambah khasanah pustaka tentang efektivitas kegel exercise dan delay urination untuk meningkatkan kemampuan berkemih setelah kateter dilepas. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Bayhakki, Dkk (2008) dengan judul Bladder Training Modifikasi Cara Kozier Pada Pasien Pascabedah Ortopedi Yang Terpasang Kateter Urin. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan posttest only with control group. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan pola berkemih (p = 1,00) dan keluhan berkemih (p =1,00) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Namun, ada perbedaan signifikan antara lama waktu untuk berkemih kembali normal pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p = 0,05)

7 dengan α= 0,05. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti efektivitas bladder training untuk meningkatkan kemampuan berkemih pada pasien yang terpasang kateter. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu intervensi kegel exercise dan delay urination pada pasien di ruang di ruang penyakit dalam yang terpasang kateter selama 3 hari. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Angellita Intan Septiasri dan Cholina Trisa Siregar (2002) dengan judul Latihan Kegel Dengan Penurunan Gejala Inkontinensia Urine Pada Lansia. Penelitian ini menggunakan desain quasy-experiment. Intervensi penelitian ini adalah Kegel Exercise. Hasil uji paired t-test pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa gejala inkontinensia urin berbeda antara pre-post latihan kegel ( t= 17,725, p= 0,000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penurunan gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi berbeda dengan kelompok kontrol (t= -3,215, p=0,004). Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan kegel efektif terhadap penurunan gejala inkontinensia urin pada lansia. Dengan demikian perawat dapat mengajarkan latihan kegel sebagai intervensi nonfarmakologis untuk mengatasi inkontinensia urin. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti efektivitas kegel exercise untuk meningkatkan kemampuan berkemih

8 pada pasien yang terpasang kateter. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu metode dan intervensi. Metode dalam penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan rancangan posttest only with control group design dan intervensi kegel exercise dan delay urination pada pasien di ruang penyakit dalam yang terpasang kateter selama 3 hari. 3. Penelitian yang dilakukan Dahlan D.A, Martiningsih (2014) Dengan judul Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Inkontinensia Urine Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Wherda Meci Angi Bima. Penelitian ini adalah model penelitian kuantitatif, jenis penelitian adalah quasi eksperimen. Penelitian ini menggunakan Paired T-Test untuk analisis efek Kegel Exercise, Wilcoxon Signed-Rank Test untuk analisis pengaruh Perineum Massage, dan Mann-Whitney U Test untuk mengetahui pengaruh dari Kegel Exercise dan Perineum Massage dikekuatan otot dasar panggul dari orang tua. Hasil penelitian ini adalah Kegel Exercise berpengaruh pada kekuatan otot (p-value = 0,000, p<0,05), tidak ada efek Perineum Massage pada kekuatan otot dasar panggul lansia (p-value = 1,000, p>0,05), dan rata-rata Kegel Exercise (1,1333) lebih tinggi dari perineum Massage(0,0667). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti efektivitas kegel exercise untuk meningkatkan kemampuan berkemih pada pasien yang terpasang kateter. Perbedaan dengan penelitian ini

9 yaitu metode dan intervensi. Metode dalam penelitian ini menggunakan yaitu quasy experiment dengan rancangan posttest only with control group design dan intervensi kegel exercise dan delay urination pada pasien di ruang penyakit dalam yang terpasang kateter selama 3 hari. 4. Penelitian yang dilakukan Hae S Yoon, Hae H Song, dan You J Ro (2003) dengan judul Perbandingan Efektifitas Latihan Bladder Training Dan Pelvic Floor Muscle PadaWanita Dengan Inkontinensia Urine. Penelitian ini menunjukan bahwa kelompok intervensi menunjukan perbaikan, dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi berbeda dalam pengaruhnya pada ukuran hasil. Kelompok latihan otot panggul lebih efektif dalam meningkatkan puncak dan tekanan ratarata kontraksi otot panggul. Kelompok latihan kandung kemihlebih efektif dalam mengurangi frekuensi kencing dan dalam meningkatkan volume kekosongan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti efektivitas bladder training untuk meningkatkan kemampuan berkemih pada pasien yang terpasang kateter. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu intervensi kegel exercise dan delay urination pada pasien di ruang penyakit dalam yang terpasang kateter selama 3 hari. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Harlina Rahayu dansarliana

10 (2011) dengan judul Efektivitas Bladder Training Dalam Mencegah Terjadinya Inkontinensia Urine Pada Pasien Lanjut Usia Yang Terpasang Kateter Urine. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain post test control group (randomized control trial).uji satistik menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,049 yang membuktikan adanya pengaruh sigrifikan blader training terhadap kejadian inkontinensia urine pada pasien lansia terpasang kateter urine. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti efektivitas blader training untuk meningkatkan kemampuan berkemih pada pasien yang terpasang kateter. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu metode dan intervensi. Metode dalam penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan rancangan posttest only with control group design intervensi pada penelitian ini yaitu kegel exercise dan delay urination pada pasien di ruang penyakit dalam yang terpasang kateter selama 3 hari.