PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE MAKE A MATCH MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA TRIGONOMETRI DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER DUA VARIABEL KELAS X SMK KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB II KAJIAN TEORITIK. tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Perubahan

Nia Wati dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IX.1 SMP N 4 PASAMAN. Sudirman 1) 1 SMP N 4 Pasaman

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION DAN MAKE A MATCH. (Artikel Skripsi) Oleh. Muji Aprilia Fitriani

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL TUTORIAL OPENOFFICE.ORG WRITER SISWA KELAS VIII DI LAMPUNG UTARA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa:

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS II SD

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PERBEDAAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN MEDIA CHART PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh MEYLISA EFRILIYANTI SARENGAT SITI RACHMAH SOFIANI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS 1) Oleh Muji Desy Susanty 2), Pargito 3), Darsono 4)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS BELAJAR MANDIRI KELAS V DI SD NEGERI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU

UTILIZING TIMES TOKEN LEARNING METHOD TO IMPROVE STUDENTS MOTIVATION AND ACHIEVEMENT IN PPKN SUBJECT GRADE X OF SMK NEGERI 11 MALANG

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN MAKE A MATCH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL

Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

Heny Wahyuningdyah dan Retno Hasanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK MENGGUNAKAN SOSIAL MEDIA PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMK KOTA METRO. oleh :

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PBL DAN TPS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MNEMONIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PADA KELAS X 3 SMA NEGERI 4 BARABAI TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Di era

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

Samsuar SDN 001 Bintan Kecamatan Dumai Timur

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT DI SMP

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

PENGARUH MODEL MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI 1) Oleh

PENGEMBANGAN HANDOUT DILENGKAPI DENGAN TEKA-TEKI SILANG PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI SISTEM EKSKRESI DI MAN 1 MUARA BUNGO

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENALAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar

THE DEVELOPMENT OF ACCOUNTING LEARNING MEDIA USING LECTORA INSPIRE IN FINANCIAL STATEMENT TOPIC OF GRADE X AT SMK NEGERI 1 MALANG

Febriani, RRP. Megahati S, Novi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatra Barat

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Anggun Triana *), Ahmad Hamid, Tarmizi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Unsyiah

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL GUIDED NOTE TAKING (GNT) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR TEMATIK BERBASIS LINGKUNGAN TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN III TANGGUNG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development).

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO


Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV JURNAL OLEH

PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA. (Artikel) Oleh DEWI CITRA HANDAYANI

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

DAFTAR PUSTAKA. Alma, B. (2008) Guru Profesional, menguasai metode dan terampil mengajar. Alfabeta Bandung.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI STRATEGI ACTIVE LEARNING

Meli Andani (1), Cut Nurmaliah (2), Safrida (3) Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Syiah Kuala

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PROGRAM LINEAR MENGGUNAKAN APLIKASI GEOGEBRA BERBANTUAN ANDROID DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK HARMONIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) BAGI SISWA SMK

PENGEMBANGAN MULTI MEDIA INTERAKTIF MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI MATERI MICROSOFT EXCEL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS LAMPUNG TENGAH

ASEP GUNAWAN. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang

Oleh: Dewi Sri Yuliati 1, Zuhri D 2, Sehatta Saragih 3

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER MATERI KALOR SMP KELAS VII DI BANDAR LAMPUNG

Fajar Jefri Irawan 1) Ningrum 2) Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SEGIEMPAT

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

E-journal Prodi Edisi 1

PENGARUH TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA SD JURNAL. Oleh ANGGA FITRA KUSUMA SARENGAT A. SUDIRMAN

Pengembangan E-book Pembelajaran Menggunakan Flipbook Berbasis Web Pada Siswa Kelas X Jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Di SMK ADZKIA Padang

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS Volume 2, No 2, September 2015 ( ) Tersedia Online:

Harini SMPN 17 Surakarta

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMP NEGERI 10 PALEMBANG

PENGGUNAAN MULTIMEDIA DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Muhammad Sugiantoro* Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si.** Hj. Yuniastuti, SH.M.Pd.**

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWAMELALUI METODE BERMAIN JAWABAN DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN 10 KOTO JUA KECAMATAN BAYANG

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE MAKE A MATCH MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG Oleh : Siti Aisyah, Adelina Hasyim,Riswandi FKIP Unila Jl. Prof. Sumantri Brodjonegoro no. 1 Bandarlampung E-mail : aisyah_halim68@yahoo.co.id HP : 082179174672 Abstrack : Development Cooperative Learning Model Type Make A Match Learning To Improve Student Learning On Civics Education Lessons In Seven Grade Of Smp In Bandar Lampung. This study aims to: (1) describing the condition and potential learning of Civics that have been done for the development of learning model MAM, (2) describing the process of developing a cooperative learning model MAM the type of learning, (3) analyzing the effectiveness of using cooperative learning model MAM the type of learning, (4) analyzing the efficiency of the use of cooperative learning model Make A Match the type of learning, and (5) analyzing the attractiveness of the students towards the use of cooperative learning model MAM the type of learning. Research and development research approach, conducted by SMP 26, SMP 28, Bandar Lampung, and SMP Budaya Bandar Lampung. Observation and data collection using questionnaires, then analyzed by independent t-test. Conclusions of the research are: (1) the type of cooperative learning model MAM has the potential to be developed as a fun learning media and facilitate understanding the subject matter, so that the students learn Civics will rise, (2) the results of this development is a development MAM models were validated by a media expert, expert content and instructional design experts, (3) the using of model MAM effectively evidenced by 0,001 t hitung < t 0,95(50), (4) the using of model MAM efficient evidenced by the value of learning efficiency ratio of 1.50, and (5) use MAM interesting models used by the average test score the attractiveness of 81,20%. Keywords : development, learning outcomes, make a match, a model of learning Abstrak : Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Make a Match Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII SMP di Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan kondisi dan potensi pembelajaran PKn yang sudah dilakukan sekolah untuk pengembangan model pembelajaran MAM, (2) mendeskripsikan proses pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM, (3) menganalisis efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM, (4) menganalisis efisiensi penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM, dan (5) menganalisis kemenarikan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan, dilakukan di SMPN 26 Bandar Lampung, SMPN 28 Bandar Lampung, dan SMP Budaya Bandar

Lampung. Pengumpulan data menggunakan observasi dan angket, kemudian dianalisis dengan uji t-test independent. Kesimpulan penelitian adalah: (1) SMP di Bandar Lampung berpotensi untuk pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM, (2) Proses pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM terdiri dari 7 (tujuh) langkah utama yang merupakan prosedur penelitian dan pengembangan Borg and Gall, (3) penggunaan model MAM efektif dibuktikan dengan 0,001 thitung < t 0,95(50) maka H 0 ditolak, (4) penggunaan model MAM efisien dibuktikan dengan nilai rasio efisiensi pembelajaran sebesar 1,50, dan (5) penggunaan model MAM menarik digunakan dengan skor persentase uji coba kemenarikan sebesar 81,20%. Kata kunci: make a match, model pembelajaran, pengembangan PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), karena pendidikan masih dipandang sebagai sarana dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan sistematis, programatis dan berjenjang. Namun berdasarkan observasi, menunjukkan masih banyak dijumpai permasalahan pada pelaksanaan pembelajaran, antara lain guru kurang kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif dan belum memanfaatkan media pembelajaran sehingga mengakibatkan siswa pasif dan kurang bersemangat mengikuti pembelajaran, permasalahan tersebut berdampak pada hasil belajar yang tidak mencapai ketuntasan belajar. Pada kenyataannya, berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya di kelas VII SMP Negeri 26 Bandar Lampung diketahui bahwa sebagian besar siswa belum dapat mewujudkan tujuan dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, siswa kurang berpartisipasi secara aktif, kurang bertanggung jawab. Pembelajaran PKn masih dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan, terlebih pada saat memasuki jam pelajaran menjelang jam terakhir, hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu: 1) siswa sudah lelah, 2) sarana pendukung pembelajaran kurang memadai, 3) guru mengajar menggunakan cara konvensional, dan masih banyak lagi permasalahan yang dihadapi di dalam kelas. Hal tersebut nampak terlihat

dari sikap siswa yang cenderung suka bermain sendiri,mengobrol sendiri bahkan cenderung tidak perduli. Faktor-faktor di atas berdampak pada hasil belajar siswa yang rendahdilihat dari hasil ulangan harian yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan permasalahan yang muncul, maka untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, peneliti mengambil alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, maka peneliti mengambil langkah dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif learning tipe Make A Match (MAM). Sesuai dengan data siswa kelas VII SMP Negeri 26 Bandar Lampung, masih besarnya persentasi siswa yang tidak tuntas dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang terdiri dari ulangan harian, tugas-tugas dan ulangan akhir semester. Model pembelajaran MAM lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran dengan model MAM memiliki beberapa keunggulan, yaitu : a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak sekolah tingkat dasar dan menengah. b. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa d. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Selain keunggulan keunggulan yang tersebut di atas, pembelajaran model MAM sangat penting diterapkan di sekolah tingkat menengah karena banyak memiliki nilai dan manfaat, di antaranya : a. Dapat menggabung beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran dan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi.

b. Pembelajaran tidak terpecah pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu juga. c. Diterapkan model pembelajaran MAM dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. d. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Pentingnya pengembangan mengungkapkan argumentasi mengapa perlu ada pengubahan kondisi nyata ke kondisi ideal. Dengan kata lain, pentingnya pengembangan mengungkapkan mengapa masalah yang ada perlu dan mendesak untuk dipecahkan. Dalam bagian ini diharapkan juga terungkap kaitan antara urgensi pemecahan masalah dengan konteks permasalahan yang lebih luas. Pengkaitan ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa pemecahan suatu masalah yang konteksnya mikro benar-benar dapat memberi sumbangan bagi pemecahan masalah lain yang konteksnya lebih luas. Menurut David P.Ausubel (dalam Suyono, 2012:100) siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Berdasarkan teori belajar Ausubel, menjembatani siswa untuk menghubungkan kerangka konseptual suatu materi yang akan dipelajari sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan pengalamanpengalaman yang dimiliki dan berada di lingkungan sekitar dengan konsep yang akan dipelajari. Jika dalam pembelajaran dengan menggunakan model MAM, siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk menyelesaikan secara nyata dari permasalahan yang ada. Gagne (dalam Suyono, 2012:92), bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Pembelajaran mata pelajaran PKn merupakan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimana pembelajaran merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Teori ini lebih sesuai digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran MAM, karena siswa menafsirkan sendiri stimulus yang diterimanya, menghubungkan informasi yang diterimanya dengan pengalaman mereka, menyimpan serta mengingat kembali apa yang mereka telah peroleh dan dilakukan selama dalam proses pembelajaran. Arends (dalam Trianto,2007:9) menyatakan The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system. Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Pada pembelajaran PKn, ada beberapa model yang diterapkan dalam pembelajaran, seperti: (1) model pembelajaran klasikal, (2) model pembelajaran individual, (3) model kooperatif, dan (4) model pembelajaran berbasis masalah. Arends (1997) dalam Trianto (2007:9) bersama dengan beberapa pakar model pembelajaran berpendapat bahwa tidak

ada satupun model pembelajaran yang paling baik di antara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan dalam proses pembelajaran pada kompetensi tertentu. Berarti perlu dilakukan seleksi model pembelajaran yang paling tepat untuk kompetensi tertentu, dari pernyataan diatas didukung bahwa model pembelajaran yang dipilih guru akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sharon E Smaldino dkk, 2005 (dalam Benny 2009:94). Mengembangkan model desain pembelajaran ASSURE untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Model ini menitik beratkan pada satu KBM, desain pembelajaran untuk KBM sebenarnya memandu seorang pengajar bagaimana mengelola, menciptakan interaksi belajar mengajar bahkan memotivasi pebelajar dengan tepat. Menurut Sudjana (2004:22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Belajar merupakan suatu proses dan perilaku siswa yang kompleks dan juga merupakan bagian yang paling penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Undang-undang Sisdiknas (2003) Republik Indonesia pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan isi pasal ini maka pembelajaran merupakan komunikasi dua arah antara guru dan siswa, dimana peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan sebagai fasilitator sehingga proses belajar menjadi lebih baik. Menurut Slavin (2005:11), Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran bahwa penghargaan tim dan tanggung jawab individu sangat penting untuk meningkatkan prestasi kemampuan dasar. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik belajar mengajar MAM dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Rusman, 2013:223). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau Research and Development (R & D). Menurut Sugiono (2008 : 297), penelitian dan pengembangan juga didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Langkah pertama (Borg and Gall, 2003:626) adalah penelitian dan pengumpulan informasi, yang meliputi needs assessment, review literatur, studi penelitian berskala kecil dan persiapan laporan pada perkembangan terbaru. Needs assessment telah dilakukan di awal sebagai bahan penyusunan proposal penelitian, needs assessment dilakukan dengan menggunakan instrument angket dan pengamatan untuk menjaring informasi tentang kebutuhan model pembelajaran kooperatif tipe MAM. Langkah-langkah dalam penelitian ini meliputi : (1) potensi dan masalah, pengumpulan data, (2) desain produk, (3) validasi desain, (4) revisi desain, (5) uji coba produk, (6) revisi produk, (7) uji coba pemakaian dan (8) produk akhir. Penelitian ini dilaksanakan di 3 SMP yang ada di Bandar Lampung yaitu SMP Negeri 26 Bandar Lampung, SMP Budaya Bandar Lampung, dan SMP Negeri 28 Bandar Lampung pada siswa kelas VII semester genap. Dalam penelitian pengembangan model pembelajaran ini menggunakan jenis data kualitatif dan data kuantitatif, data kualitatif diperoleh dari pengumpulan data analisis dokumen, wawancara dan hasil observasi, sedangkan data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka yang dianalisis memakai teknik perhitungan statistik. Karena hasil uji normalitas dan homogenitas data terpenuhi, maka

analisis data menggunakan statistik parametrik. Selanjutnya dilakukan uji efektivitas dengan menggunakan uji-t (sampel mandiri) satu pihak yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara nilai siswa sebelum menggunakan model MAM (pretest) dan nilai sesudah menggunakan model MAM (posttest). Program yang akan digunakan dalam menganalisis data menggunakan program SPSS 17. Pengukuran efisiensi yaitu membandingkan rasio waktu yang disediakan (waktu yang diperlukan berdasarkan perencanaan pembelajaran) dengan waktu yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran siswa. Kualitas daya tarik dapat dilihat dari aspek kemenarikan dan kemudahan penggunaan yang ditetapkan berdasarkan indikator dengan rentang data. Sebelum proses pengembangan produk, terlebih dahulu peneliti melakukan analisis kebutuhan melalui observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru PKn dimasing-masing sekolah tempat penelitian. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, guru PKn membutuhkan perencanaan pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe make a match. Sesuai dengan kondisi di lapangan dan berdasarkan Undang-undang Sisdiknas (2003) Republik Indonesia pasal 1 ayat 20, maka untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, peneliti mengambil alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, agar dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan peneliti mengambil langkah dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bruner (dalam Karwono, 2010:75) berpendapat bahwa pembelajaran dapat dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu seorang anak sampai mencapai tahap perkembangan tertentu.

Teori Bruner ini menjelaskan bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsepkonsep dan prinsip dan melakukan eksperimen-eksperimen yang dapat membantu siswa untuk menemukan jawabannya, hal ini dalam pembelajaran sesuai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM. Proses pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM, yaitu melalui pengembangan sintaks yang berlandaskan teori langkah-langkah model pembelajaran MAM menurut Lorna Curran (1994). Setelah proses pengembangan sintaks selanjutnya produk awal diuji kepada para ahli desain, ahli konten, dan ahli media. Masing-masing dari ahli memberikan saran dan komentar untuk perbaikan pengembangan model pembelajaran MAM sebelum diujicoba. melalui proses revisi, maka diperoleh produk yang siap untuk diujicoba satusatu dan uji coba kelompok kecil. Setiap tahap ujicoba dilakukan proses revisi berdasarkan saran dan komentar dari pelaksanaan ujicoba model pembelajaran MAM. Setelah melalui proses uji coba, selanjutnya produk siap untuk diuji lapangan untuk mengetahui tingkat efektifitas, efisiensi, dan kemenarikan dari penggunaan model pembelajaran MAM. Berdasarkan hasil posttest di SMP Negeri 26 Bandar Lampung, SMP Negeri 28 Bandar Lampung dan SMP Budaya Bandar Lampung diperoleh nilai rata-rata dengan kategori lebih efektif. Berdasarkan hasil posttest yang diperoleh dari masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol di tiga sekolah yaitu SMP Negeri 26 Bandar Lampung dan SMP Negeri 28 Bandar Lampung, dan SMP Budaya Bandar Lampung menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran MAM memberikan pembelajaran yang efektif dibuktikan dengan 0,001 t hitung < t 0,95(50) maka H 0 ditolak sehingga mampu meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Hal ini didukung beberapa teori yang dikemukakan oleh Reigeluth & Merrill (dalam Degeng, 2000: 165), yang menyatakan bahwa tingkat efektifitas pengembangan pembelajaran diukur melalui pencapaian tujuan pembelajaran. Hal yang serupa pun ditunjukkan dalam kajian yang relevan dalam penelitian tentang model

pembelajaran MAM. Menurut hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran ditinjau dari hasil belajar siswa yang telah menggunakan model pembelajaran MAM ini lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran MAM. Efisiensi pada umumnya dapat diukur melalui waktu ataupun biaya yang dikeluarkan. Pada pembelajaran, efisiensi dapat dilihat dari rasio perbandingan waktu yang telah direncanakan dan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk melakukan proses pembelajaran. Pengujian efisiensi pada penelitian ini menggunakan perbandingan antara rasio pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Peneliti mendapatkan hasil bahwa dilihat dari segi efisiensi (lama waktu pembelajaran), penggunaan model pembelajaran MAM dalam pembelajaran lebih sedikit membutuhkan waktu dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran MAM. Aspek efisiensi diukur melalui efisiensi pembelajaran model pembelajaran MAM, yaitu melihat kapasitas sumber daya yang dibutuhkan dan waktu belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini dibuktikan dengan nilai rasio efisiensi pembelajaran sebesar 1,50 untuk kelas eksperimen dan 1,00 untuk kelas kontrol. Aspek kemenarikan pada pengembangan model MAM menjadi aspek utama yang harus diperhatikan karena aspek kemenarikan dapat memotivasi siswa untuk melakukan pembelajaran. Bahkan beberapa ahli pendidikan yang mendukung pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered) bahkan meletakkan kriteria ini di atas dua kriteria lainnya, yaitu efektifitas dan efisiensi. Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk model pembelajaran MAM yang telah dikembangkan memiliki daya tarik tinggi bagi siswa sehingga memberikan peningkatan hasil belajar. Hal ini dilihat dari hasil persentase sikap siswa representasi kemenarikan terhadap model MAM dan Produk yang dikembangkan adalah 81,20.

Sesuai dengan kriteria persentase dan klasifikasi kemenarikan dan kemudahan penggunaan model MAM, maka hasil persentase yang diperoleh termasuk kategori menarik, yaitu antara 70 % - 89 %. Maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap daya tarik model pembelajaran MAM yang telah di terapkan dalam kelas eksperimen memiliki dampak positif terhadap hasil belajar siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa: 1) Kondisi di SMP Bandar Lampung model pembelajaran dan metode yang digunakan dalam pembelajaran PKn kurang bervariasi. Oleh karena itu, SMP di Bandar Lampung berpotensi untuk pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM. Hal ini berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa dan guru terhadap pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM. 2) Proses pengembangan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM terdiri dari 7 (tujuh) langkah utama, yaitu analisis kebutuhan, desain pembelajaran, desain dan pengembangan media, validasi ahli dan revisi, uji coba dan revisi, uji coba lapangan. Langkahlangkah penelitian merupakan prosedur penelitian dan pengembangan Borg and Gall. 3) Pengujian efektifitas dengan melihat rata-rata hasil nilai yang diperoleh siswa yaitu kelas kontrol 0,151 dan kelas eksperimen 0,001. Ternyata thitung kelas eksperimen < t0,95(50) maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa rata-rata hasil tes formatif pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM lebih besar dibandingkan dengan rata-rata hasil tes formatif pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 4) Pengujian efisiensi dilaksanakan dengan melihat waktu pembelajaran yang dilakukan, dilihat dari perbandingan waktu yang disediakan dan waktu yang digunakan siswa dalam pembelajaran hingga tuntas. Pada kelas perlakuan didapatkan rasio

perbandingan waktu sebesar 1,5 sedangkan pada kelas kontrol rasionya adalah 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn khususnya materi menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia SMP kelas VII semester II menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM memiliki efisiensi berupa penghematan waktu lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM. 5) Pengujian kemenarikan terhadap pengembangan model MAM dilakukan pada tiga (3) sekolah yaitu SMPN 26 Bandar Lampung, SMPN 28 Bandar Lampung dan SMP Budaya Bandar Lampung, dilakukan dengan pengisian angket. Dari hasil perhitungan untuk aspek kemenarikan didapatkan dari hasil persentase sikap siswa representasi kemenarikan terhadap model MAM dan produk yang dikembangkan adalah 81,20%. Sesuai dengan kriteria persentase dan klasifikasi kemenarikan dan kemudahan penggunaan model MAM, maka hasil persentase yang diperoleh termasuk kategori menarik, yaitu antara 70 % - 89 %. Maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap daya tarik model pembelajaran MAM yang telah di terapkan dalam kelas eksperimen memiliki dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Saran dari penelitian ini adalah : 1) Bagi sekolah, model pembelajaran dapat dipergunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi pembelajaran dan mampu memotivasi siswa untuk tetap terlibat pada tugas belajar baik pada mata pelajaran PKn maupun mata pelajaran lainnya. 2) Bagi guru-guru mata pelajaran PKn SMP, diharapkan cara mengajar dapat lebih kreatif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM sebagai hasil penelitian pengembangan ini sebagai salah satu sumber belajar yang mampu menfasilitasi proses pembelajaran di kelas. Sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar.

3) Bagi siswa, diharapkan cara belajar siswa menjadi lebih baik dan mampu belajar secara maksimal dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe MAM sebagai media yang efektif, efesien, dan mampu memberikan daya tarik. Sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memecahkan masalah, mampu membangkitkan keingintahuan, dan memotivasi siswa untuk tetap semangat akan belajar. DAFTAR PUSTAKA Benny A, Pribadi. 2009. Model Model desain sistem pembelajaran. Jakarta : Prodi Teknologi Pendidikan PPS UNJ. Borg and Gall. 2003. Educational Research An Introduction. Boston: A and B. Degeng, I N. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokratisasi. Makalah Seminar Regional, di Universitas PGRI Surabaya, 19 April 2000. Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara RI. Karwono H. dan Mularsih, Heni. 2010. Belajar dan pembelajaran serta pemanfaatan sumber belajar. Jakarta : Cerdas Jaya. Sharon E Smaldino dkk. 2005 Edisi kesembilan. Instructional Technology dan Media for learning. Kencana. Jakarta. Slavin. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. London: Allymand Bacon. Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sudjana, Nana, 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta. Suyono. 2012. Belajar dan Pembelajaran, Teori dan konsep dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Konsep, Landasan Teorits- Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.