BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAHAN-BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Toshiko Kinosita (Kompas, 24 Mei 2002) mengemukakan bahwa sumber

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASlONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001: 2008 DI SMK NEGERI 2 PENGASIH KULON PROGO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mendayagunakan semua sumber-sumber secara produktif untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi tanpa batas, kemajuan iptek serta aplikasinya terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diambil penulis dilapangan menunjukkan keadaan serta

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pengangguran saat ini masih harus tetap memperoleh perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2008:28) mengemukakan guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja bagi suatu perusahaan sangatlah penting, salah satunya bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu atau kualitas pendidikan, hal ini dapat dilihat dari hasil

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin**

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan manajemen suatu lembaga pendidikan (sekolah) sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Shandy Fauzan, 2014

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENTINGNYA ASPEK SOFT SKILLS

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat dan membawa kemajuan bagi bangsa ini. Tetapi sejauh ini pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

LAMPIRAN. Akuntabilitas keuangan..., Winner Jihad Akbar, FE UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Bagaimanapun baiknya suatu organisasi, lengkapnya sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. produktif, berkualitas, dan berdaya guna. Karena pendidikan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

sekolah, maka semakin baik pula kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Negeri 2 Salatiga, melalui proses observasi, wawancara dan studi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan di Indonesia disinyalir belum mampu mewujudkan prinsip investasi sumber daya manusia (human capital investment), yaitu menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas agar menghasilkan lulusan yang produktif. Sehingga, dengan dihasilkannya lulusan yang produktif, selain meningkatkan produktivitas nasional, meningkatkan pula daya saing tenaga kerja di pasar kerja global. Selama ini pemerintah lebih cenderung berpegang pada angka melek huruf sebagai dasar klaim keberhasilan sektor pendidikan dari pada serangkaian ukuran yang lebih luas, seperti produktivitas, kesiappakaian lulusan sekolah, dan tingkat inovasi. Statistik pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia belum mampu mencetak sumber daya yang siap pakai dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengisi kebutuhan sektor-sektor dalam perekonomian. Kesenjangan kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia usaha/industri juga ditunjukkan dengan banyaknya kebutuhan tenaga kerja yang tidak terisi, sementara banyak lulusan pendidikan dan pelatihan yang sulit memperoleh pekerjaan, sehingga 1

2 terpaksa menganggur untuk waktu yang relatif lama. Hal tersebut bisa kita lihat dalam gambar 1.1 berikut ini: Gambar 1. 1 Persentase Pengangguran Terbuka Berdasarkan Pendidikan Tertinggi Pada gambar 1.1 memperlihatkan tingkat pengangguran tertinggi berada pada lulusan sekolah menengah kejuruan (SlMK) sebesar 17,26 persen pada tahun 2008 dan menurun menjadi 14,59 persen di tahun 2009, selain SMK, sekolah menengah atas (SMA), adalah angka persentase pengangguran tersbesar berikutnya, di tahun 2009 mencapai 14,5 persen. Kesenjangan kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia usaha/industri menimbulkan pertanyaan terhadap mutu sekolah yang menghasilkan lulusan-lulusannya. Poros utama tinggi rendahnya mutu sekolah diukur dengan mutu lulusan. Selama ini banyak sekolah berkeyakinan bahwa lulusan yang bermutu pasti datang dari input yang bermutu. Namun sejalan dengan perkembangan pengetahuan hasil penelitian masa kini, ternyata yang jauh lebih menentukan bukan input melainkan proses yang bermutu. Selama ini pula banyak pendidik yang membangun keyakinan bahwa rendahnya mutu lulusan karena inputnya yang

3 rendah. Pikiran itu merendahkan martabat siswanya sendiri. Kalau sekolahnya belum berhasil menghasilkan lulusan yang terbaik, bukan karena siswa saja, tapi mungkin karena pelayanan sekolahnya yang belum bermutu, sekali pun input siswa berpengaruh juga. Guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, banyak unsur dan cara yang harus dikuasai dan dikembangkan oleh sekolah. Salah satu strategi yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah pengembangan kualitas guru, antara lain meliputi : (1) kemampuan, (2) latar belakang pendidikan, (3) pengalaman kerja, (4) kondisi sosial ekonomi, (5) beban mengajar, (6) motivasi kerja, (7) komitmen terhadap tugas, (8) disiplin, dan (9) kreativitas Kualitas guru dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping itu dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah perilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik. Sekolah yang penulis teliti adalah SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen. Merupakan salah satu SMK yang sedang melakukan revitalisasi fungsi dan peranannya. Dalam upaya revitalisasi ini, SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen secara simultan melakukan penataan administrasi dan manajemen, serta kualitas pembelajaran yang tentunya menjadi faktor yang kritikal.

4 Seperti yang dipaparkan kepala sekolah SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen, bahwa sekolah sedang berupaya untuk meraih predikat SMK yang menjadi pusat pendidikan dan pelatihan berstandar nasional yang berwawasan internasional sesuai dengan visinya. Selain itu, SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen dengan perjuangan berbagai pihak akhirnya memperoleh sertifikat manajemen mutu ISO 9001:2000 pada tahun 2010 ini. Masalah mutu sekolah secara umum, maka tidak terlepas pada Indikator Mutu Sekolah Bertaraf Internasional, untuk mewujudkan harapan pendidikan bangsa, pemerintah menetapkan berbagai standar, salah satunya Standar Kompetensi Lulusan: 1. Mendapat Input Siswa dengan nilai 75 2. Mencapai nilai KKM 75 3. Mencapai nilai UN 75 4. Memenuhi SNP dan diperkaya keunggulan mutu lulusan dengan keunggulan tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya 5. Berdaya saing komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan keunggulan lokal ditingkat internasional 6. Mampu bersaing dalam berbagai lomba internasional yang dibuktikan dengan perolehan medali emas, perak, perunggu 7. Memperoleh penghargaan internasional lainnya 8. Bahasa Inggris siswa TOEFL Test > 7,5) dalam skala internet based test bagi SMA, skor TOEIC 450 bagi SMK), dan/atau bahasa asing lainnya 9. Berperan aktif secara internasional dalam menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan dunia dari perspektif ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan hidup 10. Menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara professional. Untuk menghasilkan sepuluh kompetensi di atas, kecuali mutu input yang menjadi simbol pencitaraan sekolah, terdapat tujuh standar yang perlu sekolah kondisikan secara bertahap agar mutunya meningkat dan terukur. Banyaknya jumlah indikator operasional yang wajib sekolah penuhi menandakan bahwa pada

5 setiap program yang sekolah prioritaskan perlu memilih strategi yang tepat, target yang terukur, pengalokasian sumber daya secara efisien. Tabel 1. 1 Verifikasi Pencapaian Sasaran Mutu Tahun Pelajaran 2009/2010 SMKN1 Karanganyar Kebumen No. Sasaran Mutu 1. Minimal 80% dari jumlah tamatan memperoleh nilai rata-rata ujian nasional Bahasa Indonesia 7,50; minimal 70% Nilai UAN Bahasa Inggris 7,00 dan Minimal 80% Nilai UAN Matematika 7,50 2. Minimal 80% dari jumlah tamatan memperoleh nilai mata pelajaran normatif dan adaptif non UN 8,00 3. Tingkat kelulusan mencapai minimal 100% 4. Minimal 10% dari jumlah tamatan memperoleh score TOEIC 405 Ketercapaian Mata Pelajaran Persentase Bahasa Indonesia 62% >= 7,50 Bahasa Inggris >= 80% 7,00 Matematika >= 99% 7,50 Rata-rata Nilai Ujian Seluruh Mata Pelajaran Normatif 79% dan Adaptif Peserta Ujian 308 Lulus 306 99% Tidak Lulus 2 1% Kesimpulan Sasaran mutu tidak tercapai Sasaran mutu tidak tercapai Sasaran mutu tidak tercapai Score TOEIC 8% Sasaran mutu tidak tercapai Sumber: Wakabid Kurikulum SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen Keterangan Perlu dilakukan investigasi dan tindakan koreksi Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa beberapa yang menjadi target dari SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen secara umum dapat dikatakan bahwa hampir semua target belum tercapai dengan tingkat persentase ketidaktercapaian yang berbeda-beda di tiap sasarannya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh pihak sekolah untuk permasalahan diatas antara lain dengan: Tabel 1. 2 Tindakan Koreksi Sasaran Mutu Tidak Tercapai Tahun 2009/2010 SMKN 1 Karanganyar Kebumen Ketidaksesuaian Tindakan Koreksi 1. 1. Penambahan jam pelajaran 2. Penambahan pelaksanaan try out materi mapel UN 3. Membuat analisis hasil tray out materi mapel UN 2. 1. Pembuatan analisa ketercapaian hasil belajar siswa 2. Memberikan tugas terstruktur dan mandiri tidak terstruktur 3. Penggunaan metode dan media yang bervariasi

6 3. 1. Penambahan jam pelajaran 2. Penambahan pelaksanaan try out materi mapel UN 4. 1. Penambahan materi TOEIC 2. Memperbayak latihan tes TOEIC Sumber: Wakabid Kurikulum SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen Tabel diatas menginformasikan bahwa pada dasarnya, sekolah setelah melakukan telah melakukan upaya-upaya guna mengatasi permasalahan tersebut. Dalam pelaksanaan berbagai upaya diatas maka dibutuhkan kerja sama yang baik terutama dari pihak kepala sekolah, guru, dan tentunya para siswa itu sendiri. Upaya tindakan koreksi diatas akan berhasil optimal jika terus dilakukan pengawasan dan evaluasi utnuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil dari kegitan-kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah beberapa waktu yang lalu, kaitannya dengan kinerja guru, beliau memandang bahwa guru akan menunjukkan kinerja (performance) yang baik manakala guru mengajar sesuai dengan bidang keahliannya. Kinerja guru dapat meningkat apabila dalam kerjanya guru memperoleh kepuasan bekerja. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuain antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan. Kepuasan kerja guru berdampak pada prestasi kerja, disiplin, dan kualitas kerjanya, yang selanjutnya akan berdampak positif pada peningkatan mutu pendidikan. Perihal tersebut bisa dibuktikan dari pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan oleh guru atau bisa juga melalui prestasi belajar siswa yang dicapai siswa. Tabel 1. 3 Ketercapaian Sasaran Mutu Nilai Normatif dan Adaptif Tahun 2009/2010 SMKN 1 Karanganyar Kebumen Sasaran Mutu (SM) Ketercapainn SM Pendidikan Agama 80% 43% PKN 80% 46% Olah Raga 80% 28%

7 Bahasa Jawa 80% 36% KKPI 80% 18% Kewirausahaan 80% 52% Ekonomi 80% 15% Sumber: Wakabid Kurikulum SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen Hal ini membuktikan bahwa hasil prestasi belajar siswa dari data yang tersaji pada tabel diatas, sebagian besar Sasaran Mutu yang dicapai oleh sekolah belum berhasil diraih dan ini membutuhkan usaha dari semua pihak sekolah terutama guru itu sendiri sebagai tonggak pelaksana pembelajaran di kelas. Salah satu pengelola lembaga pendidikan yang paling berperan di tingkat sekolah adalah kepala sekolah. Bahkan keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Wahjosumidjo (1999: 82), bahwa keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya. Pernyataan diatas senada dengan pendapat yang dikemukakan Baron dalam (Wibowo, 2007:74): faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, salah satunya adalah Leadership factor yang ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader. Dalam organisasi sekolah maka kepala sekolah mempunyai beberapa peran sekaligus yaitu sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator. Menurut Direktur Jendral PMPTK, Baedhowi, "Ada satu penelitian dari Bank Dunia dan penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan peran kepala sekolah, dimana penelitian itu mengatakan apabila kompetensi-kompetensi kepala sekolah itu bagus maka ada hubungan yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah itu, jelas Baedhowi (04 Maret 2010)

8 Supervisi merupakan peran yang strategis bagi kepala sekolah dalam melakukan fungsi manajemen dalam pengawasan (controlling), pembinaan dan pengembangan (development) bagi anggota organisasi. Dalam hal ini, selama proses aktivitas organisasi sekolah tersebut dilakukan, maka kepala sekolah dituntut untuk dapat menjalankan supervisi sebagai salah satu peran strategisnya dalam melakukan pengelolaan sekolah, melalui peran sebagai supervisor kepala sekolah dapat memberi bantuan, bimbingan, ataupun layanan kepada guru dalam menjalankan tugas maupun dalam memecahkan hambatannya. Dalam kenyataannya, pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah, sebagaimana pengawas, juga masih terfokus pada pengawasan administrasi. Pada umumnya kepala sekolah akan melakukan supervisi pengajaran pada guru melalui kunjungan kelas, apabila dia mendapat laporan mengenai kinerja guru yang kurang baik, atau berbeda dari teman-temannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bagian Ketenagaan di SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen, dalam upaya peningkatan kinerja guru, selama ini pelaksanaan atau pemberian supervisi dari kepala sekolah baru sebatas pada kewajiban/tuntutan bukan sebagai kebutuhan yang nyata. Tambahnya lagi, terkadang karena faktor kekeluargaan yang terjalin di sekolah, antara guru dan pimpinan sekolah sudah sama-sama saling percaya sehingga pelaksanaan supervisi belum secara ideal sesuai dengan tujuannya yaitu guna membimbing dan membantu menyelesaikan kesulitan dan permasalahan yang dialami guru khususnya dalam proses pembelajaran. Pada pelaksanaannya, kegiatan supervisi di SMK Negeri I Karanganyar Kebumen dilakukan dengan mengikuti jadwal yang telah ditetapkan. Pelaksanaan

9 supervisi dilakukan oleh kepala sekolah sendiri dan melalui pendelegasian. Kepala sekolah juga dibantu oleh Waka Kurikulum, Waka DU/DI dan Waka Kesiswaan dan berpedoman pada Instruksi Kerja (IK) Supervisi yang sudah ditetapkan. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi adalah terkadang kepala sekolah, masih dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya (Jawa) yaitu ewuh pekewuh yang dipersepsikan secara salah. Dalam pemahaman yang salah tersebut, apabila kepala sekolah melakukan supervisi kunjungan kelas dan mengamati PBM yang dilakukan guru, maka ia dianggap tidak percaya pada kemampuan guru. Hal ini akan menimbulan konflik dalam hubungan guru dengan kepala sekolah. Dari latar belakang yang telah terurai diatas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen.

10 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang akan menjadi kajian utama dalam penelitian ini adalah masalah kinerja guru. Pada pelaksanaannya, kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi. Dari pekerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan/ kompetensinya, sementara dari segi organisasi dipengaruhi oleh seberapa baik pemimpin memberdayakan pekerjanya, bagaimana mereka memberikan penghargaan pada pekerja, bagaimana mereka membantu meningkatkan kemampuan kinerja pekerja. Kegiatan pengawasan atau supervisi merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran. Supervsi yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru-guru secara rutin dan terjadwal diharapankan akan berdampak pada perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah khususnya di kelas. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

11 1. Bagaimana gambaran tingkat supervisi kepala sekolah SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen? 2. Bagaimana gambaran tingkat kinerja guru SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen? 3. Adakah pengaruh tingkat supervisi kepala sekolah terhadap tingkat kinerja guru SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen?

12 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data guna menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh gambaran mengenai tingkat supervisi kepala sekolah SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen 2. Memperoleh gambaran mengenai tingkat kinerja guru SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen 3. Mengetahui gambaran tentang seberapa besar pengaruh tingkat supervisi kepala sekolah terhadap tingkat kinerja guru SMK Negeri 1 Karanganyar Kebumen.

13 D. Kegunaan Hasil Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Kegunaan penelitian ini berupa kegunaan teoretik dan kegunaan praktis, yaitu sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoretik Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan ilmu-ilmu yang dipelajari di Manajemen Perkantoran khususnya ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia. Selain itu, diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kinerja guru yang ditimbulkan oleh pengaruh supervisi kepala sekolah. 2. Kegunaan Praktis 1. Bagi organisasi/lembaga hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam menetapkan kebijakan dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan. 2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman, sehingga dapat mengaplikasikan teori yang dimiliki untuk menganalisa fakta, gejala, dan peristiwa yang terjadi dan dapat menarik kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara objektif dan ilmiah.