PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI RITA WAHYUNI E10013162 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017
PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI Rita Wahyuni (E10013162), dibawah bimbingan : Adriani 1) dan Hutwan Syarifuddin 2) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai aktivator terhadap bentuk fisik dan hara vermikompos dari feses sapi Bali. Penelitian ini dilaksanakan di Jambi dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Jambi dimulai tanggal 4 Februari 2017 hingga 30 Maret 2017. Materi yang digunakan adalah feses sapi Bali, sisa nasi, cacing tanah Lumbricus rubellus. Metode penelitian vermikompos yaitu mengaduk bahan untuk media hidup cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang terdiri dari feses sapi Bali 900 g dan sisa nasi 100 g, kemudian dicampur sampai homogen. Setelah siap dimasukkan cacing tanah sesuai perlakuan, pengamatan dilakukan setelah 30 hari. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah penggunaan cacing tanah dengan berat yang berbeda dalam proses vermikompos yaitu V0 (tanpa cacing tanah), V1 (35gr), V2 (70gr), V3 (105gr), V4 (140gr), V5 (175gr). Peubah yang diamati adalah bentuk fisik (warna, bau dan tekstur), temperatur, ph, Karbon (C), Nitrogen (N), rasio C/N. Analisis data menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kualitas fisik (warna, bau dan tekstur) vermikompos. Hasil analisis menunjukkan penambahan cacing tanah Lumbricus rubellus berpengaruh sangat nyata (<0.01) terhadap C, N dan rasio C/N dengan kadar karbon V0 14.93%, V1 24.46%, V2 23.52%, V3 21.04%, V4 21.78%, V5 22.66%. Kadar nitrogen V0 0.72%, V1 1.71%, V2 1.70%, V3 1.61%, V4 1.53%, V5 1.84%. Rasio C/N V0 20.7, V1 14.6, V2 13.91, V3 13.29%, V4 14.36%, V5 12.39%. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa perlakuan V1 lebih ekonomis berdasarkan aspek fisik dan hara vermikompos. Kata Kunci : Vermikompos, Lumbricus rubellus, Unsur Hara Keterangan : 1) Pembimbing Utama 2) Pembimbing Pendamping
DAFTAR ISI Halaman PRAKARTA... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Manfaat... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 2.1. Sapi Bali... 4 2.2. Feses Sapi... 4 2.3. Cacing Tanah... 5 2.4. Vermikompos... 6 2.5. Bentuk Fisik... 8 2.6. Temperatur... 8 2.7. Keasaman (ph)... 8 2.8. C Organik... 9 2.9. N Total... 9 2.10 Rasio C/N... 10 BAB III.METODE PENELITIAN... 11 3.1. Tempat dan Waktu... 11 3.2. Materi dan Peralatan... 11 3.3. Metode... 11 3.4. Rancangan Penelitian... 12 3.5. Peubah yang Diamati... 13 3.6. Analisis Data... 15 BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN... 16 4.1. Bentuk Fisik Vermikompos... 16 4.4.1. Warna... 17 4.4.2. Bau... 17
4.4.3. Tekstur... 17 4.2. Temperatur... 18 4.3. Keasaman... 19 4.4. Unsur Hara Vermikompos... 20 4.4.1. Karbon... 20 4.4.2. Nitrogen... 21 4.4.3. rasio C/N... 21 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 23 5.1. Kesimpulan... 23 5.2. Saran... 23 DAFTAR PUSTAKA... 24 LAMPIRAN... 27
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan hewani di Provinsi Jambi. Sapi potong di Provinsi Jambi di dominasi oleh bangsa sapi Bali diikuti oleh sapi Bali hasil persilangan, kemudian sapi Ongole, Peranakan Ongole dan Simental (Hayanti, 2014). Peningkatan populasi sapi Bali akan meningkatkan limbah yang dihasilkan. Satu ekor sapi setiap harinya menghasilkan kotoran berkisar 8 10 kg per hari (Budiyanto, 2011). Feses sapi merupakan salah satu limbah perternakan yang masih belum optimal pemanfaatannya. Pada masyarakat pedesaan feses sapi biasanya dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kandang, tetapi tidak jarang feses sapi dibuang begitu saja oleh peternak. Dengan demikian feses sapi berpotensi menimbulkan masalah pencemaran dan kesehatan lingkungan. Menurut Widjajanto (2005) bahwa limbah kotoran sapi merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik. Kotoran sapi biasanya mempunyai kandungan unsur hara rendah, sehingga dalam penggunaanya memerlukan jumlah yang banyak. Kotoran sapi rata-rata mengandung 0.5% N, 0.25% P 2 O 5, dan 0.5% K 2 O, sehingga dalam satu ton kotoran sapi menyumbangkan 5 kg N, 2.5 kg P 2 O 5, dan 5 kg K 2 O. Untuk meningkatkan unsur hara yang terkandung dalam feses sapi perlu pengolahan lebih lanjut, salah satu cara pengolahan yaitu pembuatan kompos dengan metode vermikomposting. Vermikomposting adalah proses pembuatan kompos dari hasil perombakan bahan bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah yang hasilnya disebut vermikompos. Vermikompos berasal dari kotoran cacing tanah seperti Lumbricus rubellus, Lumbricus castaneus, Eisenia foetida, Dendrobaena veneta, Allobopora rosea dan lain sebagainya (Khairuman dan Amri, 2009). Suharyanto (2002) menyatakan bahwa cacing tanah Lumbricus rubellus merupakan jenis cacing tanah pengomposan yang baik karena mampu memproses bahan organik dalam jumlah besar dan berkembangbiak dengan cepat. Vermikompos tampak seperti tanah kering yang telah digiling dan secara nyata
meningkatkan kesuburan tanah. Menurut Nurmawati dan Suhardianto (2000) bahwa komposisi hara vermikompos yang berasal dari sampah organik adalah 1.60% N-total, 14.97% C organik, 0.02% P-total, 2.46% Ca, 0.59 Mg, 4.49% karbohidrat, 0.08% lemak, 24.86% protein. Persentase unsur hara ini bergantung dari media dan jenis pakan yang diberikan kepada cacing. Selain mengandung unsur hara tersebut, vermikompos juga mengandung zat pengatur tumbuh seperti giberelin, sitokinin, auksin masing masing sebanyak 2.75, 1.05, 3.80 miliequivalen tiap gram bobot kering. Selain itu ditemukan sejumlah mikroba yang bersifat menguntungkan bagi tanaman. Vermikompos mengandung fosfor dan kalsium serta ph netral sampai alkalis (Rohim et al., 2011). Selain itu Mashur (2001) menyatakan bahwa vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang di kenal selama ini dan vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Bo, dan Mo tergantung pada bahan yang digunakan. Dengan demikian, vermikompos berpotensi dijadikan sebagai pupuk organik yang mampu memperbaiki kesuburan tanah pada masa mendatang. Menurut Prayitno (2013) bahwa untuk pembuatan kompos diperlukan tambahan sumber carbon yang dapat diperoleh dari sisa sisa limbah organik. Pada penelitian ini digunakan sisa nasi, kandungan gizi sisa nasi yaitu karbohidrat 40.62%, protein 2.13%, lemak 0.14%, air 57% (Poedjiadi, 1994). Berdasarkan kondisi diatas, maka ingin diketahui pengaruh penggunaan cacing tanah Lumbricus rubellus sebagai aktivator terhadap bentuk fisik dan hara vermikompos dari feses sapi Bali. 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai aktivator terhadap bentuk fisik dan hara vermikompos dari feses sapi Bali.
1.3. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai pengembangan keilmuan khususnya Peternakan serta turut melengkapi informasi yang telah ada agar dapat disebarluaskan penggunaannnya kepada masyarakat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan penggunaan cacing tanah Lumbricus rubellus sebagai aktivator dapat mengubah bentuk fisik dan meningkatkan unsur hara (C, N dan rasio C/N) vermikompos dari feses sapi Bali. Perlakuan V1 lebih ekonomis berdasarkan aspek fisik dan hara vermikompos. 5.2 Saran Perlu dilakukan pengaplikasian vermikompos ketanaman untuk melihat pengaruh penggunaan vermikompos terhadap pertumbuhan tanaman.