PENERAPAN MODEL KOLABORASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn Rontur Hutapea SMP Negeri 1 Laguboti, kab. Toba Samosir Abstract: The purpose of this study were: (a) want to know the learning outcome Civics after the implementation of collaborative teaching model; (B) Want to know the effect of motivation to learn civics after application of the teaching model of collaboration. This study uses three rounds of action research. The subjects were VIIA grade students of SMP Negeri 1 Laguboti in academic year 2016/2017. The data obtained as the result of formative tests, observation sheet teaching and learning activities. From the analyst found that student achievement has increased from the first cycle to the third cycle, namely, the first cycle (73.17%), the second cycle (82.93%), the third cycle (95.12%). Conclusions from this research is cooperative learning methods can be a positive influence on achievement and motivation VIIA grade students of SMP Negeri 1 Laguboti in the school year 2016/2017 and pembelajarasn models can be used as an alternative civics lesson. Keywords: collaboration, lie skill Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) ingin mengetahui peningkatan hasil belajar PKn setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi; (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sebanyak tiga putaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Laguboti Tahun Pelajaran 2016/2017. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (73,17%), siklus II (82,93%), siklus III (95,12%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Laguboti Tahun Pelajaran 2016/2017 serta model pembelajarasn ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran PKn. Kata kunci: kolaborasi, life skill, 129
Di era globalisasi yang sedang berlangsung dewasa ini. Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut antara lain persaingan ketat dalam pandangan internasional sebagai konsekuensi pasar bebas di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Hal tersebut telah menimbulkan berbagai masalah kehidupan, termasuk matinya produkproduk perdangan lokal bahkan pabrik-pabrik tekstl dalam negeri, karena tidak mampu bersaing dengan produk luar. Contohnya kalau jalanjalan ke swalayan, dapat kita saksikan berapa proses produk dalam negari yang dipasarkan, bahkan mencari jeruk Garut atau Apel malang saja sudah susah. Menghadapi tantangan dan permasalahn tersebut, pendidikan harus berorientasi sesuai dengan kondisi dan tuntutan itu, agar output pendidikan dapat mengikuti perkembangan yang terjadi. Dalam kondisi ini manajemen birokratik sentralistik yang telah menghasilkan pola penyelenggaraan pendidikan yang regam dalam berbagai kondisi local yang berbeda untuk berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, tidak bisa dipertahankan lagi. Dikatakan demikian karena muatan dan proses pembelajaran di sekolah selama ini menjadi miskin variasi, berbasis pada standar nasional yang kaku dan diimplementasikan di sekolah atas dasar petunjuk-petunjuk yang cenderung serba detail. Di samping itu peserta didik dievaluasi atas dasar akumulasi pengetahuan yang telah diperolehnya sehingga orang tua tidak mempunyai variasi pilihan atas jasa pelayanan pendidikan bagi anakanaknya sumber-sumber pembelajaran di dunia nyata dan unggulan daerah tidak dimanfaatkan bagi kepentingan pendidikan di sekolah dan lulusan hanya mampu menghafal tanpa memahami. Tantangan masa depan yang berbeda indikatornya telah nampak akhir-akhir ini menuntut manusia yang mandiri, sehingga peserta didik harus dibekali dengan kecakapan hidup ( life skill) melalui muatan, proses pembelajaran dan aktivitas lain di sekolah. Kecakapan hidup di sini tidak sematamata terkait dengan motif ekonomi secara sempit, seperti keterampilan untuk bekerja, tetapi menyangkut aspek sosial budaya seperti cakap, berdemokrasi, ulet dan memilih budaya belajar sepanjang hayat. Dengan demikian pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup pada hakekatnya adalah pendidikan untuk membentuk watak dan etos. Perkembangan global saat ini juga menuntut dunia pendidikan untuk selalu mengubah konsep berfikirnya. Konsep lama mungkin sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini, lebih-lebih untuk yang akan datang. Untuk itulah, perubahan selalu dilakukan sesuai dengan perkembangan jaman. Belajar adalah proses penambahan pengetahuan. Konsep ini muncul pada pengertian paling awal. Namun pandangan ini ternyata masih berlaku bagi sebagian orang di negeri ini. Dengan pijakan konsep ini belajar seolah-olah hanya penjejalan ilmu pengetahuan kepada siswa. Pandangan ini tidak perlu salah karena pada kenyataannya bahwa belajar itu menambah pengetahuan kepada anak didik. Namun demikian konsep ni masih sangat persial, terlalu sempit dan menjadikan siswa sebagai individu-individu yang pasih dan 130
repasif. Siswa layaknya sebuah benda kosong yang perlu diisi sampai penuh tanpa melihat potensi yang sebenarnya sudah ada pada siswa. Pendidikan formal saat ini ditandai adanya perubahan yang berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir ini ditandai dengan adanya suatu perubahan (inovasi). Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu hal yang wajar karena perubahan itu adalah sesuatu yang bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya ada dua alternative pilihan yaitu menghadapi tantangan yang ada di dalamnya atau mencoba menghindarinya. Jika perubahan direspon positif akan menjadi peluang dan jika perubahan direspon negative akan menjadi arus kuat yang menghempaskan adan mengalahkan kita. Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus juga mengalami perubahan kearah pembaharuan (inovasi)i. Dengan adanya inovasi tersebut di atas di tuntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif. Terutama dalam menentukan model dan metode yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup (life skill) siswa yang berpikak pada lingkungan sekitarnya. METODE Penelitian ini bertempat di kelas VIIA SMP Negeri 1 Laguboti, kecamatan Laguboti, kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus s.d. Oktober 2016 semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas VIIA Tahun Pelajaran 2016/2017. Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: (1) Merekapitulasi hasil tes; (2) Merekapitulasi hasil pengamatan; (3) Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masiong siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara individual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tigas dan lembar observasi aktivitas siswa. Pelaksanaan mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2016 di 131
kelas VIIA dengan jumlah siswa 41 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Dari data siklus I dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasdis proyek/tugas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,73 dan ketuntasan belajar mencapai 73,17% atau ada 30 siswa dari 41 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klalsik siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 73,17% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pengajaran kolaborasi. Pengamatan Minat: Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 20 anak (48,78%) memiliki minat baik, 10 anak (24,39%) memiliki perhatian cukup, dan 11 anak (26,83% memiliki minat kurang. Perhatian: Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 20 anak (48,78%) memiliki perhatian baik, 10 anak (24,00%) memiliki perhatian cukup, dan 11 anak (26,83%) memiliki perhatian kurang. Partisipasi: Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 19 anak (46,34%) memiliki partisipasi baik, 11 anak (26,83%) memiliki partisipasi cukup, dan 11 anak (26,83% memilik pastisipasi kurang. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu, (3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung. mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa an lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2. Guru perlui mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasiinformasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. 3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa shingga siswa bias lebih antusias. 132
Siklus II Perencanaan Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran kolaborasi dan lembar observasi siswa. Pelaksanaan mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 September 2016 di kelas VIIA dengan jumlah siswa 41 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Dari hasil siklus II diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,12 dan ketuntasan belajar mencapai 82,93% atau ada 34siswa dari 41 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasik telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. adanya peningkatan hasil belajar sisw ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mengerti apa yang dimaksud dan diinginkan guru dengan menerapkan model pengajaran kolaborasi. Pengamatan Minat: Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 28 anak (67,50%) memiliki minat baik, 6 anak (15,00%) memiliki minat cukup, dan 7 anak (17,50%) memiliki minat kurang. Perhatian: Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 27 anak (62,50%) memiliki perhatian baik, 7 anak (17,50%) memiliki perhatian cukup dan 7 anak (20,00%) memiliki perhatian kukrang. Partisipasi: Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 27 anak (62,50%) memiliki partisipasi baik, 7 siswa (22,50%) memiliki partisipasi cukup, dan 7 anak (15,00%) memiliki partisipasi kurang. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Memotivasi siswa, (2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, (3) Pengelolaan waktu. pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi uintuk dilaksanakan pada siklus II antara lain: 1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk 133
mengemukakan pendapat atau bertanya. 3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. 4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. Siklus III Perencanaan Pada tahap ini penelitian mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Seklain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran kolaborasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Pelaksanaan mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 September 2016 di kelas VIIA dengan jumlah siswa 41 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksa-nakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Berdasarkan siklus III diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,46 dan dari 41 siswa yang telah tuntas sebanyak 39 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 95,12% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapokan pembelajaran kontekstual model pengajaran kolaborasi sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pengamatan Minat: Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 39 anak (95,12%) memiliki minat baik, 0 anak memiliki minat cukup dan 2 anak (4,88%) memiliki minat kurang. Perhatian: Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 29 anak (90,24%) memiliki perhatian baik, 2 anak (4,88%) memiliki perhatian cukup, dan 2 anak (4,88%) memiliki perhatian kurang. Partisipasi: Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 35 anak (85,37%) memiliki partisipasi baik, 4 anak (9,76%) memiliki partispasi cukup, dan 2 anak (4,88%) memiliki partisipasi kurang. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik 134
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kontektual model pengajaran kolaborasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diurakain sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran kolaborasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran kolaborasi dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran kolaborasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn 2. Metode pembelajaran kolaborasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (73,17%), siklus II (82,93%), siklus III (95,12%) 3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok. 4. Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran kolaborasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi, minat, dan partisipasi belajar siswa. 135
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rikena Cipata Djamarah, S.B. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah, S.B. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Hamalik, O. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Siberman, M.L. 2015. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa. Nur, M. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya: University Press Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia Uzer, M. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 136