BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskan

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. pilihan yang bersifat intensional dan reflektif dalam merespon kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asapnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia. nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah suatu kebiasaan (habituation) dan bukan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional

TAHAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA THE PHASE OF SMOKING BEHAVIOR TO STUDENTS

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB II ROKOK DI KALANGAN REMAJA

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KESIMPULAN OLEH: NOVI SETIANINGSIH ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI FENOMENOLOGI: INTENSI MEROKOK PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna memenuhi sebagian persyaratan dalam Mencapai derajat (S-1) Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN

KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF NORMA KESOPANAN. (Studi Kasus di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB II LANDASAN TEORI A. REMAJA. Bangsa primitif dan orang- orang purbakala memandang masa puber dan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Merokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

berbahaya yang terkandung di dalam rokok, yaitu :

Modul ke: Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik). Berdasarkan intrinsic-extrinsic model Curry et,al (1990) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kuesioner Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurusan kesehatan juga tidak terlepas dari perilaku rokok, sebanyak 66,6%

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa yaitu masa remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II ROKOK DI KALANGAN REMAJA

Jurnal Care Vol. 3, No. 3, Tahun 2015 PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP INTENSITAS MEROKOK PADA SISWA

MENGAPA LATE CHILDHOOD MEROKOK?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana. tar dengan atau tanpa bahan tambahan ( Tendra, 2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengganggu bagi kesehatan diantaranya nikotin, tar, gas karbon

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI KELAS XI DI SMK TUNAS BANGSA SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB I PENDAHULUAN UKDW. faktor eksternal maupun faktor internal. Beberapa alasan yang diberikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

Cch. Memerangi Kanker: Keputusan Anda, Pilihan Anda. Indonesian. Jangan Memperpendek Hidup Anda dengan Merokok Tembakau! Cross Cultural c1 Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

Transkripsi:

7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Merokok II.1.1 Definisi Merokok Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komasari & Helmi, 2000). Menurut Sitepoe (2000), merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya. Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke yang mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif. Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definisi-definisi diatas adalah aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream smoke), kemudian menghembuskan kembali asap tersebut ke udara (sidestream smoke). II.1.2 Tahapan Menjadi Perokok Leventhal dan Clearly (dalam Komasari & Helmi, 2000) mengatakan ada 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu:

8 1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai rokok dengan cara mendengar, melihat atau hasil dari bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. 2. Tahap initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak perilaku merokoknya. 3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. 4. Tahap maintenance a smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan. II.1.3 Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok Lewin (dalam Komasari & Helmi, 2) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orang tua yang merokok dan teman sebaya yang merokok). Menurut Mu tadin (dalam Nasution, 2007), faktor penyebab seorang remaja merokok adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor kepribadian dan pengaruh iklan. a. Pengaruh orang tua. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan

9 dibandingkan dengan keluarga yang permisif. Orang tua yang merokok bisa menjadi contoh yang paling kuat bagi anak dalam memutuskan merokok b. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. c. Faktor kepribadian. Orang mencoba merokok adalah karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit, membebaskan diri dari kebosanan. d. Pengaruh iklan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. II.1.4 Dampak dari perilaku merokok Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu: Dampak positif. Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Dampak negatif. Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyakit,

10 namun dapat memicu berbagai jenis penyakit. Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain: penyakit kardiovaskular, neoplasma (kanker), saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung, dan tenggorokan). II.2 Anak Late Childhood II.2.1 Perkembangan Fisik dan Kesehatan Periode kanak-kanak tengah dan akhir (sekitar 6-11 tahun) mencakup pertumbuhan yang lambat dan konsisten. Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak tumbuh rata-rata 2 hingga 3 inci setahun. Pertumbuhan berat badan kanak-kanak tengan dan akhir sekitar 5 sampai 7 pon per tahun. Peningkatan berat ini disebabkan karena meningkatnya ukuran sistem kerangka tulang dan otot, juga ukuran beberapa organ tubuh. Selain perkembangan tubuh, masa kanak-kanak tengah dan akhir juga mengalami perkembangan otak yang disebabkan oleh myelinasi dan peningkatan jumlah dendrit. Dari usia 6 tahun hingga puber, pertumbuhan yang paling dramatis terjadi pada lobus temporal dan parietal, khususnya pada area yang memainkan peran utama dalam bahasa dan hubungan spasial (Santrock, 2008).

11 II.2.2 Perkembangan Kognitif Menurut teori Piaget (dalam Santrock, 2007) anak late childhood berada pada tahap perkembangan concret operational dimana rentan umurnya antara 7-11 tahun. Pada tahap ini anak mampu berpikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, mampu memecahkan masalah-masalah konkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan teratur (serialisasi). Sarwono (2002) mengatakan bahwa anak pada tahap konkrit operational dianggap mampu berperilaku dalam kognisinya (menghitung, mengenali nama-nama kota, dan sebagainya) sehingga ia tidak perlu sungguh-sungguh berbuat sesuatu untuk memecahkan masalah. II.2.3 Perkembangan Psikososial Eric Erikson (dalam Santrock, 2008) mengatakan bahwa anak middle dan late childhood berada dalam tahap perkembangan industry versus inferiority. Pada tahap ini anak senang mencoba hal-hal baru terutama pengetahuan dan skills baru. Hal yang berbahaya pada tahap ini adalah apabila anak merasa tidak kompeten dan tidak produktif. Tahap perkembangan sosial (moral) pada anak late childhood menurut Kohlberg (dalam Sarwono, 2002) berada pada tahap egoisme instrumental dan imbalan. Anak berbuat baik untuk memperoleh keuntungan atau ganjaran yang menguntungkan dirinya sendiri.

12 II.3 Faktor Pendorong II.3.1 Motif Sarlito Wirawan Sarwono (dalam Kristanti, 2005) mengatakan bahwa motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Sherif & Sherif (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan motif sebagai istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah ke berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut. Ada 2 jenis motif berdasarkan asalnya, yaitu: 1. Motif biogenik. Motif ini berasal dari proses fisiologik dalam tubuh yang dasarnya adalah mempertahankan ekuilibrium (keseimbangan) dalam tubuh sampai batasbatas tertentu. Proses ini disebut homeostasis. 2. Motif sosiogenik. Motif ini timbul karena perkembangan individu dalam tatanan sosialnya dan terbentuk karena hubungan antar-pribadi, hubungan antar-kelompok atau nilai-nilai sosial, dan pranata-pranata. Motif sosiogenik bermula dari motif biogenik. Melalui proses belajarnya individu memilih mana yang disukai dan mana yang dihindarinya sesuai dengan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Ego inilah yang menetapkan

13 motif sosiogenik. Jadi motif sosiogenik sangat tergantung pada proses belajar. Chaplin (2006) mendefinisikan motif sebagai suatu keadaan ketegangan di dalam individu, yang membangkitkan, memelihara, dan mengarahkan tingkah laku menuju pada satu tujuan atau sasaran.